Anda di halaman 1dari 20

PERMENAKER NO.

6 TAHUN 2016
TENTANG
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN BAGI
PEKERJA/BURUH DI PERUSAHAAN

DIREKTORAT PENGUPAHAN
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

1
PENDAHULUAN
• UU 13/2003 tidak mengatur secara khusus mengenai THR
Keagamaan, namun dalam ketentuan peralihannya diatur
bahwa semua peraturan pelaksanaan mengenai
ketenagakerjaan, termasuk Permenaker 04/1994 yang dahulu
mengatur THR Keagamaan, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan
perundang-undangan yang baru.
• Saat ini ketentuan mengenai THR Keagamaan diatur dalam
PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari UU 13/2003, dan agar
ketentuan mengenai THR Keagamaan dalam PP No. 78
Tahun 2015 tentang Pengupahan implementatif, Permenaker
04/1994 dicabut digantikan Permenaker No. 6 Tahun 2016
tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja di
Perusahaan.
2
• Latar belakang pengaturan THR Keagamaan berdasarkan
Permenaker 04/1994:
1. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pemeluk
agama yang setiap tahunnya merayakan hari raya
keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing.
2. Bagi pekerja/buruh, untuk merayakan hari raya keagamaan
tersebut diperlukan biaya tambahan.
3. Bagi pengusaha, untuk membantu meringankan biaya
tambahan yang harus dikeluarkan oleh pekerja/buruh untuk
merayakan hari raya keagamaan tersebut, sudah sewajarnya
pengusaha memberikan THR Keagamaan.
4. Bagi pemerintah, untuk menciptakan ketenangan usaha,
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh, dan keseragaman
mengenai pemberian THR.

3
• Latar belakang perubahan Permenaker 04/1994:
1. Untuk memenuhi amanat Pasal 7 ayat (3) PP 78/2015;
2. Perlu penegasan bahwa hak atas THR Keagamaan berkaitan erat
dengan timbulnya hak dalam hubungan kerja;
3. Hak atas THR Keagamaan tidak dibedakan antara pekerja/buruh
PKWTT maupun PKWT (termasuk pekerja/buruh harian lepas);
4. Bagi agama tertentu dimungkinkan terjadi lebih dari 1 kali hari raya
keagamaan yang sama dalam 1 tahun.
5. Dalam implementasinya THR Keagamaan yang diberikan dalam
bentuk barang, nilainya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
uang.
6. Sesuai dengan tujuannya, pemberian THR Keagamaan seharusnya
tidak dapat disimpangi.
7. Adanya ketentuan dalam PP 78/2015 mengenai denda dan sanksi
administratif bagi Pengusaha yang melanggar.

4
MATERI THR KEAGAMAAN DALAM PP 78/ 2015

• THR Keagamaan bersifat wajib.


• THR dibayarkan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari
raya keagamaan.
• Terlambat membayar THR, dikenai denda 5% dari total
THR yang harus dibayar terhitung sejak berakhirnya
batas waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
• Tidak membayar THR, dikenai sanksi administratif.
• Ketentuan mengenai tunjangan hari raya keagamaan dan
tata cara pembayarannya diatur dengan Peraturan
Menteri.

5
PERMENAKER No. 6 TAHUN 2016

 SISTEMATIKA
Terdiri dari 5 Bab dan 13 Pasal:
BAB I Ketentuan Umum
BAB II Besaran dan Tata Cara Pemberian
THR Keagamaan
BAB III Pengawasan
BAB IV Denda dan Sanksi Administratif
BAB V Ketentuan Penutup

6
BAB I
KETENTUAN UMUM

 PENGERTIAN/DEFINISI
• THR Keagamaan adalah pendapatan non upah yang wajib
dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh atau
keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan.
• Hari Raya Keagamaan adalah Hari Raya Idul Fitri bagi
Pekerja/Buruh yang beragama Islam, Hari Raya Natal bagi
Pekerja/Buruh yang beragama Kristen Katholik dan Kristen
Protestan, Hari Raya Nyepi bagi Pekerja/Buruh yang
beragama Hindu, Hari Raya Waisak bagi Pekerja/Buruh yang
beragama Budha, dan Hari Raya Imlek bagi Pekerja/Buruh
yang beragama Konghucu.

7
• Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di
luar wilayah Indonesia.
• Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

8
 PEKERJA/BURUH YANG BERHAK ATAS THR
• Pengusaha wajib memberikan THR Keagamaan
kepada Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa
kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus atau
lebih.
• THR Keagamaan tersebut diberikan kepada
Pekerja/Buruh yang mempunyai hubungan kerja
dengan Pengusaha berdasarkan perjanjian kerja
waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu
tertentu.

9
BAB II
BESARAN DAN TATA CARA PEMBERIAN THR
KEAGAMAAN

 BESARAN THR KEAGAMAAN


• Besaran THR Keagamaan ditetapkan sebagai berikut:
a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas)
bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu)
bulan upah;
b. Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara
terus menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan
secara proporsional sesuai masa kerja dengan perhitungan: masa
kerja x 1 (satu) bulan upah.
12
• Upah 1 (satu) bulan tersebut terdiri atas komponen upah:
a. upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean wages);
atau
b. upah pokok termasuk tunjangan tetap.
10
 BESARAN THR KEAGAMAAN BAGI PEKERJA/BURUH
HARIAN LEPAS
• Bagi Pekerja/Buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian
kerja harian lepas, upah 1 (satu) bulan dihitung sebagai
berikut:
a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua
belas) bulan atau lebih, upah 1 (satu) bulan dihitung
berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12 (dua
belas) bulan terakhir sebelum Hari Raya Keagamaan;
b. Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari
12 (dua belas) bulan, upah 1 (satu) bulan dihitung
berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan
selama masa kerja.

11
 DALAM HAL DIATUR LEBIH BAIK
• Apabila penetapan besaran nilai THR Keagamaan
berdasarkan perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau
kebiasaan yang telah dilakukan lebih besar dari
nilai THR Keagamaan yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini, THR Keagamaan yang dibayarkan
kepada Pekerja/Buruh sesuai dengan perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama atau kebiasaan yang telah dilakukan.

12
 TATA CARA PEMBERIAN THR KEAGAMAAN
• THR Keagamaan diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun sesuai dengan Hari Raya Keagamaan masing-masing
Pekerja/Buruh.
• Dalam hal Hari Raya Keagamaan yang sama terjadi lebih
dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, THR Keagamaan
diberikan sesuai dengan pelaksanaan Hari Raya Keagamaan.
• THR Keagamaan dibayarkan sesuai dengan Hari Raya
Keagamaan masing-masing Pekerja/Buruh, kecuali
ditentukan lain sesuai dengan kesepakatan Pengusaha dan
Pekerja/Buruh yang dituangkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

13
• THR wajib dibayarkan oleh Pengusaha paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya
Keagamaan.
• THR Keagamaan diberikan dalam bentuk
uang dengan ketentuan menggunakan mata
uang rupiah Negara Republik Indonesia.

14
 THR KEAGAMAAN BAGI PEKERJA/BURUH YANG DI-PHK
ATAU YANG BERAKHIR HUBUNGAN KERJANYA
• Pekerja/buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan
perjanjian kerja waktu tidak tertentu dan mengalami
pemutusan hubungan kerja terhitung sejak 30 (tiga puluh)
hari sebelum Hari Raya Keagamaan, berhak atas THR
Keagamaan.
• THR Keagamaan tersebut berlaku untuk tahun berjalan
pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh
Pengusaha.
• Ketentuan tersebut diatas tidak berlaku bagi Pekerja/Buruh
yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu
tertentu, yang berakhir sebelum Hari Raya Keagamaan.

15
 THR KEAGAMAAN BAGI PEKERJA/BURUH
YANG PINDAH
• Pekerja/Buruh yang dipindahkan ke
perusahaan lain dengan masa kerja
berlanjut, berhak atas THR Keagamaan pada
perusahaan yang baru, apabila dari
perusahaan yang lama Pekerja/Buruh yang
bersangkutan belum mendapatkan THR
Keagamaan.

16
BAB III
PENGAWASAN

• Pengawasan pelaksanaan Peraturan


Menteri ini dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan.

17
BAB IV
DENDA DAN SANKSI ADMINISTRATIF

18
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

19
SELESAI

20

Anda mungkin juga menyukai