Anda di halaman 1dari 24

P E N J A D WA LA N

Definisi Penjadwalan

Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup


kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga
kerja, dan menentukan urutan pelaksanaan bagi suatu kegiatan
operasi.
Penjadwalan bertujuan meminimalkan waktu proses, waktu
tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan
yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan.
Jenis Penjadwalan Operasi

Ada 3 bagian besar jenis penjadwalan operasi, yaitu :


1. Sequencing
2. Input-output control
3. Loading
1.SEQUENCING (Pengurutan pekerjaan)

Menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat


kerja.

Sebagai contoh, anggap terdapat 10 pasien yang pada sebuah klinik


medis untuk mendapatkan perawatan.
Dalam urutan seperti apakah mereka seharusnya diperlakukan ?
Haruskah pasien yang pertama dilayani adalah yang datang pertama kali
ataukah pasien yang memerlukan perawatan darurat? Metode
pengurutan memberikan informasi terinci seperti ini. Metode ini dikenal
sebagai aturan prioritas untuk membagikan pekerjaan pusat kerja.
Aturan Prioritas

Aturan Prioritas (priority rule)


Memberikan panduan untuk mengurutkan pekerjaan yang harus
dilakukan. Aturan ini terutama diterapkan untuk fasilitas
terfokus-proses seperti klinik, percetakan, bengkel job shop.
Beberapa aturan prioritas yang paling terkenal akan dibahas.
Aturan prioritas mencoba untuk meminimasi waktu penyelesaian,
jumlah pekerjaan dalam sistem, keterlambatan pekerjaan, dan
memaksimasi utilisasi fasilitas.
Aturan prioritas yang terkenal adalah:
1. First Come, First Served (FCFS)
2. Shortest Processing Time (SPT)
3. Longest Processing Time (LPT)
4. Earliest Due Date (EDD)
5. Critical Ratio (CR-Rasio Kritis)

1. First Come, First Served (FCFS)


(yang pertama datang, yang pertama dilayani)
Pekerjaan pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih
dahulu
2. Shortest Processing Time (SPT)
(waktu pemrosesan terpendek)
Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan terpendek
diselesaikan terlebih dahulu

3. Longest Processing Time (LPT)


(waktu pemrosesan terpanjang)
Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan lebih panjang
diselesaikan terlebih dahulu

4. Earliest Due Date (EDD)


(batas waktu paling awal)
Pekerjaan dengan batas waktu yang paling awal dikerjakan
terlebih dahulu
Kriteria Penjadwalan
Kriteria penjadwalan dilihat dari hal-hal berikut:
1. Minimasi waktu penyelesaian
Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-
rata untuk setiap pekerjaan.
2. Maksimasi utilisasi
Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung presentase waktu
digunakannya fasilitas.
3. Minimasi persediaan barang setengah jadi (work-in-process/WIP)
Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata
dalam sistem tersebut. Lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka lebih
rendah persediaan.
4. Minimasi waktu tunggu pelanggan.
Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata2.
Evaluasi

 Contoh di bawah membandingkan keempat aturan di atas.


Lima pekerjaan yang berkaitan dengan tugas arsitektur menunggu untuk ditugaskan pada
Ajax, Tarneyand & Banes Architects. Waktu pengerjaan (pemrosesan) mereka dan
batas waktunya diberikan dalam tabel berikut. Urutan pengerjaan sesuai dengan
aturan FCFS, SPT, LPT, EDD akan diterapkan Pekerjaan ditandai dengan huruf
sesuai dengan urutan kedatangannya.

Waktu Pemrosesan Batas Waktu Pekerjaan


Pekerjaan
(Hari) (Hari)
A 6 8
B 2 6
C 8 18
D 3 15
E 9 23
Penyelesaian
1. Urutan FCFS diperlihatkan dalam tabel berikut, yaitu A-B-C-D-E.
Aliran waktu dalam sistem untuk urutan ini menghitung waktu yang
Dihabiskan oleh setiap pekerjaan untuk menunggu ditambah dengan
waktu pengerjaannya.

Urutan Waktu Aliran Batas Waktu Keterlambatan


Pekerjaan pemrosesan Waktu Pekerjaan
A 6 6 8 0
B 2 8 6 2
C 8 16 18 0
D 3 19 15 4
E 9 28 23 5
Jumlah 28 77 11
Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:

a. Waktu penyelesaian rata-rata


= Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan
= 77 hari/5 = 15,4 hari.

b. Utilisasi = Jumlah waktu proses total/Jumlah aliran waktu total


= 28/77 = 36,40%

c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem


= Juml.aliran waktu total/Waktu proses pekerjaan total
= 77 hari/28 hari = 2,75 pekerjaan

d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata


= Jumlah hari keterlambatan/Jumlah pekerjaan
= 11/5 = 2,2 hari.
2. Aturan SPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut, menghasilkan
urutan B-D-A-C-E.
Urutan dibuat berdasarkan waktu pemrosesan, dengan prioritas tertinggi
diberikan kepada pekerjaan yang paling pendek.
Urutan Waktu Aliran Batas Waktu Keterlambatan
Pekerjaan pemrosesan Waktu Pekerjaan
B 2 2 8 0
D 3 5 15 0
A 6 11 8 3
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
Jumlah 28 65 9
Aturan SPT menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:

a. Waktu penyelesaian rata-rata


= Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan
= 65 hari/5 = 13 hari.

b. Utilisasi = Jumlah waktu proses total/Jumlah aliran waktu total


= 28/65 = 43,10%

c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem


= Juml.aliran waktu total/Waktu proses pekerjaan total
= 65 hari/28 hari = 2,32 pekerjaan

d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata


= Jumlah hari keterlambatan/Jumlah pekerjaan
= 9/5 = 1,8 hari.
3. Aturan LPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut, menghasilkan
urutan E-C-A-D-B.
Urutan dibuat berdasarkan waktu pemrosesan, dengan prioritas tertinggi
diberikan kepada pekerjaan yang paling panjang.
Urutan Waktu Aliran Batas Waktu Keterlambatan
Pekerjaan pemrosesan Waktu Pekerjaan
E 9 9 23 0
C 8 17 18 0
A 6 23 8 15
D 3 26 15 11
B 2 28 6 22
Jumlah 28 103 48
Aturan LPT menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:

a. Waktu penyelesaian rata-rata


= Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan
= 103 hari/5 = 20,6 hari.

b. Utilisasi = Jumlah waktu proses total/Jumlah aliran waktu total


= 28/103 = 27,20%

c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem


= Juml.aliran waktu total/Waktu proses pekerjaan total
= 103 hari/28 hari = 3,68 pekerjaan

d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata


= Jumlah hari keterlambatan/Jumlah pekerjaan
= 48/5 = 9,6 hari.
4. Aturan EDD yang diperlihatkan dalam tabel berikut, menghasilkan
urutan B-A-D-C-E
Urutan dibuat berdasarkan waktu pemrosesan, dengan prioritas tertinggi
diberikan kepada pekerjaan dengan batas waktu paling.

Urutan Waktu Aliran Batas Waktu Keterlambatan


Pekerjaan pemrosesan Waktu Pekerjaan
B 2 2 6 0
A 6 8 8 0
D 3 11 15 0
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
Jumlah 28 68 6
Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:

a. Waktu penyelesaian rata-rata


= Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan
= 68 hari/5 = 13,6 hari.

b. Utilisasi = Jumlah waktu proses total/Jumlah aliran waktu total


= 28/68 = 41,20%

c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem


= Juml.aliran waktu total/Waktu proses pekerjaan total
= 68 hari/28 hari = 2,43 pekerjaan

d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata


= Jumlah hari keterlambatan/Jumlah pekerjaan
= 6/5 = 1,2 hari.
Rangkuman Hasil

Hasil dari keempat aturan ini diringkas dalam tabel berikut :

Aturan Waktu Utilisasi Jumlah Keterlambatan


Penyelesaian (%) Pekerjaan Rata-rata
Rata-rata Rata-rata (hari)
(hari) Dalam Sistem
FCFS 15,40 36,40 2,75 2,20
SPT 13,00 43,10 2,32 1,80
LPT 13,60 41,20 2,43 9,60
EDD 20,60 27,20 3,68 1,20
Rangkuman Evaluasi
EDD merupakan urutan yang paling tidak efektif. SPT unggul dalam tiga
pengukuran Hal ini merupakan kenyataan yang sesungguhnya dalam dunia
nyata. Tidak ada satu aturan pengurutan pun yang selalu unggul dalam semua
kriteria.
Pengalaman menunjukkan hal berikut:

1. SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk meminimasi aliran pekerjaan


dan meminimasi jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Kelemahannya
adalah pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat secara terus
menerus tidak dikerjakan.

2. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria.
Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil oleh pelanggan.
Suatu hal yang sangat penting dalam sistem jasa.
3. EDD meminimasi keterlambatan maksimal, yang mungkin perlu untuk
pekerjaan yang memiliki penalti setelah tanggal tertentu. EDD bekerja baik
ketika keterlambatan menjadi sebuah isu.
Rasio Kritis

RASIO KRITIS (CRITICAL RATIO – CR)


merupakan angka indek yang dihitung dengan membagi waktu yang tersisa
hingga batas waktu pekerjaan, dengan waktu pekerjaan tersisa. CR
cenderung memiliki kinerja yang lebih baik daripada FCFS, SPT, LPT,
atau LPT pada kriteria keterlambatan pekerjaan rata-rata.
Rasio Kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilakukan
agar tetap menepati jadwal.

Bila : CR < 1 , berarti pekerjaan terlambat dari jadwal


CR = 1 , berarti pekerjaan sesuai dengan jadwal
CR > 1 , berarti pekerjaan mendahului jadwal
Rumus Rasio Kritis adalah :

CR = Waktu yang tersisa / Hari kerja yang tersisa


= Batas waktu – tanggal sekarang / waktu pekerjaan yg
tersisa

Contoh:
Hari ini adalah hari ke-25 pada jadwal produksi Zyco Medical
Testing Laboratories. Tiga pekerjaan berada dalam urutan
sebagai berikut :
.
PEKERJA BATAS WAKTU WAKTU UTK. PEKERJ. SISA
AN
A 30 4
B 28 5
C 27 2

CR dihitung dengan menggunakan rumus CR

PEKERJAAN CR URUTAN PRIORITAS


A (30-25) / 4 = 1,25 3
B (28-25) / 5 = 0,60 1
C (27-25) / 2 = 1,00 2

Pekerjaan B memiliki keterlambatan sehingga harus dipercepat, C tepat waktu,


dan A memiliki waktu luang.
Tugas !

 Sebuah kontraktor di Dallas memiliki enam pekerjaan yang


menunggu untuk diproses. Waktu pemrosesan dan batas waktu
diberikan pada tabel di bawah. Asumsikan bahwa pekerjaan tiba
dengan urutan yang ditunjukkan pada tabel. Tentukan urutan
pengolahan sesuai aturan FCFS, SPT, LPT, dan EDD serta lakukan
evaluasi
Waktu Pemrosesan Batas Waktu Pekerjaan
Pekerjaan
(Hari) (Hari)
A 6 22
B 12 14
C 14 30
D 2 18
E 10 25
F 4 34

Anda mungkin juga menyukai