EFLORESENSI PRIMER
EFLORESENSI SEKUNDER
GEJALA KLINIS
Kulit : plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis putih seperti perak (keluhan → gatal,
nyeri/perih, kulit tertarik, pendarahan).
Fenomena tetesan lilin
Fenomena Auspitz (pin-point bleeding bila skuama dikerok)
Fenomena Koebner (trauma pada kulit non-lesi → lesi psoriasis baru).
Kulit kepala berambut : plak dengan skuama kasar/halus *DD : tinea kapitis
Kuku : onikolisis, pitting, oil spots, subungual hyperkeratosis, dystrophic nail, splinter haemorrage *DD : mikosis
supefisial
Mukosa (mulut) : geographic tongue
Sendi : artritis
Genitalia eksterna : plak eritematosa, skuama tidak tebal.
BENTUK KLINIS
TERAPI
Psoriasis ringan : luas lesi kulit <5% dari luas permukaan kulit → topikal
Psoriasis sedang : luas lesi kulit 5-10% → fototerapi, sistemik
Psoriasis berat : luas lesi kulit >10% → fototerapi, sistemik
1. Terapi topikal :
• Preparat tar → dengan asam salisilat 2-10% = antipruritus, keratoplastik, akantoplastik, vasokonstriksi dan
antiradang
• Antralin (ditranol) → antimitotik, menghambat enzim proliferasi (+ UVB = formulasi Ingram)
• Kalsipotriol → antiproliferasi keratinosit, menghambat produksi sitokin dari keratinosit/limfosit
• Kortikosteroid/retinoid topikal, pimecrolimus topikal
2. Fototerapi : UVB, PUVA (psoralen + UVA)
3. Terapi sistemik :
• Metotreksat → menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin (es: hepatotoksik)
• Siklosporin → menghambat aktivasi dan proliferasi sel T dan keratinosit (es: hipertensi, nefrotoksik)
• Asitretin (gol. retinoid → psoriasis gutata/pustulosa, es: teratogenik)
• Glukokortikoid
4. Terapi biologik (efalizumab, etanercept, infliximab) → bekerja selektif pada elemen spesifik sist. imun →
menghilangkan sel T patogenik, menghambat aktivasi sel T dan sitokin.
PARAPSORIASIS (PSORIASIS EN PLAQUES)
• Lesi asimtomatik, berbatas tegas, bulat/oval, ditutupi sedikit skuama halus → ‘cigarette paper’ wringkling
• Lesi berwarna light red brown/salmon pink, >5cm (ukuran stabil)
• Predileksi : non-sun-exposed skin, daerah fleksural, ekstremitas dan upper trunk.
• *Poikilodermatous LPP : atrofi, telangiektasia, perubahan pigmen
• *Ratiform LPP : erupsi ekstensif bercak berskuama dan papul berpola jala/zebra stripe
• Lesi asimtomatik berupa bercak tipis, bulat/oval, ditutupi skuama halus (agak melekat), <5cm
• Predileksi : batang tubuh
• *Digitate dermatosis : lesi finger-shaped berwarna kuning/coklat muda yang mengikuti lipat garis kulit → chronic
superficial dermatitis
TERAPI
1. Kortikosteroid topikal
2. UVB/PUVA
3. Topical cytotoxic drugs (mechlorethamine, carmutine)
PITRIASIS ROSEA
• Penyakit kulit autoimun → membentuk bula intraepidermal kronik, menyerang kulit dan membran mukosa (tidak
mengenai alat dalam)
• Sifat khas pemphigus : 1) alkantolisis, 2) ada antibodi IgG thdp antigen determinan di permukaan keratinosit, 3)
adanya faktor genetik (HLA-DR4/-DQ1)
• Morbiditas, mortalitas ↑ (penyebab mortalitas tertinggi : infeksi)
Pemeriksaan histopatologik : bula intraepidermal akibat proses alkantolisis (hilangnya kohesi sel epidermis)
GEJALA KLINIS
• Predileksi : skalp, wajah, daerah intertriginosa dan membrana mukosa (mulut, hidung, laring/faring, uretra, vulva
dan serviks)
• Gejala PV → erosi mukosa yang nyeri ±5 bulan sblm timbul kelainan kulit
• Lesi primer : bula kendur → pecah, timbul erosi dan nyeri (jarang gatal) → membentuk krusta/jar. granulasi
(lokalisata : Pemfigus Vegetans)
KU : buruk
Tanda Nikolsky (bila ditekan bula meluas)
Pemeriksaan histopatologik : akantolisis, bula suprabasilar (pada PVeg dengan papilomatosis,
hiperkeartosis dan abses intraepidermal dari eosinofil).
PEMFIGUS FOLIASEUS (PF)
*DRUG-INDUCED PEMPHIGUS
• Etiologi : obat (D-penisilinamin, captopril) → sulfhydryl groups berikatan dengan desmoglein 1/3
• Gejala klinis = PV/PF (PF>PV)
PEMFIGUS NEONATAL
• Pada bayi yang lahir dari ibu penderita PV → PV (+) secara klinis, histopatologik dan imunopatologik
• Gejala bervariasi : parah → bayi stillbirth, bayi selamat → peny. bisa menghilang krn antibodi ibu mengalami
katabolisasi
TERAPI
• Penyakit autoimun kronik → membentuk bula subepidermal (besar, berdinding tegang) berisi eosinofil, lesi
urtikaria gatal dan erosi mukosa mulut
• Faktor predisposisi : genetik
• Epidemiologi : lansia, mortalitas 6-40%/tahun
Pemeriksaan histopatologik : celah subepidermal + eosinofil (dalam rongga bula), limfosit, histiosit
Pemeriksaan laboratorium : IgE ↑ 50% (berhubungan dgn gatal), titer IgG anti basement membrane ↑
IFD : deposit C3 dan IgG pada epidermal basement membrane seperti pita
IFI : anti-basement membrane IgG pada serum
Autoantigen : protein dalam hemidesmosome keratinosit (PBAG1, PBAG2)
PATOGENESIS
Interaksi autoantibodi dengan antigen PBAG → aktivasi komplemen → invasi neutrofil dan eosinofil → pemisahan
epidermis dan dermis
*Respon imun demikian akibat ekspresi berlebih an allele DQbeta1*0301 pd MHC Class II pasien PB.
GEJALA KLINIS
• KU : baik
• Lesi khas : bula besar tegang pd kulit normal/eritem → pecah, erosi → cepat mengalami epitelisasi (tidak diikuti
pembentukan jar. parut)
*Predileksi : abdomen bag. bawah, paha medial dan anterior, fleksor lengan bawah
*Tanda Nikolsky ()
• Dapat disertai lesi urtikaria
• Lesi mukosa pada mukosa mulut
• Dapat berupa lokalisata (tungkai bawah), lokalisata spesifik (pada perempuan muda hanya di daerah
vulva/perivulva)
• Faktor pencetus : pajanan UVB/PUVA
TERAPI
• Penyakit autoimun kronik (jarang) → membentuk bula subepitelial, lesi erosif pada membran mukosa dan kulit,
dan menimbulkan jar. parut
• Pemeriksaan histopatologik : ± sama dengan PB
• IFD : deposit IgG dan komplemen beberbentuk linear pada membrana basalis → mengikat PBAG2
• IFI : anti basement membrane autoantibodies pada serum (tidak semua pasien)
• Autontigen : berbagai macam (PS → suatu fenotip penyakit)
GEJALA KLINIS
• KU : baik
• Kelainan mukosa mulut (90%) : bula tegang, lesi erosi
• Konjungtiva (66%) : rasa terbakar, hipersekresi air mata, fotofobia dan sekret mukoid
*Komplikasi : pembentukan jar. parut, simblefarom, trichiasis, kekeruhan kornea → kebutaan
• Kulit (pada inguinal, ekstremitas atau generalisata)
• Tempat predileksi lainnya : mukosa hidung, faring, esogafus, genitalia eksterna
• Komplikasi : obstruksi nasal, stenosis laring, adhesi esofagus
TERAPI
*PEMFIGOID GESTASIONIS
• Erupsi vesikulobulosa akut yang sangat gatal pada masa kehamilan/segera stlh partus
• Lesi : plak urticarial yang berkembang mennjadi pemphigoid-like blister
• Pem. histopatologi : celah dermal-epidermal + eosinofil
• IFD : deposit linear C3 (dengan atau tanpa IgG)
• Pem. ELISA : pemfigoid gestasionis antibody (BP180)
• Terapi : kortikosteroid sistemik (prednisone/prednisolone 0,5mg/kgBB/hhari)
*CHRONIC BULLOUS DISEASE OF CHILDHOOD (CBLC)
DERMATITIS HERPETIFORMIS
• Erupsi papuloversikuler kronis (bisa menetap lama) residitif yang sangat gatal
• Epidemiologi : usia 20-40 tahun
• Pem. histopatologi : mikro abses → kumpulan neutrofil pada papilla demis
• IFD : deposit IgA granular
• Autoantigen : epidermal transglutaminase (TGase)
• Berhubungan dengan Gluten Sensitive Enteropathy (GSE)
GEJALA KLINIS
• Keluhan : rasa gatal/panas yang amat sangat 8-12 jam sblm erupsi
• Lesi utama : papul eritematosa, urticaria dan vesikel tegang, berkelompok → herpetiformis
• Predileksi : ekstensor siku, lutut, bokong, bahu dan sakral → simetris
• Kelainan GIT (90%) berupa epithelial cell derangement, infiltrate limfoplasmasitik → alklorhidria, gastritis atrofik,
steatore, abs. D-xylose abnormal, defisiensi zat besi dan asam folat
TERAPI