Anda di halaman 1dari 7

Prinsip komunikasi konseling

pada klien dengan hiv/aids


 Dwi sinta  Jeanita Fasya Farasya
 Endaliyawati  Khalishah Rahmadiyana
 Eva Yulia  Meilinda Anisa Dewi
 Husnaini  Rizki Fadilah
 Iftitah Wira Sarwa
Prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV atau AIDS

HIV/AIDS sudah menjadi perhatian penting, Sejak kasus pertama


dilaporkan pada tahun 1981, tidak hanya di kalangan dunia kedokteran,
tetapi juga di kalangan pengambil kebijakan, pemimpin agama, dan
masyarakat dunia pada umumnya. Sementara di Indonesia, HIV/AIDS
mulai dikenal pada awal Januari 1986. Sejak saat itu, perkembangan kasus
HIV/AIDS berkembang makin pesat karena vaksin penangkalnya belum
ditemukan. Kasus HIV/AIDS ini disebabkan oleh perilaku yang kurang
baik, seperti homoseksual, heteroseksual, pengguna Napza, tato, tindik, dan
transfusi darah.
Prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV atau AIDS

Faktor Penyebab PenyalahgunaanHarboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) mengemukakan ada


beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal
dan faktor internal.

Faktor Internal
1. Kepribadian Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih
cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki
konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat,
dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah
cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
2. Usia Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba
karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan
emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
3. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin TahuNarkoba dapat memberikan kenikmatan
yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin
tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya.
Faktor Eksternal

1. KeluargaKeluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat
penyalahgunaan narkoba, yaitu:
A. Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
B. Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten
dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
C. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan
semua pihak yang berkonflik.
2. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan
kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar
berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan
obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya
ketergantungan fisik dan psikologis.
3. KesempatanKetersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu
seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional,
menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para
penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar.
Prinsip dasar pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah:
1. Klien dating secara sukarela, diberikan layanan pre tes konseling, dan secara sukarela bersedia dites HIV (atas kehendak
sendiri tanpa paksaan/manipulasi) ditandai dengan informed consent yang ditandatangani oleh pasien
2. Percakapan antara klien dan konselor VCT serta hasil tes HIV bersifat rahasia, tidak boleh dibocorkan dalam bentuk dan
cara apapun pada pihak ketiga
3. Berorientasi pada klien serta menerapkan prinsip Greater Involment of People with AIDS (GIPA) (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2008)

Beberapa prinsip etik yang perlu dianut para konselor adalah :


1. Konselor mampu memastikan bahwa klien tidak mengalami tekanan fisik dan psikologis selama konseling;
2. Konselor bertanggung jawab atas keamanan dirinya, efektivitas dan kompetensi dan tidak berkompromi dengan profesi
konselingnya;
3. Konselor perlu memastikan bahwa dirinya telah menerima pelatihan keterampilan dan teknik konseling yang cukup;
4. Konselor secara teratur memonitor keterampilan konseling dan memelihara kompetensinya;
5. Konselor mendorong klien untuk mengendalikan hidupnya, dan menghargai kemampuan klien mengambil keputusan
serta perubahan sesuai keyakinan dan tata nilainya. (Modul Pelatiha Konseling dan Tes Sukarela HIV, Depkes RI, 2004)
Konseling Pre tes mempunyai 5 prinsip :
a. Motif pelaksanaan hasil tes;
b. Interpretasi hasil tes yaitu mengenai penapisan, adanya gejala atau tidak, pemahaman klien bahwa infeksi HIV dan
dampak nya tidak dapat sembuh namun ODHA dapat tetap produktif, infeksi oportunistik dapat diobati;
c. Estimasi hasil meliputi : kesiapan mental emosional penerimaan hasil pemeriksaan, kajilah resiko bukan harapan akan
hasil, periode jendela (window period);
d. Membuat rencana jika didapatkan hasil;
e. Membuat keputusan : melaksanakan tes atau tidak. (Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV, Depkes RI, 2004)

Aspek penting didalam informed consent adalah :


a. Klien telah diberi penjelasan cukup tentang risiko dan dampak sebagai akibat dari tindakannya dan klien menyetujuinya.

b. Klien mempunyai kemampuan menagkap pengertian dan mampu menyatakan persetujuannya (secara intelektual dan
psikiatris).
c. Klien tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan meski konselor memahami bahwa mereka memang sangat
memerlukan pemeriksaan HIV.
d. Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan bagi dirinya karena keterbatasan dalam memahami informasi
maka tugas konselor untuk berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaikan informasi sehingga klien memahami dengan
benar dan dapat menyatakan persetujuannya. (Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV, Depkes RI, 2004)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai