2. Biaya Pengemasan 3. Biaya Pembayaran Bank (Bank Charge) 4. Biaya Transportasi dari Gudang ke Pelabuhan 5. Biaya Forwrder 6. Biaya Pengurusan Dokumen 7. Biaya Terminal Handling Charge (THC) 8. Bea Keluar 9. Biaya Komisi Agen Penjualan (Broker) 10. Biaya pengiriman (Freight) 11. Biaya Asuransi 12. Biaya Pergudangan 13. Biaya Operasional Lainnya 14. Biaya Bunga dan Pajak Biaya Harga Pokok Produksi (HPP) • Produk yang diekspor dapat diproduksi sendiri atau membeli dari supplier. Jika barang ekspor diperoleh dari membeli produk dari supplier, maka biaya HPP dihitung berdasarkan biaya pembelian produk ditambah biaya pengiriman sampai ke gudang. • Lain halnya jika memproduksi barang itu sendiri maka HPP dihitung berdasarkan biaya produksi ditambah biaya operasional pabrik. • Biaya Produksi: total biaya dari bahan baku produksi, bahan pendukung produksi, serta gaji pekerja yang digunakan untuk memproduksi barang. • Biaya Operasional Pabrik: segala biaya yang terjadi di dalam pabrik yang memproduksi barang. Contohnya adalah listrik, minyak, gas, oli mesin, biaya perawatan mesin & peralatan, dan juga termasuk biaya penyusutan mesin & peralatan Biaya Pengemasan Biaya yang dihitung disini dimulai dari biaya sortasi/pemilahan barang, yang disebabkan karena barang dari supplier atau produksi sendiri yang tidak seragam. Lalu dihitung biaya pembelian kemasan, upah pengemasan, sampai ongkos printing kemasan. Total dari semua aktivitas ini didapatkan biaya pengemasan. Biaya Pembayaran Bank (Bank Charge)
Biaya ini terjadi jika memakai metode pembayaran
ekspor dengan jasa bank. Metode yang biasa digunakan dalam transaksi ekspor adalah T/T (Telegraphic Transfer), L/C (Letter of Credit), dan CAD (Cash Against Documents). • Pembayaran menggunakan metode T/T, biasanya dikenakan charge USD 5-10 per transfer dari luar negeri. • Sedangkan untuk L/C dan CAD, biasanya charge yang dikenakan berkisar USD 75-150 per sekali proses pembayaran. • Biaya ini bisa berbeda-beda tergantung dari asal negara, bank yang digunakan importir, dan bank yang digunakan eksportir di Indonesia. Biaya Forwarder
• Ini dihitung jika memakai jasa forwarder yang dapat
membantu pengurusan transportasi dari gudang sampai pelabuhan, pengurusan dokumen ekspor yang dibutuhkan, serta dalam pengkoordinasian pengiriman barang dari pelabuhan sampai ke negara tujuan. • Biaya ini biasanya berkisar Rp 250,000 - Rp 1,000,000 untuk sekali service, berapa pun jumlah barang yang dikirim. • Biaya tersebut belum termasuk biaya pengurusan dokumen ekspor dan biaya transportasi (trucking) dari gudang ke pelabuhan. Tapi kebanyakan forwarder juga menawarkan harga sudah termasuk semuanya (all in). Biaya Pengurusan Dokumen Ekspor
• Biaya ini tergantung dari dokumen apa saja yang diurus
berdasarkan kebutuhan atau persyaratan di negara tujuan ekspor, baik itu yang bersifat utama maupun tambahan. • Biaya dokumen-dokumen ekspor ini tidak signifikan kecuali sertifikat yang membutuhkan pemeriksaan di laboratorium. • Contohnya, untuk pengurusan COA biasanya mencapai beberapa ratus ribu rupiah, tergantung analisis yang digunakan. Biaya Terminal Handling Charge (THC) • Biaya ini dibayarkan ke otoritas pelabuhan (PT Pelindo) untuk penanganan barang di pelabuhan. Biasanya biaya THC untuk pengiriman dengan full container 20ft adalah sekitar USD 95. Tapi biaya THC ini dihitung berdasarkan per kg barang kita. • Misalkan, dalam satu container 20 ft dapat dimuat 10,000 kg produk kita, maka biaya THC yang dibebankan per kg adalah adalah USD 0.0095/kg. Biaya Bea Keluar • Bea Keluar adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap beberapa kategori barang ekspor, terutama barang yang tidak diolah. • Besarnya biaya ini kebanyakan berupa persentase terhadap total nilai invoice penjualan ekspor. • Pembayaran Bea Keluar harus dilakukan sebelum atau paling lambat pada saat PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) diajukan. Beberapa barang yang terkena Bea keluar adalah: 1. Kulit: 15 - 25% nilai invoice 2. Kayu yang sudah diolah (minimal menjadi kayu kaso): 2 - 5% nilai invoice 3. Biji kakao: 0 - 15% nilai invoice, kecuali kakao yang diolah (minimal fermentasi) adalah bebas Bea Keluar 4. Kelapa Sawit (CPO) dan produk turunannya: 0 - USD 245/MT 5. Olahan mineral logam: 0 - 10% nilai invoice • Besarnya Bea Keluar ini tergantung dari pengolahan barang tersebut. Jadi semakin diolah produknya, maka Bea Keluarnya akan semakin kecil. Biaya Komisi Agen Penjualan (Broker) • Biaya ini dihitung ketika pihak ketiga/agen/broker, baik di dalam maupun luar negeri, membantu mendapatkan kesepakatan atau kontrak penjualan ekspor dengan importir. Besarnya nilai komisi agen tergantung kesepakatan sebelumnya, yang biasanya berkisar 2 - 5% dari total nilai penjualan ekspor. • Jika memakai penawaran harga FOB, maka perhitungan biaya ekspor berhenti disini. Biaya Pengiriman (Freight)
Biaya yang dikenakan dalam pengiriman produk ekspor
dari pelabuhan di Indonesia sampai pelabuhan di negara tujuan. Besaran biaya ini tergantung dari jauhnya negara tujuan dan cara pengiriman barang. Terdapat beberapa cara dalam pengiriman barang ekspor: • Courier: Dilakukan dengan berat barang ekspor di kisaran 1 kg. Biaya pengiriman sekitar USD 50 - 100/kg dengan menggunakan DHL, UPS, Fedex, atau TNT. Bahkan, ada yang lebih murah dengan menggunakan EMS, yaitu sekitar Rp 200,000 - 350,000/kg. • Air Cargo: Dilakukan dengan berat barang ekspor minimum 45 kg, dengan menggunakan pesawat udara. Biaya pengiriman menggunakan air cargo berkisar USD 0.7 - 18/kg. • Sea Cargo LCL (Less Container Load): Dilakukan dengan berat barang ekspor minimum 1 MT atau pada beberapa tujuan minimum 0.5 MT, menggunakan kapal laut. Pengiriman LCL berarti barang ekspornya tidak full satu container sehingga barangnya digabung bersama barang dari eksportir lain dalam satu container. Biasanya, biaya pengiriman LCL berkisar Rp 500 - 5,000 per kg. • Sea Cargo FCL (Full Container Load): DIlakukan dengan berat barang ekspor minimum 1 container., menggunakan kapal laut. Jadi, pengiriman FCL artinya barang ekspornya tidak digabung dengan barang eksportir lainnya. Pengiriman ini adalah yang biayanya paling murah. Contohnya ke Singapura hanya USD 80 per 1 container 20 ft. Terdapat beberapa pilihan container seperti 20 ft, 40 ft, atau 40 ft High Cube. Untuk barang ekspor yang memerlukan suhu dingin dapat juga menggunakan reefer container, dengan biaya yang lebih tinggi. Jika memakai penawaran harga CFR, maka perhitungan biaya ekspor berhenti disini. Biaya Asuransi • Asuransi yang dimaksud adalah meliputi asuransi pengiriman dan asuransi pembayaran. Namun, yang termasuk dalam incoterm CIF adalah hanya asuransi pengiriman. Biaya premi asuransi ini biasanya 0.1 - 0.5% dari total nilai harga CFR. • Jika memakai penawaran harga CFR, maka perhitungan biaya ekspor berhenti disini. • Akan tetapi, kebanyakan transaksi ekspor yang dilakukan tidak memakai asuransi pengiriman. Sehingga, incoterm yang lebih banyak digunakan adalah CFR daripada CIF. Sampai tahap ini, kita sudah dapat menghitung keuntungan kotor (gross income) dari total biaya-biaya di atas. Namun, perlu juga untuk kita menghitung biaya pergudangan, biaya operasi lainnya, serta biaya bunga dan pajak untuk dapat menghitung keuntungan bersih (net income) Biaya Pergudangan • Gudang adalah fasilitas utama dalam bisnis ekspor yang perlu dihitung biayanya. • Jika menyewa gudang, maka biaya dihitung dari biaya sewa gudang. • Namun, jika gudang dimiliki sendiri, maka biaya dihitung dari biaya penyusutan (depresiasi) per bulannya. • Jangan lupa juga untuk menghitung biaya operasional dan pemeliharaan gudang. Biaya Operasional Lainnya • Dalam ekspor juga harus diperhitungkan biaya yang dikeluarkan secara rutin untuk operasional kantor, namun bukan yang terkait dengan proses produksi di pabrik. • Sebagian komponen biaya operasional adalah biaya sewa kantor, listrik, telepon, internet, gaji karyawan, termasuk di dalamnya adalah biaya promosi dan pemasaran serta biaya penyusutan. Contoh Kasus CV Semesta Nusantara (nama samaran) adalah eksportir keripik tempe berlokasi di Jakarta yang mendapatkan kontrak penjualan dengan importir di Jeddah (Saudi Arabia) sejumlah 200 karton (1 karton = 5 kg). Sehingga, total berat barang ekspor adalah 1,000 kg. • Hitunglah harga yang harus ditawarkan per kg untuk masing-masing incoterm EXW, FOB, CFR, dan CIF. Target keuntungan kotor yang ditargetkan adalah Rp 1,000/kg. Data biaya dan asumsi yang dibutuhkan: • Membeli keripik tempe dari produsen di Bogor dengan harga Rp 10,000/kg dengan pengiriman gratis dari supplier. • Mengemas dengan plastik PE dan karton box dengan harga Rp 5,500/pcs. Isi per pcs kemasan adalah 5 kg keripik tempe. • Menggunakan jasa forwarder dengan harga all-in (termasuk trucking dari gudang ke pelabuhan, THC, PEB, B/L, dan kepabeanan) sebesar Rp 2,000,000. • Dibutuhkan dokumen ekspor SKA atau COO dengan biaya pengurusan Rp 200,000. • Pembayaran menggunakan T/T, dengan biaya bank sebesar USD 40. • Menggunakan pengiriman Sea-Cargo LCL. Biaya pengiriman yang dikenakan dari Jakarta ke Jeddah adalah sebesar USD 30 per 1 CBM (cubic meter). Asumsi 1 kg produk ekuivalen dengan 0.0072 CBM. • Premi asuransi senilai 0.1% dari harga CFR. • Tidak ada Bea Keluar untuk produk ini. • Nilai tukar yang dipakai adalah kurs beli USD 1 = Rp 14,000 dan kurs jual USD 1 = Rp 14,300 Dari hitungan di atas, total nilai invoice untuk penjualan ekspor 200 karton (1,000 kg) adalah: •EXW Jakarta USD 905 •FOB Jakarta USD 1,062 •CFR Jeddah USD 1,278 •CIF Jeddah uSD 1,280 Terimakahsiih …. Contoh Kasus 2 CV Amanah Semesta adalah eksportir Komoditas Biji Kopi berlokasi di Temanggung mendapatkan kontrak penjualan dengan importir di Jerman sejumlah 5500 Kg Hitunglah harga yang harus ditawarkan per kg untuk masing-masing incoterm EXW, FOB, CFR, dan CIF. Target keuntungan kotor yang ditargetkan adalah Rp 2,000/kg? Data biaya dan asumsi yang dibutuhkan: • Membeli Biji Kopi dari petani di jawa Tengah dengan harga Rp 25,000/kg dengan pengiriman gratis dari supplier. • Mengemas dengan kertas dan karton box dengan harga Rp 6,000/pcs. Isi per pcs kemasan adalah 2 kg. • Menggunakan jasa forwarder dengan harga all-in (termasuk trucking dari gudang ke pelabuhan, THC, PEB, B/L, dan kepabeanan) sebesar Rp 2,500,000. • Dibutuhkan dokumen ekspor SKA atau COO dengan biaya pengurusan Rp 800,000. • Pembayaran menggunakan T/T, dengan biaya bank sebesar USD 50. • Menggunakan pengiriman Sea-Cargo LCL. Biaya pengiriman yang dikenakan dari Jakarta ke Jerman adalah sebesar USD 80 per 10Kg Kopi • Premi asuransi senilai 0.5% dari harga CFR. • Bea Keluar untuk produk ini sebesar 5% dari harga invoice • Nilai tukar yang dipakai adalah kurs beli USD 1 = Rp 14,000 dan kurs jual USD 1 = Rp 14,300