Anda di halaman 1dari 16

Osteoporosis

Disusun oleh: IPD 38


Pembimbing : dr. Edi Setiawan Sp. PD
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 5 JULI 2021 - 7 AGUSTUS 2021
Definisi

Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan “porous” yang berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis disebut juga pengeroposan tulang, yaitu
penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang rendah disertai kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lebih tipis dan rapuh, sehingga
cenderung mudah fraktur

Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia pubertas, tulang makin besar, makin
panjang, makin tebal, dan makin padat; puncak pembentukan tulang pada usia sekitar 25-30
tahun. Setelah usia 30 tahun, massa tulang mulai berkurang dan akan terus berkurang
seiring bertambahnya usia, sehingga dapat mengakibatkan osteoporosis.
Bone Remodelling

Sel Osteoblas
Membentuk tulang
baru (formasi tulang)

Sel Osteoklas
Merombak/menghancurkan
tulang (resorpsi tulang)

Ketidakseimbangan kecepatan perombakan tulang oleh osteoklas dengan


pembentukan tulang baru oleh osteoblas dapat menyebabkan osteoporosis.
Epidemologi
Osteoporosis dipertimbangkan sebagai masalah kesehatan publik yang serius
 Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 200 juta orang di dunia menderita penyakit ini
 Perempuan 4x lebih tinggi dibanding pada pria
 Data Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun 2006 : Prevalensi Osteoporosis 10,3% dan prevalensi
osteopenia sebesar 41,7%, berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiko osteoporosis
 Menurut data “Indonesia White Paper” PEROSI, prevalensi osteoporosis pada tahun 2007 mencapai
28,8% untuk pria dan 32,3% untuk perempuan
 Penelitian Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis adalah
19,7%, sedangkan prevalensi osteopenia di Indonesia mencapai 41,7%
 Osteoporosis menyebabkan 8,9 juta fraktur setiap tahun (kejadian fraktur setiap 3 detik).
 Sebanyak 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 pria osteoporosis berusia >50 tahun mengalami fraktur
 Pada perempuan usia >45 tahun, osteoporosis menyumbang lebih banyak hari dirawat di rumah
sakit dibanding penyakit lain termasuk diabetes, infark miokardium, dan kanker payudara
Faktor Risiko
Tidak dapat diubah Dapat diubah
• Usia lanjut • Bb rendah
• Jenis kelamin • Kurang aktivitas fisik
• Riwayat • Kurang paparan sinar
osteoporosis matahari
keluarga kandung • Kurang asupan kalsium
(genetik) • Merokok
• Ras • Konsumsi tinggi kafein
• Penurunan hormon dan alcohol
estrogen atau • Penggunaan obat
testosteron akibat jangka Panjang
penuaan (kortikosteroid)
Jenis

01. Osteoporosis primer 02. Osteoporosis sekunder


 Infeksi tulang
1. Osteroporosis primer 1  Tumor tulang
2. Osteopororsis primer tipe 2  Pemakaian obat tertentu

03. Osteoporosis idiopatik


 Usia kanak-kanak (juvenil)
 Usia remaja
 Pria usia pertengahan.
Etiopatogenesis
PTH memicu absorpsi kalsium dari ginjal, tulang, dan usus, memicu aktivitas osteoklas

PTH juga mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol yang memicu absorpsi kalsium dari usus

Peran PTH dan vitamin D berlawanan dengan calcitonin, yang secara reversibel menghambat fungsi
osteoklas, sehingga menghambat resorpsi tulang

Estrogen juga menghambat resorpsi tulang dengan mengikat reseptor spesifik, reseptor estrogen a
(Era) dan reseptor estrogen b (Erb) untuk meningkatkan apoptosis osteoklas

Penurunan produksi estrogen pada perempuan pasca-menopause merupakan salah satu faktor
kejadian osteoporosis
Gejala
Asimtomatik

Fraktur Vertebra

Fraktur Panggul

Fraktur Colles

Silent disease
Pemeriksaan penunjang
Bone Mass Densitometry (BMD) Pemeriksaan Tambahan
Dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA)
Indikasi :  Foto Rontgen
o Perempuan ≥ 65 tahun
 Pemeriksaam biokimia tulang
o Laki-laki ≥ 70 tahun
o Perempuan postmenopouse ≤ 65 tahun Klasifikasi Nilai Skor T BMD
dengan faktor risiko ( BB rendah, riwayat Normal ≥ - 1 SD
fraktur, konsumsi obat-obat jangka panjang )
Osteoponia Antara -1 SD dan - 2,5
o Orang dewasa dengan fragility fracutre SD
Osteoporosis ≤ - 2,5 SD
Osteoporosis Berat ≤ - 2,5 SD disertai
fragility fracutre
FRAX (Fracture Risk Assessment Tool)
● Risiko rendah, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang vertebra sebelumnya, skor T BMD
tulang panggul dan tulang belakang > -1,0, dan risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3% dan
risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
● Risiko sedang, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang belakang sebelumnya, skor T
BMD tulang panggul dan tulang belakang > -2,5, atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3%
atau risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
● Risiko tinggi, jika ada fraktur tulang panggul atau tulang belakang sebelumnya, atau skor T BMD
tulang panggul dan tulang belakang ≤ -2,5 atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun ≥3% atau
risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun ≥20%.
● Risiko sangat tinggi, jika ada fraktur tulang belakang multipel dan T-skor BMD tulang panggul
atau tulang belakang≤ -2,5.
Diagnosis Banding
Osteomalasia

Hiperparatiriodisme

Keganasan

Kekerasan pada lansia


Terapi Farmakologi
Berdasarkan AACE/ACE 2016, terapi farmakologi dapat dimulai jika:

 Pasien dengan osteopenia atau massa tulang rendah dan riwayat fraktur panggul atau vertebra

 Pasien dengan skor T -2,5 atau kurang pada lumbar, leher femoralis, total panggul, atau radius

33% meskipun tidak ada fraktur

 Pasien dengan skor T antara -1 dan -2,5 jika probabilitas 10 tahun FRAX menunjukkan fraktur

osteoporosis mayor >20% atau fraktur panggul >3%


Kalsium
dan
Vitamin D
Komplikasi
Prognosis
Lifetime risk fracture
pergelagan tangan, Bervariasi tergantung
panggul, vertebra berkisar kondisi pasien. Dan
antara 30-40% pada nilai dari FRAX Tool
negara maju
Pencegahan
Cukupi kebutuhan nutrisi, seperti
Pemeriksaan dini
kalsium dan vitamin D.
osteoporosis, terutama
kalsium 80- 1500 mg/hari
saat menopause
vitamin D 800-1000 IU/ hari.
Pembedahan
dilakukan pada
Olahraga/ aktifitas fisik Edukasi pasien untuk pasien dengan
teratur 30-60 menit/hari mengindari risiko jatuh fraktur, oleh dokter
dengan bersepeda atau spesialis ortopedi
berjalan kaki

Kurangi konsumsi kafein


Hindari merokok dan dan soda
minum alkohol

Anda mungkin juga menyukai