| 55
Adhi Widyarthara
Prodi Arsitektur, Fak. Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang
e-mail: adhiwidyarthara@lecturer.itn.ac.id
ABSTRAK
Perumahan sub urban apabila ditinjau dari lokasi keberadaannya, terletak
diantara perumahan kota dan desa. Perumahan kota secara fisik lebih
memadati area suatu kawasan untuk permukiman dibandingkan dengan
perumahan di desa. Tingkat kepadatan yang tinggi tersebut pada akhirnya
juga akan mempengaruhi kondisi perumahan di pinggiran suatu kota,
kawasan tersebut pada umumnya secara fisik lebih longgar karena masih
didapatkan banyaknya ruang terbuka seperti kondisi di desa. Kepadatan
memiliki ciri yang obyektif, oleh karenanya memiliki hubungan dengan
kondisi kenyamanan secara fisik; sedangkan kesesakan yang merupakan
istilah kesepadanan dari kepadatan tetapi memiliki makna subyektif yang
berhubungan dengan suasana lingkungan sehingga erat kaitannya dengan
kenyamanan secara psikis. Kenyamanan perumahan pada umumnya
dapat dicermati dari penghuninya, bilamana merasakan betah atau
kerasan tinggal di kawasan perumahan; maka tentu ada nilai kenyamanan
disitu. Adapun cara untuk mencermati hal tersebut, adalah dengan
pengamatan penghunian, kelengkapan sarana dan prasarana serta
terjadinya peningkatan kesejahteraan dari penghuni. Hasil kajian ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan untuk memberikan
rekomendasi guna perbaikan kualitas perumahan sehingga terjadi
kenyamanan dan keberlanjutan penghunian pada suatu kawasan
perumahan.
1. PENDAHULUAN
Terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi diperkotaan,
menjadi alasan bagi para pengembang untuk menyediakan perumahan
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal.
Selain potensi pemenuhan hunian berasal dari penduduk perkotaan, hal lain
yang perlu diantisipasi adalah keberadaan kaum pendatang yang
melakukan invasi ke kota guna memperbaiki tuntutan kehidupan.
Berkembangnya tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan akan hunian, pada
akhirnya mengarah pada kawasan di pinggiran kota yang sering disebut
kawasan sub urban. Mengapa itu terjadi, karena di pusat kota memiliki
keterbatasan dalam daya tampung untuk pemenuhannya.
Kepadatan yang terjadi di perkotaan, akan mengusik kenyamanan
penghuni perumahan karena permasalahan aksesibilitas, keamanan
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-Desember Tahun 2017, ISSN 2597-7636
H a l . | 56 Adhi Widyarthara |
2. TINJAUAN PUSTAKA
Makna istilah perilaku (Joyce,2004) menunjukkan manusia dalam
aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik; berupa
interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya.
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-DesemberTahun 2017, ISSN 2597-7636
KONSEP KENYAMANAN PERUMAHAN SUB URBAN H a l . | 57
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-Desember Tahun 2017, ISSN 2597-7636
H a l . | 58 Adhi Widyarthara |
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-DesemberTahun 2017, ISSN 2597-7636
KONSEP KENYAMANAN PERUMAHAN SUB URBAN H a l . | 59
Pengadaan perumahan
Pengadaan perumahan secara harfiah memiliki makna proses
mengadakan suatu perumahan, sedangkan kata mengadakan memiliki
makna menyebabkan sesuatu menjadi ada. Membahas tentang perumahan,
akan selalu mengkaitkan dengan rumah, prasarana (infrastruktur)
perumahan serta sarana penunjang agar keberadaan perumahan
berkelanjutan.
Penyebab adanya rumah karena didapatkannya aspek permintaan
untuk pemenuhan kebutuhan pokok akan rumah. Secara umum, di
masyarakat didapatkan 3 (tiga) jenis permintaan untuk pemenuhan tersebut;
rinciannya sebagai berikut, permintaan yang efektif, permintaan yang di
dongkrak serta permintaan yang potensial. Permintaan yang efektif,
dicontohkan kepada seseorang yang datang ke kantor pengembang hendak
membeli rumah dan siap membayar dengan lunas; permintaan yang di
dongkrak, dicontohkan adanya pembeli yang ingin memiliki rumah namun
belum mampu membayar dan hanya mampu membeli apabila dibantu oleh
pihak lain untuk memilikinya; sedangkan permintaan yang potensial
dicontohkan pada semua orang memiliki potensi untuk memiliki rumah
namun hanya bermodalkan keinginan semata.
