Anda di halaman 1dari 30

TANAH TELANTAR

Landasan Hukum
 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Repubiik Indonesia
Tahun 1945;
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja
 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban
Kawasan dan Tanah Telantar
Definisi
 Kawasan Telantar adalah kawasan nonkawasan hutan yang
belum dilekati Hak Atas Tanah yang telah memiliki
lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha, yang sengaja tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, dan/ atau tidak
dimanfaatkan.

 Tanah Telantar adalah tanah hak, tanah Hak Pengelolaan, dan


tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas
Tanah, yang sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara.
Yang dimaksud dengan “Izin” dapat berupa lzin Usaha Pertambangan (IUP),
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Izin Usaha Kawasan Industri
(IUKI), Izin Tanda Daftar Usaha Pariwisata (Izin TDUP), dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan “Konsesi” dapat berupa Konsesi Pembukaan


Tambang, Konsesi Perkebunan Sawit, Konsesi Jalan Tol, Konsesi Pelabuhan,
dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan “Perizinan Berusaha” dapat berupa Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang, Persetujuan Lingkungan, Persetujuan
Bangunan Gedung, Sertifikat Laik Fungsi, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan "sengaja" adalah apabila Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha secara de facto tidak mengusahakan, tidak mempergunakan, dan/atau tidak
memanfaatkan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan yang dikuasai
sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha
dan/atau rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan.
Tidak termasuk unsur "sengaja" apabila:
a. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau Kawasan menjadi objek perkara di
pengadilan;

b. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan tidak dapat diusahakan,


dipergunakan, dan/atau dimanfaatkan karena adanya perubahan rencana tata ruang;

c. kawasan dinyatakan sebagai kawasan yang diperuntukkan untuk konservasi sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ; atau

d. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan tidak dapat diusahakan,


dipergunakan, atau dimanfaatkan karena adanya keadaan kahar (force majeure) antara
lain peperangan, kerusuhan, bencana alam, dan bencana lainnya, yang harus
dinyatakan oleh pejabat/instansi yang berwenang.
Kewajiban Pemegang lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha

  Mengusahakan, mempergunakan, memanfaatkan lzin/Konsesi/


Perizinan dan/atau kawasan yang dikuasai.
 Melaporkan pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan yang dikuasai
secara berkala.  
 Apabila kawasan tersebut sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan, maka akan menjadi objek
penertiban Kawasan Telantar.
Kewajiban Pemegang Hak, Pemegang Hak Pengelolaan,
dan Pemegang Dasar Penguasaan Atas Tanah
 Mengusahakan, mempergunakan, memanfaatkan, dan/atau memelihara tanah
yang dimiliki atau dikuasai.
 Pengusahaan, penggunaan, pemanfaatan, dan/atau pemeliharaan tanah
sebagaimana dimaksud harus berfungsi sosial.
 Melaporkan pengusahaan, penggunaan, pemanfaatan, dan/atau pemeliharaan
tanah yang dimiliki atau dikuasai secara berkala.
 Tanah yang telah terdaftar atau belum terdaftar yang sengaja tidak diusahakan,
tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara, menjadi
objek penertiban Tanah Telantar.
BERFUNGSI SOSIAL

Yang dimaksud dengan "berfungsi sosial" adalah bahwa setiap orang,


badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan
tanah wajib mempergunakan tanahnya dengan memelihara tanah,
menambah kesuburannya, dan mencegah terjadi kerusakannya
sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna serta bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.
Objek Penertiban Kawasan Telantar

Objek penertiban Kawasan Telantar meliputi:


1. kawasan pertambangan;
2. kawasan perkebunan;
3. kawasan industri;
4. kawasan pariwisata;
5. kawasan perumahan/permukiman skala besar/terpadu; atau
6. kawasan lain yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau
pemanfaatannya didasarkan pada Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha yang terkait dengan pemanfaatan tanah dan ruang.
Objek Penertiban Tanah Telantar

 Objek penertiban Tanah Telantar meliputi tanah Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, dan tanah
yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah.

