Anda di halaman 1dari 23

PEMETAAN TEMATIK

Penyusun : Sugiasih
Mata Kuliah : Penatagunaan Tanah
NSPK SURVEI DAN PEMETAAN TEMATIK
1. Norma pemetaan tematik yang menjelaskan tentang ketentuan atau dasar hukum yang menjadi
rujukan bahan peta tematik;
2. Standar pemetaan tematik yang menjelaskan tentang acuan klasifikasi tema-tema, penggunaan
kartografi dalam pembuatan layer dan simbol, serta penyusunan struktur data spasial, termasuk
hubungan input dengan proses kegiatan serta pemanfaatan output atau hasil pemetaan tematik
kepada unsur teknis yang membutuhkan;
3. Prosedur pemetaan tematik yang menjelaskan tentang proses, mekanisme atau tata cara pelaksanaan
pemetaan tematik pertanahan;
4. Kriteria pemetaan tematik yang menjelaskan lebih rinci tentang definisi dari pengklasifikasian
masing-masing tema tematik pertanahan, agar lebih memudahkan dalam menetapkan suatu klasifikasi
dalam tema tertentu.
NSPK SURVEI DAN PEMETAAN TEMATIK
Secara umum tahapan pekerjaan survei dan pemetaan tematik tergambar dalam diagram alir berikut ini:
TAHAP PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN DATA

1. Persiapan dilakukan dengan merencanakan segi teknis, finansial dan legalitas


pekerjaan survei pemetaan tematik.
2. Penyiapan data dasar dilakukan menggunakan data yang bersumber dari BIG maupun
intern BPN RI. Data dasar yang diperlukan meliputi :
 batas administrasi terdahulu atau skala yang lebih kecil,
 layer infrastruktur : jalan, rel kereta api,
 layer hidrologi : sungai, garis pantai, danau
 citra satelit/foto udara.
3. Penyiapan survei tematik : Penyiapan data dan informasi sebelum ke lapangan hingga
pengamatan di lapangan dan pengecekan data hasil survei lapangan.
⋅ PEMETAAN TEMATIK ⋅

1 2 3 4 5
Peta Administrasi Peta Wilayah Peta Kemampuan Peta Penggunaan Peta Pemanfaatan
dan Tempat Penting Ketinggian Tanah Tanah Tanah

6 7 8 9 10
Peta Kawasan Peta Tanah Kritis Peta Rawan Bencana Peta Infrastruktur Peta Tematik
Fungsional Wilayah Berbasis Statistik
⋅PETA ADMINISTRASI DAN TEMPAT PENTING⋅

 Definisi :
Peta Administrasi dan Tempat Penting adalah peta yang
menggambarkan batas-batas administrasi wilayah, letak sarana
dan prasarana pelayanan umum dan pelayanan sosial.

 Tahapan :
1. Membuat peta kerja
2. Plotting informasi tempat – tempat penting yang berasal dari
data sekunder berbagai instansi.

 Pengamatan lapang :
1. Pengecekan lapang untuk memastikan batas administrasi.
2. Pengecekan lapang diperlukan untuk plotting tempat tempat
penting yang meragukan keberadaan dan lokasinya dan juga
menambahkan data tempat pada daerah – daerah tertentu
⋅ PETA PENGGUNAAN TANAH ⋅
Peta Penggunaan Tanah adalah peta yang menampilkan wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.

 didelineasi dari citra satelit


 penentuan sebelum delineasi ditentukan terlebih dahulu jenis klasifikasi penggunaan tanahnya.
 ditentukan sampel yang akan dicek di lapangan (ground check), yaitu poligon-poligon penggunaan tanah
yang ragu-ragu atau bahkan tidak diketahui sama sekali pada saat diinterpretasi.
 Untuk peta berskala menengah dan kecil (1:50.000 dan 1:100.000), pengamatan lapangan dapat
menggunakan metode ground check dimana lokasi sampel saja yang harus diamati.
 Untuk peta berskala besar (>1:25.000) pengamatan dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode
ground check dan sensus sitematis dimana untuk daerah yang padat harus dilakukan survei lebih sering.
 Caranya adalah pertama-tema mencari titik pasti di lapangan yang sesuai dengan tanda-tanda yang ada
pada peta dasar dan tampak pada peta citra satelit yang akan disurvei. Titik tersebut ditetapkan sebagai titik
awal pengamatan untuk menjelajah lapangan. Sebagai contoh misalnya simpang jalan, jembatan,
mercusuar, dan lainnya yang khas terlihat nyata. Selanjutnya menentukan arah dan pergerakan untuk
mengamati lapangan yang disesuaikan dengan rencana jalur jelajah pengamatan wilayah yang telah
disiapkan.
⋅ PETA KEMAMPUAN TANAH ⋅
Peta Kemampuan Tanah adalah peta yang menggambarkan karakteristik fisik tanah yang meliputi lereng, kedalaman efektif
tanah, tekstur tanah, faktor erosi, faktor drainase dan faktor pembatas.

Data Kemiringan Lereng


yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam persen (%) yang menunjukan
perbandingan antara beda tinggi (antara kedua ujung lereng) dengan jarak proyeksi lereng. Data lereng atau Peta Lereng dapat
dibuat berdasarkan data ketinggian yang ada, seperti dari data topografi, DEM atau SRTM, dan dicek kembali di lapang dengan
menggunakan alat tertentu. Penarikan batas lereng pada peta dasar/lapang. Batas lereng dibuat dengan mengukur jarak transis
kontur pada peta topografi :
⋅DATA KEMIRINGAN LERENG⋅
Pengamatan lapang
Penentuan titik awal pemetaan dimulai dari tanda alam yang relatif permanen :
 Tugu triangulasi
 Persimpangan atau lekukan sungai
 Persimpangan jalan yang kedudukannya telah diyakini
 Tanda alam lainnya.

Bahan dan peralatan adalah segala sesuatu yang diperlukan khusus untuk keperluan pengambilan data
kemampuan tanah adalah :
 Abney hand level : untuk pengukuran lereng
 Altimeter : untuk pengukuran ketinggian tempat
Lereng yang sudah ditarik berdasarkan peta topografi, diamati kembali di lapangan dengan menggunakan
clynometer/abneylevel (alat pengukur lereng), sekaligus dilakukan perbaikan batas lereng bila ada yang
kurang cocok dengan keadaan di lapangan.
⋅ Kedalaman Efektif Tanah⋅
 Kedalaman efektif tanah adalah tebalnya lapisan olah tanah dari permukaan tanah sampai bahan induk atau
sampai batas kedalaman tanah, di mana perakaran tanaman tidak bisa menembusnya.
 Batas kedalaman efektif tanah ini bisa berupa bahan induk padas, lapisan liat (cat clay), gambut, air tanah,
dan lapisan keras lainnya.

 Kedalaman efektif tanah diamati dengan menggunakan bor tanah yang berbentuk spiral.

 Pengeboran dilakukan pada lokasi tanah asli, bukan pada tanah timbunan dan tegak lurus dengan
permukaan tanah.
 Batas kedalaman efektif tanah diperoleh bila mata bor tanah telah menemui bahan induk, lapisan pasir yang
tebal, cat-clay yang berbau seperti telur busuk yang menyengat, lapisan keras atau lapisan kedap air. Batas
tersebut menentukan kelas kedalaman efektif tanah di lokasi itu.
⋅ TEKSTUR TANAH⋅
 Tekstur Tanah adalah keadaan halus kasarnya tanah yang terjadi kerana perbedaan perbandingan
(komposisi) kandungan fraksi pasir, debu dan liat. Berdasarkan komposisinya membentuk sifat tanah yang
berbeda yang dapat dirasakan bila ditekan di antara ibu jari dan telunjuk.
 Indikasi kelas tekstur tanah adalah sebagai berikut :
 Halus : Tanah dapat dipilin sampai dengan garis tengah mencapai 3 mm dengan ibu jari dan telunjuk.
Rasa seragam halus dan lengket di kedua jari.
 Agak halus : Tanah dapat dipilin, tetapi retak bila ditekan belum sampai garis tengah 3 mm dan kalau
digosok ada rasa licin seperti sabun tetapi tidak menonjol. Bila dipilin terdapat ada beberapa patahan.
 Sedang : Tanah dapat dipilin, tetapi banyak retak-retak bila ditekan sebelum mencapai garis tengah 3
mm dan ada rasa licin seperti sabun yang menonjol atau lekat tetapi sedikit terasa kasar.
 Agak kasar : Tanah sukar dipilin dan pecah sebelum mencapai garis tengah 3 mm dan rasa kasar sudah
menonjol.
 Kasar : Tidak dapat dipilin dan terasa kasar sekali
 Tekstur tanah diamati di lapang pada kondisi kelembaban tanah kapasitas lapang. Dengan mengambil
contoh tanah pada kedalaman tanah 20 – 30 cm dilakukan pengamatan tekstur dengan menggunakan
metode baku yang telah ditetapkan.
⋅ DRAINASE TANAH⋅
 Drainase adalah menunjukan lama dan seringnya tanah dalam kondisi jenuh air atau menunjukkan kecepatan
perpindahan air dari permukaan tanah dengan cara meresap atau mengalir. Drainase diamati pada permukaan hanya
pada wilayah yang berlereng 0 – 2 % saja.

 Untuk mengetahui lamanya genangan masih diperlukan informasi dari penduduk setempat.

 Indikasi kelas drainase adalah sebagai berikut :


1. Porous : Air cepat sekali meresap ke dalam tanah (pada tanah pasir, kapur)
2. Tidak pernah tergenang : Sebagian air yang jatuh mengalir ke permukaan, sebagian lagi meresap ke dalam
tanah. Terdapat pada daerah yang bergelombang dan tanahnya tak berbencah.
3. Tergenang periodik setelah hujan : Permukaan tanah tergenang untuk sementara waktu sesudah hujan. Terlihat
karat pada lapisan tanah (pada kedalaman 80 cm)
 Tergenang periodik kurang 1 bulan : Air hujan tertahan oleh massa tanah dalam waktu paling lama satu
bulan dalam satu tahun, secara periodik. Terdapat pada daerah datar dan cekungan.
 Tergenang periodik 1 – 3 bulan : Permukaan tanah tergenang selama satu sampai dengan tiga bulan, dan
terlihat karat lebih banyak dibandingkan dengan ”tergenang periodik sesudah hujan”.
 Tergenang periodik 3 – 6 bulan : Permukaan tanah tergenang selama tiga sampai dengan enam bulan.
Bedanya dengan ”tergenang periodik 1 – 3 bulan”, karat terlihat sampai pada lapisan atas dan mulai
nampak adanya gejala gleisasi (warna keabu-abuan)
 Tergenang lebih dari 6 bulan : Permukaan tanah tergenang lebih dari enam bulan.
⋅ EROSI⋅
 Pengamatan erosi di lapang dilakukan hanya pada wilayah berlereng lebih dari 2 %.
Tinggi rendahnya tingkatan erosi diamati dengan melihat besarnya lapisan tanah atas
yang terkikis sebagai berikut :
 Tidak ada erosi : Lapisan tanah bagian atas yang masih utuh
 Erosi ringan : Lapisan tanah bagian atas terkikis 0 – 10 %
 Erosi sedang : Lapisan tanah bagian atas terkikis 10–50 %
 Erosi berat : Lapisan tanah bagian atas terkikis 50–75 %
 Erosi sangat berat : Lapisan tanah bagian atas terkikis 75–100 % dan lapisan tanah
bawah terkikis.

⋅ FAKTOR PEMBATAS⋅
Faktor – faktor pembatas berada pada permukaan tanah dan atau berada
dalam penampang tanah hingga batas kedalaman efektif tanah. Faktor
pembatas tersebut berupa : Tanah Gambut, Batuan dan Air Asin.
⋅PETA WILAYAH KETINGGIAN⋅

 Wilayah ketinggian adalah kondisi topografi suatu wilayah yang dinyatakan dalam satuan
tinggi, seperti meter atau kaki.
 Survei dan pemetaan Wilayah Ketinggian dilakukan dengan melakukan pemetaan
berdasarkan data sekunder dari data-data ketinggian yang ada. Setelah itu berdasarkan data
tersebut perlu diverifikasi di lapangan.
 Data ketinggian suatu wilayah diperlukan untuk bahan mengkaji kesesuaian penggunaan
tanahnya, dalam menetapkan jenis kegiatan yang akan dilakukan, apakah cocok untuk
pertanian atau pun non pertanian.
 Klas ketinggian yang digunakan dalam survei ini adalah :
• 0 – 12,5 m.
• 12,5 – 25 m.
• 25 – 100 m.
• 100 – 250 m.
• 250 – 500 m.
• 500 – 1.000 m.
• > 1.000 m.
⋅PETA PEMANFAATAN TANAH⋅

Peta Pemanfaatan tanah sangat berkorelasi dengan Peta Penggunaan Tanah karena pemanfaatan
tanah ini menambah nilai lebih dari penggunaan tanah tanpa merubah wujud penggunaannya. Isi
Peta Pemanfaatan adalah:
1. Pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi;
2. Pemanfaatan untuk kegiatan sosial;
3. Pemanfaatan campuran;
4. Pemanfaatan untuk tempat tinggal;
5. Tidak Ada Pemanfaatan.
⋅ PETA KAWASAN FUNGSIONAL⋅
Peta Kawasan Fungsional adalah peta yang menggambarkan
pembagian suatu wilayah berdasarkan fungsi kawasannya.

 Survei dan pemetaan kawasan fungsional dilakukan dengan


melakukan pemetaan berdasarkan data sekunder tentang
penetapan kawasan, selanjutnya data tersebut diverifikasi di
lapangan.
 Data berasal dari RTR yang dapat berupa RTRW atau RDTR.
 Melakukan cheking lapangan untuk konfirmasi batas kawasan
fungsional;
 Mencantumkan dan memberi symbol klasifikasi kawasan
fungsional pada peta kerja, sesuai klasifikasi yang sudah
ditentukan;
⋅ PETA TANAH KRITIS⋅
Tanah Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia,
dan biologis. Tanah tersebut mengalami kemerosotan kesuburannya baik secara
fisik maupun kimia dan biologi, sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi
secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai
media tata air.

 Dasar penilaian tanah kritis adalah hasil penjumlahan skor dari beberapa komponen. Unsur
penilaian dari masing – masing komponen adalah :
1. Peta Kelas Lereng
2. Peta Jenis Tanah
3. Data Intensitas Curah Hujan
⋅TANAH KRITIS⋅
Klasifikasi Jenis tanah
a. 1 = Tidak peka (Aluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf kelabu, Latierite air tanah);
b. 2 = Agak peka (Latosol)
c. 3 = Kurang peka (Brown Forest Soil, Non Calcic Brown)
d. 4 = Peka (Andosol, Laterite, Grumusol, Podsol, Podsolik)
e. 5 = Sangat peka (Regosol, Litosol, Organosol, Renzina)

Klasifikasi Intensitas Hujan


f. 1 = sangat rendah : 0 - 13,6 mm/hari hujan
g. 2 = rendah : 13,-20,7 mm/hari hujan
h. 3 = sedang : 20,7 -27,7 mm/hari hujan
i. 4 = tinggi : 27,7-34,8 mm/hari hujan
j. 5 = sangat tinggi : lebih dari 34,8 mm/hari hujan

Klasifikasi Kelas Lereng


k. 1 = 0 – 8 % (Datar)
l. 2 = 8 – 15 % ( Landai)
m. 3 = 15 – 25 % (Agak Curam)
n. 4 = 25 – 45 % (Curam)
o. 5 = 45% atau lebih (Sangat Curam
⋅PETA TANAH KRITIS⋅
 Klasifikasi potensi kerusakan tanah dibuat berdasarkan faktor-faktor lereng,
jenis tanah dan intensitas hujan.
 Nilai timbangan, yang merupakan faktor pengali, masing-masing adalah 20
untuk lereng, 15 untuk jenis tanah dan 10 untuk intensitas hujan.
 Selanjutnya nilai timbangan dikalikan dengan nilai klasifikasi dari masing –
masing faktor dan didapat nilai akhir masing - masing faktor.
 Apabila nilai akhir dari masing – masing faktor dijumlah akan diperoleh nilai
potensi tanah kritis. Klasifikasi Potensi Tanah Kritis ada 3 yaitu :
1. Berpotensi Tinggi dengan nilai lebih besar dari 175.
2. Berpotensi sedang dengan nilai 125 – 175
3. Berpotensi rendah dengan nilai kecil dari 125
⋅PETA RAWAN BENCANA⋅
 Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
 Rawan adalah suatu kondisi suatu kondisi yang ditentukan oleh factor-faktor atau proses-proses fisik,
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam
menghadapi bahaya.
 Survei dan pemetaan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder
dari berbagai sumber yang diperlukan atau hasil pengamatan lapang.
 Pengamatan lapang :
a. Melakukan survei lapang untuk mengetahui batas kawasan rawan bencana alam.
b. Mencantumkan dan memberikan simbol klasifikasi rawan bencana alam pada peta kerja (peta citra
yang telah dideliniasi), sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan.
⋅PETA INFRASTRUKTUR WILAYAH⋅
 Survei dan pemetaan infrastruktur wilayah dimaksudkan untuk mengetahui kondisi terkini infrastruktur
wilayah yang ada di suatu wilayah. Survei ini dilakukan dengan memetakan data sekunder dan primer
sesuai dengan kondisi lapang terkini.
 Infrastruktur Wilayah adalah merupakan sistem fisik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
penduduk yang mendiami suatu wilayah.
 Yang dimaksud fasilitas dasar tersebut adalah Listrik, Telepon, Air dan Gas, sehingga dalam
pengklasifikasiannya sebagai berikut :
 Untuk mengidentifikasi fasilitas-fasilitas dasar tersebut di lapangan tidaklah sulit, karena ciri-ciri
fisikanya jelas kelihatan, seperti adanya trafo, tiang dan jaringannya, tanki pengolahan air, pipa-pipa
besar, dan sebagainya
⋅PETA TEMATIK BERBASIS STATISTIK⋅
 Peta Tematik Berbasis Statistik adalah peta yang menggambarkan data statistik
dalam satuan wilayah administrasi.
 Peta tematik berbasis data statistik dibuat untuk memenuhi keperluan analisis
spasial dengan merujuk pada data statistik.
 Metode pembuatan peta tematik data statistik dengan memplotting data statistik
pada unit wilayah tertentu (misalnya dalam satuan wilayah desa, kecamatan atau
kabupaten).
 Hasilnya berupa Peta Statistik :

1. Peta Kependudukan berdasarkan : Mata pencaharian, umur, jenis kelamin,


tingkat Pendidikan.
2. Peta Ekonomi: Produksi Pertanian, peternakan, perkebunan.
⋅thank you⋅

Anda mungkin juga menyukai