Berdasarkan permintaan tersebut, pada kawasan sub urban terdapat
3(tiga) pihak yang terkait dalam merealisasikan keberadaan rumah yang
dimaksud; hal itu adalah Pemerintah, Swasta serta masyarakat. Pihak
Pemerintah, yang merupakan pemegang regulasi terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaannya; Swasta sebagai
suppliers (penyedia) rumah merupakan pelaksana konstruksi sedangkan
masyarakat memiliki peran dominan pada perencanaan, pelaksanaan
konstruksi serta pengelolaan.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di suatu kota, maka
pengadaan perumahan memiliki analogi terhadap pengadaan rumah; namun
cakupannya bertambah kompleks dengan memasukkan unsur prasarana
dan sarana yang menjadi lingkup perencanaan. Keberadaan peranan
masyarakat yang sangat dominan saat pengadaan perumahan di kawasan
sub urban, menjadikan peran Pemerintah menjadi lemah dalam melakukan
kontrol terhadap perencanaan, pelaksanaan konstruksi maupun
pengelolaannya. Hal tersebut menjadikan karakteristik pada pengadaan
perumahannya, padahal dalam kondisi yang mendesak kegiatan ini dapat
melibatkan banyak perusahaan pengembang; oleh karenanya, yang sering
terjadi adalah timbulnya kesalahan persepsi antar pengembang sehingga
pada akhirnya dapat menghasilkan produk perumahan yang tidak
terintegrasi satu dengan lainnya. Apabila dibandingkan dengan pengadaan
perumahan di pusat kota, maka peranan perencanaan, pelaksanaan
konstruksi serta pengelolaan yang sangat dominan adalah pihak
Pemerintah; oleh karenanya integrasi antar perumahan dapat terjadi dengan
baik. Integrasi antar perumahan, dapat terjadi pada prasarana maupun
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-Desember Tahun 2017, ISSN 2597-7636
H a l . | 60 Adhi Widyarthara |
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-DesemberTahun 2017, ISSN 2597-7636
KONSEP KENYAMANAN PERUMAHAN SUB URBAN H a l . | 61
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-Desember Tahun 2017, ISSN 2597-7636
H a l . | 62 Adhi Widyarthara |
4. KESIMPULAN
Konsep kenyamanan perumahan sub urban sangat penting untuk
memberikan rekomendasi baik kepada masyarakat yang terlibat, pihak
pengembang serta Pemerintah agar segala hal yang menyebabkan
permasalahan dapat diminimalkan.
Memberikan nilai lebih dibandingkan dengan perumahan di pusat kota
dari sisi kenyamanan, mengingat kesan kepadatan secara obyektif dapat
dikurangi serta suasana longgar dapat tercipta pada perumahan sub urban,
yang pada akhirnya menjadikan penghuninya memperoleh kesehatan jiwa
raga dan sosial.
Menjadikan suasana perumahan yang dapat menjamin pertumbuhan
sosial ekonomi penghuninya sehingga akan meningkatkan kesejahteraan
individu maupun masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander J.W. 1963, Economic Geography, New York: University of
Wisconsin, Prentice Hall, Englewood Cliffs.
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-DesemberTahun 2017, ISSN 2597-7636
KONSEP KENYAMANAN PERUMAHAN SUB URBAN H a l . | 63
Turner, John F.C. 1976, Housing By People, New York: Pantheon Books.
Santosa, Happy Ratna Sumartinah 2000, Permukiman dan Lingkungan
dalam Pengembangan Wilayah, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Joyce, Marcella Laurens 2004, Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta: PT
Grasindo.
PAWON: Jurnal Arsitektur, Nomor 02 Volume I, Bulan Juli-Desember Tahun 2017, ISSN 2597-7636