Anda di halaman 1dari 99

 ‫ﺑﺴﻡ‬ ‫ﻟﺮﺤﯿﻡ‬١ ‫ﻟﺮﺤﻣﻥ‬١ ‫ﺍﻟﻟﻪ‬

PENDIDIKAN PANCASILA DI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
 PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA I
 A. Korupsi
 Tahun 2020, skor Corruption Perception Index (CPI)
Indonesia 40 dan berada di posisi 85 dari 180 negara.
Indonesia berada di peringkat ke-4 di antara negara
ASEAN, setelah Singapura, Brunei Darussalam, dan
Malaysia. Di tahun 2019, Denmark dan New Zealand
berada di tingkat pertama dengan perolehan skor 87,
disusul dengan Finlandia di peringkat kedua yang berhasil
memperoleh skor 86. Sementara itu, Somalia masih berada
di posisi terendah dengan perolehan skor 9 (KPK, 2020).

 Terdapat 2 definisi korupsi yaitu tindak pidana korupsi
dan perilaku koruptif. Menurut Undang-Undang No.31
Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang
termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:
 Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
 Sedangkan perilaku koruptif tidak terdapat definisinya
di dalam peraturan perundang-undangan. Perilaku
koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
sikap dan tindakan seseorang yang menampilkan hal-
hal yang tidak terpuji yang akan menggiring kepada
tindakan korupsi. Contohnya mencontek, tidak jujur,
tidak bertanggungjawab, titip absen, berbohong, dll.
Perilaku tersebut lambat laun bila dilakukan terus
menerus akan membuat seseorang terbiasa (jadi
budaya) dan dapat mendorong melakukan perilaku
tidak terpuji yang lebih fatal, dan ujungnya adalah
tindakan korupsi.
 B. Kesenjangan Sosial
 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa
gini ratio berada di kisaran 0,4 persen, dan ini
didorong oleh konsumsi. Akan tetapi, ketimpangan
pendapatan lebih tinggi yakni mencapai 0,7 persen.
Berbagai macam konflik yang terjadi di Indonesia,
menurut Jusuf Kalla, bukan dilatarbelakangi oleh
agama namun disebabkan adanya ketidakadilan dari
berbagai sisi misalnya ketidakadilan politik maupun
ekonomi. Kalla mencatat, selama Indonesia merdeka
ada 15 kali konflik besar yang disebabkan oleh
ketidakadilan terutama konflik antar daerah
 C. Degradasi Moral
 Degradasi moral telah mencapai taraf yang
mengkhawatirkan. degradasi moral dapat diartikan
sebagai kemunduran, kemerosotan, penurunan. Sehingga
dapat diartikan degradasi moral adalah kemerosotan atau
lunturnya nilai dan moral yang berlaku di dalam
masyarakat. Agar degradasi moral dapat diminimalisir,
sebaiknya diadakan suatu program yang mampu
menginternalisasikan pentingnya pendidikan nilai di
dalam keluarga kepada seluruh keluarga di Indonesia,
serta dibentuknya aturan pidana yang lebih ketat kepada
pelaku tindakan penyimpangan berat dalam lingkungan
keluarga
 D. Perilaku yang merusak lingkungan
 Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (Undang-
Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat 16). Populasi manusia semakin
bertambah dan mempengaruhi keadaan alam. Dengan
bertambahnya manusia maka semakin meningkatnya produksi
produk untuk dikonsumsi dan salah satunya dengan cara
merusak alam yang ada disekitarnya. Demikian juga hasil dari
kegiatan produksi mengeluarkan limbah yang dibuang ke
lingkungan. Limbah inilah yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan hidup.
LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN
PANCASILA II
 1. Landasan Historis (dugaan sementara
 yang dianggap benar)
 2. Landasan Kultural (mengenai
 kebudayaan)
 3. Landasan Yuridis (Kekuasaan)
 4. Landaan Filosofis (ilmu tentang
 kebijaksanaan)
2
HISTORIS
BUDAYA KUASAAN

1 PANCASILA 1
2 3 2

-Historis: Dugaan HISTORIS HISTORIS


sementara yg
dianggap benar
-Yuridis ; Kekuasaan KEBIJAKAN
1
- Kultural: Kebudayaan
- Filosofit : Ilmu
tentang Kebijakan
1.MANUSIA

4. HEWAN/ TUHAN
TUMBUHAN 2. ATURAN

3. ALAM/BUMI
LANDASAN
HISTORIS (DUGAAN
YG BENARA DLM
SEJARAH)

LANDASAN LANDASAN
YURIDIS
(KEKUASAAN) NKRI KULTURAL
(BUDAYA)

LANDASAN
FILOSOFIS
(ILMU
KEBIJAKAN)
D. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
- Memahami arti Pancasila & UUD 45 dlm kehidupan
sehari-hari dan mampu melaksanakan sebagai
warganegara Indo.
- Mengetahui & memahami tentang beranekaragamnya
dasar kehidupan masyarakat Indonesia yg berdasarkan
Pancasila & UUD 45
- Mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma Pancasila
- Membantu Mahasiswa dalam proses belajar
memecahkan masalah terhadap nilai-nilai Pancasila.
 III. PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN
 IDIOLOGI NEGARA
 A. Pancasila Sebagai Dasar Negara
 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 3. Persatuan Indonesia.
 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan.
 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
 Sila ini pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
dan setiap warga negara harus mengakui adanya Tuhan. Oleh
karena itu, setiap orang dapat menyembah Tuhan-nya sesuai
dengan keyakinannya masing-masing (Bab IX pasal 29 Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa) Segenap rakyat
Indonesia mengamalkan dan menjalankan agamanya dengan cara
yang berkeadaban yaitu hormat menghormati satu sama lain.
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya. Negara Indonesia
adalah satu negara yang ber-Tuhan. Dengan demikian, segenap
agama yang ada di Indonesia mendapat tempat dan perlakuan
yang sama dari negara.
 2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Sila ini pada prinsipnya menegaskan bahwa kita memiliki
Indonesia Merdeka yang berada di lingkungan (pembukaan
UUDNRI 1945 Alinea 1Bahwa sesungguhnya
Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan) kekeluargaan bangsa-bangsa. Prinsip
Internasionalisme dan Kebangsaan Indonesia adalah
Internasionalime yang berakar di dalam buminya
Nasionalisme, dan Nasionalisme yang hidup dalam taman
sarinya Internasionalisme. Bahwa, akan dihargai dan
dijunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
 3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia (Kebangsaan
Indonesia)
 Sila ini pada prinsipnya menegaskan bahwa
bangsa Indonesia merupakan Negara Kebangsaan.
Bangsa yang memiliki kehendak untuk bersatu
(UUDNRI 1945 Bab 1 Pasal 1 Negara Indonesia
ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik), memiliki persatuan perangai karena
persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah
airnya. Bangsa yang akan tetap terjaga dari
kemungkinan mempunya sifat chauvinistis.
 4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
 Sila ini pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
akan terus memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan (Bab
II Pasal 2 UUDNRI Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri
atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah
dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-
golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-
undang). Bangsa Indonesia akan tetap memelihara dan
mengembangkan kehidupan demokrasi. Bangsa Indonesia akan
memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan
dalam bermusyawarah.
 5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (Kesejakteraan)
 Sila ini pada prinsipnya menegaskan bahwa seyogyanya
tidak akan ada kemiskinan dalam Indonesia Merdeka (Bab
XIV Pasal 33 UUDNRI 1945 Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat).
 Bangsa Indonesia bukan hanya memiliki demokrasi
politik, tetapi juga demokrasi ekonomi. Indonesia harus
memiliki keadilan politik dan keadilan ekonomi sekaligus.
Indonesia harus memiliki kehidupan yang adil dan
makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.
PENJAJAH
ISLAM (15)
BELANDA
(1609-1942)
KEBANGKITA
NASION AL 1908

JEPANG (1942-
1945)

REPORMASI
REPOLUSI VISIK ORLA ORBA 1988 SAMAPA I
(1945-1950) 1950-1965 1965-1997 SEKARANG
A. MASA KEJAYAAN NUSANTARA
a.Masa kerajaan Sriwijaya adalah merupakan
zaman kejayaan Nasional pertama (I)
Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sangat
penting dikawasan Asia selatan, Asia
tenggara dan Asia timur. Dimana kerajaan
Sriwijaya:
1. Letaknya sangat stategis jalur
perdagangan yg menghubungkan antar
India, Cina dan Negara-negara Arab.
2. Semua pedagang dari India, Cina, Arab dan Negara-
negara lain berlabu dipelabuhan Sriwijaya
mengambil bahan makanan dan air sambil
berdagang dan menyebarkan Agama.
3. Memiliki Armada laut yg kuat untuk melindungi
pedagang-pedagang yg lewat dalam wilayah
kekuasaannya
4. Sebagai pusat penyebaran agama Budha dikawasan
asia tenggara
5. Sebagai pusat perkembangan bahasa sansekerta
dan Bahasa Melayu Asia tenggara
6. Sebagai pusat pendidikan
7. Sebagai pusat perdagangan
b. Masa kerajaan Majapahit
Merupakan zaman kejayaan Nasional ke II
Pediri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya (Sri
kartarajasa Jayawardana) tahun 1293.
Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Nusantara tambah
Malaysia, Tailan selatan, Pilipina selatan, Singapur, Burunai,
timur lestei dan Tailan selatan serta batas wilayahnya:
disebelah barat samudra Hindia, sebelah timur Papua Nugini
dan samudra pasifik, sebelah selatan sumudra Hindia dan
Autralia dan sebelah utara samudra Pasifik dan laut Cina
selatan dan pilipina. Raja yg paling terkenal Hayam Wuruk
(Sri Rajasanegara) dan palima perangnya Pati Gajamada
tahun 1350
Gajamada bersumpah akan mempersatukan wilayah
nusantara (Sumpah Pelapa)
Istilah Pancasila dilukiskan dlm tulisan Empu Prapanca dan
Empu Tantular dalam buku Sutasoma (Pancasila Krama
artinya lima dasar tingka laku).
1. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahima)
2. Tidak boleh mencuri (Asteya)
3. Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha)
4. Tidak boleh berbohon (amsawada)
5. Tidak boleh mabuk minum minuman keras (mada)
B. Zaman perjuangan Raja-Raja
1.Pada abad ke XIV kerajaan majapahit mulai
mengalami kemunduran kekuasaannya. Bersamaan
dengan itu kerajaan kecil mulai melepaskan diri dari
kerajaan majapahit seperti kerajaan Demak, kerajaan
Melayu, kerajaan-kerajaan pantai disumatera,Gowa,
Ternate, kerajaan-kerajaan yang ada, Jawa, Malaka,
Kalimantan, Nusatenggara, Pilipina selatan, Tailan,
kamboja dan Vietnam yang penduduknya sebagian
besar menganut Agama Islam. Perdagangan antara
negara-negara Asia barat, Asia selatan dan Asia
timur langsung ke kerajaan-kerajaan tersebut diatas
tidak lagi terpusat dikerajaan Majapahit
2. Pada akhir abad ke XIV muncul pedagang-pedagang
dari Eropah seperti pedagang dari pertugis,spayol,
belanda, inggris mulai berdatangan dan daya tariknya
sayat menarik kepada penduduk yang di datangi,
dengan harga yang murah dan barang belum perna
diperdagangkan oleh orang-orang asia akhirnya
mengadakan perjanjian dagang antara raja-raja yang
ada di nusantara (Penjajahan). Tindakan sewenang-
wenang, penindasan serta pemerasan oleh pernjajah
sehingga raja-raja melawan dan mengangkat senjata
melawan penjajah.
3. Perjuangan raja-raja d Nusantara
1) Perang Kerajaan Malaka tahun 1509-1513
2) Perang Kerajaan Ternate tahun 1533 (Moluccan)
3) Perang rakyat Banten pada tahun 1596
4) Perang Kerajaan Makassar (Gowa) tahun 1666-1669
5) Perang Paderi pada tahun 1821-1837 (Imam Bojol)
6) Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830
7) Perang Aceh tahun 1873-1904 (Teuku Cik Di Tiro, Teuku
Umar dan Cu Nya’ Dhien istri Teuku Umar)
8) Nusantara dijajah mulai tahun 1509-1945 oleh bangsa:
Portugis,Spanyol,Inggris,Belanda dan Jepang
9) Belanda dan Jepang penjajah yg peling menyengsarakan
rakyat
C. Zaman Penjajahan
1. Zaman penjajahan Belanda
Bangsa Indonesia kurang lebih 350 tahun di
jajah oleh bangsa Belanda
2. Zaman penjajahan Japang
Bangsa Indonesia dijajah oleh
Japang selama kurang lebih 3 ½ tahun tetapi
bangsa kita jauh lebih menderita
jikadibandangkan penjajahan Belanda
D. Perjuangan (Kengakitan Nasional
a. Budi Utomo 1908
b. Serika Dagang Islam 1911
c. Muammadiyah 1912
d. Serikat Islam 1912
e. Perkumpulan politik Katolik Indonesia 1925
f. N.U 1925
g. Sumpah Pemuda 1928
h. Perserikatan Kaum Keristen 1929
Zaman Repolusi Visik 1945 - 1950
1.Belanda masih ingin menjajah kembali bangsa
Indonesia
2.Serangan Belanda ke ibu kota negara RI
3.Perang gerliah
4.Perjanjian (1) Linggar Jati 1947,(2) Reppille di atas
Kapal perang AS 1948 dan (3)Meja
bundar Denghak 1949
F. Zaman Orde Lama 1950 – 1966
1. Terjadinya pemberontakan di Daerah seperti
pemberontakan di Sumatra, Jawa, Sulawesi dan
daerah lainnya
2. Pengangkatan presiden seumur hidup
3. Kabinet perlementer
4. Terpusatnya pembangunan ibu kota negara
5. Adanya pengaruh PKI masuk ke Indonesia seperti
peristiwa Madiun, G 30 S PKI dan lain lain
G. Masa Orde baru (1966-1997)
Kekurangan
1. Sistem Pemerintahan otoriter
2. Tida ada pemerataan pembangunan
3. Banyaknya utang di luar negeri
4. Kebabasan berpolitik tidak ada
5. Terjadinya KKN
Kebaikan
1. Keamanan stabil
2. Ekonomi dan moneter stabil
H. Masa Repormasi 1997 sampai sekarang
Kekurangan
1. Kebebasan tidak terkendali
2. Ekonomi dan moneter tidak stabil
3. Pemerintah ragu-ragu mengambil
keputusan/kebijakan khususnya aparat keamanan
Kebaikan
1. Kebebasan berpolitik
2. Pemerataan pembangunan
3. Mengurangi korupsi dan KKN
4. Masyarakat langsung mengawasi
pelaksanaan pembangunan
Penjajahan modern bukan lagi dalam bentuk
militerisme tetapi lebih terselubung dan halus
dalam kemasan bahasa teknologi, ekonomi dan
budaya. Semuanya ini begitu mudah
menguasai kita jika masyarakat kita lemah
secara ekonomi.
V. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
a. Perjanjian Bangsa Indonesia dengan Bangsa Jepan
Setelah Bangsa Jepang mendapat tekanan dari sekutu
maka negara negara jajahannya mulai dibujuk untuk
membantunya mempertahankan kekuasaannya di Asia Timur
raya dengan cara menjajikan kemerdekaan termasuk
Indonesia. Pada tanggal 17 September 1944, Perdana
Menteri Jepang Koiso mengemukakan bahwa Japang akan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, pada
tanggal 27 September 1945.
b. Susunan Panitia Perumus Dasar Negara:
Ketua : Dr.K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
Ketua muda I : Ichibanggase
Ketua muda II : R. Pandji Soeroso
Anggota : 60 org trdr dr 47 org dr Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi
4 org keturunang Cina
1 org keturunang Eropa
1 org keturunang Arab.
Anggota Istimewa: 7 org dari Bangsa Jepang. Pada
tanggal 29 Mei 1945 pelantikan Panitia BPUPKI yg
dihadiri oleh pejabat Militer Bangsa Jepang yg
bermarkas di Singapura dan Jawa.
c. Sidang (Rapat) I Perumus Dasar Negara
Sidang I BPUPKI mulai tanggal 29 Mei S/D 1Juni 1945
menghasilkan:
1. Konsep Mr. Muhammad Yamin
mengusulkan:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusian yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan / perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
2. Konsep Toko-toko Islam mengusulkan Dasar
Negara Islam
3. Konsep Prof. Dr. Mr. R. Suepomo mengusulkan
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Berkesinambungan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
4. Konsep Ir.Soekarno mengusulkan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Indonesia (Nasionalisme)
3. Perikemanusiaan (Internasionalisme)
4. Mufakat (Demokrasi)
5. Kesejakteraan Soisial Ketuhanan yang
berkebudayaan
VI SIDANG BPUPKI KE 2
5. Dalam sidang ke II tgl 10-12 Juli 1945 BPUPKI
Berhasil membentuk panitia-panitia:
1. Panitia perumusan Hukum Dasar (9 orang)
Ketua Ir Sukarno
2. Panitia Perancan Hukum Dasar (20 orang) ketua
Dr.Radjiman Widijodiningrat. Dalam
kepanitiaan
ini dibentuk lagi panitia kecil Pada Tgl 11 Juli
1945
sebagai berikut:
1. Panitia perancang Undang-Undang Dasar
ketua:
Ir.Soekarno
2. Panitia pembela Tanah Air Ketua: Abikusno
Tjokrosujono
3. Panitia Keuangan dan Ekonomi ketua:
Drs.Muh.Hatta.
3. Panitia pembahas bahasa beranggotakan Prof.Mr.
Soepomo dan Prof.Dr. Ra. Hoesein
Djojodiningrat.
Hasil sidang BPUPKI yang pertama dan kedua. Pada akhirnya
BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 oleh
pemerintah Jepang karena menganggap tugas BPUPKI telah
selesai. BPUPKI selanjutnya digantikan oleh PPKI atau dikenal
dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah
Soekarno membacakan laporan, sidang kedua kembali
dijalankan. Sidang dilanjutkan dengan agenda: Rancangan
undang-undang dasar Rancangan bentuk negara, wilayah
negara dan kewarganegaraan Susunan pemerintahan,
unitarisme, dan federalisme Para anggota pun dibagi menjadi
tiga panitia yakni
1. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)
2. R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
3. Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua) merupakan orang jepang
4. Ir. Soekarno
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Muhammad Yamin
7. Prof. Dr. Mr. Soepomo
8. KH. Wachid Hasyim
9. Abdoel Kahar Muzakir
10. Mr. A.A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejo
12. H. Agoes Salim
13. Mr. Achmad Soebardjo
14. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikusumo
16. A.R. Baswedan
17. Soekiman
18. Abdoel Kaffar
19. R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
20. K.H. Ahmad Sanusi
21. K.H. Abdul Salim
22. Liem Koen Hian
23. Tang Eng Hoa
24. Oey Tiang Tjoe
25. Oey Tjong Hauw
26. Yap Tjwan Bing.
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN VII
Mempelajari Pancasila dalam kontek ketatanegaraan secara
mendalam perlu diawali dengan memahami sejumlah konsep
dasar tentang tatanan hukum di Indonesia. Konsep dasar ini
merupakan pengantar bagi rekan mahasiswa untuk
mempelajari pokok bahasan Pancasila dalam kontek
ketatanegaraan. Dalam modul ini rekan mahasiswa akan
mempelajari sejumlah aturan dasar tentang dasar dasar
pembentukan hukum di Indonesia. Setelah rekan mahasiswa
mempelajari materi dalam modul ini diharapkan dapat
memiliki kemampuan sebagai berikut.
 A. Ketentuan Indonesia sebagai negara hukum
 Coba kita mengingat Kembali tentang keberadaan negara
kita sebagai negara hukum (rechstaat) bukan merupakan
negara kekuasaan (maachstaat). Indonesia adalah negara
yang berdasar atas negara hukum. bunyi pada pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 sebelum diamandemen. Adapun setelah
dilakukan amandemen, dalam amandemen ketiga yang
disahkan tanggal 10 November 2001 dalam pasal 1 ayat (2)
berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”
  Disamping ketentuan tersebut di atas, juga terdapat
pengaturan yang terdapat dalam pasal yang lain yang
menegaskan bahwa Indonesia adalah merupakan negara
hukum yaitu:
 Bab X pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa
segala warga Negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintah wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya
  Dalam pasal 28 ayat (5) yang berbunyi bahwa
untuk menegakkan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
 yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan
 B. Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum
 Pancasila dalam tatanan hukum di Indonesia
 Pancasila adalah merupakan paradigma Pembangunan Bidang
Hukum yang berkeadilan. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib social, ketenangan dan keteraturan hidup
bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum
yang berpihak kepada keadilan.
 Konsep negara hukum Pancasila artinya suatu sistem hukum yang
didirikan berdasarkan asas-asas dan kaidah atau norma-norma yang
terkandung/tercermin dari nilai yang ada dalam Pancasila sebagai
dasar kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai luhur Pancasila
dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 dan secara tegas dinyatakan
sebagai dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Artinya Pancasila
dipakai sebagai dasar untuk mengatur dan menyelenggarakan tata
pemerintahan negara Indonesia.
 C.Peran masyarakat dalam penegakkan
hukum/penyelenggaraan negara
 Masyarakat memegang peran penting dalam upaya
penegakan hukum yang ada di tanah air. Dengan
tingkat kesadaran hukum yang tinggi, penerapan
hukum akan lebih bisa dirasakan oleh seluruh
khalayak masyarakat. Penegakkan itu juga dapat
dimulai dari pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah dalam penyelenggaran pemerintahan.

 Sebagai contoh, partisipasi publik dapat pula
kita temukan dalam Undang-Undang No. 28
tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme pada bab VI Pasal 8 dan Pasal 9.
yang mengatur tentang pengertian dan wujud
peran serta masyarakat.
 Materi muatan Peraturan Perundang undangan harus
mencerminkan asas :
 1. Pengayoman
 2. Kemanusiaan
 3. Kebangsaan
 4. Kekeluargaan
 5. Kenusantaraan
 6. Bhineka tunggal ika
 7. Keadilan
8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
 9. Ketertiban dan kepastian hukum dan/atau
 10. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
VIII. PROSES PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 (AMANDEMEN)
Latar Belakang Tujuan Perubahan
Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan
Perubahan
Menyempurnakan aturan
Antara lain: • Pembukaan • Kekuasaan tertinggi di dasar, mengenai:
• Amandemen UUD • Batang Tubuh tangan MPR
• Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara
1945 - 16 bab besar pada Presiden • Kedaulatan Rakyat
• Penghapusan doktrin - 37 pasal • Pasal-pasal yang terlalu • HAM
Dwi Fungsi ABRI - 49 ayat “luwes” sehingga dapat • Pembagian kekuasaan
menimbulkan multitafsir • Kesejahteraan Sosial
• Penegakan hukum, - 4 pasal Aturan • Kewenangan pada • Eksistensi negara
HAM, dan Peralihan Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
- 2 ayat Aturan hal-hal penting dengan
pemberantasan KKN undang-undang
hukum
• Otonomi Daerah Tambahan • Hal-hal lain sesuai dengan
• Rumusan UUD 1945 perkembangan aspirasi
• Kebebasan Pers • Penjelasan tentang semangat
dan kebutuhan bangsa
penyelenggara negara
• Mewujudkan belum cukup didukung
kehidupan demokrasi ketentuan konstitusi

Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis

• Pembukaan • Sidang Umum MPR 1999 • Tidak mengubah • Pasal 3 UUD 1945
Tanggal 14-21 Okt 1999 Pembukaan UUD 1945
• Pasal-pasal: • Pasal 37 UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR • Tetap mempertahankan
- 21 bab Negara Kesatuan • TAP MPR
2000
- 73 pasal Tanggal 7-18 Agt 2000 Republik Indonesia No.IX/MPR/1999
- 170 ayat • Sidang Tahunan MPR • Mempertegas sistem • TAP MPR
- 3 pasal Aturan 2001 presidensiil No.IX/MPR/2000
Peralihan Tanggal 1-9 Nov 2001 • Penjelasan UUD 1945 • TAP MPR
• Sidang Tahunan MPR yang memuat hal-hal
- 2 pasal Aturan No.XI/MPR/2001
2002 normatif akan dimasukan
Tambahan ke dalam pasal-pasal
Tanggal 1-11 Agt 2002
• Perubahan dilakukan
dengan cara “adendum”
2. CARTER JAKARTA (PIAGAM JAKARTA)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentiasa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
IX. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila Sebagai Filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan dengan satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi
yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.  Jadi, pada
hakikatnya, merupakan satu bagian yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, dan fungsi serta tugas masing-masing.
1. Pengertian Filsafat
1.Filsafat adalah upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup
yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut
dengan filosof, yang pertama kali digunakan oleh Herakleitos. Banyak
dari tokoh filosof yang menemukan dan merumuskan sistem filsafat
sebagai ajaran terbaik dari aliran filsafat seperti: materialisme,
idealisme, spritualisme, realisme, dan berbagai aliran modern:
rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme;
marxisme-komunisme;sosialisme.dll.
2. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah lima sila dengan satu kesatuan
yang berasal dari nilai-nilai luhur dan bersumber
dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang
majemuk dan beragam dalam artian Bhinneka
Tunggal Ika. Objek materi filsafat adalah
mempelajari segala hakikat sesuatu yang baik
material konkrit (manusia, binatang, alam, dll).
dan abstrak (nilai, ide, moral dan pandangan
hidup).
3. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bangsa dan Negara: 
 Artinya adalah semua aturan kehidupan hukum
kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berpedoman pada Pancasila. Karena pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa
dan negara republik Indonesia. 
 Orang yang berfikir filsafatan adalah orang yang tidak
meremehkan terhadap orang yang lebih rendah
derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang
kecil, selalu berpikiran positif, kritis, bersifat arif
bijaksana, universal, dan selalu optimis.
4. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan

cara deduktif dan induktif.


a.deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta
menganalisis dan menyusun secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif.
b.induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial
budaya masyarakat, merefleksikan dan menarik arti dan
makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
 Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya

merupakan sistem filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan


bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh
Sila-sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa
dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Pancasila pada hakikatnya merupakan sutu
system, dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya saling
berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang
menyeluruh. Pancasila sebagai suatu system juga dapat dipahami dari
pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya
sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-
nilainya telah dimiiki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian pancasila
merupakan suatu system dalam pengertian kefilsafatan sebagaimana system
filsafat lainnya antara lain materlialisme, idealisme, rasionalisme liberalisme,
sosialisme dan sebagainya. Pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat
khas dan berbeda dengan system-sistem filsafat lainnya misalnya lieralisme,
materialisme, komunisme dan aliran filsafat yang lainnya.
APA

MENGAPA

BAGAIMANA

SELESAI
X. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
a. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Etika
Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara lain
sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa
dan kepribadian bangsa. Pancasila juga sangat sarat akan nilai, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Oleh
karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai suatu acuan
atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan perspektif kajian
atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai suatu
nilai yang tidak terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut bersifat
universal, dapat ditemukan di manapun dan kapanpun. Namun, sebagai
suatu kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan ciri khusus
pada ke-Indonesia-an karena merupakan komponen utuh yang
terkristalisasi dalam Pancasila. Sistem Etika Pancasila digali dan
bersumber dari agama, adat dan kebudayaan yang hidup di
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila yang pada awalnya merupakan
konsensus politik yang memberi dasar bagi berdirinya negara
Indonesia,.
1. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan
bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika
itu adalah sebagai berikut :
1)  Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.
2)  Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani,  ethos, yang
artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang
berasal dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat
atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam
pemakaian sehari-hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau
moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada (Zubair, 1987: 13).
2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang
hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-
aturan, kaedah-kaedah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap
tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau
prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat
berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
3.Pengertian Norma
Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang

ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu


peraturan atau norma. Hubungan ideal yang seimbang, serasi
dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan), horisontal
(masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya) Norma adalah
perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya,
sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran
dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya dapat
berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan,
norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan
untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau
bertentangan dengan aliran-aliran besar etika yang mendasar
pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan karakter
moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar
tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya
apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun
juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat
kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai
Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun
dan kapanpun.
b. Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang
memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
keluarga, kelompok belajar, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-
organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi.
Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan
terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian
lingkungan hidup, dan tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Mata Pelajaran Pendidikan pancasila merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan krakter warganegara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
XI. PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
a. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Melakukan kajian- kajian tentang perkembangan pemikiran tentang
peranan pancasila dalam berbangsah dan bernegara bukanlah hal yang
yang mudah. Tanpa adanya pendekatan “Partisipant observasion “dan
dengan adanya pancasila sebagai dasar Negara di jadikan pedoman hidup
bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara.Sejak dulu, ilmu pengetahuan
mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir manusia. Segala
sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
sistematis menurut metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia dalam
menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan
perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Namun dalam perkembangannya,
timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat manusia. Hal tersebut
disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu
teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya.
Itulah sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia
tidak terjerumus pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini
semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
b. Filsafat Pancasila dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji
oleh para ahli dan juga diuji oleh berbagai peristiwa-
peristiwa yang mencoba merongrong kemerdekaan dan
keutuhan Republik Indonesia. Secara empiris dan
kenegaraan, Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya
hingga pada saat ini. Pengujian secara kognitif telah
dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan.
Notonegoro dengan analisis teori causal, dan bayak para
ahli dan kalangan akademisi membuktikan Pancasila
sebagai filsafat. Berbagai pendekatan yag dilakukan oleh
para ahli untuk membuktikan filsafat pancasila diterima
sebagai metode epistomologis
Secara hierarikis kebenaran dan ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut :
1. Kebenaran, pengetahuan indera, melalui pengalaman pancaindra
2. Kebenaran ilmiah, sebagai tingkat lanjut dari pengamatan
pengalaman (dengan metode apapun)
3. Kebenaran filsafat sebagai puncak dan prestasi pemikiran murni
manusia untuk menembus tapal batas fisika dan metafisikan
4. Kebenaran religious sebegai kebenaran mutlak fundamental yang
hakiki merupakan puncak dan batas tertinggi jangkauan akal budi
kepribadian manusia. Kebenaran religious berwatak supranatural dan
supra rasional. (Teliti karya Laboratorium Pancasila 1986 dalam Syam,
2006).
Proses pengembanga iptek secara normatif dan teoritis ilmiah adalah
lewat kelembagaan pendidikan formal. Kelembagaan pendidikan
merupakan tempat untuk proses belajar dan proses penelitian
pengembangan iptek. Kelembagaan pendidikan harus melakukan
rekonstruksi sistem pengetahuan dalam kebudayaan Indonesia.
c. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang
sudah berubah dari paradigm lama yang dibangun paradigma baru oleh
fisika Newton yang ingin selalu membangun teori absolut dalam
kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas
yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun ilmu itu
didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,
logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas
dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Karena setiap
pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas
(reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-
kaidah keilmuan maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana
ilmu itu ditemukan/dikembangkan. Kekuatan bangunan ilmu terletak
pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan.
Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif .
Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada persoalan ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
d. Peran Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis
dinamis. Oleh karena itu pengembangan pendidikan haruslah berorientasi
kepada tujuan, yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa
intelektual akan tidak berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya,
karena seseorang dapat menggunakan kepandaiannya itu untuk
kepentingannya sendiri dan merugikan orang lain. Selain itu pendidikan
juga suatu proses secara sadar dan terencana untuk membelajarkan
peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan
peradapan manusia yang bermartabat. Ialah manusia – manusia yang
beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha kemanusiaan,
menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan
mengembangkan kebersamaan dan keberagaman, membamgun
kedisiplinan dan kemandirian, sesuai dengan nilai – nilai pancasila. Oleh
karena itu proses dan isi pembelajaran hendaknya dirancang secara
cermat sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan
menjadi potensi bagi proses pembelajaran yang berkualitas.
XII. LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
sentral
kementerian badan-badan lain KY
negara
yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman
Lingkungan
Perwakilan Pemerintahan Daerah Peradilan
BPK
Provinsi
Provinsi
Umum
Lingkungan
Gubernur DPRD
Peradilan
Lingkungan
Agama
Peradilan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota TUN
Bupati/
DPRD
Peradilan
Walikota
Militer
A. Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD

DPR Presiden MA MK

Pasal 24 (1)***
Pasal 4 (1) Kekuasaan kehakiman
Pasal 20 (1)*
Memegang merupakan kekuasaan
Memegang
kekuasaan yang merdeka untuk
kekuasaan
pemerintahan menyelenggarakan
membentuk UU
peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
B. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

ANGGOTA ANGGOTA
DPR
dipilih
MPR DPD
dipilih
melalui Pasal 2 (1)**** melalui
pemilu pemilu

Wewenang
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang  Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];  Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
 Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dalam masa jabatannya menurut yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
Undang-Undang Dasar partai politik yang pasangan calon Presiden dan
[Pasal 3 ayat (3)***/****]; Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya,
jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
C. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden

Calon Presiden dan calon Wakil Presiden dan Wakil Presiden


Presiden harus seorang warga dipilih dalam satu pasangan
negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri,
Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatan selama
tidak pernah mengkhianati Wakil Presiden lima tahun, dan sesudahnya
negara, serta mampu secara
rohani dan jasmani untuk dapat dipilih kembali dalam
melaksanakan tugas dan jabatan yang sama, hanya
kewajiban sebagai Presiden dan untuk satu kali masa jabatan.
Wakil Presiden. [Pasal 6 (1)***] (Pasal 7 *)

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
 memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
 berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
 menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
 memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
 memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
 menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
 membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
 menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
 mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
 menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
 memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
 memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
 memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
 membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
 pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
 pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
 hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
 pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
 peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
 penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
 pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
 pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
D. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu


pasangan secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

diusulkan partai politik atau gabungan partai politik


peserta pemilu sebelum pemilu
[Pasal 6A (2) ***]

mendapatkan suara >50%


jumlah suara dalam pemilu Presiden
dengan sedikitnya 20% di
Pemilu setiap provinsi yang tersebar dan
di lebih dari 1/2 jumlah Wapres
provinsi
[Pasal 6A (3)***]

Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih

pasangan calon yang


memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu pasangan yang
Pemilu memperoleh
pasangan calon yang suara terbanyak
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
F. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden
[Pasal 8 (2)***]

MPR
selambat-lambatnya
mengajukan dalam waktu 60 hari
Wapres
Presiden dua calon menyelenggarakan
terpilih
Wapres sidang MPR untuk
memilih Wapres
G. PEMERINTAHAN DAERAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]

Gubernur,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota
Bupati,
DPRD dipilih
Walikota KEPALA PEMERINTAH
melalui
DPRD
dipilih secara DAERAH
pemilu
demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU
ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
H. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap
Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]

Presiden
dan
Wapres
parpol atau gabungan
parpol yang pasangan
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan MPR
terbanyak pertama
Wapres selambat-lambatnya
dalam pemilu
sebelumnya dalam waktu 30 hari
menyelenggarakan
parpol atau gabungan sidang MPR untuk
parpol yang pasangan memilih
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan
terbanyak
Wapres
kedua dalam pemilu
sebelumnya
I. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

DPR Presiden MA

dengan menyatakan perang, membuat perdamaian dan


persetujuan perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

menyatakan keadaan bahaya


(Pasal 12)
dengan
pertimbangan mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]
dengan
memberi grasi dan rehabilitasi pertimbangan
[Pasal 14 (1)*]
dengan
pertimbangan memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda


kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)
J. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan

Presiden

dibantu
menteri-menteri negara Pembentukan,
membentuk suatu dewan [Pasal 17 (1)]
pertimbangan pengubahan, dan
yang bertugas yang diangkat dan pembubaran
diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
memberikan nasihat dan
[Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
pertimbangan kepada
Presiden membidangi urusan tertentu undang
(Pasal 16) **** dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
[Pasal 17 (3)*]
K. HAL KEUANGAN
mengajukan Penyusunan APBN
[Pasal 23
(2)***]
RAPBN

memberi
Presiden DPR pertimbangan
[Pasal 23 (2)***]
DPD

TIDAK

membahas bersama Pemerintah Pemerintah


[Pasal 23 (2)***] menjalankan menjalankan
persetujuan YA
APBN APBN
RAPBN

tahun lalu
[Pasal 23 (3)***]
L. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang

Anggota BPK dipilih Hasil pemeriksaan


oleh DPR dengan keuangan negara
memperhatikan diserahkan kepada
pertimbangan DPD
dan diresmikan oleh
BPK DPR, DPD, dan
DPRD, sesuai
Presiden dengan
[Pasal 23F (1)***] kewenangannya
[Pasal 23E (2)***]

Untuk memeriksa pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Hasil pemeriksaan tersebut
Keuangan yang bebas dan ditindaklanjuti oleh lembaga
mandiri perwakilan dan/atau badan sesuai
[Pasal 23E (1)***] dengan undang-undang
[Pasal 23E (3)***]
BPK berkedudukan di ibu kota
negara, dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi
[Pasal 23G (1)***]
XIII . KEDAULATAN, BENTUK NKRI DAN SUSUNAN PERUNDANG-UNDANG,

Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan menurut
adalah negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
N. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4

TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 12 Tahun 2011

UUD 1945 UUD 1945


TAP MPR TAP MPR
UU UU/PERPU
PERPU PP
PP PERPRES
KEPRES PERDA PROV
PERDA
PERDA KAB/KOTA
 BENTUK NKRI
 Negara Kesatuan Repoblik Indonesia mulai dari
saban sampai maroke (bekas jajahan belanda) yang
merupakan kejayaan Nusantara ke III wilayahnya
disebelah timur Papua Nugini dan laut Pasifit,
disebelah utara laut Pasifit dan Pilipina, disebelah
barat laut Cina selatan, Singapur dan Malaysia
disebalah selatan lautan Hindia dan B. Australia
serta kepulauan Indonesia berada didaerah Tropis
mengenal dua musim yaitu musin timur (kemarau)
dan musim barat (hujan)
 Bentuk Demokrasi Pancasila
 Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos dan Kratos. Demos
artinya Rakyat Kratos artinya Pemerintahan jadi Domokrasi
artinya Pemerintahan Rakyat (Pemerintahan yg rakyatnya
memegang peranan yg sangat menentukan). Sistim
Pemerintahan Demokrasi adalah suatu sistim kegiatannya
dilaksanakan langsung oleh rakyat (Yunani kuno). Sistim
Pemerintahan Demokrasi (moderen) semua kegiatan yg
dilaksanakan oleh rakyat melalui perwakilan (lembaga-lembaga
negara DPR, DPD, DPRD dan Pemerintah) sebagai wakil rakyat
melalui PEMILIHAN UMUM setiap 5 tahun (lima) sekali
 Sistim Pemerintahan Demokrasi adalah Sistim Pemerintahan
dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat.
XIV. PEMERINTAH DAERAH DAN OTONOMI
DAERAH
A. Pemerintah Daerah
UU. No. 22 Tahun 1999 Tentang Wilayah Indonesia:
1.Wilayah NKRI dibagi dlm daerah Provinsi
/Istimewa, Daerah Kab/Kota bersifat otonomi dan
Daerah Provinsi bersifat Administrasi.
2.Wilayah Provensi, terdiri atas wilayah Darat dan
laut sejauh 12 mil dari garis pantai kepulauan.
3.Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
dibentuk dan disusun daerah propinsi,daerah kab
dan kota yg berwenang mengaturdan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri ber dasarkan aspirasi
masyarakat.
4.Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sosial politik, jumlah penduduk, potensi
daerah dan perimbangan lain tg memungkinkan
terselenggaranya Otonomi daerah.
5.Daerah yg tdk melaksanakan daerah otonomi dpt
di hapus atau digabung dg daerah lain. Dan
daerah dpt dimekarkan menjadi lebih dr satu
daerah.
6.Kewenangan daerah mencakup kewenangan
dalam seluruh bidang pemerintah, kecuali
kewenangan dlm bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, Moneter dan
fiskal, serta kewenangan bidang lainnya.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
 
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945.
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing
sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten
dan Kota dipilih secara demokratis.
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten
dan kota, diatur dengan undang-undang
dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah. Hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas
daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan
daerah kota mempunyai pemerintahan daerahyang diatur
dengan undang-undang.
Pengertian Pemerintah
Pemerintah bisa kita artikan sebagai orang atau sekelompok
orang yang memiliki kekuasaan untuk memerintah, atau
lebih simpel lagi adalah orang atau sekelompok orang yang
memberikan perintah. Namun secara keilmuan, Pemerintah
diartikan dalam beberapa definisi, antara lain ada yang
mendefinisikan sebagai lembaga atau badan public yang
mempunyai fungsi dan tujuan Negara, ada pula yang
mendefinisikan sebagai sekumpulan orang-orang yang
mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan
kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta
pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana
mereka ditempatkan
Pengertian Pemerintahan
pemerintahan dikenal adanya dua definisi pemerintah yakni
dalm arti sempit dan arti luas, dalam arti luas pemerintah
didefinisikan sebagai Suatu bentuk organisasi yang bekerja
dengan tugas menjalankan suatu sistem pemerintahan,
sedangkan dalam arti sempit didefinisikan sebagai Suatu
badan persekumpulan yang memiliki kebijakan tersendiri
untuk mengelola,memanage,serta mengatur jalannya suatu
sistem pemerintahan. Pemerintah secara tidak langsung
mengatur hidup kita dari sejak dalam kandungan hingga
setelah meninggalpun
B. Otonomi Daerah

Otonomi adalah Hak atau kewenangan yang


diberikan oleh pihak berwenang/pemerintah
kepada suatu lingkungan masyarakat, himpunan
ataupun badan resmi lain untuk
menyelenggarakan fungsinya secara mandiri
selama hal tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku secara umum
dalam masyarakat
Daerah adalah suatu wilayah yang terdiri atas
darat dan laut yang mempunyai garis batas
sesuai undang-undang
Dasar Hukum terbentuknya Otonomi Daerah adalah UU
NO:  UU Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 
Peraturan perundang-undangan otonomi daerah yang
selanjutnya yaitu UU No. 32 tahun 2004 yang mengatur
tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini
merupakan UU pertama yang dikeluarkan berkenaan
dengan otonomi daerah setelah dikeluarkannya Tap
MPR RI No. XV/MPR/1998. UU ini secara lengkap
membahas mengenai pemerintahan daerah yang
merupakan ujung tombak penyelenggaraan otonomi
daerah di Indonesia. Pemberlakuan dari UU ini
mempertimbangkan bahwa efisiensi dan efektivitas dari
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek hubungan struktural dan fungsional pemerintah
pusat dan daerah, dan juga aspek potensi serta
keanekaragaman daerah.
1.Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,
sosial politik, jumlah penduduk, potensi daerah dan
perimbangan lain tg memungkinkan terselenggaranya
Otonomi daerah.
2.Daerah yg tdk melaksanakan daerah otonomi dpt di
hapus atau digabung dg daerah lain. Dan daerah dpt
dimekarkan menjadi lebih dr satu daerah.
3.Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam
seluruh bidang pemerintah, kecuali kewenangan dlm
bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, Moneter dan fiskal, serta kewenangan
bidang lainnya.
Tap MPR No: IV/MPR/2000, tentang Rekomendasi
penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Atonomi daerah adalah peraturan daerah
a.Otonomi daerah mengcakup 3 pengertian
- Hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri
- Wewenang untuk mengatur daerah sendiri
- Kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri
b.Urusan Pemerintah pusat yang tidak diserahkan ke
otonomi daerah:
-Urusan luar negeri
-Urusan Fiskal dan keuangan
-Urusan pertahanan dan keamanan
-Urusan badan peradilan
-Urusan Agama
 I. PENERAPAN PANCASILAN DALAM PROPESI
KEPERAWATAN/KESEHATAN GIGI
 Seorang perawat kesehatan gigi sebagai tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum.
Dalam menghadapi pasien, seorang perawat kesehatan gigi
harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah
juga manusia.
 Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga
perasaan pasien. Ini harus di lakukan karena perawat adalah
membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk
keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat
kesehatan gigi bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan
pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap
saling menghormati dan menghargai di antara keduanya.
 Etika dapat membantu para perawat kesehatan gigi mengembangkan
kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima
pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya
dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para
perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan
seksama. Oleh karena itu dalam perawatan kesehatan gigi teori dan
praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak
dapat dipisah – pisahkan.
 Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama
baik institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) antara lain ditentukan
oleh pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat
terpelihara oleh tangan dengan baik, jika budi pekerti dapat ditingkatan
0leh perawat dan pegawai – pegawai kesehatan lainnya. Sebab akhlak
yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting
untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat kesehatan gigi.
  
 II. ARTI BUDI PEKERTI DALAM PERAWATAN
KESEHATAN GIGI
 Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan
akhlak seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan.
Budi pekerti dalam perawatan kesehatan gigi khususnya tata susila
yang berhubungan dengan cita – cita adat dan kebiasaan yang
mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.
 1. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat dasarnya budi pekerti yang
sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang baik. Bagi anggota
perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat gigi
adalah seorang yang memberikan pelayanan / perawatan baik
terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan gigi
bukan saja merupakan keahlian untuk sekedar mencari nafkah, akan
tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaanyang suci.
 2. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita.
 Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur
dan menjalankan pekerjaannya dengan baik, tak akan
luput pengaruh baiknya pada penderita yang
 dirawatnya. Jasmani dan rohani yang diberikan dengan
penuh kerelaan oleh perawat kepada penderita,
merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita
tersebut. Seringkali perawat diajukan pertanyaan –
pertanyaan yang berkaitan dengan pengertian akhlak dan
kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bias
menjadi penolong yang berguna untuk memberi kekuatan
jiwa terutama kepada mereka yang tidak mempunyai
harapan sembuh.

Anda mungkin juga menyukai