Anda di halaman 1dari 42

DERMATOSIS

ERITROPAPULOSKUAMOSA
Oleh : Ni Ade Shania Megantari
(21710145)

Pembimbing : dr. Dhita Karina, Sp.KK


Definisi
● Eritropapuloskuamosa (EPS) merupakan sekelompok
penyakit kulit yang ditandai dengan trias sign “Eritema,
Papula, d a n S kuama ”

Skuama
Eritema

Papula
Klasifikasi
Dermatosis
Eritropapuloskuamosa

Psoriasis Pitiriasis Dermatitis


Dermatofitosis
rosea seboroik

Lupus
Para-psoriasis Eritroderma
eritematosus
Klasifikasi

Etiologi

Diketahui Tidak diketahui

1. Dermatomikosis Superficialis 1. Psoriasis Vulgaris


2. MH tipe MB 2. Pytiriasis Rosea
3. Sifilis Std. II 3. Dermatitis Seboroik
PSORIASIS VULGARIS
Definisi

• Penyakit kulit yang bersifat kronik dan residif (kambuh-kambuhan), ditandai


dengan makula eritematus dengan batas tegas, bentuknya bulat atau lonjong,
yang tertutup skuama tebal transparan ataupun putih keabu – abuan.
• Nama lainnya : Psoriasis Plakat Kronik
• Menyerang semua usia (15-30 tahun) dan wanita = pria

Etiologi

• Predisposisi faktor genetik


• Autoimunitas
• Faktor pencetus / eksternal (trauma, stress, infeksi Streptococcus, obat, iklim)
Tipe

Psoriasis tipe plak

Psoriasis gutata
Generalisata
Psoriasis pustulosa
Lokalisata

PSORIASIS Psoriasis arthritis

Psoriasis inversa

Psoriasis kuku

Eritroderma psoriatika
Gejala Klinis

• Gatal
• Rasa terbakar atau panas
• Nyeri
• Menyerang siku, lutut, sakrum, kepala, genetalia, kuku, tangan, kaki, telinga

Pemeriksaan Fisik
• Makula eritema dengan batas tegas (bentuknya oval atau bulat) dengan diameter satu sampai
beberapa centimeter.
• Terdapat lingkaran putih pucat yang mengelilingi lesi disebut Woronoffs ring.
• Tertutup skuama tebal dan transparan (keperakan).
• Pada kuku à berwarna kekuningan (yellowish discoloration), terdapat cekungan/pitting atau
titik-titik punctate, menebal dan terdapat subungual hiperkeratosis sehingga kuku terangkat
dari dasarnya.
Predileks
i
Pemeriksaan Fisik

• Karsvlek phenomena à bila skuama dikerok akan terlihat warna keruh seperti
kerokan lilin.
• Austpitz sign à bila kerokan diteruskan akan terlihat bintik-bintik perdarahan
oleh karena terkenanya papila dermis yang memanjang (papilomatosis).
• Koebner phenomena à bila pada kulit yang masih normal
terkena
trauma/garukan maka akan timbul lesi baru yang bersifat sama dengan lesi
yang telah ada.
Pemeriksaan Fisik

Karsvlek phenomena Koebner phenomena

Autpitz sign
Pemeriksaan Penunjang

• Histopatologi
1) Tanda spesifik (penebalan/akantosis dan penipisan epidermis)
2) Pemanjangan dan pembesaran dari papila dermis
3) Peningkatan mitosis pada stratum basalis
4) Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
5) Oedema dermis disertai infiltrasi limfosit dan manosit

Diagnosa Banding
1. Dermatitis seboroik
2. Liken planus
3. Pitiriasis rosea
4. Dermatomikosis superficialis (tinea korposis, tinea unguinal, tinea kapitis)
5. Dermatitis numularis
Tatalaksana

1. Terapi Topikal : Salep/krim steroid, tar (salep LCD 5%), kalsipotrien


2. Terapi Sistemik : Metotreksat (KI : Ibu hamil) : 7,5 – 15mg setiap minggu
Siklosporin (awal : 2,5mg/kgbb/hari à maks. 4mg/kgbb/hari)
Asitretin 0,5 – 1 mg/kgbb/hari
3. Fototerapi : UVB dan PUVA

Edukasi
1. Psoriasis merupakan penyakit kronik residif
2. Terapi hanya untuk mengontrol / mengurangi keluhan kulit
3. Menghindari faktor pencetus (infeksi, stres)
4. Kontrol rutin dan patuh minum obat
5. Jangan memanipulasi kulit yang sakit
PITYRIASIS ROSEA
Definisi

• Suatu kelainan kulit akut yang dapat sembuh sendiri, dimulai dengan sebuah lesi
(makula/plak soliter merah muda dengan skuama halus) “herald patch” à lesi – lesi yang
sama namun berukuran lebih kecil “christmas tree pattern”.
• Mengenai semua umur (15-40 tahun) dan rationya perempuan dan laki-laki (1,5 : 1)

Etiologi

• Etiologi secara pasti belum diketahui


• Reaktivasi virus Eksantema yang berhubungan dengan Human Herpes Virus à HHV 7 dan
HHV 6
Gejala Klinis

• Gatal ringan
• Dapat disertai keluhan : flu, demam, malaise, nyeri kepala, hilang nafsu makan, nausea,
dan arthralgia.
• Lesi primer à sekunder
• Pada 4-10 hari setelah lesi pertama timbul, terbentuk lesi yang menyerupai pohon cemara
terbalik

Predileksi

Lengan atas, tugkai atas, batang tubuh


(pakian renang perempuan jaman dulu)
Pemeriksaan Fisik

1. Lesi primer
• Makula/plak berwarna pink salmon dengan tepi meninggi, disertai ruam eritema /
skuama halus di pinggir, soliter, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 3 cm
(herald patch / mother plaque / medalion) umumnya dibadan.
2. Lesi sekunder
• Timbul 4-10 hari setelah lesi pertama
• Ukuran lebih kecil – kecil (1-2 cm)
• Susunan simetris / sejajar dengan kosta à menyerupai ”pohon cemara terbalik” atau
“christmas tree pattern”
• Lokasinya searah dengan pelipatan kulit (garis langers)
• Dapat timbul serentak / dalam beberapa hari
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan KOH à untuk menyingkirkan DD Tinea

Diagnosa Banding

1. Tinea corporis
2. Dermatitis seboroik
3. Sifilis sekunder
4. Erupsi obat
5. Psoriasis gutata
Tatalaksana

Terapi simtomatik
1. Antipruritus (bedak asam salisilat 1 - 2% atau mentol 0,25 – 1% )
2. Antihistamin ( Cetirizin 1 x 10 mg/hari )
3. Asiklovir 3 x 400mg/hari atau 5 x 800mg/hari selama 1 minggu
4. Metylpredinosolone 2 x 4 mg selama 5 hari (bila gejala tidak membaik)
5. Terapi sinar UVB

Edukasi
1. Kelainan kulit dapat sembuh sendiri (3 – 8 minggu)
2. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala
3. Jarang meninggalkan bekas
4. Tidak menular
5. Jarang kambuh kembali (rekuren)
DERMATITIS SEBOROIK
Definisi

• Penyakit inflamasi kronis kambuhan pada kulit di bagian tubuh yang mengandung banyak
kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas dan daerah lipatan.

Epidemiologi

• Secara umum berkisar 3-5% pada populasi umum


• Lesi ditemui pada kelompok remaja (ketombe)
• Pada kelompok HIV >> (36% mengalaminya)
• Dapat terjadi pada infantil (dalam satu bulan pertama), usia pubertas, dan memuncak
pada dekade 3 dan 4
• Laki-laki >> perempuan
Etiologi

Faktor yang berpengaruh pada patofisiologi dermatitis seboroik, antara lain :


1. Faktor genetik
2. Sebum
3. Jamur (Malassezia)
4. Hormonal
5. Imunodefisiensi (HIV/AIDS)
6. Faktor neurogenik
7. Faktor eksternal : iklim, stress, gangguan nutrisi, kelembapan lingkungan, obat
(buspiron, simetidine, haloperidol, metildopa, griseofulvin)
Predileks
i
Gejala

• Gatal
• Bercak merah dan kulit kasar
• Kemerahan dan bersisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, dahi, dada
• Mengeluhkan ketombe (pityriasis sika)
• Stressor / cuaca dingin / cuaca panas à memburuk
• Kronis dan berulang (kelelahan, stres, paparan sinar matahari)
Jenis Gambaran klinis
Dermatitis • Pada kepala (daerah frontal dan parietal) khas disebut “cradle
Seboroik Infantil (2- cap” dengan krusta tebal kekuningan, berminyak, pecah-
10 minggu) pecah tanpa ada dasar kemerahan dan kurang/tidak gatal.
• Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah
kekuningan yang tertutup dengan skuama berminyak,
kurang/tidak gatal.

Dermatitis • Umumnya gatal


Seboroik Anak dan • Pada area seboroik à makula/plakat, folikular,
Dewasa
perifolikular/papule, kemerahan atau kekuningan dengan
derajat ringan-berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis-tebal
yang kering/basah/berminyak.
Pemeriksaan Fisik

• Makula atau plakat, papula, kemerahan atau kekuningan berbatas tidak tegas.
• Skuama dan krusta tipis putih keabuan hingga kekuningan sampai tebal yang kering,
basah atau berminyak.
• Pada fase kronis à korona seborika (rangkaian plak di sepanjang batas rambut frontal),
kerontokan rambut.
• Lesi di liang telinga à otitis eksterna
• Lesi di palpebra à blefaritis
• Lesi di parasternal à pitiriasiform
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologis
03
01 Lampu Wood Didapatkan
gambaran
Fluoresen
dermatitis kronis
negative
dan spongiosis
(warna fiolet) 02 KOH 10- 20%
yang jelas.
Dapat tampak
spora/blastokonidia
, tidak ada hifa
Diagnosa Banding

1) Dermatitis atopik
2) Dermatitis kontak iritan
3) Dermatofitosis
4) Tinea kapitis dan tinea cruris
5) Psoriasis vulgaris
6) Eritrasma
Penentuan Derajat Keparahan Dermatitis Seboroik

Seborrhoeic Dermatitis Area Severity Index (SDASI). Penilaian dilakukan pada 3 area anatomik
yaitu skalp, wajah, dan dada, dengan cara:
1. Menentukan “Skor Area Lokal” yaitu persentasi luas gejala DS pada area tersebut
dibandingkan luas area itu sendiri:

1: ≤10% 2: 11-30% 3: 31-50% 4: 51-70% 5: >70%

2. Menilai derajat eritema (E), papul (P), dan skuama (S) dimasing-masing area dengan
intepretasi:
0: Tidak ada 1: Ringan 2: Sedang (moderate) 3: Berat (severe)
3. Hitung skor SDASI area masing-masing dengan rumus: (E+P+S) x Skor Area Lokal
4. Pembagian klasifikasi derajat keparahan:

Ringan: 0-7,9 Sedang: 8-15,9 Berat: >16


Tatalaksana pada pasien dewasa
(skalp)
Penilaian keparahan DS

Ringan Sedang/berat

1. Sampo antijamur (Ketokonazole 1 – 2%) 1. Kombinasi


2. Sampo AIAFp (piroctane olamine) a) Sampo AIAFp (piroctane
3. Sampo selenium sulfida 2,5% olamine)
4. Kortikosteroid topikal lemah – sedang b) Krim hidrokortison 1%
(krim hidrokortison 1% / krim desonid 2. Sampo klobetasol propinoat 0,05%
0,05%) à 1 x/hari selama 4 minggu 3. Caps. Itrakonazole 100mg
Tatalaksana pada pasien dewasa (Non-
skalp)
Penilaian keparahan DS

Ringan Sedang/berat

1. Kombinasi 1-2 minggu


1. Antijamur topikal (krim Ketokonazole
a) Kortikosteroid topikal sedang (desonid
2%) à 2x1, selama 4 minggu
0,05%) à 2 x/hari selama 4 minggu
2. AIAFp (krim piroctane olamine) à
b) Antijamur topikal (krim Ketokonazole
2x1, selama 4 minggu.
2%) 2x1 atau AIAFp (krim piroctane
3. Kortikosteroid ringan (krim
olamine) 2x1
hidrokortison 1%), selama 2 minggu
2. Antijamur Sistemik (Caps. Itrakonazol 100
4. Kalsineurin inhibitor topikal (krim
pimekrolimus 1% atau takrolismus mg)
3. Kalsineurin inhibitor topikal
0,1%)
(krim
pimekrolimus)
Tatalaksana pada pasien Bayi

Predileksi

Skalp Non-skalp

1. Emolien à white petrolium


1. Emolien à white petrolium
2. Krim AIAFp à krim piroctane
olamine 2. Antijamur topikal sampo
à
3. Sampo Antijamur à ketokonazole 2%

sampo ketokonazole 2% 3. Kortikosteroid topikal à krim

4. Kortikosteroid topikal à hidrokortisone 1%

krim hidrokortisone 1%
Edukasi

1. Menghindari faktor pemicu / pencetus


2. Untuk jenis yang berat, harus dicari faktor predisposisi
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit
4. Pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan diluar yang diresepkan
5. Diet rendah lemak
6. Menjaga kebersihan kulit
7. Hindari garukan
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/213/2019

Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Dermatitis

Seboroik.

Menaldi, S.L., Bramono K., Indriatmi W. 2016. Ilmu Peyakit Kulit dan Kelamin Edisi

Ketujuh. Jakarta: Badan penerbit FKUI.

Universitas Airlangga Fakultas Kedokteran Dep./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

FK. Unair. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi2. Surabaya :

Airlangga University Press.


THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai