(/home)
English (/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
MENU
Regulasi Ketenagakerjaan
Seputar Penggajian
Pajak Penghasilan
Jaminan Sosial
Meski UU Cipta Kerja telah dicabut dan tidak berlaku lagi, sesuai Ketentuan Penutup
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
(Perppu Cipta Kerja) (https://www.gadjian.com/blog/2023/01/11/isi-perpu-cipta-kerja-
2023-terbaru/), peraturan pelaksanaan dari UU No 11 Tahun 2020 tersebut masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Perpu.
Contoh peraturan pelaksanaan UU Cipta Kerja yang tetap berlaku adalah PP No 34 Tahun
2021 tentang Penggunaan TKA; PP No 35 Tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK; dan PP No 36 tentang Pengupahan.
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 1/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk itu,
pemerintah pusat menetapkan
(/home)kebijakan pengupahan yang meliputi:
English (/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
a. upah minimum;
d. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;
g. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya.
Ketentuan rinci mengenai kebijakan pengupahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 2021 tentang Pengupahan sebagai aturan turunan UU Cipta Kerja
(https://www.gadjian.com/blog/wp-content/uploads/2021/02/Peraturan-Pemerintah-No-
36-tahun-2021-tentang-Pengupahan.pdf), yang sekaligus mencabut PP Nomor 78 Tahun
2015.
Dalam menyusun struktur dan skala upah yang digunakan sebagai pedoman untuk
menetapkan upah, pengusaha perlu memperhatikan kemampuan perusahaan dan
produktivitas, begitu menurut Pasal 92 UU Ketenagakerjaan yang telah direvisi Omnibus
Law.
Sesuai Perpu Cipta Kerja No.2 Tahun 2022, ketentuan Pasal 92 UU Ketenagakerjaan diubah
sehingga berbunyi:
(2) Struktur dan skala upah digunakan sebagai pedoman pengusaha dalam menetapkan upah
bagi pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih.
Setelah itu, peninjauan upah dilakukan oleh pengusaha secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Ketentuan mengenai struktur
dan skala upah dapat dilihat di PP Pengupahan (https://www.gadjian.com/blog/wp-
content/uploads/2021/02/Peraturan-Pemerintah-No-36-tahun-2021-tentang-
Pengupahan.pdf).
Ketika pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan, maka upah tidak perlu dibayar. Namun,
upah tetap harus dibayarkan jika:
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga
tidak dapat melakukan pekerjaan;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat
dihindari pengusaha;
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 2/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama, diatur untuk
melaksanakan pembayaran upah sebagaimana disebutkan di atas.
(/home)
English (/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
Perhitungan Upah Pokok
Jika komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok
MENU
minimal sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tetap.
Sanksi
Sementara itu, jika perusahaan pailit atau dibekukan karena peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh dianggap sebagai utang
yang pelunasannya harus diprioritaskan.
Pemberian THR diatur oleh Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja/Buruh
(http://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/permenaker_6_2016.pdf) di Perusahaan.
Hari Raya Keagamaan di Indonesia yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
tersebut adalah Hari Raya Idul Fitri untuk Pekerja beragama Islam, Hari Raya Natal untuk
Pekerja beragama Katolik dan Protestan, Hari Raya Nyepi untuk Pekerja beragama Hindu,
Hari Raya Waisak untuk Pekerja beragama Buddha, dan Hari Raya Imlek untuk Pekerja
beragama Konghucu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2016, ada 6 poin penting yang
perlu diketahui tentang THR:
THR wajib diberikan kepada pekerja yang telah bekerja minimal 1 bulan di perusahaan.
Perhitungan untuk pekerja dengan masa kerja kurang dari 12 bulan dan lebih dari 12 bulan
berbeda. Jika pekerja dengan masa kerja lebih dari 12 bulan mendapatkan THR sebesar upah
1 bulan, pekerja dengan masa kerja 1 bulan dan kurang dari 12 bulan mendapatkan THR
dengan perhitungan ((masa kerja)/12) x upah 1 bulan.
Definisi “upah” yang digunakan sebagai basis perhitungan THR dapat berbeda-beda sesuai
dengan kebijakan perusahaan. Namun pada dasarnya, perusahaan menggunakan salah satu
besaran berikut sebagai basis perhitungan THR:
2. Bentuk THR
THR hanya dapat diberikan dalam bentuk uang rupiah. Dengan kata lain, pemberian THR
berupa voucher, paket sembako, parsel dan hadiah lainnya tidak dihitung sebagai THR.
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 3/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
Pemberian THR oleh perusahaan kepada pekerja wajib dilakukan selambat-lambatnya 7 hari
atau seminggu sebelum Hari Raya Keagamaan berlangsung. Sebagai contoh, apabila Hari
(/home)
Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 17 Juni 2017, maka perusahaan harus
English memberikan THR
(/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
Perdebatan seringkali muncul jika terjadi kasus pemutusan hubungan kerja dalam waktu yang
cukup dekat dengan Hari Raya Keagamaan. Ada baiknya hal-hal tersebut dibahas dengan
pihak manajemen serta karyawan yang bersangkutan secara terbuka dan kekeluargaan untuk
menghindari sengketa lebih lanjut.
5. Pajak THR
PPh 21 atas THR hanya dikenakan bagi pekerja yang mendapatkan THR di atas Pendapatan
Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu Rp 4,5 juta per bulan atau Rp 54 juta per tahun.
Jika pekerja mendapatkan THR kurang dari Rp 4,5 juta, maka pekerja tersebut tidak
dikenakan PPh 21 THR.
6. Sanksi Perusahaan
Sebelum adanya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2016 yang mengatur
tentang THR, perusahaan tidak dikenakan sanksi apapun jika tidak memberikan THR kepada
pekerja. Namun, setelah adanya peraturan tersebut, perusahaan akan dikenakan sanksi
berupa denda sebesar 5% dari total THR yang harus dibayarkan jika tidak memberikan THR
kepada pekerja.
Denda yang dimaksud adalah THR yang harus dibayarkan oleh perusahaan ke pekerja
ditambah dengan 5% dari total THR yang didapatkan oleh pekerja. Sehingga, perusahaan
akan lebih dirugikan secara finansial sebagai sanksi akibat tidak memberikan THR
sebagaimana peraturan pemerintah.
Jam Kerja
Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau
malam hari. Undang-Undang No.13 tahun 2003 (http://peraturan.go.id/uu/nomor-13-tahun-
2003.html) tentang Ketenagakerjaan mengatur jam kerja bagi pekerja di sektor swasta.
Sedangkan, untuk pengaturan mulai dan berakhirnya waktu jam kerja
(https://www.gadjian.com/features/shift-kerja) diatur sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 Pasal 77 ayat 1 mewajibkan setiap perusahaan
untuk mengikuti ketentuan jam kerja yang telah diatur dalam 2 sistem yaitu:
Kedua sistem jam kerja yang berlaku memberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh)
jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila jam kerja dalam perusahaan melebihi ketentuan tersebut,
maka waktu kerja yang melebihi ketentuan dianggap sebagai lembur, sehingga pekerja berhak
atas upah lembur. (https://www.gadjian.com/blog/2021/05/07/perhitungan-lembur-terbaru-
uu-cipta-kerja/)
Tanya jawab waktu istirahat kerja menurut Peraturan Ketenagakerjaan terbaru bisa dilihat di
sini (https://www.gadjian.com/blog/2021/05/28/waktu-istirahat-kerja-menurut-peraturan-
ketenagakerjaan-terbaru/).
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 4/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
Kontrak kerja atau perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha
secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu, yang
MENU
memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
Dalam kontrak kerja, pekerja dapat mengetahui status kerja. Status kerja diatur dalam UU
Cipta Kerja Bab IV Ketenagakerjaan poin 12 hingga 16 yang merevisi Pasal 56 hingga 61 UU
Ketenagakerjaan.
Ketentuan mengenai sifat dan jenis kegiatan pekerjaan, jangka waktu, dan batas waktu
perpanjangan PKWT tidak disebutkan di Perpu Cipta Kerja, melainkan diatur dalam PP No
35/2021.
Jangka waktu PKWT paling lama menjadi 5 tahun, termasuk perpanjangan kontrak dan tidak
ada masa percobaan kerja (probation). Hubungan kerja berakhir pada saat selesainya jangka
waktu kontrak atau selesainya pekerjaan yang diperjanjikan.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap atau biasa disebut
karyawan tetap.
Selain status pekerja berdasarkan waktu berakhirnya hubungan kerja, ada juga pekerja harian
lepas (freelancer) dan pekerja alih-daya (outsourcing). Pada dasarnya, mereka termasuk
pekerja PKWT, namun agak berbeda dengan PKWT secara umum.
Pekerja harian lepas diatur dalam Pasal 10 PP No 35 Tahun 2021. Perjanjian kerja harian
lepas merupakan PKWT yang dilaksanakan untuk pekerjaan tertentu yang jenis dan sifat atau
kegiatannya tidak tetap, berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan, serta
pembayaran upah pekerja didasarkan pada kehadiran.
Perjanjian ini harus memenuhi ketentuan bahwa pekerja bekerja kurang dari 21 hari dalam 1
bulan. Apabila pekerja bekerja 21 hari atau lebih dalam 1 bulan selama 3 bulan berturut-
turut, maka hubungan kerja demi hukum berubah menjadi PKWTT dan status pekerja harian
lepas berubah menjadi karyawan tetap.
Pekerja outsourcing adalah pekerja yang tidak direkrut secara langsung, melainkan disediakan
oleh pihak ketiga atau perusahaan penyedia tenaga kerja (alih daya). Perjanjian kerja
dilakukan oleh pengusaha dengan perusahaan alih daya berdasarkan kebutuhan penggunaan
tenaga kerja untuk waktu tertentu.
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 5/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
content/uploads/2021/02/Peraturan-Pemerintah-Nomor-35-tahun-2021-tentang-
Perjanjian-Kerja-Waktu-Tertentu-Alih-Daya-Waktu-Kerja-dan-Waktu-Istirahat-dan-
(/home)
Pemutusan-Hubungan-Kerja.pdf). English (/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
Tanya jawab UU Cipta Kerja seputar Perjanjian Kerja dapat dilihat di sini
(https://www.gadjian.com/blog/2021/04/23/pertanyaan-uu-cipta-kerja-perjanjian-kerja-
dan-pengupahan/).
Cuti
Berdasarkan Undang-undang no. 13 tahun 2003 Pasal 79 ayat (2), pekerja yang telah bekerja
minimal selama 12 bulan atau 1 (satu) tahun berturut-turut berhak untuk mendapatkan cuti
sekurang-kurangnya 12 hari. Namun, perusahaan dapat menyesuaikan ketentuan cuti pekerja
berdasarkan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang telah disepakati oleh perusahaan dan pekerja.
Sakit
Apabila karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya dikarenakan sakit, pengusaha tetap
wajib membayar upah/gajinya. Di Indonesia tidak terdapat waktu maksimal karyawan
diberikan izin sakit. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit selama 2 hari berturut-
turut atau lebih harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter. tanpa keterangan
resmi tersebut karyawan akan dianggap mangkir dan diperhitungkan sebagai cuti tahunan
(https://www.gadjian.com/blog/2021/08/20/aturan-cuti-tahunan-karyawan-swasta/).
Apabila sakit yang diderita karyawan cukup parah sehingga memerlukan waktu yang lama
untuk kembali bekerja, akan dilakukan penyesuaian terhadap upah yang diterimanya:
4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja
dilakukan oleh pengusaha.
Peraturan Lembur
Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur jika mempekerjakan pekerja melebihi waktu
kerja yang telah ditentukan Undang-Undang. Kerja lembur harus memenuhi syarat berikut:
a. ada perintah dari pengusaha dan persetujuan dari pekerja bersangkutan secara tertulis
dan/atau melalui media digital;
b. maksimal waktu lembur 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam dalam 1 minggu, tidak termasuk
lembur pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Upah kerja lembur dihitung menggunakan upah sejam yang didasarkan pada upah bulanan.
Upah sejam yaitu 1/173 kali upah sebulan (gaji pokok dan tunjangan tetap). Berikut ini
ketentuannya:
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 6/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
b) untuk setiap jam kerja lembur berikutnya dibayar 2 kali upah sejam.
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada libur akhir pekan atau hari libur resmi untuk waktu 5
MENU
hari kerja dan 40 jam seminggu, maka:
a) untuk 8 jam pertama, upah setiap jam dibayar 2 kali upah sejam;
c) untuk jam ke-10, ke-11, dan ke-12, upah setiap jam dibayar 4 kali upah sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada libur akhir pekan atau hari libur resmi untuk waktu 6
hari kerja dan 40 jam seminggu, maka:
a) untuk 7 jam pertama, upah setiap jam dibayar 2 kali upah sejam;
c) untuk jam ke-9, ke-10, dan ke-11, upah setiap jam dibayar 4 kali upah sejam.
Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, maka:
a) untuk 5 jam pertama, upah setiap jam dibayar 2 kali upah sejam;
c) untuk jam ke-7, ke-8, dan ke-9, upah setiap jam dibayar 4 kali upah sejam.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha. PHK dapat dilakukan dikarenakan alasan-alasan tertentu dan dilarang apabila
dilakukan secara sepihak dan sewenang-wenang. Pengusaha wajib merundingkan perihal
PHK dengan serikat pekerja atau dengan pekerja, apabila perundingan tersebut tidak
menghasilkan persetujuan maka PHK hanya dapat dilakukan setelah memperoleh penetapan
dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial atau pengadilan hubungan
industrial.
Pengusaha wajib membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima oleh pekerja sebagaimana yang tertera dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 serta dalam kesepakatan yang ada pada
Perjanjian Kerja Bersama atau Peraturan Perusahaan. Dalam hal pekerja/buruh melakukan
pelanggaran yang tertera dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
sama, pengusaha dapat melakukan PHK setelah pekerja yang bersangkutan diberikan surat
peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut.
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 7/8
8/5/23, 10:09 AM Panduan HRD: UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
(/guest/redirect/?
utm_source=Organic&utm_medium=IntercomUUTKPage&utm_campaign=UUKetenagakerjaan&utm_content=de
(/home)
English (/changelanguage/en) Bahasa (/changelanguage/id)
MENU
Hubungi Kami
(/contact)
Kirim Pesan (/contact)
(021) 3115-1775 (tel:(021) 3115-1775)
team@gadjian.com
Gadjian Academy (https://t.me/GadjianAcademy)
Gedung Binasentra Lantai 1, R. 106 Komp. Bidakara Jl.
Gatot Subroto Kav. 71-73 Jakarta 12870 Indonesia
Gadjian adalah aplikasi penggajian (HR & payroll software) berbasis cloud terbaik di Indonesia. Gadjian membantu operasional
perusahaan dalam mengelola karyawan serta melakukan penghitungan dan administrasi gaji, izin, sakit, cuti, BPJS, PPh 21
(termasuk multi NPWP) dan pengaturan shift.
(https://twitter.com/Gadjian) (http://facebook.com/gadjian)
(https://www.linkedin.com/company/gadjian)
(https://www.instagram.com/gadjian)
(https://www.youtube.com/channel/UChU_wz7E-fZTlJ_89y6j0Lw)
(https://heapanalytics.com/?utm_source=badge)
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan 8/8