Anda di halaman 1dari 14

“PGRI SEBAGAI ORGANISASI KETENAGAKERJAAN” 

Disusun Oleh :

1. Kurnia Febrianti Putri 185700015


2. Harisma Maulia 185700016
3. Faricha Refinda N 185700017
4. Desi Eka Ramdini 185700023
PGRI Sebagai Organisasi Ketenagakerjaan

PGRI telah melaksanakan prinsip-prinsip Trade


Union (Serikat Pekerja) secara sederhana sejak tahun
1945 sampai tahun Setelah Kongres PGRI tahun 1973,
PGRI hanya merupakan organisasi profesi lengkap
dengan Kode etik yang dicetuskan pada Kongres PGRI
Sebelum tahun 1973, pengurus PGRI di berbagai tingkat
dan daerah berani mengoreksi pemerintah yang
meremehkan sepak terjang PGRI. Selanjutnya PGRI
berjuang meningkatkan kesejahteraan anggotanya.Pada
saat itu Ketua Umum PGRI (alm.ME Subiadinata)
ditunjuk oleh Pemerintah sebagai Ketua Panitia
Penyusunan Gaji Pegawai Negeri.
Pada tahun 1990 PGRI telah terdaftar di Departemen
Tenaga Kerja (Depnaker) sebagai organisasi Serikat
Pekerja dengan SK Menaker No. 197/Men/1990 tanggal
5 April Namun demikian pada saat itu PGRI belum
dapat melaksanakan ketentuan sebagai organisasi
Serikat Pekerja karena kondisi politik belum
memungkinkan. Pada Kongres PGRI XVIII di Bandung
tahun 1998 diputuskan bahwa salah satu jati diri PGRI
adalah organisasi ketenagakerjaan.Keputusan ini sangat
tepat dan sesuai dengan semangat era reformasi di mana
demokrasi telah mulai berjalan dan masyarakat,
termasuk anggota PGRI, bebas mengeluarkan pendapat
dan pandangan masing-masing
Hak dan larangan pekerja

Setiap pekerja, khususnya guru/dosen mempunyai hak


untuk mengakhiri hubungan kerja. Dalam hal ini,
guru/dosen dapat mengajukan pengunduran diri secara
tertulis atas kemauan sendiri tanpa adanya indikasi
tekanan atau paksaan maupun intimidasi dari
penyelenggara pendidikan maupun dari pihak lain.
Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan dengan
persetujuan dari penyelenggara pendidikan atau tidak
persetujuan penyelenggara pendidikan.Pekerja,
khususnya guru/dosen harus memberikan alasan­-alasan
kuat yang dapat diterima demi hukum karena
penyelenggara melakukan perbuatan sebagai berikut :
 Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam
guru/dosen.
 Membujuk dan/atau menyuruh guru/dosen untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
 Tidak membayar upah tepat waktu sesuai dengan
kesepakatan selama tiga bulan berturut-­turut.
 Tidak melakukan kewajiban yang telah diperjanjikan
guru/dosen.
 Memerintahkan guru/dosen untuk melaksanakan
pekerjaan di luar yang diperjanjikan.
 Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan dan kesusilaan guru/ dosen yang
pekerjaan tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian
kerja.
Setiap pekerja, khususnya guru dan dosen guna
menjamin terlaksananya tanggung jawab untuk
memajukan perusahaan, maka diatur sejumlah
kegiatan yang dilarang; serta manakala larangan
dilakukan akan menanggung resiko dengan
dilakukannya pemutusan hubungan kerja bukan
karena penyelenggara pendidikan Penyelenggara
pendidikan berhak melakukan pemutusan hubungan
kerja kepada pekerja,khususnya guru/dosen apabila
berbagai upaya pencegahan dan pembinaan telah
dilakukan. Pengakhiran hubungan kerja dapat
dilakukan dalam hal :
Guru/dosen melakukan pelanggaran berat.
Guru/dosen dijerat pidana.
Guru/dosen mangkir.
Lembaga pendidikan tutup atau jatuh pailit.
Lembaga pendidikan tutup akibat merugi atau karena
alasan force majeure.
Lembaga pendidikan merubah status, penggabungan,
peleburan atau perubahan kepemilikan.
Guru/dosen sakit atau cacat.
Guru/dosen memasuki masa pensiun.
Guru/dosen melakukan pelanggaran perjanjian kerja
bersama.
Perjuangan PGRI sebagai serikat pekerja

Perwujudan kesejahteraan secara utuh


ditopang oleh lima pilar, yaitu
imbalan jasa,
rasa aman,
hubungan antarpribadi,
kondisi kerja, dan
kesempatan untuk pengembangan dan
peningkatan karier dan pribadi.
Manfaat yang diperoleh seorang guru sangat
substansial untuk kenyamanan dalam
pelaksanaan tugas keprofesian guru.Namun
hal ini masih belum disadari sebagian guru
maupun anggota organisasi, hal tersebut
tentu mengecilkan organisasi PGRI maupun
bagi guru sendiri. Manfaat substansial yang
diperoleh guru diantaranya sebagai berikut :
Terpenuhi kepentingan guru yang diamanatkan undang-
undang bahwa guru harus tergabung dalam sebuah
organisasi profesi independen guna melindungi hak-hak
sekaligus wadah kreatif secara aktif bagi kemajuan guru
maupun dunia pendidikan pada umumnya,
 Tersedianya kesempatan luas terhadap akses dan
jaringan komunikasi antar sesama guru dari berbagai
tingkatan di daerah, sarana sharing untuk berbagai
pengalaman dalam upaya meningkatkan profesionalisme
serta kinerja guru.
Tersedianya layanan bantuan hukum dari Lembaga
Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH), dapat
dimanfaatkan ketika guru bersinggungan dengan masalah
hukum, berkaitan tugas keprofesian tanpa dipungut
biaya,
Adanya akses mendapat pesangon dari Yayasan Dana
Setia Kawan Pensiun besar disesuaikan dengan
pengabdian menjadi pengurus PGRI,
Kartu Tanda Anggota dan SK Kepengurusan bagi
pengurus PGRI dapat dijadikan sebagai instrumen
penambah angka kredit guru atau untuk kepentingan
sertifikasi guru,
Makin luasnya kesempatan untuk mengikuti berbagai
macam kegiatan peningkatan profesionalisme guru
yang dilakukan organisasi dari tingkat kepengurusan
kecamatan hingga tingkat pusat.
Dokumentasi
Kegiatan Observasi dengan Dra. Agnes Warsiati, M.SI
selaku ketua organisasi PGRI kota Surabaya dan bapak
Drs. Sutrisno, M.Pd. selaku wakil sekertaris organisasi
PGRI kota Surabaya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai