Seorang anak RY, laki-laki usia 5 tahun dibawa oleh tantenya ke IGD dengan
keluhan BAB cair >4x/hari. BAB cair sejak 1 bulan dan memberat sejak 1
minggu terakhir ini. Menurut tantenya, anak juga sulit makan karena sakit
menelan dan penuh sariawan di mulut, sehingga anak jadi lemas dan kurus.
Sejak sakit, pasien tidak masuk sekolah. Diketahui bahwa kedua orangtua
anak tersebut sudah meninggal sehingga akhirnya diasuh oleh tantenya
sejak usia 1 tahun.
Kata Sulit
-
Kata Kunci
• Identitas pasien : an. RY (laki – laki), usia 5 tahun
• Keluhan utama : BAB cair
• Onset : 1 bulan
• Sifat datangnya keluhan : memberat 1 minggu terakhir
• Frekuensi : >4x sehari
• Keluhan penyerta :
• Sakit menelan
• Penuh sariawan di mulut
• Sulit makan
• Pasien tampak lemas dan kurus
• Riwayat sosial :
• diasuh oleh tantenya sejak usia 1 tahun
• kedua orang tua sudah meninggal sejak usia anak 1 tahun
• Sejak sakit, anak tidak sekolah
Identifikasi Masalah
Anak RY laki – laki (5 tahun) datang ke IGD bersama tantenya dengan
keluhan BAB cair >4x per hari selama 1 bulan terakhir dan memberat 1
minggu terakhir. Disertai sulit menelan, sariawan penuh di mulut, susah
makan, tampak lemas dan kurus. Kedua orang tua meninggal sejak
anak usia 1 tahun.
Data Tambahan (ANAMNESIS)
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang :
Identitas : • diare sejak 1 bulan, memberat 1 minggu
• tanggal periksan 15 Maret 2020 • BAB >4x / hari
(berhubungan dengan perhitungan usia) • Cair
• Identitas : • Ampas (-)
• • Lendir (-)
Nama : An. RY
• • Darah (-)
Jenis kelamin : laki – laki
• • Busa (-)
Usia : 5 tahun
• • Kuning – coklat
Tanggal lahir : 9 Maret 2015
• • Cucian beras (-)
Caretaker : tante
• • Tetap diare meski makan dihentikan
Alloanamnesis : tante
• Nyeri perut (-), mules (-)
Keluhan utama : • Demam (+), 1 minggu SMRS, tidak pernah
• Diare yang memberat 1 minggu SMRS diukur dirumah
• Muntah (+), mual (-)
• 1 minggu SMRS, sariawan & nyeri tenggorok
• Sakit menelan
• Muncul bercak – bercak putih di mulut dan lidah
• Pinggir bibir kering dan luka, pasien jarang membuka mulut, hanya mau makan 2 -
3 sendok
• Cenderung minum yang banyak supaya nyeri tenggorok berkurang
• Pasien tampak semakin kurus
• Awal 15 kg, turun 4 kg sejak 1 bulan SMRS
• Sangat lemas, tidak mampu berdiri / berjalan sendiri
• Tidak masuk sekolah sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pernah diare selama 2 minggu, 1 tahun SMRS
• Sering batuk pilek
• Tidak pernah diare karena minum susu sapi
• Sakit lama, alergi, riwayat TB, kejang, minum obat dalam jangka Panjang disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Batuk lama (-), batuk darah (-)
• Orang tua pasien meninggal karena sakit namun tidak diketahui sakit apa. Ayah
meninggal saat usia pasien 6 bulan, sedangkan ibu meninggal saat usia 1 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi
• Diangkat tantenya sejak pasien usia 1 tahun karena orang tua meninggal
• Tinggal dengan 2 kakak, tante, dan om (pekerjaan tante : IRT, om : kuli
bangunan)
• Jaminan BPJS
tidak diberi uang jajan, sering mendapat jajan dari guru dan orang tua murid,
sering jajan es, mie kocok, mie lain
Riwayat Kehamilan
• Tidak diketahui sakit apa ibunya saat ini hamil, minum obat (?)
Riwayat Kelahiran
• Ditolong bidan, spontan, cukup bulan
• APGAR, PL, dan BL tidak diketahui
• Langsung menangis, biru (-), pucat (-), kuning (-), kejang (-), meconium hijau (+)
• Kelainan bawaan sejak lahir (-)
Riwayat Nutrisi
• ASI & susu formula tidak diketahui
• Pola makan biasa, 3x/hari, selalu habis 1 porsi, biasa : nasi lauk pauk & sayur
• Sejak lahir ukuran tubuh sedang, tidak pernah gemuk, tidak terlalu kurus
• BB turun 15 kg menjadi 11 kg dalam 1 bulan, BB sulit bertambah sejak 1 thn SMRS
Riwayat Imunisasi
• Hanya saat lahir
Riwayat Tumbuh Kembang
• Saat ini TK, usia 5 tahun
• Mempu mengikuti pelajaran sekolah
Data Tambahan (PEMERIKSAAN FISIK)
• Kesadaran : kompos mentis
• Keadaan umum : tampak sakit berat
• TTV :
• TD : 100/60 mmHg
• Nadi : 110x/menit
• RR : 28 x/menit
• T : 37,3oC
• Antropometri :
• BB : 11 kg
• TB : 95 cm
• LLA: 11,5 cm
Kepala : Hidung :
• Normosefal • Tidak ada napas cuping hidung
• Tidak ada deformitas Mulut :
• Rambut hitam • Mukosa kering, ada oral trush
• Persebaran merata
•
Telinga :
Tidak mudah dicabut
• Tidak ada deformitas, tidak ada
Mata : secret, membrane timpani intak
• Mata terlihat cekung Leher :
• Konjungtiva tidak pucat
• KGB tidak teraba membesar, tidak
• Sklera tidak ikterik ada gerakan otot bantu napas m.
• Refleks cahaya +/+ sternokleidomastoideus
Paru maupun thrilling
• Inspeksi : • Perkusi :
• tidak ada kelainan bentuk dada, • batas jantung normal
• pergerakan dada simetris, • Auskultasi
• tidak ada retraksi, • BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
• Iga gambang (+) Abdomen
• Palpasi : • Inspeksi :
• Fremitus simetris • Datar
• Perkusi : • Lemas
• Sonor/ sonor • Tidak terdapat venektasi
• Auskultasi : • Palpasi :
• Vesikuler/vesikuler • Tidak terdapat nyeri tekan
• Tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing • Hepar teraba 3 cm di bawah arcus costae, 5 cm
dibawah prosesus, xyphoideus, tepi tajam,
Jantung premukaan rata
• inspeksi : • Lien tidak teraba
• Iktus kordis tidak terlihat • Perkusi : shifting dullness (-)
• Palpasi : • Auskultasi : bising usus (+) normal
• iktus kordia teraba di sela iga IV 1 jari media linea
midklavikula kira, tidak ada heaving, lifting,
Punggung :
• tidak terdapat gibbus
• tidak terdapat deformitas lainnya
Genital :
• Tidak diperiksa
Anus :
• Tidak diperiksa
Extremitas :
• Tidak terdapat pitting edema
• Terdapat wasting
• Terdapat clubbing finger
• Tidak terdapat baggy pants
Kulit :
• turgor kulit kurang
Data Tambahan (PEMERIKSAAN
PENUNJANG)
• Hb : 11,8 g/dL (10,7 – 14,7 g/dL)
• Leukosit : 12.200 / µL (5.000 – 14.500)
• Trombosit : 512.000/ µL (181.000 – 521.000)
• GDS : 108 mg/dL (60 – 100)
• Natrium : 117 mmol / L (135 – 147)
• Kalium : 2,86 mmol / L (3,10 – 5,10)
• Chlorida : 95 mmol/L (95 – 108)
Analisis Masalah An. RY (laki – laki) 5 tahun
Keluhan :
- BAB cair >4x / hari
- Sakit menelan
- Mulut penuh sariawan
Gangguan gastrointestinal
bayi dan anak
Dx : diare kronis
Dd :
- Malnutrisi
- Celiac disease
- Crohn’s disease
- Irritable bowel syndrom
Hipotesis
Anak RY laki – laki (5 tahun) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang diduga menderita diare kronis.
Pertanyaan Terjaring
1. Interpretasi data tambahan • Diagnosis
2. Tabel Dd • saran pmx penunjang - HIV
(+) terkait HIV • Faktor resiko
3. Klasifikasi diare • Tata laksana
4. Diare kronis • Komplikasi
• Definisi • Pencegahan
• Epidemologi • Edukasi (intake gizi)
• Etiologi • Prognosis
• Tanda gejala 5. Skor / derajat dehidrasi
• Patofisiologi 6. Status gizi anak (kurva WHO atau CDC)
DK2P1
1. Interpretasi Data Tambahan
“Christian Martin Tjiu Ritonga”
FAA 118 032
Data Tambahan (ANAMNESIS)
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang :
Identitas : • diare sejak 1 bulan, memberat 1 minggu
• tanggal periksa 15 Maret 2020 • BAB >4x / hari
(berhubungan dengan perhitungan usia) • Cair
• Identitas : • Ampas (-)
Usia Pasien 5
• • Lendir (-)
Nama : An. RY tahun
• • Darah (-)
Jenis kelamin : laki – laki
• • Busa (-)
Usia : 5 tahun
• • Kuning – coklat
Tanggal lahir : 9 Maret 2015
• • Cucian beras (-)
Caretaker : tante
• • Tetap diare meski makan dihentikan
Alloanamnesis : tante
• Nyeri perut (-), mules (-)
Keluhan utama : • Demam (+), 1 minggu SMRS, tidak pernah
• Diare yang memberat 1 minggu SMRS diukur dirumah
• Muntah (+), mual (-)
PEMBAHASAN
Kondisi anak Suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otakMultifaktorialDistensi
Muntah berlebihan/iritasi atau respons terhadap rangsangan kimiawi
oleh emetik.
Kondisi tubuh
Sariawan
Lesi pada mukosa mulut yang umum terjadi pada setiap
orang Belum dapat ditentukan secara pastikondisi
sistemik, lokal, dan genetiktrauma, stres, hormonal,
defisiensi faktor hematologis,dan imunologis
Riwayat Penyakit Keluarga
• Batuk lama (-), batuk darah (-)
• Orang tua pasien meninggal karena sakit namun tidak diketahui sakit apa. Ayah
meninggal saat usia pasien 6 bulan, sedangkan ibu meninggal saat usia 1 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi
• Diangkat tantenya sejak pasien usia 1 tahun karena orang tua meninggal
• Tinggal dengan 2 kakak, tante, dan om (pekerjaan tante : IRT, om : kuli
bangunan)
• Jaminan BPJS
tidak diberi uang jajan, sering mendapat jajan dari guru dan orang tua murid,
sering jajan es, mie kocok, mie lain
Riwayat Kehamilan
• Tidak diketahui sakit apa ibunya saat ini hamil, minum obat (?)
Riwayat Kelahiran
• Ditolong bidan, spontan, cukup bulan
• APGAR, PL, dan BL tidak diketahui
• Langsung menangis, biru (-), pucat (-), kuning (-), kejang (-), meconium hijau (+)
• Kelainan bawaan sejak lahir (-)
Riwayat Nutrisi
• ASI & susu formula tidak diketahui
• Pola makan biasa, 3x/hari, selalu habis 1 porsi, biasa : nasi lauk pauk & sayur
• Sejak lahir ukuran tubuh sedang, tidak pernah gemuk, tidak terlalu kurus
• BB turun 15 kg menjadi 11 kg dalam 1 bulan, BB sulit bertambah sejak 1 thn SMRS
Riwayat Imunisasi
• Hanya saat lahir
Riwayat Tumbuh Kembang
• Saat ini TK, usia 5 tahun
• Mempu mengikuti pelajaran sekolah
Data Tambahan (PEMERIKSAAN FISIK)
• Kesadaran : kompos mentis
• Keadaan umum : tampak sakit berat
• TTV :
• TD : 100/60 mmHg 80-100/60 mmHg
• Nadi : 110x/menit 80-90 x/menit
TTV Anak WHO
• RR : 28 x/menit 20-30x/menit
• T : 37,3oC Sub febris normal : 36,6oC-37,2oC
• Antropometri :
• BB : 11 kg
• TB : 95 cm Berat Badan Kurang
• LLA: 11,5 cm
Standar Walanski Usia 5
tahun 17,00 cm
PEMBAHASAN
Tekanan Darah
Kekurangan volume cairan berkurangnya volume
Hipotensi ECFMenggangu curah jantungMengurangi aliran balik
vena ke jantungPenurunan curah jantungHipotensi
Iga Gambang
Tulang iga yang Merupakan tanda terdapat malnutrisi pada anakAtrofi otot
tampak/terlihat dengan dan Penipisan lemak subkutanIga terlihat dengan jelas (Alat
jelas musik gambang)
Punggung :
• tidak terdapat gibbus
• tidak terdapat deformitas lainnya
Genital :
• Tidak diperiksa
Anus :
• Tidak diperiksa
Extremitas :
• Tidak terdapat pitting edema
• Terdapat wasting
• Terdapat clubbing finger
• Tidak terdapat baggy pants
Kulit :
• turgor kulit kurang
PEMBAHASAN
Turgor Kulit Turgor kulit yang buruk jika kulit lambat kembali ke keadaan
Pemeriksaan turgor kulit
Kurang semula dehidrasi
adalah pemeriksaan
Turgor kulit normal akan kembali dalam waktu < 2 detik jika
kelenturan kulit
ditarik
Data Tambahan (PEMERIKSAAN
PENUNJANG)
• Hb : 11,8 g/dL (10,7 – 14,7 g/dL)
• Leukosit : 12.200 / µL (5.000 – 14.500)
• Trombosit : 512.000/ µL (181.000 – 521.000)
• GDS : 108 mg/dL (60 – 100)
• Natrium : 117 mmol / L (135 – 147)
• Kalium : 2,86 mmol / L (3,10 – 5,10)
• Chlorida : 95 mmol/L (95 – 108)
PEMBAHASAN
Kumpula gejala Nyeri Banyak faktor yang Sekitar 10-20% populasi Diantaranya nyeri perut,
atau rasa tidak nyaman menyebabkan terjadinya dunia menderita IBS, kembung dan rasa tidak
di perut yang IBS antara lain gangguan namun prevalensi nyaman di perut. Gejala
diasosiasikan dengan motilitas, intoleransi tertinggi pada negara lain yang menyertai
abnormalitas fungsi dan makanan, abnormalitas Amerika dan Eropa. biasanya perubahan
pergeraan usus besar, sensoris, abnormalitas Puncak insidens pada defekasi dapat berupa
namun tidak ditemukan dari interaksi aksis usia 20-39 tahun. diare, konstipasi atau
kelainan strukural, braingut, Perempuan memiliki diare yang diikuti dengan
biokimia, maupun hipersensitivitas risiko 2x lipat konstipasi. Diare terjadi
sistematik yang viseral,dan pasca infeksi dibandingka laki laki dengan karakteristik
mendasari. usus feses yang lunak dengan
volume yang bervariasi.
Crohn Disease
Docktor M. Crohn disease. Pediatr Gastroenterol A Color Handb. 2014;1(2):205–14.
Available from: http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biomedika/article/view/1651/1691
Siwy P V, Gosal F. Penyakit Crohn : Laporan Kasus. Med Scope J. 2020;2(1):7–16.
Definisi Etiologi Epidemiologi Tanda dan gejala
adalah peradangan kronis Penyebabnya belum Crohn disease terbanyak Gejala khas nyeri abdomen
dari dinding usus yang diketahui. Akan tetapi para dijumpai di Amerika Utara flare up, berulang, mereda
biasanya melibatkan ahli memfokuskan dan Eropa. Insiden dan bersifat kronis.
bagian bawah dari usus penyebab pada tiga faktor terbanyak pada usia 20 Pembengkakan meluas
kecil, bagian atas dari usus yaitu herediter, infeksi dan hingga 30 tahun, puncak sampai lapisan dinding
besar, atau keduanya tetapi autoimun. Faktor herediter kedua pada usia 50 hingga dalam dari organ terlibat,
dapat memengaruhi setiap diduga sebagai 60 tahun. Laki-laki dan menyebabkan nyeri perut
bagian dari saluran cerna. predisposisi. Walaupun perempuan mempunyai dan sering kali terjadi
faktor infeksi ikut diduga kesempatan yang sama pengosongan intestine
sebagai penyebab, namun yang memicu terjadinya
kuman penyebab belum diare, disertai mual atau
dapat diidentifikasi. penurunan berat badan.
Gangguan imunologik
disokong dengan klinis
bahwa CD sering disertai
arthritis, uveitis dan
kelainan pada kulit yang
erat hubungannya dengan
autoantibodi
3. Klasifikasi diare
• Apa saja jenis-jenis Diare ?
• Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diarepersisten atau Diare kronik.
• Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
• sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.
(Buku saku petugas kesehatan. 2011. Lima langkah tuntaskan diare. Departemen Keseharan RI Direktorat jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.)
4. Diare Kronis
Definisi diare kronik
Sumber:
Ningsih AN. Kejadian Diare Pada Bayi Di Puskesmas Umbulharjo 1 Kota Yogyakarta Tahun
2016. Politek Kesehat Kementeri Kesehat Yogyakarta [Internet]. 2017; Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1652/
• Diare kronik adalah diare yang bersifat hilang timbul, dengan durasi
waktu yang lama sekitar diatas 30 hari yang disebabkan oleh non
infeksi, seperti terjadi gangguan pada metabolisme yang mengalami
penurunan
Epidemiologi
Utami N, Luthfiana N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak. Majority [Internet]. 2016;5:101–6. Available from:
https://www.mendeley.com/catalogue/fdd61f29-e548-30b4-9a02-3d11c3
c9b4aa/
• Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada
balita. dan nomor lima bagi semua umur. Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000
adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5
episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific
Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1.000 balita.
• Prevalensi diare kronis pada anak berkisar antara 3% sampai dengan
20%. Diare kronis, rekuren pada bayi bersama dengan malnutrisi,
menyebabkan kematian 4,6 juta anak di seluruh dunia setiap tahunnya.
Walaupun angka kejadian diare kronik adalah relatif kecil bila
dibandingkan dengan diare akut, namun diare kronik secara potensial
sangat berperan dalam morbiditas, mortalitas dan malnutrisi terutama
pada anak.
Etiologi
Banyak penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan diare kronis pada anak. Penyebab
umumnya termasuk :
• Infeksi
• Gangguan Saluran Pencernaan Fungsional
• Toddler’s diarrhea
• Irritable Bowel Syndrome (IBS)
• Alergi dan Intoleransi Makanan
• Alergi makanan
• Penyakit celiac
• Intoleransi laktosa
• Intoleransi fruktosa makanan
• Inflammatory Bowel Disease
• Kolitis ulseratif
• Penyakit Crohn
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2021). Symptoms & Causes of Chronic Diarrhea in Children | NIDDK. [online] National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Available at: https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/chronic-diarrhea-children/
symptoms-causes
Manifestasi Klinis
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2021). Symptoms & Causes of Chronic Diarrhea in Children | NIDDK. [online]
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Available at:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/chronic-diarrhea-children/symptoms-causes
Patofisiologi
Aiz
Patofisiologi
• Patofisiologi terjadinya diare kronik tidak hanya disebabkan satu
mekanisme saja yang berperan menyebabkan diare, namun biasanya
lebih dari satu mekanisme yang bersama-sama menyebabkan diare.
Beberapa mekanisme utama tersebut adalah : inflamatori,
osmotik,sekretori, iatrogenik, motility, dan fungsional
Diare kronik inflamatori
• Pada diare kronik sekretori terjadi sekresi cairan tubuh ke lumen usus
sehingga pasien dapat mengalami kelainan elektrolit dan asam-basa,
antara lain hipokalemia dan asidosis pada VIPoma(Vener-Morrison
Syndrome)
Diare Kronik Iatrogenik
• Bila peristaltik usus meningkat maka terjadi pergerakan isi usus yang
cepat ke distal. Hal tersebut menyebabkan absorbsi cairan dan nutrien
dari lumen usus berkurang, akibatnya jumlah cairan dalam lumen usus
berlebihan sehingga konsistensi tinja menjadi lebih cair serta
volumenya lebih banyak, maka terjadilah diare
Diare Kronik Fungsional
Sumber :
World Health Organization Indonesia bekerjasama dengan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan anak di Rumah Sakit. 2009
Wiryani, C., and I. Dewa NW. "Pendekatan Diagnosik dan Terapi Diare
Kronis." Jurnal Penyakit Dalam 8 (2007): 66-78
4g
4h
Komplikasi
• Defisiensi lactase
• Pertumbuhan bekteri di usus secara berlebihan
• Sindrom malabsorpsi
• Demam typhoid
• Dehidrasi berat
• Urin berwarna gelap
Sumber : Setiati, Siti., Alwi, Idrus., Sudoyo, Aru W., Simadibrata, Marcellus., Setyohadi,
Bambanag., Syam, Ari Fahrial. 2014. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM Ed. VI Jilid. I.
Jakarta, InternaPublishing.
j. pencegahan
Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare, pencegahan tingkatan pertama (Primary Prevention),
tingkatan kedua (secondary Prevention), dan tingkatan ketiga (tertiary Prevention).
- tingkat pertama :
Dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap
diare, Tindakan yang dilakukan yaitu, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat dan
mencuci tangan dengan sabun.
- tingkat kedua :
Ditujukan kepada anak yang telah menderita diare, tindakan yang dilakukan yaitu berikan penderita
lebih banyak cairan dari biasanya seperti oralit atau larutan gula garam untuk mencegah dehidrasi
serta pemberian makanan yang mudah dicerna dan dapat diserap zat- zat gizinya seperti bubur
tempe.
- Oralit sendiri diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang hilang karena diare. Walaupun air penting untuk pencegahan dehidrasi,
air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam dan elektrolit
yang diperlukan saaat diare dengan dehidrasi, untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh maka diberikan oralit.
- Tingkat ketiga :
Ditujukan kepada penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai
bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat
diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare
disebebkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh.
Pencegahan tingkat ketiga adalah mencegah diare bertambah berat atau
sampai terjadi komplikasi, segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila
diare tidak membaik dalam 3 hari
Hussin Nur Rahmad, Upaya Pencegahan Diare Berulang Pada Anak Usia Toodler. Program Studi Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta .2017
Prognosis
• Penanganan yang cepat – ad bonam
• Pasien imunokompromais + dehidrasi berat – kematian
Sumber : Setiati, Siti., Alwi, Idrus., Sudoyo, Aru W., Simadibrata, Marcellus., Setyohadi,
Bambanag., Syam, Ari Fahrial. 2014. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM Ed. VI Jilid. I.
Jakarta, InternaPublishing.
5. Derajat dehirasi
Metode Daldiyono :
Kebutuhan Cairan = (skor/15) X 10% X 1 liter
6. Status Gizi Anak
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan
dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak.
Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri
sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference
2007 untuk anak 5-18 tahun.
• Status gizi pada An.RY (5 tahun)
Z-Score =
Z-Score =
= = -2,51 (gizi kurang)
Kurva pertumbuhan anak
Kemenkes RI , Standar Antropometri Anak, 2020.
Kesimpulan