Anda di halaman 1dari 23

Kedudukan dan

Kewenangan MA dan
MK
Oleh: Mhd. Mahendra Maskhur Sinaga, S.H.,
M.H

Mata Kuliah:
Hukum Tata Negara
Pengertian Kedudukan

● Kedudukan berarti status, baik untuk sesorang, tempat, maupun benda.


Kamus Besar Bahasa Indonesia kedudukan sering dibedakan antara
pengertian kedudukan (status) dan kedudukan sosial (sosial status).
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang
dalam lingkungan pergaulannya, serta hak dan kewajiban. Kedua istilah
tersebut memiliki arti yang sama serta digambarkan dengan kedudukan
(status) saja.
● Kedudukan juga dapat diartikan sebagai posisi jabatan seseorang dalam
memiliki sebuah kekuasaan. Dimana orang yang memiliki kekuasaan
dapat mempengaruhi kedudukan atau statusnya di tempat tingglnya
tersebut.
Pada umumnya, kedudukan pada masyarkat memiliki tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1. Ascribed status, kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan
rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan. Umumnya ascribed status dijumpai
pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, seperti masyarakat feodal, atau
masyarakat tempat sistem lapisan bergantung pada perbedaan rasial.
2. Achieved status, kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha yang disengaja.
Misalnya, setiap orang dapat menjadi seorang guru asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
Persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa atau tidak bisa menjalaninya.
Apabila yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan
mendapatkan kedudukan yang diinginkan.
3. Assigned status, kedudukan yang diberikan pada seseorang. Kedudukan ini mempunyai
hubungan yang erat dengan achieved status. Suatu kelompok atau golongan memberikan
kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat
Kedudukan Mahkamah Agung
● Mahkamah Agung adalah pemegang kekuasaan kehakiman yang merdeka,
artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Undang- undang
yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman adalah Undang- Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
● Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan peradilan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan tugas pokok menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara yang diajukan
kepadanya. Adapun lingkungan kekuasaan kehakiman berdasarkan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
terdiri atas: 1) Peradilan Umum, 2) Peradilan Agama, 3) Peradilan Militer,
dan 4) Peradilan Tata Usaha Negara.
●Mahkamah Agung adalah peradilan tertinggi. Hal itu berarti
putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh badan
peradilan lain, dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah
Agung. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009. Berdasarkan ketentuan tersebut, secara
garis besar kekuasaan Mahkamah Agung mencakup dua hal,
yaitu kekuasaan di dalam peradilan dan kekuasaan di luar
peradilan.
Kekuasaan Mahkamah Agung di dalam peradilan meliputi
kekuasaan dalam hal-hal berikut:

a) Mengukuhkan atau membatalkan putusan dan penetapan pengadilan lain


dalam tingkat kasasi.
b) Meninjau kembali putusan-putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan.
c) Memutus sengketa tentang wewenang mengadili antara pengadilan-
pengadilan di beberapa lingkungan peradilan.
d) Memberi putusan dalam tingkat banding atas segala keputusan wasit
(Pengadilan Arbiter), yaitu peradilan swasta yang terdapat dalam dunia
perdagangan yang diakui pemerintah.
Kedudukan Mahkamah Konstitusi
● Kedudukan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Pasal 24 huruf c ayat 1
UUD 1945 yang berbunyi: Mahkamah Konstitusi berwenang pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar,memutus sengketa lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang
hasil pemilihan umum .
● Kedudukan Mahkamah Konstitusi lebih lamjut dijabarkan dalam UU No
24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan UU No 8 Tahun 2011
Tentang Mahkamah Konstitusi Pasal 1 ayat 1 yung berbunyi: “Mahkamah
Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”
● Seperti telah dikemukakan sebelumnya, dengan terbentuknya Mahkamah
Konstitusi, bidang kajian hukum tata negara mendapatkan lahan praktik
yang sangat efektif dan berarti.
● Jika hukum tata negara dilihat secara luas mencakup bidang hukum
administrasi negara, maka sebenarnya lahan praktik peradilan tata negara
itu mencakup peradilan tata negara di Mahkamah Konstitusi dan peradilan
tata usaha negara di Mahkamah Agung serta badan-badan peradilan tata
usaha negara yang ada di bawahnya.
● Namun, apabila peradilan tata negara itu kita persempit maknanya, dengan
tidak mencakup peradilan tata usaha negara yang dilembagakan secara
tersendiri di dalam lingkungan Mahkamah Agung, maka peradilan tata
negara dimaksud dapat kita kaitkan dengan fungsi Mahkamah Konstitusi
dan fungsi tertentu dari Mahkamah Agung”
Oleh sebab itu, peradilan tata negara itu sendiri dapat kita bedakan dalam tiga
pengertian, yaitu:
i. peradilan tata negara dalam arti yang paling luas di mana mencakup
peradilan tata negara (constitusional adjudication) yang dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi dan peradilan tata usaha negara (administrative
adjudication) yang dilakukan oleh Mahkamah Agung serta badan-badan peradilan
tata usaha negara;
ii. peradilan tata negara dalam arti yang lebih sempit tetapi masih tetap luas
adalah peradilan tata negara (constitusional adjudication) yang dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi ditambah peradilan pengujian peraturan perundang-
undangan dibawah undang-undang yang dilakukan oleh Mahkamah Agung
menurut Pasal 24A ayat (1) UUD 1945. Pengujian peraturan perundang-
undangan itu juga termasuk lingkup peradilan tata negara dalam arti luas;
iii. peradilan tata negara dalam arti yang paling sempit, yaitu peradilan yang
dilakukan di dan oleh Mahkamah Konstitusi menurut ketentuan Pasal 7B ayat (4)
UUD 1945
● Sedangkan kewenangan Mahkamah Konstitusi yang lain dapat dilihat
sebagai upaya penataan hubungan kelembagaan negara dan institusi-
institusi demokrasi berdasarkan prinsip supremasi hukum.
● Sebelum terbentuknya Mahkamah Konstitusi dengan kewenangannya
tersebut, hubungan kelembagaan negara dan institusi demokrasi lebih
didasarkan pada hubungan yang bersifat politik.
● Akibatnya, sebuah lembaga dapat mendominasi atau mengkooptasi
lembaga lain, atau terjadi pertentangan antara lembaga atau institusi yang
melahirkan krisis konstitusional. Hal ini menimbulkan ketiadaan kepastian
hukum dan kontraproduktif terhadap pengembangan budaya demokrasi.
● Pengaturan kehidupan politik kenegaraan secara umum juga telah
berkembang sebagai bentuk “the constitutionalization of democratic
politics”. Hal ini semata-mata untuk mewujudkan supremasi hukum,
kepastian hukum, dan perkembangan demokrasi itu sendiri, berdasarkan
konsep negara hukum yang demokratis”(democratische reshtsstaat)”
● Dengan demikian, maksud pembentukan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia yang paling pokok adalah menjaga agar tidak ada UU yang
bertentangan dengan UUD dan kalau itu ada, maka MK dapat
membatalkannya.
● Itulah sebabnya, sering dikatakan bahwa MK merupakan pengawal
konstitusi dan penafsir tunggal (yang mengikat) atas konstitusi.
● Tujuan pembentukan MK untuk mengawal konstitusi terutama untuk
menjaga agar tidak UU yang melanggar UUD, tampaknya benar dan cukup
berhasil.
● Ini terbukti dari kenyataan bahwa sejak dibentuk pada tahun 2003 sampai
sekarang MK sudah menerima permintaan dan melakukan pengujian
terhadap hamper 100 UU yang banyak di antara putusan-putusannya
dianggap sebagai putusan yang terbaik”
Pengertian Wewenang

● Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan dengan


kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk
bertindak,kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang/badan lain”.
● Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum
organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-
aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-
wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hubungan
hukum publik”
● Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.
Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.
● Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang
pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan
menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang
dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting
dalam kajian hukum tata negara dan hkum administrasi negara. Begitu pentingnya
kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G.Steenbeek menyebut
sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara”
● Berdasarkan definisi kewenangan menurut para ahli diatas, peneliti berkesimpulan
bahwa kewenangan merupakan suatu hak yang dimiliki oleh seorang pejabat atau
institusi yang beritindak menjalankan kewenangannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Wewenang Mahkamah Konstitusi

Kekuasaan Mahkamah Agung di dalam peradilan meliputi


kekuasaan dalam hal-hal berikut:

a) Mengukuhkan atau membatalkan putusan dan penetapan pengadilan lain


dalam tingkat kasasi.
b) Meninjau kembali putusan-putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan.
c) Memutus sengketa tentang wewenang mengadili antara pengadilan-
pengadilan di beberapa lingkungan peradilan.
d) Memberi putusan dalam tingkat banding atas segala keputusan wasit
(Pengadilan Arbiter), yaitu peradilan swasta yang terdapat dalam dunia
perdagangan yang diakui pemerintah.
Kekuasaan Mahkamah Agung di luarperadilan
sebagai berikut:

a) Melakukan pengawasan tertinggi atas jalannya pengadilan di


bawahnya.
b) Melakukan pengawasan tertinggi atas para notaris dan
pengacara.
c) Memberi nasihat kepada presiden dalam hal memberi grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi, atau
pertimbanganpertimbangan dan keterangan tentang soal yang
berhubungan dengan hukum apabila hal itu diperlukan
pemerintah.
d) Menguji sah tidaknya suatu peraturan yang lebih rendah dari
undang-undang terhadap peraturan yang lebih tinggi.
Selanjutnya, Mahkamah Agung memiliki beberapa wewenang di
antaranya sebagai berikut:
a) Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan
pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan
peradilan.
b) Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan
perundang-undangan dibawah Undang-undang.
c) Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di
semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.

Susunan Mahkamah Agung terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera,


dan seorang sekretaris. Pimpinan hakim anggota Mahkamah Agung adalah
hakim agung. Pimpinan Mahkamah Agung terdiri atas seorang ketua, dua wakil
ketua, dan beberapa orang ketua muda. Hakim agung diusulkan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan ditetapkan oleh
presiden. Pada dasarnya, Mahkamah Agung mempunyai wewenang untuk
mengadili pada tingkat kasasi dan menguji peraturan perundang-undangan.
Wewenang Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945 pasal 24 C:
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum,
2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar,
3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden,
4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi,
5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang
menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara,
6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang
Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang
● Sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, fungsi konstitusionalitas yang dimiliki oleh
Mahkamah Konstitusi adalah fungsi peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Fungsi Mahkamah Konstitusi dapat ditelusuri dari latar belakang
pembentukannya yaitu untuk menegakkan supremasi konstitusi”(Pasal 7B ayat 3
UUD 1945).
● Di dalam penjelasan umum undang-undang No 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah
Konstitusi dijelaskan bahwa tugas dan fungsinya adalah menangani perkara
ketatanegaraan atau perkara konstitusional tertentu dalam rangka menjaga konstitusi
agar dilaksanakan secara tanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-
cita demokrasi.
● Selain itu, keberadaan Mahkamah Konstitusi juga dimaksudkan sebagai koreksi
terhadap pengalaman ketatanegaraan”(Pasal 7B ayat 3 UUD 1945).
● Fungsi tersebut dijalankan melalui wewenang yang dimiliki yaitu
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tertentu berdasarkan
pertimbangan konstitusional.
● Berdasarkan latar belakang ini setidaknya terdapat lima fungsi yang
melekat keberadaan Mahkamah Konstitusi dan dilaksanakan melalui
wewenangnya yaitu sebagai pengawal konstitusi, penafsir final
konstitusi, pelindung hakasasi manusia, pelindung hak konstitusional
warga negara, dan pelindung demokrasi”(Pasal 7B ayat 3 UUD 1945).
Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi telah ditentukan dalam Pasal 24
C UUD 1945 pada ayat (1) dan (2), yaitu:
1. Melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945,
Undang-undang adalah produk politik biasanya merupakan kristalisasi kepentingan-
kepentingan politik para pembuatnya. Sebagai produk politik, isinya mungkin saja mengandung
kepentingan yang tidak sejalan atau melanggar konstitusi. Sesuai prinsip hierarki hukum, tidak boleh
isi suatu peraturan undangundang yang lebih rendah bertentangan atau tidak mengacu pada peraturan
di atasnya. Untuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan konstitusi,
mekanisme yang disepakati adalah judicial review. (Pasal 7B ayat 3 UUD 1945 amandemen ke 4).
Jika undang-undang atau bagian di dalamnya itu dinyatakan terbukti tidak selaras dengan konstitusi,
maka produk hukum itu dibatalkan Mahkamah Konstitusi. Melalui kewenangan judicial review,
Mahkamah Konstitusi menjadi lembaga negara yang mengawal agar tidak lagi terdapat ketentuan
hukum yang keluar dari koridor konstitusi. Mengenai pengujian UU, diatur dalam Bagian
Kesembilan UU Nomor 9 Tahun 2011 dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 60 sengketa kewenangan
konstitusional antar lembaga negara.
2. Sengketa kewenangan konstitusional antar lembaga negara,
sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara adalah perbedaan pendapat yang
disertai persengketaan dan klaim lainnya mengenai kewenangan yang dimiliki oleh masing-
masing Lembaga negara tersebut. Hal ini mungkin terjadi mengingat sistem relasi antara satu
lembaga dengan lembaga lainnya menganut prinsip check and balances, yang berarti sederajat
tetapi saling mengendalikan satu sama lain. Sebagai akibat relasi yang demikian itu, dalam
melaksanakan kewenangan masing-masing timbul kemungkinan terjadinya perselisihan dalam
menafsirkan amanat UUD. Mahkamah Konstitusi dalam hal ini, akan menjadi wasit yang adil
untuk menyelesaikannya. Kewenangan mengenai ini telah diatur dalam Pasal 61 sampai
dengan Pasal 67 UU Nomor 8 Tahun 2011.
3. Pembubaran Partai Politik,
kewenangan ini diberikan agar pembubaran partai politik tidak terjebak pada otoritarianisme dan
arogansi, tidak demokratis, dan berujung pada pengebirian kehidupan perpolitikan yang sedang
dibangun. Mekanisme yang ketat dalam pelaksanaannya diperlukan agar tidak berlawanan dengan arus
kuat demokrasi, partai politik dapat dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi jika terbukti ideologi, asas,
tujuan, program dan kegiatannya bertentangan dengan UUD 1945. Pasal 68 sampai dengan Pasal 73
UU Nomor 8 Tahun 2011 telah mengatur tentang kewenangan ini.

4. Perselisihan Hasil Pemilu,


Perselisihan hasil Pemilu adalah perselisihan antara KPU dengan Peserta Pemilu mengenai
penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. Perselisihan hasil pemilu dapat terjadi apabila
penetapan KPU mempengaruhi: a. Terpilihnya anggota DPD b. Penetapan pasangan calon yang masuk
pada putaran kedua pemilihan presiden dan wakil presiden serta terpilihnya pasangan presiden c.
Perolehan kursi partai politik peserta pemilu di satu daerah pemilihan. Hal ini telah ditentukan dalam
Bagian Kesepuluh UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dari Pasal 74 sampai
dengan Pasal 79
3. Pendapat DPR mengenai dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden,kewenangan ini diatur pada Pasal 80 sampai dengan
Pasal 85 UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi.

Dalam sistem presidensial, pada dasarnya presiden tidak dapat diberhentikan sebelum habis
masa jabatannya habis, ini dikarenakan presiden dipilih langsung oleh rakyat. Namun, sesuai prinsip
supremacy of law dan equality before law, presiden dapat diberhentikan apabila terbukti melakukan
pelanggaran hukum sebagaimana yang ditentukan dalam UUD, tetapi proses pemberhentian tidak
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum. Hal ini berarti, sebelum ada putusan
pengadilan yang menyatakan seorang presiden bersalah, presiden tidak bisa diberhentikan.
Pengadilan yang dimaksud dalam hal ini adalah Mahkamah Konstitusi. Dalam hal ini hanya DPR
yang dapat mengajukan ke Mahkamah Konstitusi, namun dalam pengambilan sikap tentang adanya
pendapat semacam ini harus melalui proses pengambilan keputusan di DPR yaitu melalui dukungan
2/3 (dua pertiga) jumlah seluruh anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota DPR.

Anda mungkin juga menyukai