Anda di halaman 1dari 85

Kelompok 5

Fasilitator : dr. Ni Nyoman Sri Yuliani, Sp.GK


Zahrotul Azizah Amatullah FAA 118 001
Aristah Sisadhi FAA 118 056
Monalisa Goldebora Aenjelin FAA 118 040
Beatrice FAA 118 030
Nabila Aulia Inayah Busri FAA 118 031
Wedro Anugrayuga FAA 118 008
Shasha Nathalia FAA 118 009
Christian Martin Tjiu Ritonga FAA 118 032
Agnes Tiffany Purba FAA 118 029
Made Ayu Suryati FAA 118 005
TAK DISANGKA-SANGKA

Seorang anak RY, laki-laki usia 5 tahun dibawa oleh tantenya ke IGD dengan
keluhan BAB cair >4x/hari. BAB cair sejak 1 bulan dan memberat sejak 1
minggu terakhir ini. Menurut tantenya, anak juga sulit makan karena sakit
menelan dan penuh sariawan di mulut, sehingga anak jadi lemas dan kurus.
Sejak sakit, pasien tidak masuk sekolah. Diketahui bahwa kedua orangtua
anak tersebut sudah meninggal sehingga akhirnya diasuh oleh tantenya
sejak usia 1 tahun.
Kata Sulit
-
Kata Kunci
• Identitas pasien : an. RY (laki – laki), usia 5 tahun
• Keluhan utama : BAB cair
• Onset : 1 bulan
• Sifat datangnya keluhan : memberat 1 minggu terakhir
• Frekuensi : >4x sehari
• Keluhan penyerta :
• Sakit menelan
• Penuh sariawan di mulut
• Sulit makan
• Pasien tampak lemas dan kurus
• Riwayat sosial :
• diasuh oleh tantenya sejak usia 1 tahun
• kedua orang tua sudah meninggal sejak usia anak 1 tahun
• Sejak sakit, anak tidak sekolah
Identifikasi Masalah
Anak RY laki – laki (5 tahun) datang ke IGD bersama tantenya dengan
keluhan BAB cair >4x per hari selama 1 bulan terakhir dan memberat 1
minggu terakhir. Disertai sulit menelan, sariawan penuh di mulut, susah
makan, tampak lemas dan kurus. Kedua orang tua meninggal sejak
anak usia 1 tahun.
Data Tambahan (ANAMNESIS)
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang :
Identitas : • diare sejak 1 bulan, memberat 1 minggu
• tanggal periksan 15 Maret 2020 • BAB >4x / hari
(berhubungan dengan perhitungan usia) • Cair
• Identitas : • Ampas (-)
• • Lendir (-)
Nama : An. RY
• • Darah (-)
Jenis kelamin : laki – laki
• • Busa (-)
Usia : 5 tahun
• • Kuning – coklat
Tanggal lahir : 9 Maret 2015
• • Cucian beras (-)
Caretaker : tante
• • Tetap diare meski makan dihentikan
Alloanamnesis : tante
• Nyeri perut (-), mules (-)
Keluhan utama : • Demam (+), 1 minggu SMRS, tidak pernah
• Diare yang memberat 1 minggu SMRS diukur dirumah
• Muntah (+), mual (-)
• 1 minggu SMRS, sariawan & nyeri tenggorok
• Sakit menelan
• Muncul bercak – bercak putih di mulut dan lidah
• Pinggir bibir kering dan luka, pasien jarang membuka mulut, hanya mau makan 2 -
3 sendok
• Cenderung minum yang banyak supaya nyeri tenggorok berkurang
• Pasien tampak semakin kurus
• Awal 15 kg, turun 4 kg sejak 1 bulan SMRS
• Sangat lemas, tidak mampu berdiri / berjalan sendiri
• Tidak masuk sekolah sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pernah diare selama 2 minggu, 1 tahun SMRS
• Sering batuk pilek
• Tidak pernah diare karena minum susu sapi
• Sakit lama, alergi, riwayat TB, kejang, minum obat dalam jangka Panjang disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Batuk lama (-), batuk darah (-)
• Orang tua pasien meninggal karena sakit namun tidak diketahui sakit apa. Ayah
meninggal saat usia pasien 6 bulan, sedangkan ibu meninggal saat usia 1 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi
• Diangkat tantenya sejak pasien usia 1 tahun karena orang tua meninggal
• Tinggal dengan 2 kakak, tante, dan om (pekerjaan tante : IRT, om : kuli
bangunan)
• Jaminan BPJS
tidak diberi uang jajan, sering mendapat jajan dari guru dan orang tua murid,
sering jajan es, mie kocok, mie lain
Riwayat Kehamilan
• Tidak diketahui sakit apa ibunya saat ini hamil, minum obat (?)
Riwayat Kelahiran
• Ditolong bidan, spontan, cukup bulan
• APGAR, PL, dan BL tidak diketahui
• Langsung menangis, biru (-), pucat (-), kuning (-), kejang (-), meconium hijau (+)
• Kelainan bawaan sejak lahir (-)
Riwayat Nutrisi
• ASI & susu formula tidak diketahui
• Pola makan biasa, 3x/hari, selalu habis 1 porsi, biasa : nasi lauk pauk & sayur
• Sejak lahir ukuran tubuh sedang, tidak pernah gemuk, tidak terlalu kurus
• BB turun 15 kg menjadi 11 kg dalam 1 bulan, BB sulit bertambah sejak 1 thn SMRS
Riwayat Imunisasi
• Hanya saat lahir
Riwayat Tumbuh Kembang
• Saat ini TK, usia 5 tahun
• Mempu mengikuti pelajaran sekolah
Data Tambahan (PEMERIKSAAN FISIK)
• Kesadaran : kompos mentis
• Keadaan umum : tampak sakit berat
• TTV :
• TD : 100/60 mmHg
• Nadi : 110x/menit
• RR : 28 x/menit
• T : 37,3oC
• Antropometri :
• BB : 11 kg
• TB : 95 cm
• LLA: 11,5 cm
 Kepala :  Hidung :
• Normosefal • Tidak ada napas cuping hidung
• Tidak ada deformitas  Mulut :
• Rambut hitam • Mukosa kering, ada oral trush
• Persebaran merata

 Telinga :
Tidak mudah dicabut
• Tidak ada deformitas, tidak ada
 Mata : secret, membrane timpani intak
• Mata terlihat cekung  Leher :
• Konjungtiva tidak pucat
• KGB tidak teraba membesar, tidak
• Sklera tidak ikterik ada gerakan otot bantu napas m.
• Refleks cahaya +/+ sternokleidomastoideus
 Paru maupun thrilling
• Inspeksi : • Perkusi :
• tidak ada kelainan bentuk dada, • batas jantung normal
• pergerakan dada simetris, • Auskultasi
• tidak ada retraksi, • BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
• Iga gambang (+)  Abdomen
• Palpasi : • Inspeksi :
• Fremitus simetris • Datar
• Perkusi : • Lemas
• Sonor/ sonor • Tidak terdapat venektasi
• Auskultasi : • Palpasi :
• Vesikuler/vesikuler • Tidak terdapat nyeri tekan
• Tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing • Hepar teraba 3 cm di bawah arcus costae, 5 cm
dibawah prosesus, xyphoideus, tepi tajam,
 Jantung premukaan rata
• inspeksi : • Lien tidak teraba
• Iktus kordis tidak terlihat • Perkusi : shifting dullness (-)
• Palpasi : • Auskultasi : bising usus (+) normal
• iktus kordia teraba di sela iga IV 1 jari media linea
midklavikula kira, tidak ada heaving, lifting,
 Punggung :
• tidak terdapat gibbus
• tidak terdapat deformitas lainnya
 Genital :
• Tidak diperiksa
 Anus :
• Tidak diperiksa
 Extremitas :
• Tidak terdapat pitting edema
• Terdapat wasting
• Terdapat clubbing finger
• Tidak terdapat baggy pants
 Kulit :
• turgor kulit kurang
Data Tambahan (PEMERIKSAAN
PENUNJANG)
• Hb : 11,8 g/dL (10,7 – 14,7 g/dL)
• Leukosit : 12.200 / µL (5.000 – 14.500)
• Trombosit : 512.000/ µL (181.000 – 521.000)
• GDS : 108 mg/dL (60 – 100)
• Natrium : 117 mmol / L (135 – 147)
• Kalium : 2,86 mmol / L (3,10 – 5,10)
• Chlorida : 95 mmol/L (95 – 108)
Analisis Masalah An. RY (laki – laki) 5 tahun

Keluhan :
- BAB cair >4x / hari
- Sakit menelan
- Mulut penuh sariawan

Anamnesis lanjutan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang

Gangguan gastrointestinal
bayi dan anak

Dx : diare kronis

Dd :
- Malnutrisi
- Celiac disease
- Crohn’s disease
- Irritable bowel syndrom
Hipotesis
Anak RY laki – laki (5 tahun) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang diduga menderita diare kronis.
Pertanyaan Terjaring
1. Interpretasi data tambahan • Diagnosis
2. Tabel Dd • saran pmx penunjang - HIV
(+) terkait HIV • Faktor resiko
3. Klasifikasi diare • Tata laksana
4. Diare kronis • Komplikasi
• Definisi • Pencegahan
• Epidemologi • Edukasi (intake gizi)

• Etiologi • Prognosis
• Tanda gejala 5. Skor / derajat dehidrasi
• Patofisiologi 6. Status gizi anak (kurva WHO atau CDC)
DK2P1
1. Interpretasi Data Tambahan
“Christian Martin Tjiu Ritonga”
FAA 118 032
Data Tambahan (ANAMNESIS)
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang :
Identitas : • diare sejak 1 bulan, memberat 1 minggu
• tanggal periksa 15 Maret 2020 • BAB >4x / hari
(berhubungan dengan perhitungan usia) • Cair
• Identitas : • Ampas (-)
Usia Pasien 5
• • Lendir (-)
Nama : An. RY tahun
• • Darah (-)
Jenis kelamin : laki – laki
• • Busa (-)
Usia : 5 tahun
• • Kuning – coklat
Tanggal lahir : 9 Maret 2015
• • Cucian beras (-)
Caretaker : tante
• • Tetap diare meski makan dihentikan
Alloanamnesis : tante
• Nyeri perut (-), mules (-)
Keluhan utama : • Demam (+), 1 minggu SMRS, tidak pernah
• Diare yang memberat 1 minggu SMRS diukur dirumah
• Muntah (+), mual (-)
PEMBAHASAN

Implikasi klinis feses

Diare yang bercampur dengan mukus dan sel darah


Konsistensi Feses
merah dikaitkan dengan:Tifus dan Kolera
Bau busuk disebabkan oleh degradasi protein yang tidak
Bau Feses
tercerna
Asam  Malabsorpsi karbohidrat/Lemak
pH Feses
Basa Protein yang dipecah
Kuning sampai kuning kehijauan: diare berat
Warna Feses
Merah gelap–hitam menunjukkan perdarahan 0,5-0,75
ml dari saluran cerna atas

Darah dalam Feses


Ca-Colon – Kolitis Ulseratif

Lemak dalam Feses


Crohn disease
PEMBAHASAN

Kondisi anak Suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otakMultifaktorialDistensi
Muntah berlebihan/iritasi atau respons terhadap rangsangan kimiawi
oleh emetik.

Pasien muntahinfeksi saluran cernamuntah


diikuti diaresuhu badan meningkat

Suhu Demam merupakan akibat kenaikan set point


(oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
Sub Febris ketidakseimbangan antara produksi panas dan
pengeluarannyaDemam pada infeksi terjadi akibat mikro
organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE
(faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon) Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase
pembentuk prostaglandin Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus.
• 1 minggu SMRS, sariawan & nyeri tenggorokan
• Sakit menelan
• Muncul bercak – bercak putih di mulut dan lidah
• Pinggir bibir kering dan luka, pasien jarang membuka mulut, hanya mau makan 2 -
3 sendok
• Cenderung minum yang banyak supaya nyeri tenggorok berkurang
• Pasien tampak semakin kurus
• Awal 15 kg, turun 4 kg sejak 1 bulan SMRS
• Sangat lemas, tidak mampu berdiri / berjalan sendiri
• Tidak masuk sekolah sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pernah diare selama 2 minggu, 1 tahun SMRS
• Sering batuk pilek
• Tidak pernah diare karena minum susu sapi
• Sakit lama, alergi, riwayat TB, kejang, minum obat dalam jangka Panjang disangkal
PEMBAHASAN

Kondisi tubuh Sakit Esofagitis akibat infeksi (kandidiasis, bullous pemphigoid,


Menelan lichen planus), radiasi, bahan kaustik atau diperantarai obat
Atau (ingesti obat sebelum tidur atau tanpa cairan adekuat
Odinofagia menyebabkan pemanjangan kontak bahan obat iritatif
dengan esofagus dan menimbulkan kerusakan mukosa),
GERD, trauma esofagus (menelan benda asing yang
menyebabkan kerusakan mukosa seperti tulang ikan),
skleroterapi, Chron’s disease, Behcet disease.

Kondisi tubuh

Sariawan
Lesi pada mukosa mulut yang umum terjadi pada setiap
orang  Belum dapat ditentukan secara pastikondisi
sistemik, lokal, dan genetiktrauma, stres, hormonal,
defisiensi faktor hematologis,dan imunologis
Riwayat Penyakit Keluarga
• Batuk lama (-), batuk darah (-)
• Orang tua pasien meninggal karena sakit namun tidak diketahui sakit apa. Ayah
meninggal saat usia pasien 6 bulan, sedangkan ibu meninggal saat usia 1 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi
• Diangkat tantenya sejak pasien usia 1 tahun karena orang tua meninggal
• Tinggal dengan 2 kakak, tante, dan om (pekerjaan tante : IRT, om : kuli
bangunan)
• Jaminan BPJS
tidak diberi uang jajan, sering mendapat jajan dari guru dan orang tua murid,
sering jajan es, mie kocok, mie lain
Riwayat Kehamilan
• Tidak diketahui sakit apa ibunya saat ini hamil, minum obat (?)
Riwayat Kelahiran
• Ditolong bidan, spontan, cukup bulan
• APGAR, PL, dan BL tidak diketahui
• Langsung menangis, biru (-), pucat (-), kuning (-), kejang (-), meconium hijau (+)
• Kelainan bawaan sejak lahir (-)
Riwayat Nutrisi
• ASI & susu formula tidak diketahui
• Pola makan biasa, 3x/hari, selalu habis 1 porsi, biasa : nasi lauk pauk & sayur
• Sejak lahir ukuran tubuh sedang, tidak pernah gemuk, tidak terlalu kurus
• BB turun 15 kg menjadi 11 kg dalam 1 bulan, BB sulit bertambah sejak 1 thn SMRS
Riwayat Imunisasi
• Hanya saat lahir
Riwayat Tumbuh Kembang
• Saat ini TK, usia 5 tahun
• Mempu mengikuti pelajaran sekolah
Data Tambahan (PEMERIKSAAN FISIK)
• Kesadaran : kompos mentis
• Keadaan umum : tampak sakit berat
• TTV :
• TD : 100/60 mmHg 80-100/60 mmHg
• Nadi : 110x/menit 80-90 x/menit
TTV Anak WHO
• RR : 28 x/menit 20-30x/menit
• T : 37,3oC  Sub febris  normal : 36,6oC-37,2oC
• Antropometri :
• BB : 11 kg
• TB : 95 cm Berat Badan Kurang
• LLA: 11,5 cm
Standar Walanski  Usia 5
tahun 17,00 cm
PEMBAHASAN

Tekanan Darah
Kekurangan volume cairan  berkurangnya volume
Hipotensi ECFMenggangu curah jantungMengurangi aliran balik
vena ke jantungPenurunan curah jantungHipotensi

Suhu Demam merupakan akibat kenaikan set point


(oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
Sub Febris ketidakseimbangan antara produksi panas dan
pengeluarannyaDemam pada infeksi terjadi akibat mikro
organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE
(faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon) Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase
pembentuk prostaglandin Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus.
 Kepala :  Hidung :
• Normosefal • Tidak ada napas cuping hidung
• Tidak ada deformitas  Mulut :
• Rambut hitam • Mukosa kering, ada oral trush
• Persebaran merata

 Telinga :
Tidak mudah dicabut
• Tidak ada deformitas, tidak ada
 Mata : secret, membrane timpani intak
• Mata terlihat cekung  Leher :
• Konjungtiva tidak pucat
• KGB tidak teraba membesar, tidak
• Sklera tidak ikterik ada gerakan otot bantu napas m.
• Refleks cahaya +/+ sternokleidomastoideus
PEMBAHASAN

Mata Kekurangan volume cairan  menggangu curah


Mata terlihat jantungpenurunan curah jantungpenurunan perfusi
dalam kondisi ginjalTerjadi penahanan aliran darah menuju daerah
cekung interstisial (mata cekung)

Mulut Kekurangan volume cairan  menggangu curah


Mukosa jantungpenurunan curah jantungpenurunan perfusi
Kering ginjalTerjadi penahanan aliran darah yang menuju mukosa
 mukosa mulut kering

Mulut Oral Trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut oleh


jamur Candidiasis yang ditandai dengan timbulnya bercak-
Oral Trush
bercak keputihan dan membentuk plak-plak berkeping
dimulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya penderita akan
menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi
gastrointestinal
 Paru maupun thrilling
• Inspeksi : • Perkusi :
• tidak ada kelainan bentuk dada, • batas jantung normal
• pergerakan dada simetris, • Auskultasi
• tidak ada retraksi, • BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
• Iga gambang (+)  Abdomen
• Palpasi : • Inspeksi :
• Fremitus simetris • Datar
• Perkusi : • Lemas
• Sonor/ sonor • Tidak terdapat venektasi
• Auskultasi : • Palpasi :
• Vesikuler/vesikuler • Tidak terdapat nyeri tekan
• Tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing • Hepar teraba 3 cm di bawah arcus costae, 5 cm
dibawah prosesus, xyphoideus, tepi tajam,
 Jantung premukaan rata
• inspeksi : • Lien tidak teraba
• Iktus kordis tidak terlihat • Perkusi : shifting dullness (-)
• Palpasi : • Auskultasi : bising usus (+) normal
• iktus kordia teraba di sela iga IV 1 jari media linea
midklavikula kira, tidak ada heaving, lifting,
PEMBAHASAN

Iga Gambang
Tulang iga yang Merupakan tanda terdapat malnutrisi pada anakAtrofi otot
tampak/terlihat dengan dan Penipisan lemak subkutanIga terlihat dengan jelas (Alat
jelas musik gambang)
 Punggung :
• tidak terdapat gibbus
• tidak terdapat deformitas lainnya
 Genital :
• Tidak diperiksa
 Anus :
• Tidak diperiksa
 Extremitas :
• Tidak terdapat pitting edema
• Terdapat wasting
• Terdapat clubbing finger
• Tidak terdapat baggy pants
 Kulit :
• turgor kulit kurang
PEMBAHASAN

Ditandai dengan Diare menyebabkan menurunnya absorbsi zat-zat nutrisi dalam


Wasting
kurangnya berat badan tubuh karena berkurangnya nafsu makan dan kehilangan
menurut cairan. Pengobatan yang tertunda dan manajemen diare yang
panjang/tinggi badan tidak tepat dirumah, meningkatkan kerentanan anak terhadap
anak (BB/TB) wasting.

Penambahan jaringan ikat yang terjadi pada bagian jaringan


Clubbing Finger kelainan bentuk jari dan
lunak di dasar kuku yang berkaitan dengan kekurangan oksigen
kuku tangan yang
kronik/hipoksia kronik
menjadikan jari tangan
(Gastrointestinal, yang mencakup enteritis regional, colitis
membulat
ulseratif kronik dan sirosis hepatic

Turgor Kulit Turgor kulit yang buruk jika kulit lambat kembali ke keadaan
Pemeriksaan turgor kulit
Kurang semula dehidrasi
adalah pemeriksaan
Turgor kulit normal akan kembali dalam waktu < 2 detik jika
kelenturan kulit
ditarik
Data Tambahan (PEMERIKSAAN
PENUNJANG)
• Hb : 11,8 g/dL (10,7 – 14,7 g/dL)
• Leukosit : 12.200 / µL (5.000 – 14.500)
• Trombosit : 512.000/ µL (181.000 – 521.000)
• GDS : 108 mg/dL (60 – 100)
• Natrium : 117 mmol / L (135 – 147)
• Kalium : 2,86 mmol / L (3,10 – 5,10)
• Chlorida : 95 mmol/L (95 – 108)
PEMBAHASAN

Pasien diare kehilangan Na dalam feses sekitar 50–


98 mEq/l, sedangkan pada fase penyembuhan 34–46
mEq/l.

Natrium dan Kalium merupakan elektrolit yang penting bagi


tubuh. Kadar Na dan K dapat mengalami perubahan oleh
beberapa keadaan, seperti gangguan diet, diare, nutrisi
buruk, asidosis, alkalosis, gangguan fungsi ginjal, dan lain-
lain. Diare menyebabkan hilangnya air dan elektrolit
terutama Na dan K dalam jumlah besar sehingga
mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit,
dan gangguan keseimbangan asam basa.
Pasien diare kehilangan K dalam feses sekitar 29–46
mEq/l, sedangkan pada fase penyembuhan
meningkat menjadi 37–65 mEq/l.
2. Tabel Diagnosis Banding
2.a
Irritable Bowel Syndrome
Ringel Y, Sperber AD, Drossman DA. Irritable bowel syndrome. Annu Rev
Med. 2001;52:319–38.
Lilihata G, Syam AF. Irritable Bowel Syndrome: Kapita Selekta Jilid II Edisi
IV. 2014
Definisi Etiologi Epidemiologi Tanda dan gejala

Kumpula gejala Nyeri Banyak faktor yang Sekitar 10-20% populasi Diantaranya nyeri perut,
atau rasa tidak nyaman menyebabkan terjadinya dunia menderita IBS, kembung dan rasa tidak
di perut yang IBS antara lain gangguan namun prevalensi nyaman di perut. Gejala
diasosiasikan dengan motilitas, intoleransi tertinggi pada negara lain yang menyertai
abnormalitas fungsi dan makanan, abnormalitas Amerika dan Eropa. biasanya perubahan
pergeraan usus besar, sensoris, abnormalitas Puncak insidens pada defekasi dapat berupa
namun tidak ditemukan dari interaksi aksis usia 20-39 tahun. diare, konstipasi atau
kelainan strukural, braingut, Perempuan memiliki diare yang diikuti dengan
biokimia, maupun hipersensitivitas risiko 2x lipat konstipasi. Diare terjadi
sistematik yang viseral,dan pasca infeksi dibandingka laki laki dengan karakteristik
mendasari. usus feses yang lunak dengan
volume yang bervariasi.
Crohn Disease
Docktor M. Crohn disease. Pediatr Gastroenterol A Color Handb. 2014;1(2):205–14.
Available from: http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biomedika/article/view/1651/1691
Siwy P V, Gosal F. Penyakit Crohn : Laporan Kasus. Med Scope J. 2020;2(1):7–16.
Definisi Etiologi Epidemiologi Tanda dan gejala
adalah peradangan kronis Penyebabnya belum Crohn disease terbanyak Gejala khas nyeri abdomen
dari dinding usus yang diketahui. Akan tetapi para dijumpai di Amerika Utara flare up, berulang, mereda
biasanya melibatkan ahli memfokuskan dan Eropa. Insiden dan bersifat kronis.
bagian bawah dari usus penyebab pada tiga faktor terbanyak pada usia 20 Pembengkakan meluas
kecil, bagian atas dari usus yaitu herediter, infeksi dan hingga 30 tahun, puncak sampai lapisan dinding
besar, atau keduanya tetapi autoimun. Faktor herediter kedua pada usia 50 hingga dalam dari organ terlibat,
dapat memengaruhi setiap diduga sebagai 60 tahun. Laki-laki dan menyebabkan nyeri perut
bagian dari saluran cerna. predisposisi. Walaupun perempuan mempunyai dan sering kali terjadi
faktor infeksi ikut diduga kesempatan yang sama pengosongan intestine
sebagai penyebab, namun yang memicu terjadinya
kuman penyebab belum diare, disertai mual atau
dapat diidentifikasi. penurunan berat badan.
Gangguan imunologik
disokong dengan klinis
bahwa CD sering disertai
arthritis, uveitis dan
kelainan pada kulit yang
erat hubungannya dengan
autoantibodi
3. Klasifikasi diare
• Apa saja jenis-jenis Diare ?
• Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diarepersisten atau Diare kronik.
• Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
• sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.

(Buku saku petugas kesehatan. 2011. Lima langkah tuntaskan diare. Departemen Keseharan RI Direktorat jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.)
4. Diare Kronis
Definisi diare kronik
Sumber:
Ningsih AN. Kejadian Diare Pada Bayi Di Puskesmas Umbulharjo 1 Kota Yogyakarta Tahun
2016. Politek Kesehat Kementeri Kesehat Yogyakarta [Internet]. 2017; Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1652/
• Diare kronik adalah diare yang bersifat hilang timbul, dengan durasi
waktu yang lama sekitar diatas 30 hari yang disebabkan oleh non
infeksi, seperti terjadi gangguan pada metabolisme yang mengalami
penurunan
Epidemiologi
Utami N, Luthfiana N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak. Majority [Internet]. 2016;5:101–6. Available from:
https://www.mendeley.com/catalogue/fdd61f29-e548-30b4-9a02-3d11c3
c9b4aa/
• Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada
balita. dan nomor lima bagi semua umur. Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000
adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5
episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific
Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1.000 balita.
• Prevalensi diare kronis pada anak berkisar antara 3% sampai dengan
20%. Diare kronis, rekuren pada bayi bersama dengan malnutrisi,
menyebabkan kematian 4,6 juta anak di seluruh dunia setiap tahunnya.
Walaupun angka kejadian diare kronik adalah relatif kecil bila
dibandingkan dengan diare akut, namun diare kronik secara potensial
sangat berperan dalam morbiditas, mortalitas dan malnutrisi terutama
pada anak.
Etiologi
Banyak penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan diare kronis pada anak. Penyebab
umumnya termasuk :
• Infeksi
• Gangguan Saluran Pencernaan Fungsional
• Toddler’s diarrhea
• Irritable Bowel Syndrome (IBS)
• Alergi dan Intoleransi Makanan
• Alergi makanan
• Penyakit celiac
• Intoleransi laktosa
• Intoleransi fruktosa makanan
• Inflammatory Bowel Disease
• Kolitis ulseratif
• Penyakit Crohn
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2021). Symptoms & Causes of Chronic Diarrhea in Children | NIDDK. [online] National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Available at: https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/chronic-diarrhea-children/
symptoms-causes
Manifestasi Klinis

Gejala yang menyertai diare Anak yang mengalami diare


kronis pada anak-anak kronis malabsorpsi bisa
tergantung dari penyebab mengalami :
diare. Gejala bisa termasuk : • Kembung dan bengkak
• Kram/sakit perut (distensi abdomen)
• Mual atau muntah • Perubahan nafsu makan
• Demam • Penurunan berat badan
atau penambahan berat
• Menggigil badan yang buruk
• Tinja berdarah

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2021). Symptoms & Causes of Chronic Diarrhea in Children | NIDDK. [online]
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Available at:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/chronic-diarrhea-children/symptoms-causes
Patofisiologi
Aiz
Patofisiologi
• Patofisiologi terjadinya diare kronik tidak hanya disebabkan satu
mekanisme saja yang berperan menyebabkan diare, namun biasanya
lebih dari satu mekanisme yang bersama-sama menyebabkan diare.
Beberapa mekanisme utama tersebut adalah : inflamatori,
osmotik,sekretori, iatrogenik, motility, dan fungsional
Diare kronik inflamatori

• Terjadinya diare kronik terkait inflamasi adalah melalui proses


eksudasi, sekretori atau malabsorbsi. Karena itu secara klinis ditandai
adanya mukus dan darah pada tinja, nyeri perut dan adanya kelainan
ekstra intestinal antara lain pada kulit, mata atau sendi. Diare kronik
inflamatori lebih mudah dikenali bisa di sertai hematoksia atau
malabsorbsi
Diare Kronik Osmotik

• Zat yang bersifat osmotik akan menarik cairan/ mempertahankan


cairan didalam lumen jejunum sehingga kandungan air di feses
menjadi lebih tinggi
Diare Kronik Sekretori

• Pada diare kronik sekretori terjadi sekresi cairan tubuh ke lumen usus
sehingga pasien dapat mengalami kelainan elektrolit dan asam-basa,
antara lain hipokalemia dan asidosis pada VIPoma(Vener-Morrison
Syndrome)
Diare Kronik Iatrogenik

• Diare kronik yang terjadi setelah tindakan operasi misalnya : sesudah


kolesistektomi, sekitar 5%-10% pasien akan mengalami diare kronik,
mekanisme dari diare ini masi belum diketahui dengan jelas.
Diare Kronik Motiliti

• Bila peristaltik usus meningkat maka terjadi pergerakan isi usus yang
cepat ke distal. Hal tersebut menyebabkan absorbsi cairan dan nutrien
dari lumen usus berkurang, akibatnya jumlah cairan dalam lumen usus
berlebihan sehingga konsistensi tinja menjadi lebih cair serta
volumenya lebih banyak, maka terjadilah diare
Diare Kronik Fungsional

• Prevalensi diare fungsional dan IBS diare predominant (IBS-D) di


negeri barat sekitar 3-5%. Etiologi sampai saat ini masih belum dapat
diketahui walaupun patofisiologinya seperti : colonic transit, motility,
dan rectal hypertensitivity
DIAGNOSIS DIARE
Anamnesis
- Riwayat pemberian makan anak sangat penting untuk melakukan tatalaksana
terhadap diare.
- Diare :
1. Frekuensi BAB anak
2. Lamanya diare terjadi (berapa hari)
3. Apakah ada darah dalam tinja
4. Apakah ada muntah
- Laporan setempat mengenai KLB Kolera
- Riwayat pengobatan atau antibiotik yang baru diminum
- Gejala invaginasi (tangisan keras dan pucat pada bayi)
Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat
• Rewel atau gelisah
• letargis / kesadaran berkurang
• Mata cekung
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat
• Haus/minum dengan lahap atau malas minum atau tidak bisa minum.
- Darah dalam tinja
- Tanda-tanda gizi buruk
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk membuktikan adanya anemia
dan mengklasifikasikan jenis anemia. Lekositosis menunjukkan adanya proses
inflamasi dan infeksi bakteri, eosinofia dapat dijumpai pada kasus-kasus
keganasan, alergi, penyakit kolagen-vaskuler, parasite dan gastroenteritis
eosinofilik atau colitis.
- Pemeriksaan kimia darah, seperti elektrolit, albumin, protein, fungsi hati,
fungsi ginjal, gula darah untuk mengetahui tentang status cairan dan
elektrolit pasien, status nutrisi serta kelainan hepar.
- Analisis feses untuk mengetahui tentang tipe maupun keparahan penyakit
diare
- Pemeriksaan radiologi didapatkan dinding yang tampak tebal dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya abnormalitas usus halus atau
kolon, terdapat air fluid level (obstruksi di usus halus), klasifikasi
pancreas menunjukkan adanya pankreatitis kronis.
- Pemeriksaan endoskopi untuk mengevaluasi diare kronik. Umumnya
lebih banyak memberi manfaat karena dimungkinkannya melihat
mukosa secara langsung sehingga dapat mendeteksi kelainan di mukosa
dan dapat melakukan biopsy.
Diare Kronik
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat, diare persisten diklasifikasikan sebagai berat.

Sumber :
World Health Organization Indonesia bekerjasama dengan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan anak di Rumah Sakit. 2009
Wiryani, C., and I. Dewa NW. "Pendekatan Diagnosik dan Terapi Diare
Kronis." Jurnal Penyakit Dalam 8 (2007): 66-78
4g
4h
Komplikasi
• Defisiensi lactase
• Pertumbuhan bekteri di usus secara berlebihan
• Sindrom malabsorpsi
• Demam typhoid
• Dehidrasi berat
• Urin berwarna gelap

Sumber : Setiati, Siti., Alwi, Idrus., Sudoyo, Aru W., Simadibrata, Marcellus., Setyohadi,
Bambanag., Syam, Ari Fahrial. 2014. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM Ed. VI Jilid. I.
Jakarta, InternaPublishing.
j. pencegahan
Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare, pencegahan tingkatan pertama (Primary Prevention),
tingkatan kedua (secondary Prevention), dan tingkatan ketiga (tertiary Prevention).
- tingkat pertama :
Dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap
diare, Tindakan yang dilakukan yaitu, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat dan
mencuci tangan dengan sabun.

- tingkat kedua :
Ditujukan kepada anak yang telah menderita diare, tindakan yang dilakukan yaitu berikan penderita
lebih banyak cairan dari biasanya seperti oralit atau larutan gula garam untuk mencegah dehidrasi
serta pemberian makanan yang mudah dicerna dan dapat diserap zat- zat gizinya seperti bubur
tempe.
- Oralit sendiri diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang hilang karena diare. Walaupun air penting untuk pencegahan dehidrasi,
air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam dan elektrolit
yang diperlukan saaat diare dengan dehidrasi, untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh maka diberikan oralit.

- Tingkat ketiga :
Ditujukan kepada penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai
bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat
diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare
disebebkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh.
Pencegahan tingkat ketiga adalah mencegah diare bertambah berat atau
sampai terjadi komplikasi, segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila
diare tidak membaik dalam 3 hari

Hussin Nur Rahmad,  Upaya Pencegahan Diare Berulang Pada Anak Usia Toodler. Program Studi Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta .2017
Prognosis
• Penanganan yang cepat – ad bonam
• Pasien imunokompromais + dehidrasi berat – kematian

Sumber : Setiati, Siti., Alwi, Idrus., Sudoyo, Aru W., Simadibrata, Marcellus., Setyohadi,
Bambanag., Syam, Ari Fahrial. 2014. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM Ed. VI Jilid. I.
Jakarta, InternaPublishing.
5. Derajat dehirasi
Metode Daldiyono :
Kebutuhan Cairan = (skor/15) X 10% X 1 liter
6. Status Gizi Anak
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan
dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak.
Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri
sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference
2007 untuk anak 5-18 tahun.
• Status gizi pada An.RY (5 tahun)

Z-Score =

1. Berat Badan menurut umur


Z-Score =
= = -3,17 ( BB sangat kurang )
2. Tinggi Badan menurut Umur ( TB/U)
Z-Score =
= = -3,19 (sangat
pendek)

3.Berat badan menurut


Tinggi badan ( BB/TB )
Z-Score =
= = -2,81 (gizi
kurang)
4. Indeks Massa Tubuh menurut umur ( 0-60 bulan )
IMT :
IMT : = 12,18

Z-Score =
= = -2,51 (gizi kurang)
Kurva pertumbuhan anak
Kemenkes RI , Standar Antropometri Anak, 2020.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai