Anda di halaman 1dari 38

OSTEOPOROSIS

Dr. I Nyoman Suarjana, SpPD-KR


Divisi Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK UNLAM/RSUD Ulin, Banjarmasin
PENDAHULUAN

 Osteoporosis (OP) : penyakit tulang sistemik


yang ditandai oleh penurunan massa tulang &
perubahan mikroarsitektur jaringan tulang,
yang menyebabkan peningkatan kerapuhan
tulang & kerentanan untuk terjadinya fraktur

 OP merupakan masalah kesehatan


masyarakat yang utama karena semakin
meningkatnya populasi penduduk usia lanjut
 Prevalensi OP di Indonesia sebesar 10,3 %,
dimana 2 dari 5 penduduk Indonesia
mempunyai resiko untuk terkena OP

 Fraktur panggul & tulang belakang hampir


selalu memerlukan perawatan di rumah sakit
:
- 20% fatal
- 50% disabilitas permanen
- hanya 30% yang sembuh dengan baik
 Patogenesis terjadinya OP secara selular
disebabkan karena jumlah & aktifitas sel
osteoklas lebih besar sel osteoblas

 Ketidakseimbangan antara formasi dan


Resorpsi tulang  Penurunan massa tulang

 OP pascamenopause terjadi akibat adanya


defisiensi estrogen
Massa Tulang

 Pucak massa tulang dicapai pada usia


30 – 34 tahun

 Rata-rata kehilangan massa tulang


pasca menopause 1.4% / tahun
REMODELING TULANG

 Remodeling tulang :
= Merupakan proses dimana tulang lama
dihilangkan (resorpsi tulang) &
digantikan dgn tulang yang baru (formasi
tulang)

 Unit remodeling tulang : BMU (basic


multicellular unit) :  Team
= Osteoklas (didepan)
= Osteoblas (dibelakang)
= Kapiler pembuluh darah sentral
= Saraf
BMU :
 Masa hidup BMU : 6-9 bulan

 Kecepatan : 25 mm/hari

 Volume tulang yang digantikan oleh satu BMU : 0,025


mm3

 Masa hidup osteoklas : 2 minggu

 Masa hidup osteoblas (aktif) : 3 bulan

 Interval antara peristiwa remodeling berturut-turut


dilokasi yang sama : 2-5 tahun

 Kecepatan turnover pada keseluruhan tulang : 10% per


tahun
Faktor Risiko Osteoporosis

• Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi

• Faktor risiko dapat dimodifikasi


FAKTOR-FAKTOR RESIKO

• Faktor resiko :
 Tidak bisa diubah : sex, ras, umur,
menopause, bentuk tubuh

 Bisa diubah : kebiasaan, merokok, minum


alkohol, pemakai obat-obatan,
underweight, kekurangan calcium (diet),
olah raga yang berlebihan
Test BMD secara teratur
Faktor-faktor resiko yang penting :

 Sex - Diet : kurang kalsium


 Ras banyak fosfat
 Umur banyak garam
 Menopause premature *) banyak protein
 Amenore *)
 Menopause - Sejarah keluarga
 Latihan fisik kurang,
immobilisasi karena - Sejarah fraktur
osteoporosis*)
 Latihan fisik terlalu banyak
 Kopi, alkohol, rokok *) Resiko tinggi
Penyakit: - Kronis : liver, ginjal Obat-obatan :
- RA *) - hormon tiroid
- Hipertiroid*) - steroid
- Hiperparatiroid*)
- Diabetes
- Cushing Operasi
- Anorexia nervosa - Gastrektomi
- Molabsorpsi - Bypass intestin
- Kanker*) - Tiroidektomi

*) Resiko tinggi
Klasifikasi

• Osteoporosis Primer (Involusional)

• Osteoporosis Sekunder
Klasifikasi

• Osteoporosis primer :

 Osteoporosis tipe I

 Osteoporosis tipe II
Karakteristik osteoporosis primer

Tipe I Tipe II

Umur (tahun) 50-75 >70

Peremp : Laki-laki 6:1 2:1

Jenis tulang Trabekular Trabekular, kortikal

Bone turnover Tinggi Rendah

Lokasi fraktur Vertebra, radius distal Vertebra, kolum femoris

Fungsi PTH Menurun Meningkat

Efek Estrogen Skeletal Ekstraskeletal

Etiologi utama Defisiensi estrogen Penuaan, def. estrogen


Patogenesis osteoporosis tipe I
Menopause

 estrogen

Bone marrow
Stromal cell + sel
mononuklear  absorpsi  reabsorbsi
kalsium di usus kalsium di ginjal
Osteoblas Sel endotel Osteoklas

Hipokalsemia

 IL-1, TNF-,  TGF-  NO


IL-6, M-CSF
 PTH

 diferensiasi &  resorpsi tulang


maturasi osteoklas

Osteoporosis

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam


Patogenesis osteoporosis tipe II dan fraktur

Usia lanjut
Defisiensi vitamin D,  absorpsi Ca
 aktifitas 1- hidroksilase, di usus
resistensi thd vit D

 reabsorpsi Ca
di ginjal

 sekresi GH  aktifitas fisik  sekresi


& IGF-1 estrogen

Hiperparatiroidism
e sekunder

Gangguan fungsi  turnover tulang


osteoblas  Risiko terjatuh
( kekuatan otot,
 aktifitas otot,
medikasi, gangguan
Osteoporosis keseimbangan,
gangguan penglihatan,
dll

Fraktur

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam


Pendekatan Klinis Osteoporosis

• Anamnesis

• Pemeriksaan Fisik

• Laboratorium

• Pemeriksaan Radiologi

• Histopatologi
Anamnesis
• Sebelum terjadi fraktur tidak ada gejala:

“Osteoporosis is the silent disease”


“Osteoporosis is the silent thief”
• Trauma minor  fraktur

• Imobilisasi lama

• Penurunan tinggi badan

• Paparan sinar matahari

• Asupan kalsium, fosfor dan vitamin D


Anamnesis
• Gaya hidup dan latihan/olah raga

• Obat-obatan yang diminum

• Alkohol

• Merokok

• Riwayat penyakit

• Riwayat haid, menarke, menopause

• Penggunaan obat kontrasepsi


Pemeriksaan Fisik

• Tinggi badan dan berat badan

• Gaya berjalan pasien

• Deformitas tulang

• Nyeri spinal
Laboratorium
• Petanda biokimia turnover tulang

 Petanda formasi

• Bone-Specific alkali phospatase (BSAP)

• Osteocalcin (OC)

• Carboxy-terminal propeptide of type I collagen


(PICP)

• Amino-terminal propeptide of type I collagen (PINP)


Laboratorium
• Petanda biokimia turnover tulang
• Petanda resorbsi

– Hidroksiprolin urin
– Free and total pyridinolines urin
– Free and total deoxypryridinolines urin
– N-telopeptide of collagen cross-links urin (NTX)
– C-telopeptide of collagen cross-links urin (CTX)
– Cross-linked C-telopeptide of type I collagen
(ICTP) serum
– Tartrate-resistant acid phospatase serum
Pemeriksaan Radiologis

• Radiologi tulang

 Gambaran radiologik yang khas adalah penipisan korteks dan


daerah trabekular yang lebih lusen

 Pada tulang vertebra: gambaran picture-frame vertebra

 Baru terdeteksi setelah terjadi penurunan massa tulang


sekitar 30%
Radiologi tulang

• Vertebra
 Peningkatan daya tembus sinar pada korpus vertebra
 Hilangnya trabekula horisontal disertai semakin
jelasnya trabekula vertikal
 Pengurangan ketebalan korteks anterior korpus
vertebra
 Perubahan end plates
 Abnormalitas bentuk korpus vertebra
 Ditemukan fraktur spontan atau setelah trauma minor
pada foto vertebra
Radiologi tulang

• Femur proksimal

 Ujung proksimal femur terdiri dari


trabekula tulang yang tersusun dari 2
lengkung yang saling menyilang

 Perjalanan osteoporosis: penipisan


trabekula dan beberapa diresorbsi
sempurna
Pemeriksaan Densitas Massa Tulang

• Single-photon absorptiometry (SPA)

• Dual-photon absorptiometry (DPA)

• Quantitative computer tomography (QCT)

• Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA)


Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA)

• Hasil pengukuran:

 Densitas mineral tulang pada area yang


dinilai satuan bentuk gram per cm2

 Kandungan mineral tulang dalam satuan


gram
Bone Densitometry
Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA)

28
Densitometri Tulang
Indikasi :
• Defisiensi estrogen
• Gambaran RÖ spinal abnormal/osteopenik
• Penderita dl glukokortikoid, anti koagulan atau anti konvulsan
jangka panjang
• Hiperparatiroidisme primer asimtomatik
• Evaluasi dengan risiko tinggi osteoporosis: alkoholisme,
amenore, anoreksia nervosa, hiperparatiroidisme sekunder, dll)
• Evaluasi terapi osteoporosis
Densitometri Tulang

Bagian-bagian tulang yang diukur (Region of Interest,


ROI):
1. Tulang belakang (L1-L4)
2. Tulang panggul
- Femoral neck
- Total femoral neck
- Trochanter
3. Lengan bawah (33% radius),
 Dari ketiga lokasi tersebut digunakan nilai T-score
paling rendah untuk diagnosis osteoporosis
Diagnosis

Diagnosis Kriteria

Normal T-score > -1


Osteopenia T-score < -1 dan > -2.5
Osteoporosis T-score < -2.5
Severe osteoporosis T-score < -2.5 dengan fraktur

T = peak bone mass, BMD dinyatakan dengan T score atau standard


deviation units (SD) dimana BMD individu dikurangi dengan BMD rata-
rata pada wanita muda (peak bone mass)
OBAT-OBATAN
– Calcium : 1200 mg/hari > 50th
– Vit D : 400-800 IU/hari
• Wanita : 500-700 mg/ hari
• Standar : 400 IU vit D
• Tambahan vit D : 800 IU (usia >70 th)
– Calcitonin
– Intra nasal 200 U/ hari
– Kadar puncak 20-30 menit
– Raloksifen
• Anti esterogen spt esterogen di tlg, lipid
• 60 mg/ hari
• KI wanita hamil
– Bisfosfonat
• Alendronat 10 mg/ hari
• Risendronat 35 mg/minggu (1x/mgg)
Terapi Pengganti Hormon

Wanita pasca menopause


 estrogren + medroksiprogesteron asetat
Wanita pra-menopause
 estrogen (hari 1-25)
medroksiprogesteron asetat (hari 15-25)
 hari ke 26-28 stop, ulangi kembali
Laki-laki
 testosteron
Terapi Pengganti Hormon
• Kontraindikasi absolut
 Kanker payudara

 Kanker endometrium

 Hiperplasi endometrium

 Kehamilan

 Perdarahan uterus disfungsional

 Hipertensi sulit dikontrol

 Penyakit tromboemboli

 Karsinoma ovarium

 Penyakit hati yang berat


Obat Lain

• Strontrium Lanerate

• Sodium fluoride

• Teriparatide (recombinant parathyroid hormone 1–34)


38
16000296-03

Anda mungkin juga menyukai