Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN YURIDIS INFORMED

CONCENT BAGI PENANGANAN


PASIEN GAWAT DARURAT

dr. Yukie Meistisia Anandaputri, S.H., M.H.Kes.


keadaan gawat darurat

 Kecelakaan, bencana, dsb… hal yg tidak dapat diduga oleh manusia sebelum kejadian
tersebut terjadi, sehingga ancaman terhadap nyawa selalu mengintai setiap waktu
 Dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
 Dalam melakukan pekerjaannya, dokter hanya berusaha terbaik dalam penyembuhan
pasien (inspanningverbintenis), tidak dapat menjamin akan diperoleh hasil (resultaat)
sebagaimana yg diharapkan, segala sesuatu dilakukan secara lege artis dan lazim
dilakukan dalam dunia medik (Guwandi, 2006)
 Prof Leenen, suatu Tindakan medis harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. harus ada indikasi medis
2. dilakukan berdasarkan standar
3. dilakukan dengan teliti dan hati-hati
4. harus ada informed consent
 Hubungan hukum antara dokter dan pasien dlm kondisi gawat darurat, kadang melahirkan
dilemma pada kondisi gawat darurat, misalnya pada kondisi pasien tidak sadar  antara
etik dan yuridis?
Pengertian Informed Consent
 Informed consent merupakan suatu izin atau pernyataan
setuju dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar, dan
rasional setelah memperoleh informasi yang lengkap,
valid dan akurat yang dipahami dari dokter tentang
keadaan penyakitnya serta tindakan medis yang akan
diperolehnya. Dengan kata lain adanya informed consent
ini dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya
penipuan atau paksaan sebagai pembatasan otorisasi
dokter terhadap kepentingan pasien.
 Informed consent:
 adalah persetujuan yang menimbulkan kontrak terapeutik, shg dokter dapat melakukan
tindakan medis pada pasien
 Menjamin adanya hubungan hukum antara pasien dan dokter
 Saling memenuhi hak dan kewajiban yg dapat dipertanggung jawabkan
Dasar Hukum Informed Concent

 Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,


UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran, dokter harus
mendapatkan persetujuan medik dari pasiennya atau
informed consent.
Kajian yuridis
(perdata)
 Kontrak teurapetik dalam hukum keperdataan menyangkut hukum perikatan (KUHPerdata
pasal 1320, dimana ada 4 syarat sahnya perjanjian yaitu:
1. Kesepakatan para pihak
2. Para pihak yg cakap
3. Adanya suatu obyek
4. Adanya suatu sebab yg halal
 Pasal 1321 KUHPerdata: persetujuan harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan penuh dan tidak ada kehilafan, menyebabkan persetujuan tidak mempunyai
kekuatan hukum
Kajian yuridis
(pidana)
 Tidak sesuainya prosedur dokter dalam melayani pasien maka dapat dikatakan dokter telah
melakukan malpraktek medis misalnya Pasal 351 KUHP berupa penganiayaan
 Pasal 1354 KUHPerdata: perbuatan sukarela menolong orang lain
 Dalam hal tersebut, timbul perikatan antara kedua belah pihak namun tanpa persetujuan
pasien
 Tindakan medis oleh dokter dalam keadaan gawat darurat dapat digolongkan menjadi
zaakwarneming, dimana dokter secara sukarela menolong pasien
 Dokter membantu menyelesaikan kepentingan pasien hingga pasien dapat mengurus
dirinya sendiri
 Dalam kondisi tidak sadar, pasien tidak mungkin memberikan persetujuan layaknya pasien
dalam keadaan sadar
 Zaakwarneming memiliki syarat (Abdulkadir Muhammad, 2010):
1. Perbuatan itu dilakukan dengan sukarela
2. Tanpa mendapatkan kuasa
3. Mewakili urusan orang lain
4. Dengan atau tanpa pengetahuan orang itu
5. Wajib meneruskan dan menyelesaikan urusan itu
6. Bertindak menurut hukum
Informed Concent
Bagi Penanganan Pasien Gawat Darurat

 jika kondisi pasien yang emergensi/gawat darurat,


tindakan prioritas dokter ialah menyelamatkan nyawa
pasien, karena dokter berpacu dengan maut dan untuk itu
ia tidak sempat untuk menjelaskan tindakan mediknya
kepada pasien. Dengan kondisi yang emergensi/gawat
darurat tersebut pasien juga tidak sempat untuk
memberikan persetujuan kepada dokter, perihal tindakan
medik yang akan diberikan kepadanya.
Dasar Hukum Informed Concent Bagi
Penanganan Pasien Gawat Darurat

 Pada Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008


Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 4
ayat 1
 Pasal 45 UU Praktik kedokteran tindakan medik
dapat dilakukan dokter kepada pasien gawat
darurat meski tanpa adanya informed consent.
 Pasal 1233 KUHPerdata: perikatan itu lahir karena Undang-undang
1. Pasal 1354 KUHPerdata yg mengatur tentang zaakwarneming
2. Pasal 8 UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Pasal 45 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Pasal 4 ayat 1 Permenkes No 290/MENKES/Per/III/2008
Kesimpulan
 Informed consent merupakan hal mutlak diperlukan bagi
pihak dokter sebelum ia melakukan tindakan medis bagi
pasiennya
 Akan tetapi tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
tanpa adanya informed consent bagi pasien yang
kondisinya gawat darurat dapat dilakukan
 Sebagaimana pengecualian tersebut yang diatur pada
penjelasan Pasal 45 dan Pasal 51 huruf d UU Praktik
Kedokteran serta pasal 4 ayat 1 Permenkes.
 Dalam melakukan upaya penanganan gawqt darurat, dokter harus melakukannya dengan
penuh kesungguhan dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan keterampilan yg
dimilikinya dengan berpedoman pada standar
 Tidak adanya informed consent tidak menjadikan dokter lepas dari seluruh tanggung jawab
apabila terjadi kesalahan dalam penanganan medis yg dilakukan, sehingga tetap lakukan
pelayanan medis sesuai aturan/pedoman yg berlaku
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai