Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Lini Produksi


Lini produksi adalah penempatan area -area kerja dimana operasi -operasi
diatur secar berturut -turut dan material bergerak secara kontinue melaluli
operasi yang terangkai seimbang. menurt karakteristiknya proses
produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua:
1. Lini Fabrikasi , merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah
operasi pekerjaan yanng bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda
kerja.
2. Lini Perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah
operasi perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan
digabungkan menajdi benda assembly atau sub assembly.

2.2 Keseimbangan Lintasan Produksi (Line Balancing)


Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen -elemen
tugas dar i suatu lini perakitan ke stasiun kerja untuk meminimumkan
banyaknya stasiun kerja dan meminimumkan total idle time dan delay time
(waktu menganggur) pada semua stasiun untuk tingkat keluaran tertentu
(Gasperz, 2004).

Line balancing adalah sekolompok orang atau mesin yang


melakukan tugas -tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang
diberikan kepada masing -masing sumber daya secaa seimbang dalam
setiap lintasan produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di
setiap stasi un kerja. Fungsi dari line balancing adalah membuat suatu
prosses yang seimbang.

Menurut (Gasperz, 2004). Tujuan utama dari lintasan produksi yang


seimbang yaitu:

1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation


sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang.

5
2. Mencegah terjadinya bottle neck (suatu proses yang membatasi output dan
frekuensi produksi.
3. Menjaga agar lintasan perakitan tetap lancar dan berlangsung secara
continue.
4. Meningkatkan efisiensi atau produktivitas.

Menurut Baroto (2002), tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah


meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang
ditentukan oleh operasi yang paling lambat.

2.3 Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda.


Akibatnya, kontroversi mengenai teknik serta standar kerap kali berakar
pada maksud pengukuran kerja. Adalah tanggung jawab manajer operasi
untuk mendefinisikan tujuan ini dan untuk menjamin bahwa teknik
pengukuran kerja tersebut digunakan dengan tepat. Teknik pengukuran
kerja dapat digunakan sebagai berikut :

1. Mengevaluasi prestasi kerja. Hal ini dilakukan dengan membandingkan


keluaran aktual dalam suatu periode waktu dengan keluaran standar yang
ditentukan dari pengukuran kerja.

2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja. Untuk suatu tingkat keluaran


tertentu di masa dating, pengukuran kerja dapat digunakan untuk
menentukan berapa banyak masukan tenaga kerja yang diperlukan.

3. Menentukan kapasitas yang tersedia. Untuk suatu tingkatan tenaga kerja


dan ketersediaan peralatan tertentu, standar pengukuran kerja dapat
digunakan untuk memproyeksikan kapasitas yang tersedia. Tujuan ini
hanya kebalikan dari nomor 2.

4. Menentukan harga atau biaya dari suatu produk. Standar tenaga kerja,
yang diperoleh melalui pengukuran kerja, adalah salah satu unsur dari
system penetapan harga pokok atau harga jual.

5. Membandingkan metode kerja. Apabila metode yang berbeda untuk suatu


pekerjaan sedang di pertimbangkan, pengukuran kerja dapat memberikan
dasar untuk melakukan perbandingan ekonomis atas metode-metode
tersebut.

6. Mempermudah penjadwalan operasi. Salah satu masukan data bagi semua


sistem penjadwalan adalah taksiran waktu bagi kegiatan kerja.

6
7. Membentuk insentif upah. Dengan insentif upah, para pekerja menerima
lebih banyak untuk keluaran yang lebih banyak.Tindakan pengukuran
yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada
pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan
penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian.Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi
dalam perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama
waktu untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan
(jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan
tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut standar pekerja

2.3.1 Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan


berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan.Dapat dikatakan
waktu siklus ,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera
dalam stopwatch.
Waktu yang diperlu kan untuk melaksanakan elemen -elemen kerja pada
umumnya kan sedikit berbeda dengan dari siklus ke siklus kerja sekalipun
operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap -tiap elemen
dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu
yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam
menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang
seharusnya dibaca dari stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:


= …………………………………….…………..(2.1)

dimana: X = Waktu Siklus

x = Waktu Pengamatan

n = Jumlah Pengamatan yang dilakukan

7
Untuk mengetahui apakah jumlah pengamatan yang dilakukan sudah
memenuhi syarat (mencukupi) atau masih kurang dapat ditentukan dengan
rumus :

/ ∑ ∑
= ∑
…………………………………….…..(2.2)

2.3.2 Waktu Normal


Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian, yaitu waktu siklus rata -rata dikalikan dengan factor
penyesuaian.
Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating
performance kerja operator adalah didasarkan pada satu factor tunggal
yaitu operator speed,space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
“performance Rating/speed Rating)”. Rating Faktor ini umumnya
dinyatakan dalam persentase persentase (%) atau angka decimal . Dimana
Performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan
waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja a kibat tempo atau
kecepatan kerja operator yang berubah -ubah.Untuk maksud ini, maka
waktu normal dapat diperoleh dari rumus berikut:

%
= %
.............(2.3)

Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai
waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja,karena disini factor -
faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (Allowance Time) agar
operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.

2.3.3 Waktu Baku/Standar

8
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap
part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk
mengatasi kelelahan atau untuk factor-faktor yang tidak dapat dihindarkan.
Namun jangka waktu penggunaannya waktu standard ada batasnya.
Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan
mengaplikasikan rumus berikut:

= +( % ).(2.4)

%
= % %
………………….(2.5)

2.3.3 Waktu Senggang


Keseimbangan Waktu Senggang ( Balance Delay )Balance delay
merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari
waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian
yang kurang sempurna diantara stasiun -stasiun kerja. Balance delay dapat
dirumuskan sebagai berikut:

. ∑
= ( )
X 100%................................................................(2.6)

Keterangan:
D = Balance delay (%).
C = Waktu siklus.
N = Jumlah stasiun kerja.
Σti = Jumlah semua waktu operasi.
ti = Waktu operasi.

2.4 Idle Time


Merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk satu
stasiun. Apabila waktu produksi dan terget produksi telat ditentukan ,maka
waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi telah

9
ditentukan,maka waktu siklus dapat diketahui da ri hasil waktu produksi
untuk sejumlah waktu tertentu,waktu siklus harus sama atau lebih besar
dari waktu operasi terbesaar yang merupakan penyebab terjadinya bottle
neck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil dari
jam kerja efektif perhari dubagi dari jumlah produksi perhari,yang secara
matematis dinyatakan sebagai berikut:
≤ ≤ …………………………………………(2.7)

Dimana:
Ti max : waktu operasi terbesar pada lintasan
CT : waktu siklus (cycle time)
P : jam kerja efektif perhari
Q : jumlah produksi perhari

2.5 Waktu Menganggur


Idle time adalah selisih atau perdaan antara cycle time (CT) dan
stasiun time (ST) atau(CT) dikurangi ST. (Baroto,2002)
Merupakan selisih (perbedaan 0 antara cycle ti me dan stasiun time atau
dikurang ST
Idle Time = 1 – Efisiensi

2.6 Waktu senggang


Balance delay merupakan ukuran ketidakefisienan lintassan yang
dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun -stasiun kerja.
Balance delay dapat dirumuskan sbagai berikut:
( ) ∑
= ( )
100%........................................................(2.8)

Dimana:
n : jumlah stasiun kerja
C : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
∑ = jumlah waktu operasi dari semua operasi
ti = waktu operasi

10
D = balance delay(%)

2.7 Efisiensi Lintasan Produksi (Line efisiency)


Line efisiency merupakan rasio total dari total waktu stasiun kerja diagi
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto,2002) atau jumlah
efisinsi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja.
Efisinsi Lintasan:
=∑ 100%.........................................................(2.9)

Dimana:
Sti : waktu stasiun dari stasiun ke-1
K : jumlah (banyaknya) stasiun kerja
CT : waktu siklus

2.8 Efisiensi Stasiun Kerja


Efisiensi stasiun kerka merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun
kerja(Wi) dan waktu operasi stasiun kerja tebesar (Ws). Efisiensi stasiun
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut (Nasution,1999)

Efisiensi stasiun kerja:

= 100%.........................................................(2.10)

11

Anda mungkin juga menyukai