 Tanah Hak Milik menjadi objek penertiban Tanah Telantar jika dengan
sengaja tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipelihara sehingga:
a. dikuasai oleh masyarakat serta menjadi wilayah perkampungan;
b. dikuasai oleh pihak lain secara terus-menerus selama 20 (dua
puluh) tahun tanpa adanya hubungan hukum dengan Pemegang
Hak; atau
c. fungsi sosial Hak Atas Tanah tidak terpenuhi, baik Pemegang Hak
masih ada maupun sudah tidak ada.
Objek Penertiban Tanah Telantar
 Tanah Hak Guna Bangunan, hak pakai, dan Hak Pengelolaan menjadi objek
penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan,
tidakdipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung
mulai 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.

 Tanah Hak Guna Usaha menjadi objek penertiban Tanah Telantar jika dengan
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan
terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.

 Tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah menjadi


objek penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidakdipelihara terhitung mulai 2
(dua) tahun sejak diterbitkannya Dasar Penguasaan Atas Tanah.
Inventarisasi Kawasan dan Tanah Terindikasi Telantar
 Inventarisasi kawasan terindikasi telantar dilaksanakan oleh Pimpinan Instansi
sesuai dengan kewenangannya.
 Inventarisasi tanah terindikasi telantar dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan.
 Hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar dilampiri dengan data tekstual
dan data spasial.
 Hasil pelaksanaan inventarisasi tanah terindikasi telantar diproses menjadi
data tanah terindikasi telantar.
Penertiban Kawasan Telantar
Penertiban Kawasan Telantar dilakukan melalui tahapan:
a. evaluasi Kawasan Telantar : bertujuan untuk memastikan Pemegang
lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha mengusahakan, mempergunakan, dan/atau
memanfaatkan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan yang
dikuasai.
b. peringatan Kawasan Telantar : berupa peringatan tertulis
c. penetapan Kawasan Telantar : pencabutan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha;
dan/atau penegasan sebagai kawasan yang dikuasai langsung oleh negara.
Penertiban Tanah Telantar
Penertiban Tanah Telantar dilakukan melalui tahapan:
a. evaluasi Tanah Telantar : bertujuan untuk memastikan Pemegang Hak,
Pemegang Hak Pengelolaan, atau Pemegang Dasar Penguasaan Atas Tanah
mengusahakan, mempergunakan, memanfaatkan, dan/atau memelihara tanah
yang dimiliki atau dikuasai.
b. peringatan Tanah Telantar : berupa peringatan tertulis.
c. penetapan Tanah Telantar :
 hapusnya Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan;
 putusnya hubungan hukum; dan
 penegasan sebagai tanah negara bekas Tanah Telantar yang dikuasai
langsung oleh negara.
WILAYAH TANAH
USAHA
ANALISIS PERSEDIAAN
TANAH

 Longsor dan erosi adalah proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang
LONGSOR
lebih tinggi keDAN
tempat EROSI
yang lebih rendah akibat dorongan air, angin, atau gaya
gravitasi.

 Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah.
Gerakan massa ini dapat terjadi pada lereng-lereng yang hambat geser tanah atau
batuannya lebih kecil dari berat massa tanah atau batuan itu sendiri. Proses tersebut
melalui empat tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan
pengendapan.

 Perbedaan menonjol dari fenomena longsor dan erosi adalah volume tanah yang
dipindahkan, waktu yang dibutuhkan, dan kerusakan yang ditimbulkan.

 Longsor memindahkan massa tanah dengan volume yang besar, adakalanya disertai
oleh batuan dan pepohonan, dalam waktu yang relatif singkat,

 sedangkan erosi tanah adalah memindahkan partikel-partikel tanah dengan volume


yang relatif lebih kecil pada setiap kali kejadian dan berlangsung dalam waktu yang
relatif lama.
LONGSOR DAN EROSI
 Dibandingkan dengan erosi, kejadian longsor sering memberikan dampak
yang bersifat langsung dalam waktu yang singkat dan menjadi bencana. Hal
ini dikarenakan proses pelepasan, pengangkutan dan pergerakannya
berlangsung dalam waktu yang cepat dengan material yang jauh lebih besar
atau lebih banyak jika dibandingkan dengan kejadian erosi.
KEMIRINGAN LERENG DAN KETINGGIAN
 Kemiringan lahan menunjukkan karakter daerah yang harus
dipertimbangkan dalam arahan penggunaan lahan.

 Kemiringan lahan dipengaruhi oleh ketinggian lahan terhadap laut


karena semakin dekat dengan laut cenderung semakin rata.

 Ketinggian  daerah beriklim pana seperti Indonesia, perubahan


iklim yang mempenagruhi atas pertumbuhan tanaman tidak terletak
pada waktu, tetapi pada perbedaan tinggi letak suatu tempat di atas
permukaan laut.
Analisis Persediaan Tanah
 Analisis Persediaan Tanah untuk berbagai jenis penggunaan tanah
difokuskan pada tanah-tanah di perdesaan yang cenderung digunakan
oleh masyarakat di bidang usaha tani.
 Konsep ini diinisiasi oleh I Made Sandy sejak tahun 1977 yang
dikenal dengan konsep Wilayah Tanah Usaha (WTU).
 Tujuannya adalah untuk mencapai suatu azas penggunaan tanah lestari
dengan memperhatikan keseimbangan tetapi hasilnya tetap optimal.
 Konsep ini dilandasi oleh :
1. faktor kemiringan tanah (lereng) dan
2. ketinggian tempat dari permukaan laut
WILAYAH TANAH USAHA
01 02 03
WTUT I WTUU Ia WTUU Ib
WILAYAH TANAH USAHA WILAYAH TANAH USAHA WILAYAH TANAH USAHA
TERBATAS UTAMA Ia UTAMA Ib

04 05 06
WTUU Ic WTUU Id WTUU II
WILAYAH TANAH USAHA WILAYAH TANAH USAHA WILAYAH TANAH USAHA
UTAMA Ic UTAMA Id UTAMA II
Pembagian WTU
WTU terbagi menjadi enam wilayah yaitu
1. WTU Terbatas (WTUT) I
 daerah pantai dengan ketinggian kurang dari 7 m dpal.
 Daerah ini wajib dilindungi sebagai kawasan perlindungan pantai.
Disamping menjaga habitat biota laut dengan hutan bakaunya,
perlindungan pantai juga mencegah intrusi air laut atau merembesnya
air asin ke dalam air tanah daerah pantai dengan penggunaan tanah
tambak ikan dan sawah;

2. Wilayah Tanah Usaha Utama (WTUU) Ia dan Ib


 areal dengan ketinggian 7 - 25 m dpal. Pada ketinggian + 25 m dpal
merupakan garis bendungan yang ideal.
 penggunaan tanah wilayah ini pada WTUU Ia adalah untuk sawah 1
kali setahun kalau tidak ada bendungan dan WTUU Ib untuk sawah 2
kali setahun ketika ada bendungan;
Pembagian WTU
3. WTUU Ic, dengan ketinggian 25 – 100 dpal
 diarahkan untuk penggunaan tanah tanah kering, perkebunan,
dan sawah

4. WTUU Id, ketinggian 100 – 500 dpal.


 penggunaan tanah yang disarankan adalah masih cocok untuk
sawah bila masih tersedia air.
 Sesuai dengan sifat fisiografinya, baik untuk tanaman keras dan
buah-buahan serta tanaman perkebunan lainnya.
Pembagian WTU
4. WTUU II, dengan ketinggian 500 – 1.000 m dpal
 Daerahnya bergelombang sampai berbukit-bukit.
 Apabila terdapat tanah yang datar (dataran tinggi), cocok untuk tanaman
hortikultura dan sayur-sayuran.
 Daerah bergelombang dan berbukit, sebaiknya ditanami dengan tanaman
keras yang cocok dengan udara sejuk seperti cengkeh, kopi, kemiri, jeruk,
dsb.

5. WTUT II, dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpal


 Daerah ini sebaiknya dijadikan kawasan lindung atau dihutankan.
 Jika ada dataran yang luas, sangat sesuai untuk tanaman bunga-bungaan,
sayur-sayuran, dan buah-buahan iklim dingin.
Tugas Wilayah Tanah Usaha
Implementasi Konsep Wilayah Tanah Usaha
1. Menyusun peta wilayah tanah usaha
2. Analisis wilayah tanah usaha
Thank you

Anda mungkin juga menyukai