Dalam prakteknya selama ini, hakim praperadilan hanya menguji atau menilai
syarat-syarat formal dari suatu upaya paksa saja, seharusnya dalam revisi KUHAP
mendatang hakim seharusnya juga menilai atau menguji syarat-syarat materil dari
permohonan praperadilan tersebut, misalnya apakah penyidik menyampaikan
tembusan surat perintah atau penetapan penahanan kepada keluarga tersangka
atau terdakwa. Atau apakah peristiwa yang terjadi benar-benar peristiwa pidana,
apakah unsur-unsur suatu tindak pidana itu terpenuhi, sehingga harus
diberlakukan penahanan terhadap tersangka, secara materil hal-hal seperti ini
juga harus dinilai oleh hakim praperadilan. Lebih lanjut guna pengawasan atas
putusan hakim praperadilan. Semua putusan hakim praperadilan dapat diajukan
upaya hukum banding, yang selama ini hanya diberikan pengecualian
sebagaimana diatur dalam Pasal 83 ayat (2), tetapi tidak meliputi keseluruhan
Pasal 77 KUHAP. Oleh sebab itu sudah waktunya lembaga Pra Peradilan diperbaiki
dan diperkuat.
Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) diharapkan lebih bisa
menopang penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Selama ini
KUHAP menjadi tumpuan harapan berbagai pihak demi penyelenggaraan
peradilan yang bersih dan adil.(*)