3.
Kejadian Medication Error
meningkat
WISN
(WORKLOAD INDICATORS OF
STAFFING NEED)
Gabungan metode kualitatif dan kuantitatif
KUALITATIF KUANTITATIF
Perhitungan dengan metode WISN yang pertama harus ditentukan unit kerja
dan kategori SDM, perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat permasalahan
sehingga dapat ditentukan pada unit kerja dan kategori SDM yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia/Available Working Time (AWT)
Waktu kerja tersedia atau dapat disingkat AWT (Available Working Time)
adalah satuan waktu ditunjukkan dalam hari/tahun atau jam/tahun. Tujuan
menentukan AWT adalah untuk diperolehnya waktu kerja tersedia masing-
masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun di suatu
unit atau instansi. Dalam menentukkan AWT data yang diperlukan antara
adalah sebagai berikut :
Hari Kerja (A)
Hari kerja adalah hari kerja sesuai ketentuan yang berlaku di institusi/organisasi
selama kurun waktu satu tahun.
Libur Nasional (B)
Keputusan bersama menteri agama, menteri tenaga kerja dan transmigrasi, dan
menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik indonesia
tentang hari libur nasional.
Cuti Tahunan (C)
Cuti tahunan ditentukan sesuai yang berlaku bagi tenaga kerja di
institusi/organisasi selama kurun waktu satu tahun
Sakit (D)
Tenaga kerja tidak dapat hadir untuk bekerja karena alasan sakit selama kurun
waktu satu tahun.
Ketidakhadiran Kerja (E)
Menetukan ketidakhadiran kerja lainnya dihitung berdasarkan dari rata-rata
ketidakhadiran kerja, seperti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan, ijin, maupun
tanpa keterangan selama kurun waktu satu tahun.
Waktu Kerja (F)
Waktu kerja yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS atau
peraturan daerah. Umumnya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 jam. Setelah data
data didapatkan kemudian perhitungan untuk menetapkan waktu kerja tersedia
menggunakan rumus berikut :
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja
Komponen beban kerja adalah kuantitas beban kerja pegawai selama 1 tahun.
Komponen-komponen beban kerja dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Aktivitas pelayanan kesehatan utama adalah aktivitas yang dilakukan oleh
semua anggota kategori tenaga kerja tersebut. Ada catatan data sekunder
untuk kegiatan yang termasuk aktivitas pelayanan kesehatan utama.
b. Aktivitas penunjang adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua anggota
kategori tenaga kerja namun tidak ada catatan data sekunder untuk aktivitas
ini.
c. Aktivitas tambahan lain adalah aktivitas yang tidak dilakukan oleh anggota
dalam kategori tenaga kerja tersebut dan tidak ada catatan statistik untuk
aktivitas ini.
4. Menyusun Standar Kegiatan
Standar pelayanan merupakan standar kegiatan yang di catat dalam statistik tahunan.
Standar pelayanan adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk
menyelesaikan sebuah kegiatan.
Standar kelonggaran adalah kegiatan yang tidak dilakukan
pencatatan statistik tahunan secara teratur. Standar kelonggaran terdiri dari dua jenis
yaitu aktifitas yang dilakukan semua staff dalam suatu kategori atau Category
Allowance Standar (CAS) dinyatakan dalam persentase waktu kerja dan Individu
Allowance Standar (IAS) dimana dinyatakan dalam waktu kerja aktual standar
kelonggaran individu untuk aktifitas yang tidak dilakukan semua tenaga kerja. Untuk
pengamatan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui wawancara pada setiap
unit kategori tenaga kerja. Wawancara dapat dilakukan tentang kegiatan yang tidak
terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, frekuensi kegiatan dalam satu
hari/minggu/bulan, dan waktu kegiatan untuk menyelesaikan kegiatan.
5. Menyusun Standar Beban Kerja/Standard Workload (SW)
Standar beban kerja (SW) adalah banyaknya pekerjaan dalam satu kegiatan
pelayanan utama yang diselesaikan oleh seorang tenaga kesehatan dalam setahun.
Rumus untuk menghitung standar beban kerja suatu kegiatan pelayanan berdasarkan
waktu bagi standar pelayanan dinyatakan sebagai unit waktu atau kecepatan kerja.
Untuk rumus standar beban kerja terdiri dari 2 rumus.
Rumus yang pertama digunakan apabila standar pelayanan dinyatakan dalam
unit waktu :
Rumus yang kedua digunakan apabila standar pelayanan dinyatakan dalam kecepatan
kerja :
6. Menghitung Faktor Kelonggaran / Allowance Factor
Kegiatan Pelayanan Utama (A): adalah beban kerja setahun dari setiap
kegiatan dibagi dengan standar beban kerja sehingga didapatkan jumlah
tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Kemudian dijumlahkan semua kebutuhan
bagi setiap kegiatan. Hasil adalah jumlah total kebutuhan tenaga apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian untuk semua kegiatan pelayanan utama.
Kegiatan penunjang penting yang dilakukan setiap orang (B): Mengalikan
kebutuhan tenaga kerja bagi kegiatan pelayanan utama dengan CAF. Hasil
yang diperoleh yaitu jumlah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang dibutuhkan
bagi semua kegiatan pelayanan utama dan penunjang penting.
Keterangan :
a = Jumlah apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang ada
b = Jumlah apoteker/tenaga teknis kefarmasian berdasarkan metode WISN
Rasio antara perbandingan antara kenyataan dan kebutuhan, ratio inilah yang disebut
WISN dengan ketentuan
1. Jika rasio WISN bernilai =1
Menunjukkan bahwa jumlah tenaga dan beban apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian di instalasi farmasi cukup berdasarkan kebutuhan.
2. Jika rasio WISN <1
Menunjukkan semakin kecil rasio WISN, semakin besar tekanan beban kerja.
Rasio WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian saat ini lebih kecil daripada yang dibutuhkan.
3. Jika rasio WISN >1
Rasio WISN yang besar membuktikan adanya kelebihan tenaga kerja apabila
dibandingkan terhadap beban kerja.
PRESENTASI UNTUK UAS
STUDI KASUS RIIL WISN DI
PUSKESMAS/RS/KLINIK MENGGUNAKAN
METODE WHO (2010), data berupa :
1. data kualitatif (wawancara dengan ka.instalasi farmasi)
2. Data kuantitatif (data perhitungan metode WISN dengan metode lain)
3. DIBANDINGKAN DENGAN SALAH 1 METODE penghitungan beban kerja
tenaga kefarmasian YANG LAIN (paparkan perbedaan, kelebihan, dan kekurangan
masing-masing metode, lalu pilih mana metode yang menurut kelompok anda
lebih baik)
STUDI KASUS RIIL WISN DI PUSKESMAS /RS/KLINIK
MENGGUNAKAN METODE WHO (2010), data berupa :
4. Data tambahan berupa :
a. pola ketenagaan di instalasi farmasi (apa saja profesinya dan berapa jumlahnya)
b. Rata-rata waktu pelayanan resep (jadi dan racikan) jika data tidak ada, silakan menghitung sendiri
c. Kepuasan pelanggan (pasien) kuesioner kepuasan pelanggan
d. Ada atau tidaknya Kejadian Medication Error
e. Tingkat stress karyawan
f. Permasalahan yang dihadapi IFRS saat ini (dari wawancara) beserta analisis alternatif penyelesaiannya (dari anda)
bisa terkait inventory control, distribusi obat, pelayanan, dll)
g. Peningkatan kualitas SDM (misal : Kegiatan upgrading kompetensi bagi karyawan) untuk peningkatan kualitas pelayanan
h. Pemeliharaan tenaga kerja
i. Budaya organisasi di IFRS
j. Surat keterangan (beserta data mentah yang anda ambil dari puskesmas/RS/klinik) yang ditandatangani Ka. Instalasi
Farmasi bahwa kelompok anda telah mengambil data di tempat tsb
MANAJEMEN FARMASI
RUMAH SAKIT
AT A GLANCE
1 2 3 4 5 6
Perenca Penga- Penyim Distribu Inventor Lapora
-naan daan -panan si y control n
1. PERENCANAAN
Dasar perencanaan :
formularium RS + Fornas + JENIS OBAT
standar yang lain (ex: MIMS
untuk melihat list merek JIKA PERENCANAAN BARU :
obat dan bentuk sediaan) a. Pertimbangkan obat fast
JUMLAH OBAT moving/slow moving
Metode : kombinasi
konsumsi dan epidemiologi b. Lihat pola penyakitnya
Cermati spesialisasi dokter c. Termasuk obat live saving atau
yang berpraktek di RS tidak
Kebijakan masing-
masing RS : Jika terdapat
Punishment atau ketidakcocokan
evaluasi
5. INVENTORY CONTROL
jika terdapat obat death stock sosialisasi ke dokter atau pendekatan personal ke
manajemen
Pada saat pembuatan formularium :
a. Jumlah obat branded (tiap generik) diminimalkan (cukup 3)
b. PBF diundang (bargaining diskon tinggi untuk obat fast moving, pertimbangkan lead
time, kemungkinan retur untuk obat slow moving)
Obat ED sebelum 6 bulan dapat dipindah ke rak lain (yang lebih accessible) atau tetap
di rak yang sama namun gunakan stiker dengan warna atau penanda khusus
Stok opname dilakukan per bulan atau per 3 bulan
Setiap hari lakukan sampling harian (minimal 5 item obat, terutama obat fast moving)
lalu cocokkan antara jumlah fisik, kartu stok, dan sistem (computerized)
6. PELAPORAN
a. Laporan terkait obat recall (SOP harus jelas)
b. Laporan pemusnahan narkotika dan non narkotika buat berita acara
c. Laporan narkotika-psikotropika
d. Laporan obat precursor
e. KPI (Key Performance Indicator), meliputi :
Respon time (racikan, obat jadi)
Medication error
Kelemahan RS
Kesesuaian dengan formularium, dll
MANAJEMEN PERSONALIA
IFRS
a. Pengaturan jadwal dinas (tergantung beban harian/mingguan)
b. Penarikan SDM dari depo yang tidak overload
c. On call