Anda di halaman 1dari 40

REFERAT

OSTEOPOROSIS

Pembimbing : Kapten CKM dr. Mulya Imansyah, Sp.OT

Oleh :
Ega Rahmadani
30101306927
TINJAUAN PUSTAKA
TULANG
STRUKTUR TULANG

Struktur tulang : woven bone: serabut kolagen tidak teratur, sel tidak
memiliki orientasi tertentu
Tulang matur : lamellar bone : serabut kolagen tersusun parallel satu
sama lain. Terdiri dari =
- Tulang kompakta/ kortikal
- Tulang berongga / cancellous/trabecular
Tulang dilapisi membrane periosteal dibagian luar(kecuali
permukaan sendi), bagian dalam dilapisi endosteal.
TULANG Terdiri dari :
- Matriks kolagen : terutama serabut kolagen tipe I
- Mineral : hampir setengah dari volume tulang adalah
mineral(terutama kalsium dan fosfat dalam bentuk crystalin
hydroxyapatite)
- Sel – sel : (osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, osteoklas)
Pada tulang yang aktif tumbuh, terdapat
empat jenis sel:

1. Osteoprgenitor : Seperti jaringan ikat lain, tulang semula berkembang dari


mesenkim embrional yang memiliki potensi perkembangan sangat luas,
menghasilkan fibroblast, sel lemak, otot, dan sebagainya. Sel ini paling aktif
selama pertumbuhan tulang namun diaktifkan kembali semasa kehidupan
dewasa pada pemulihan fraktur tulang dan bentuk cedara lainnya.

2. Osteoblast : berhubungan dengan pembentukan tulang, kaya alkaline


phosphatase dan dapat merespon produksi maupun mineralisasi matriks. Pada
akhir siklus remodelling, osteoblast tetap berada di permukaan tulang baru,
atau masuk ke dalam matriks sebagai osteocyte.
3. Osteocyte : berada di lakunare, fungsinya belum jelas. Diduga di
bawah pengaruh hormone paratiroid (PTH) berperan pada resorbsi
tulang (osteocytic osteolysis) dan transportasi ion kalsium. Osteocyte
sensitif terhadap stimulus mekanik dan meneruskan rangsang
(tekanan dan regangan) ini kepada osteoblast

4. Osteoclast : mediator utama resorbsi tulang, dibentuk oleh


prekursor monosit di sumsum tulang dan bergerak ke permukaan
tulang oleh stimulus kemotaksis. Dengan meresorbsi matriks akan
meninggalkan cekungan di permukaan tulang yang disebut Lakuna
Howship.
Fungsi sistem rangka

• Sebagai penyimpan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid


• Sebagai penyangga : berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligament, otot jaringan lunak dan organ
• Produksi sel darah
• Pelidung :membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak
• Penggerak : dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak, adanya persendian
Remodelling Tulang
• Tulang organ dinamis, selalu berubah dan mengalami
pembaruan
• Pembaruan mulai dgn proses pengeroposan tulang (sel
osteoclast) diikuti proses pembentukan tulang (sel osteoblast)
ditempat pengeroposan, dilanjutkan mineralisasi shg diganti
oleh tulang baru yg kuat
• Proses pengeroposan dan pembaruan berjalan seimbang 
Remodelling
Sel-sel tulang yg berfungsi dalam proses membentuk tulang,
resorpsi tulang, keseimbangan mineral tulang (remodelling
tulang)

1. Osteoblas : fungsi memproduksi osteoid atau matrik tulang


guna memproduksi pospat, osteocalsin, kolagen,
mineralisasi tulang.
2. Osteosit : menjadikan tulang sensitif terhadap tekanan,
mengontrol mineralisasi tulang
3. Osteoklas : berfungsi dalam menyerap tulang, merusak
massa tulang.
OSTEOPOROSIS

Asal kata :
osteo dan porous,
asteo artinya tulang dan 
porous berarti berlubang-lubang atau keropos.
Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,

Osteoporosis penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh


penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang mudah rapuh dan patah, yang biasanya
melibatkan pergelangan tangan, tulang belakang, tulang panggul,
tulang rusuk, pelvis, dan humerus. World Health Organization
(WHO)
DEFINISI

• Menurut National Institute of Health (NIH) adalah penyakit


yang mengganggu kekuatan tulang yang menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya fraktur.

Hubungan antara pengurangan kepadatan tulang terkait usia dan


risiko patah tulang didapatkan awalnya dari Astley Cooper
seorang ahli bedah dan anatomi dari Inggris. Istilah
"osteoporosis" dan penampakan patologisnya didapatkan oleh
ahli patologi Perancis, Jean Lobstein. Endokrinologis dari
Amerika Serikat, Fuller Albright tmengaitkan antara
osteoporosis dengan keadaan post-menopause.
KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS

1. Osteoporosis Primer :kekurangan hormon (wanita), usia lanjut,


ketuaan.
OP tipe I : dihubungkan dgn penurunan hormon estrogen (post
menopouse osteoporosis)
OP tipe II : senile osteoporosis.
2. Osteoporosis Sekunder : disebabkan oleh keadaan klinis tertentu.
Insiden :1.7 – 2.4 % usia lebih 25 tahun
laki-laki : wanita = 1 : 8

Faktor yg mempengaruhi epidemiologi OP


1. Diet rendah calsium
2. Kandungan calsium air minum rendah pada daerah-daerah
tertentu
3. Menyusui lebih dri usia 2 tahun
4. Paritas tinggi
5. Merokok dan alcohol
• Osteoporosis Primer tipe 1

disebabkan karena kekurangan hormon estrogen (hormon utama pada


wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang
pada wanita.
Biasanya timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun,
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai produksi sitokin
oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononklear seperti IL-1, IL-6
dan TNF-ά yang berperan meningkatkan kerja osteoklas. Dengan
demikian, penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan
produksi berbagai sitokin sehingga aktivitas osteoklas meningkat
 Osteoporosis tipe 2
Dengan bertambahnya umur, remodeling endokortikal dan
intrakortikal akan meningkat sehingga kehilangan tulang
terutama terjadi pada tulang kortikal, misalnya pada femur
proksimal. Total permukaan tulang untuk remodelling tidak
berubah dengan bertambahnya umur, hanya berpindah dari
tulang trabekular ke tulang kortikal.
Osteoporosis Sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis. Kondisi
osteoporosis sekunder ini sendiri disebabkan oleh
- keadaan medis lainnya seperti gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal)
- obat-obatan. (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan
hormon tiroid yang berlebihan).
- Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk
keadaan osteoporosis.
Etiologi
Osteoporosis Primer Osteoporosis Sekunder

Anak dan remaja : (1) Gangguan neuromuskular


(1) Idiopathic juvenile osteoporosis  Cerebral palsy
 Duchenne muscular dystrophy
(2) Heritable disorders of connective tissue  Imobilisasi lama
(2) Penyakit Kronik
 Osteogenesis imperfecta Leukemia

 Ehler–Danlos syndrome Diffuse connective tissue diseases

 Bruck syndrome Fibrosis Kistik

 Marfan syndrome Inflammatory bowel diseases

 Osteoporosis pseudoglioma syndrome Sindroma malabsorbsi (celiac disease)

 Homocystinuria Talasemia

   Sirosis bilier primer
 Sindroma nefrotik
Dewasa :
 Anoreksia nervosa
(1) Osteoporosis tipe I (post menopause)  TransplantasioOrgan
(2) Osteoporosis tipe II (senilis)  Infeksi HIV
(3) Gangguan endokrin
 Pubertas terlambat
 Hipogonadisme
 Turner syndrome
 Defisiensi hormon pertumbuhan
 Hipertiroidisme
 Diabetes mellitus
 Hiperprolaktinemia
 Cushing syndrome
L an ju ta n O P se k u n d er

(4) Inborn errors of metabolism


 Intoleransi protein
 Gangguan Penyimpanan Glikogen
 Galaktosaemia
 Penyakit Gaucher

(5) Obat-obatan
 Glukokortikoid
 Methotrexate
 Siklosporin
 Heparin
 Radioterapi
 Obat antikonvulsan
PENDEKATAN KLINIS
OSTEOPOROSIS

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan biokimia tulang
• Pengukuran densitas massa tulang
• Pemeriksaan radiologi
• Pemeriksaan fungsi organ terkait seperti :
ginjal, hati, sal. cerna, tiroid dsb.
Anamnesis :
• Tanyakan : Identitas, onset menopause, nutrisi, tingkat aktivitas fisik,
gangguan pertumbuhan, riw. keluarga
• Tanyakan ada keluhan seperti nyeri punggung, nyeri yg tiba” pada
tulang disekitar sendi besar atau gejala yg menandakan fraktur yg jelas
karena cidera

Pemeriksaan fisik :
- Ukur TB, BB
• Gaya berjalan, deformitas tulang
• Tanda-tanda hipocalsemia
• Tanda-tanda hipoperatiroidisme idiopatik
• Kyfosis atau gibbus (dowager’s hump)
• Protuberentia abdomen, spasme otot paravertebrine, kulit tipis (tanda Mc.
Conkey)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan biokimia tulang


-Calsium total serum
-Calsium ion
-Calsium urin
-Fosfor urin
-Fosfat urin
-Osteocalsin, serum
-Priridinolin urin
-Hormonal paratiroid & vit D (bila perlu)
• Densitometer (Lunar)
• Pemeriksaan ini menggunakan teknologi DXA (dual-
energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan
gold standard diagnosis osteoporosis. Pemeriksaan
kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri
serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat
berguna untuk wanita yang memiliki risiko tinggi
menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya
belum pasti, dan penderita yang hasil pengobatan
osteoporosisnya harus dinilai secara akurat.
• Densitometer-USG.
Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit
osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai
lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5
berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti
osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan
harga pemeriksaannya yang lebih murah.
• Radiologi
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yag lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang – tulang
vertebra yang memberikan gambaran picture–frame vertebra.
• Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx.
Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda
biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang
dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses
pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau
pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. Proses pembentukan tulang dapat
diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin.
Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat
digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk
menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya.
Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan
osteoporosis.
TATALAKSANA

National Osteoporotic Foundation (NOF) American College of Physicians


merekomendasikan bahwa terapi
farmakologis hanya dilakukan untuk wanita merekomendasikan obat-obat berikut, yang
menopause dan pria berusia 50 tahun atau dikonsumsi dengan memperhatikan
lebih yang memiliki keadaan berikut:
adekuasi intake kalsium dan vitamin D:
• Fraktur panggul atau vertebra
• T-score -2.5 atau kurang pada leher  Bifosfonat
femoralis atau vertebra setelah evaluasi  Raloxifene
yang tepat untuk menyingkirkan penyebab
sekunder  Kalsitonin
• Massa tulang yang rendah (T-score -1.0  Denosumab
antara -2.5 dan di leher femoralis atau  Teriparatide (rekombinan hormon
tulang belakang) dan probabilitas 10-tahun
patah tulang pinggul sebesar 3% atau paratiroid manusia)
lebih, atau probabilitas 10-tahun patah
tulang osteoporosis 20 % atau lebih.
Gaya hidup

- Aktivitas fisik dan latihan


- Diet, nutrisi, dan berat badan
- Merokok
- Alkohol
BIPHOSPHONAT

• Berasal dari pirofosfat


• Bifosfonat adalah kelas obat yang dapat mencegah hilangnya
massa tulang, digunakan untuk mengobati osteoporosis dan
penyakit serupa. Bifosfonat adalah obat yang paling sering
diresepkan untuk mengobati osteoporosis.
• Biphosphonat bekerja dengan cara berikatan dengan
hidroksiapatit
• Aktivitas osteoklast dikurangi dengan cara mengurangi ruffled
broder, produksi asam, dan enzim lisosomal serta
prostaglandin
• Jumlah osteoklas diturunkan dengan peningkatan apoptosis
dan inhibisi rekrutmen osteoklast
RALOXIFENE

Raloxifene merupakan selective estrogen receptor modulator


(SERM). Raloxifene memiliki sifat estrogenik pada tulang dan anti-
estrogenik pada rahim dan payudara. Raloxifene digunakan dalam
pencegahan osteoporosis pada wanita pascamenopause dan untuk
mengurangi risiko kanker payudara invasif pada wanita
postmenopause dengan osteoporosis dan pada wanita menopause
yang berisiko tinggi untuk kanker payudara. Baik untuk pengobatan
atau pencegahan osteoporosis, suplementasi kalsium dan / atau
vitamin D harus ditambahkan pada diet jika asupan harian tidak
memadai.
KALSITONIN

Kalsitonin meruakan hormon yang diproduksi oleh sel


paraffolikular dari kelenjar tiroid. Dalam bentuk obat, sumber
kalsitonin diambil dari kelenjar ultimobrankial ikan Salmon.
Kalsitonin dapat digunakan untuk perawatan terhadap
osteoporosis, Paget’s disease of the bone, dan juga phantom limb
pain.

Kalsitonin berperan dalam kalsium metabolisme kalsium dan


metabolisme fosfor. Secara garis besar, kalsitonin merupakan
antagonis PTH.
DENOSUMAB

Denosumab merupakan antibodi monoklonal untuk perawatan osteoporosis.

Denosumab menghambat pematangan osteoklas dengan mengikat dan


menghambat RANKL. Hal ini meniru mekanisme osteoprotegerin yang
merupaka inhibitor RANKL endogen, yang konsentrasi dan afinitasnya menurun
pada pasien yang menderita osteoporosis. Hal Ini melindungi tulang dari
degradasi, dan membantu untuk melawan perkembangan osteoporosis.
TERIPARATIDE

Teriparatide merupakan bentuk rekombinan dari PTH. Teriparatide efektif


sebagai agen anabolik tulang dan juga dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan fraktur.

Teriparatide (Forteo) merupakan satu-satunya agen anabolik yang tersedia


untuk pengobatan osteoporosis. Hal ini diindikasikan untuk pengobatan wanita
dengan osteoporosis postmenopause yang berisiko tinggi fraktur, yang telah
toleran terapi osteoporosis sebelumnya, atau pengobatan osteoporosis telah
gagal untuk meningkatkan massa tulang.
EDUKAS
I
 Menghindari mengangkat sesuatu/ barang yang berat 
 Menghindari jatuh dengan menghindari lantai licin, alas kaki licin, tangga
yang curam, dan penerangan ruangan yang redup. Bila ada gangguan
penglihatan harus dikoreksi (misalnya dengan kacamata), penggunaan tongkat
saat berjalan, penggunaan pegangan tangan di kamar mandi, penggunaan
kloset duduk.
 Postur: menghindari postur yang bungkuk, harus tegak, dapat dibantu dengan
korset.
 Olahraga: awalnya tanpa beban kemudian bertahap diberikan beban sesuai
toleransi. 
- Latihan pembebanan harus dalam pengawasan dokter SpKFR (Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) atau SpKO (Kedokteran Olahraga). 
- Latihan keseimbangan. 
- Latihan kelenturan
DAFTAR PUSTAKA

•Anonim, 2008a, ISO Farmakoterapi, Jakarta : PT ISFI Penerbitan.


•Anonim, 2008b, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 8 2008/2009, Jakarta: Info Master.
•Anonim, 2010, Teriparatide Padatkan Tulang Lebih Baik , Majalah Farmacia Edisi Januari 2010 Vol.9 No.6,
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=1540, diakses tanggal 22 September 2011.
•Anonim,2011,SenamOsteoporosis,http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=45:Senam
%20Osteoporosis, diakses tanggal 22 September 2011.
•Chisholm-burns, Marie A., Wells, Barbara G., Schwinghammer, Terry L., Malone, Patrick M., Kolesar, Jill M., Rotschafer, John C.,
Dipiro, Joseph T., 2008, Pharmacotherapy principles and practice, United States of America : McGraw-Hill Companies, Inc.
• 
•Dipiro, Joseph T., Talbert , Robert L.,Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Wells, Barbara G., Posey, L. Michael., 2005, Pharmacotheraphy a
Pathophysiologic Approach 1 Fifth Edition, United States of America : McGraw-Hill Companies, Inc.
•Dipiro, J. T., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W., and L. Michael Posey. 2006. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach. Seventh edition. New York. Mc Graw Hill Medical.
•Hannan, E.L., Magaziner, J., Wang, J.J., Eastwood, E.A., Silberzweig, S.B., Gilbert, M., Morrison, R.S., McLaughlin, M.A., Orosz,
G.M., Siu, A.L., 2001, Mortality and locomotion 6 months after hospitalization for hip fracture: risk factors and risk-adjusted hospital
outcomes, JAMA, 285(21):2736-42.
•Ikawati, Z., Mari Melangkah Dengan Pasti di Tahun 2011 (tanpa osteoporosis),
http://zulliesikawati.wordpress.com/2011/01/03/mari-melangkah-dengan-pasti-tanpa-osteoporosis/, diakses tanggal 22 September 2011.
•Ratih Agustin Prikhatina. Program Studi :S1 Ekstensi Gizi Kesehatan Masyarakat. Judul. :Hubungan Status Gizi, Gaya Hidup dan
Kebiasaan. Konsumsi Kalsium

Anda mungkin juga menyukai