Anda di halaman 1dari 31

OSTEOPOROSIS

Osteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang ditandai oleh


compromised bone strength sehingga tulang mudah fraktur
Dibagi 2 :
Osteoporosis Primer
Tidak diketahui penyebabnya
Dibagi menjadi 2 :
Osteoporosis tipe I ; akibat defisiensi estrogen pasca
menopause
Osteoporosis tipe II = osteoporosis senilis; akibat gangguan
absorbsi kalsium di usus, defisiensi estrogen
Osteoporosis Sekunder
Akibat penyakit lain
KARAKTERISTIK OSTEOPOROSIS PRIMER I & II

TIPE I TIPE II
Umur (tahun) 50-75  70
♀ : ♂ 6:1 2:1
Tipe kerusakan tulang Terutama trabekular Trabekular & kortikal
Bone turnover Tinggi Rendah
Lokasi fraktur terbanyak Vertebra, radius distal Vertebra, kolum femoris
Fungsi paratiroid menurun meningkat
Efek Estrogen Terutama skeletal Terutama ekstraskeletal
Etiologi Utama Defiiensi estrogen Penuaan, defisiensi
estrogen
PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS I
PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS II
DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Penunjang
ANAMNESIS

Keluhan utama: tidak ada keluhan sampai timbul


fraktur.
Gejala sesuai lokasi fraktur (caput femur, vertebra
torakal dan lumbal, distal radius) misalnya nyeri
pinggang bawah, penurunan tinggi badan, kifosis.
FAKTOR RESIKO

 Riwayat obat-obatan rutin: kortikosteroid, hormon tiroid, anti


konvulsan [fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, pirimidon,
asam valproat], warfarin.

 Riwayat Penyakit Dahulu : penyakit ginjal kronik, saluran


cerna, hati, hipertiroidisme, hipogonadisme, sindrom
Cushing, insufisiensi pankreas, artritis reumatoid.

 Faktor-faktor lain: merokok, peminum alkohol, riwayat haid,


menarche, menopause dini, penggunaan obat-obat
kontrasepsi, riwayat keluarga dengan osteoporosis, asupan
kalsium kurang.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum, tinggi dan berat badan, gaya berjalan, deformitas


tulang, leg length inequality.
Evaluasi gigi geligi
Tanda-tanda goiter, jaringan parut pada leher  riwayat operasi
tiroid.
Sklera biru  osteogenesis imperfekta ( disertai : ketulian,
hiperlaksitas ligamen, hipermobilitas sendi & kelainan gigi)
Café-au-laits spots  sindrom Mc Cune-albright.
Tanda hipokalsemi : Chovstek dan Trosseau
Protuberansia abdomen akibat kifosis
Kifosis dorsal (Dowageris Hump), spasme otot paravertebra, kulit
yang tipis tanda McConkey
Nyeri tulang atau deformitas akibat fraktur
Radiologis

Foto polos  untuk kecurigaan fraktur osteoporosis


misalnya pada fraktur vertebra atau panggul
Bone Densitometry
BONE DENSITOMETRY (BMD)

Densitas massa tulang  kekuatan tulang & resiko


fraktur
Densitometri  pemeriksaan densitas massa tulang
menilai faktor prognosis, prediksi fraktur,
mendiagnosis osteoporosis.
Metode:
 Single-photon absorptiometry (SPA) & Single-energy X-ray
absorptiometry (SPX) lengan bawah & tumit
 Dual photon absorptiometry (DPA) & Dual-energy X-ray
absorptiometry (DXA) lumbal dan proximal femur
 Quantitative computed tomography (QTC)
Bagian tulang yang diperiksa :
o Tulang belakang (Ll-L4),
o Tulang panggul (femoral neck, total femoral
neck),
o Lengan bawah (bila tulang belakang &/ panggul
tidak dapat diukur, hiperparatiroidisme
obesitas).
Indikasi BMD

Wanita premenopause dengan risiko tinggi,


Laki-laki dg satu atau lebih faktor risiko
(hipogonadisme, pengguna alkohol, osteoporosis pada
radiografi, fraktur karena trauma ringan),
Imobilisasi lama lebih dari 1 bulan,
Asupan kalsium yang rendah lebih dari 10 tahun,
Artritis reumatoid atau spondilitis ankilosa selama lebih
dari 5 tahun
Awal terapi steroid atau methotrexat dan setiap 1-2
tahun pengobatan,
Dalam terapi antikonvulsan  dilantin atau
fenobarbital > 5 tahun,
Kreatinin klirens < 50 mililiter] menit atau penyakit
tubular ginjal,
Osteomalasia,
Hiperparatiroidisme,
Terapi pengganti tiroid lebih dari 10 tahun,
Evaluasi terapi osteoporosis,
Wanita postmenopause dengan 2 atau lebih faktor
risiko.
Pada wanita post menopause dan laki-laki ≥ 50 tahun
tanpa adanya fraktur patologis menggunakan T-score:
Normal : Nilai T-score ≥ -1 SD rata2 nilai densitas massa
tulang dewasa muda
Osteopenia : Nilai T-score -1 s/d -2,5 SD
Osteoporosis : Nilai T score ≤ -2,5
Osteoporosis berat : fraktur +
Pada wanita premenopause dan laki-laki < 50 tahun, dan
anak-anak menggunakan Z-score :
Nilai Z-score > -2 SD within expected range for age
Nilai Z-score ≤ -2 SD  low BMD for chronological age
Petanda biokimia tulang

Pemeriksaan petanda biokimia tulang ini ditujukan untuk menilai turnovertulang.


Pada osteoporosis high bone turnover pemeriksaan petanda biokomia tulang bisa
digunakan untuk menilai respon terapi secara lebih dini.
DIAGNOSIS BANDING

Osteomalasia,
Tumor,
Osteonekrosis,
Metastasis,
Osteogenesis imperfekta,
Renal osteodystrophy,
Sickle cell anemia,
Fraktur patologis sekunder yang disebabkan
metastasis.
TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS

Edukasi dan pencegahan


Latihan dan program rehabilitasi
Belum osteoporosis sifat latihan : pembebanan tulang
Pasien osteoporosis  latihan tanpa beban ditingkatkan
secara bertahap hingga mencapai latihan beban yang
adekuat.
Memenuhi kebutuhan kalsium > 1200 mg/hari dan
Vitamin D 800 — 1000 U/hari.
Paparan sinar matahari yang cukup
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS

Bifosfonat:
Alendronat, dosis 10 mg/hari atau '70 mg/minggu peroral
Risendronat, dosis 5 mg/hari atau 35 mg/minggu atau 150 mg/bulan peroral
Ibandronat, dosis 150 mg/bulan peroral atau 3 mg/3bulan intravena
Asam Zoledronat, dosis 5 mg/tahun intravena
Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM): Raloxifene, dosis 60-120
mg/hari
Terapi lainnya
Kalsitriol
Hormon Paratiroid
Strontium Ranelat
Kalsitonin injeksi [untuk pencegahan acute bone loss pada pasien dengan
iMobilisasi,diberikan paling lama empat minggu
Denosumab [belum tersedia di Indonesia]
TERAPI BEDAH

Bila terjadi fraktur, t.u fraktur panggul.


Penderita osteoporosis usia lanjut + fraktur, bila
diperlukan tindakan bedah  segera dilakukan untuk
menghindari imobilisasi yang lama dan komplikasi
fraktur.
Tujuan : mendapatkan fiksasi yang stabil  mobilisasi
dapat sedini mungkin.
Asupan kalsium harus tetap diperhatikan, sehingga
mineralisasi kalus menjadi sempurna.
 Terapi medikamentosa tetap diberikan.
KOMPLIKASI

Kifosis,
Penurunan tinggi badan,
Nyeri punggung,
Nerve entrapment syndrome,
Peningkatan risiko jatuh & fraktur.
PROGNOSIS

Untuk menentukan risiko terjadinya fraktur panggul dan


fraktur osteoporosis lain  WHO Fracture Risk
Assessment Tool (FRAX)
Mengisi kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan yang
dapat diakses di http://www.shef.ac.uk/FRAX/tool.jsp?
country=46 (khusus Indonesia)
 Keluar prediksi berupa persentase terjadinya fraktur
panggul osteoporosis mayor dalam 10 tahun yang akan
datang.
Faktor risiko yang dinilai dalam kalkulasi FRAX
TERIMA KASIH
EFEK ESTROGEN TERHADAP BERBAGAI SEL
TULANG

Osteoblas Osteosit Osteoklas Kondrosit


↑ Proliferasi ↓ apoptosis ↑ c-fos, c-jun, ↑ pertumbuhan
osteoblas osteosit TGF-ß endokondral
selama pubertas,
mempercepat
penutupan
lempeng epifisis
↑ sintesis DNA, ↑ ekspresi ERα ↓ TRAP, capthesin
IGF-1, TGF-ß, B, D
BMP-6, OPG
↑ alkali fosfatase, ↑ apoptosis
mineralisasi tulang osteoklas
↓ kolagen tipe 1, ↓ formasi
ekspresi ERα osteoklas
↓ aksi PTH,
apoptosis
osteoblas

Anda mungkin juga menyukai