Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan “porous” yang berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis disebut juga pengeroposan tulang, yaitu
penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang rendah disertai kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lebih tipis dan rapuh, sehingga
cenderung mudah fraktur
Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia pubertas, tulang makin besar, makin
panjang, makin tebal, dan makin padat; puncak pembentukan tulang pada usia sekitar 25-30
tahun. Setelah usia 30 tahun, massa tulang mulai berkurang dan akan terus berkurang
seiring bertambahnya usia, sehingga dapat mengakibatkan osteoporosis.
Bone Remodelling
Sel Osteoblas
Membentuk tulang
baru (formasi tulang)
Sel Osteoklas
Merombak/menghancurkan
tulang (resorpsi tulang)
PTH juga mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol yang memicu absorpsi kalsium dari usus
Peran PTH dan vitamin D berlawanan dengan calcitonin, yang secara reversibel menghambat fungsi
osteoklas, sehingga menghambat resorpsi tulang
Estrogen juga menghambat resorpsi tulang dengan mengikat reseptor spesifik, reseptor estrogen a
(Era) dan reseptor estrogen b (Erb) untuk meningkatkan apoptosis osteoklas
Penurunan produksi estrogen pada perempuan pasca-menopause merupakan salah satu faktor
kejadian osteoporosis
Gejala
Asimtomatik
Fraktur Vertebra
Fraktur Panggul
Fraktur Colles
Silent disease
Pemeriksaan penunjang
Bone Mass Densitometry (BMD) Pemeriksaan Tambahan
Dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA)
Indikasi : Foto Rontgen
o Perempuan ≥ 65 tahun
Pemeriksaam biokimia tulang
o Laki-laki ≥ 70 tahun
o Perempuan postmenopouse ≤ 65 tahun Klasifikasi Nilai Skor T BMD
dengan faktor risiko ( BB rendah, riwayat Normal ≥ - 1 SD
fraktur, konsumsi obat-obat jangka panjang )
Osteoponia Antara -1 SD dan - 2,5
o Orang dewasa dengan fragility fracutre SD
Osteoporosis ≤ - 2,5 SD
Osteoporosis Berat ≤ - 2,5 SD disertai
fragility fracutre
FRAX (Fracture Risk Assessment Tool)
● Risiko rendah, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang vertebra sebelumnya, skor T BMD
tulang panggul dan tulang belakang > -1,0, dan risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3% dan
risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
● Risiko sedang, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang belakang sebelumnya, skor T
BMD tulang panggul dan tulang belakang > -2,5, atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3%
atau risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
● Risiko tinggi, jika ada fraktur tulang panggul atau tulang belakang sebelumnya, atau skor T BMD
tulang panggul dan tulang belakang ≤ -2,5 atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun ≥3% atau
risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun ≥20%.
● Risiko sangat tinggi, jika ada fraktur tulang belakang multipel dan T-skor BMD tulang panggul
atau tulang belakang≤ -2,5.
Diagnosis Banding
Osteomalasia
Hiperparatiriodisme
Keganasan
Pasien dengan osteopenia atau massa tulang rendah dan riwayat fraktur panggul atau vertebra
Pasien dengan skor T -2,5 atau kurang pada lumbar, leher femoralis, total panggul, atau radius
Pasien dengan skor T antara -1 dan -2,5 jika probabilitas 10 tahun FRAX menunjukkan fraktur