Tutor 2 Blok 18

Pityriasis Rosea
Kelompok 17
1010183 Monica G.K
1110006 Nugroho S.H
1110051 Monica A
1110076 Ragita A.P
1110085 Pauline C
1110098 Albertcornus D.S
1110110 Felicia O
1110112 Yohana P.H
1110176 Kamajaya M

Tutor
Istilah
 Papula
Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran < 1/2 cm,
dan berisikan zat padat.

 Makula
Kelainan kulit berbatas tegas berupa erubahan warna semata-mata.
B
Contoh : melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.

 Eritem
Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversible.

 Numular-Plakat
 Numular : sebesar uang logam Rp 100
 Plakat : lebih besar dari numular
 Skuama
Lapisan stratum corneum yang terlepas dari kulit.
 Pitiriasiformis : halus
 Psoriasiformis : berlapis-lapis
 Iktiosiformis : seperti ikan
 Kutikular : tipis
 Lamelar : berlapis
 Membranosa/Eksfoliativa : lembaran-lembaran
 Keratotik : terdiri atas zat tanduk

 Area Nuchal
Area disekitas ligamentum nuchae
 Tes Auspitz
gambaran titik perdarahan halus multiple bila sisik diangkat dari
plak psoriatik, disebabkan oleh penipisan epidermis di atas papilla
dermis.

 Fenomena Tetesan Lilin

skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
MORFOLOGI KULIT
Epidermis
Pada epidermis ditemukan 2 sistem :
1. Sistem malphigi (keratinosit): bagiam epidermis yang sel selnya akan
mengalami keratinisasi,
2. Sistem pigmentasi (melanosit) : berasal dari krista neuralis(ektoderm) untuk
sintesa melanin
Selain 2 sistem tersebut terdapat
• sel langerhans
- makrofag derivat sumsum tulang
- sel brwrna hitam,bentuk stelat,terdapar di stratum spinosum
- berperan dalam reaksi imunologi untuk mempresentasikan antigen ke
limfosit
• sel merkel
- berasal dari neural crest
- tersebar pada stratum basalis
- sel merkel sebagai mekanoreseptor sensoris dan juga neuroendokrin
Kulit berdasarkan tebal tipisnya epidermis dibagi menjadi :
• Kulit tebal
pada :
- vola manus
- planta pedis
• Epidermis
- Stratum basale
- Stratum spinosum
- Stratum granulosum
- Stratum lucidum
- Stratum corneum
- Stratum disjunctum
• Dermis
- stratum papilare
- stratum retikulare
• Subcutis
• Tonjolan epidermis :
interpapillary peg
- sehingga
terbentuk : papila
corii
• Stratum papilare :
terdapat papila
corii,mengandung
serat kolagen tipe III
• Stratum retikulare :
Mengandung serat
kolagen tipe 1,berjalan
simpang siur
 KULIT TIPIS
kulit pada seluruh permukaan
tubuh kecuali telapak tangan
dan kaki.
Perbedaan dengan kulit tebal :
-Epidermis sangat tipis,bagian
bagian nya tidak sejelas kulit
tebal
-Stratum korneum sangat tipis
-Stratum lucidum tidak ada
-Stratum granulosum ( tidak
kontinu )
-Stratum spinosum sangat tipis
-Stratum basale dan sel selnya
mngndung pigmen kuning
coklat
-Papila corii susunan tdk teratur
-Glnd sudorifera <
-Gland sebacea >
1. Glandula sudorifera/kelenjar keringat
- tersebar luas pada kulit,kecuali bibir,glanspenis,kuku.
- kelenjar simplek,bergelung,sifat : merokrin
- terdiri dari 2 pars : pars sekretoria,pars ekskretoria
• pars sekretorius
dibawah dermis,tubuler bergelung,dikelilingi oleh sel
fusiform yaitu sel mioepitel.
Epitel kelenjar : selapis kuboid,silindris dan piramidal.
ada 2 jenis sel : dark cell dan clear cell
• Duktus ekskretorius
epitel : kuboid berlapis,lumen sempit
2. Glandula sebacea
• tersebar pada semua bagian
tubuh kecuali daerah yg tdk
mempunyai rambut
• Sifat : holokrin,sekretnya
disebut sebum
fungsi : - meminyaki rambut
dan kulit
- bakterisid
bentuk : botol,bag terbesar :
pars sekretorius,bag leher :
duktus exretorius.
( sel plg luar : gepeng,lebih ke dlm
sel bulat berisi tts lmk,makin ke
tgh sel makin besar,tts
lemak>>,nukleus hilang )
 Mikrobiologi
• Virus
– Human herpes virus 7 (HHV-7) atau HHV-6
– Picomavirus
– Parvovirus
• Jamur
– Legionella pneumoniae
– Chlamydia  pneumoniae
– Mycoplasma pneumonia
 Human Herpes Virus 7 (HHV-7)
• Virus DNA berenvelop
• Mempunyai genom double stranded DNA, linear, 124-235
kbp, diameter 150-200 nm
• HHV-7 merupakan anggota subfamili betaherpesvirinae dan
bersifat limfotropik
• Panjang genom HHV-7 kurang lebih 145 kb dan mengkode
sedikitnya 84 protein
• Infeksi primer menyerang anak usia 2-3 tahun melalui
droplet infection
• Diagnosa laboratorium virus berdasarkan isolasi virus,
pemeriksaan histologis (spongiosis, parakeratosis fokal,
diskeratosis dari epidermis), imunohistokimia, dan PCR.
• Bakteri : impetigo, furunkel (bisul)
• Virus : rubella (campak), frambusia (cacar air),
herpes zoster
• Jamur : panu
• Parasit : scabies
• Alergi : urtikaria (biduran), dematitis
• Daya tahan tubuh lemah : psoriasis
• Impetigo : streptococcus atau staphylococcus
• Kolera : vibrio chloreae
• Sipilis : treponema pallidum
• Gonorea : neisseria gonorrhoea
• Varicella : varicella zoster
• Scabies : sarcoptes scabiei
• Furunkel : staphylococcus aureus
• Frambusia : trypanosoma
• Rubella : virus rubella
• Lepra : mycobacterium leprae
 Patogenesis

Harrison’s principal of internal medicine 17th edition

Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N.F., 2005, Robins
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th Edition, Elsevier
Saunders, Philadelphia
 Patofisiologi + Gejala Klinik
• Pelepasan histamin oleh sel mast  pruritus
• Infiltrat sel radang  plak
• Parakeratosis fokal  skuama kolaret
• Inflamasi, vasodilatasi kapiler  eritem
• Distribusi erupsi mengikuti garis lipatan tubuh
 pola pohon natal

Silbernagl/Lang, Color Atlas of Pathophysiology © 2000 Thieme

• Wanita (wanita = lelaki) 25 tahun (10-35/14-45tahun)
• KU: makula eritem multipel gatal,di dada dan punggung.
Lesi Sekunder (badan,lengan atas proksimal,paha atas)
• Menderita kelainan kulit 1bln y.l
• Konsul ke dokteralergi
• Riwayat konsumsi obat sbelum lesi – (DD dgn alergi obat)
• Mengganti sabun mandidettol gatal n merah ber+
(ganggu flora normal+xerosis  gampang infeksi)
• Demam,sariawan,batuk-pilek,nyeri nelan –(DD infeksi
sistemik)
• 1mggu sblm lesi  ke pantaijemur dan berenang
(perubahan cuaca ekstrim FR)
• ±2mggu sebelum lesi dikeluhkan lesi lebih besar di
tengkuk (Lesi primer)
Pemeriksaan fisik:
CM, sakit ringan. 155cm/45kg = 22 (normal)
TD: 110/70 mmHg N: 80x/menit, R,E,isi cukup
Resp: 16x/menit T : 36,6
Kepala,leher,thorax,abdomen,extremitas: DBN
• Regio thorax:
– Plak tipis eritematosa (vasodilatasi+inflamasi)
– Oval, batas tegas
– Skuama besar melingkar (kolaret)
• Area nucal:
– Lesi primer makula eritem pucat (vasodilatasi+inflamasi)
– Oval
– Ukuran numular-plakat.
Dsitribusi lesi mengikuti garis lipatan kulit pola pohon natal
(Khas Pityriasis Rosea)
Tes Auspitz,fenomena tetesan lilin – (DD dgn Psoriasis)
PP dgn mikroskop cahaya: spora,hifa – (DD dgn tinea korporis)

DK: Pityriasis Rosea

 Differential Diagnosis

emedicine.medscape.com
Fkunisula.co.id/ppt_eritropapuloskuamosa
Robin, cotran . Pathology of Disease
 Pityriasis Rocea Psoriasis Tinea Corporis Dermatitis Alergik
etiologi (HHV), obat- Lingkungan, dermatophyte Bahan” yang
obatan, vaccine genetic, dan menyebabkan
imunologi alergi dan iritasi
epidemiologi Wanita >> pria, Usia produktif , Semua usia Semua usia, wanita
cuaca kering wanita >> pria (preadolescent), >> pria
iklim lembab &
panas
G.K Herald patch, Makula eritem, Plak eritem, Alergen : pruritic
(efloresensi) colarette papul & plak, bersisik, papul & vesikel
lesion, silky scales membesar & eritem, lichenifikasi
christmas menutupi memburuk Iritant : makula
pattern, gatal, daerah cepat, anullar eritem,
(gejala inflamasi, tiba- shape, skuama, hyperkeratosis,
prodromal) tiba, dystrofi krusta, papula, fissura,
kuku. vesikel & bullae glazed/parched/scal
ded
P. Lab KOH , RF, RPR, RF, as.urat, KOH, kultur. Patch test, prick
VRDL auspitz test, test, KOH, direct
KOH microscopy
prognosis Self-limiting Mempengaruhi quality of life. berulang, gx kerja.
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hematologi rutin
– Normal
– Leukositosis, neutrofilia, limfositosis

• Pemeriksaan Mikologi dgn larutan KOH

– DD Tinea corporis
• Tes auspitz
– DD psoriasis
Fenomena tetesan lilin
• Histopatologi
– Parakeratosis
– Acantosis
• Rapid Plasma Reagin (RPR)
• Venereal Disease Research Laboratory Test
(VDRL Test)
 TERAPI
• ACYCLOVIR ( valacyclovir< famcyclovir,
pencyclovir)
Mek. Kerja : agen antiviral dan inhibisi
pertumbuhan virus, menghambat sintesis DNA
Dosis : 5x200mg (setiap 4jam) selama 5 hari ->
infeksi herpes simplex.
5x800mg (setiap 4jam) selama 7 hari -> infeksi
herpes zoster.
• KORTIKOSTEROID
1. Potensi lemah : deksametason, hidrokortison
asetat, metilprednisolon
2. Potensi sedang : klobetason butirat,
hidrokortison butirat, triamsinolon asetonid
0,1%
3. Potensi kuat : betametason diproprionat,
triamsinolon asetonid 0.5%
4. Potensi sangat kuat : klobetasol proprionat,
diflukortikolon valerat
o Pilihan formula :
1. Krim larut air : lesi lembab
2. Salep : lesi kering, likenifikasi
3. Lotion : luka eksudatif
4. Penambahan urea atau asam salisilat :
meningkatkan penetrasi kortikosteroid
5. Perban eksklusif polythene
• ANTI-HISTAMIN
Mek. Kerja : mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan memblok
reseptor histamin (reseptor H-1 dan H-2)
1. H-1 blocker (antihistaminika klasik)
Mek kerja : memblok reseptor pada otot licin dari
dinding pd, bronchus dan git serta saluran kemih.

2. H-2 blocker (penghambat asma)

Mek kerja : menghambat sekresi asam lambung
yang meningkat akibat histamin.
Komplikasi

 Severe itching
 Lasting brown spots after the rash has healed, on dark skin
 Recurrence (rare, 1:50)
Pencegahan
There is no definitive prevention for pityriasis rosea, as the cause
is not yet fully known. As with most viral infections, helpful
prevention tips may include:
 good basic hygiene
 hand washing
 avoidance of ill contacts and of aerosolized respiratory
droplets from people coughing or sneezing
PROGNOSIS
Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8
minggu.

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam