Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bali salah satu daerah tujuan wisata yang cukup terkenal bagi masyarakat nasional
maupun internasional karena memiliki panorama alam dan budaya yang cukup menarik
sebagai tempat kunjungan wisata. Ketika Bali menjadi daerah tujuan wisata yang sangat
ramai dikunjungi para wisatawan, namun mulai saat itulah Bali menjadi tanah yang
mempunyai nilai jual banyak diminati oleh para investor untuk menanam saham di sektor
pariwisata. Pembangunan hotel-hotel mewah di sepanjang Pantai di Bali sudah menjadi
pemandangan yang tidak mengherankan.
Lahan dapat diartikan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat sifat tertentu yang
meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan
serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan
sifat sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia
pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Salah satu pantai yang ada di Desa Sanur Kauh Denpasar adalah Pantai Mertasari.
Pantai berpasir putih yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ini, mempunyai
beragam nilai budaya dan keindahan panorama alam yang sangat indah. Pantai Mertasari
sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat lokal sejak puluhan tahun yang lalu sebelum Desa
Sanur Kauh ditetapkan menjadi desa definitif oleh pemerintah Provinsi Bali pada tahun 1982.
Pantai Mertasari mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah sebagai tempat obyek
pembangunan pariwisata. Perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali membuat tanah
yang sebagai salah satu sub komponen ekonomi ini menjadi rebutan para investor.
Untuk upaya pengembangan pariwisata Pantai Mertasari pemerintah melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak investor salah satunya dengan PT. Sanur Dinamika Mentari
dengan agenda kerja pembangunan hotel di sepanjang pesisir Pantai Mertasari. Kerjasama ini
disepakati oleh kedua belah pihak dengan mengadakan kontrak perjanjian pengelolaan lahan.
Dalam hal ini pihak pertama Pemerintah Provinsi Bali memberikan Hak Pengelolaan Lahan
HPL kepada PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pihak kedua penyewa lahan yang luas
1

tanahnya ( 1,58 Ha), dengan jangka waktu 30 tahun terhitung sejak tanggal 27 Januari 1995.
Tetapi dalam proses pelaksanannya PT. Sanur Dinamika Mentari tidak pernah melakukan
kewajibanya untuk membangun hotel. Terhitung sejak dimulainya penandatanganan
kerjasama antara PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pemerintah Provinsi Bali pada tahun
27 Januari 1995 hingga saat ini di tahun 2013 belum ada pembangunan hotel.
Dengan adanya kekosongan lahan tersebut yang belum dikelola oleh pihak PT. Sanur
Dinamika Mentari, beberapa warga Mertasari memanfaatkan lahan tersebut sebagai sarana
berjualan. Namun demikian para pedagang mendapatkan penolakan keras dari penyewa lahan
yang menyebabkan terjadi konflik kepentingan pengelolaan lahan yang berujung sengketa
lahan antara pihak Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pemilik hak atas
guna lahan tersebut.
Konflik sengketa lahan ini berawal dari para pedagang yang menempatinya pada
tahun 2002-2011. Tanah kosong milik PT. Sanur Dinamika Mentari digunakan sebagai tempat
berdagang. Mereka pada umumnya membuka kios-kios kecil untuk mencari keuntungan
secara ekonomi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun pemanfaatan lahan oleh para
pedagang malah menimbulkan konflik yang cukup panjang antara PT. Sanur Dinamika
Mentari karena para pedagang yang menempati lahan yang dikelola oleh PT. Sanur Dinamika
Mentari.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana upaya penyelesaian kasus konflik hak pengelolaan antara pedagang
dan PT. Sanur Dinamika Mentari?

BAB II
2

PEMBAHASAN

A. HAK PENGELOLAAN
-

Dasar Hukum
Hak Pengelolaan (selanjutnya disebut dengan HPL) diatur dalam beberapa

peraturan perundang-undangan antara lain:


1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (UU BPHTB)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. (PP No.40/1996)
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi
Hak enguasaan Atas tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan tentang
Kebijaksanaan Selanjutnya. (Permenag No.9/1965)
4. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun
1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
dan Hak Pengelolaan (Permenag No.9/1999)
-

Pengertian
Berdasarkan Permenag No. 9/1999, pengertian dari HPL yaitu hak menguasai

dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada


pemegangnya. Selanjutnya, berdasarkan Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f UU
BPHTB, pengertian HPL dijelaskan lebih lengkap lagi yaitu hak menguasai dari
Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
haknya, antara lain berupa perencanaan peruntukandan penggunaan tanah,
penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian
dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
-

Obyek HPL
Obyek dari HPL adalah tanah untuk pertanian dan tanah bukan untuk

pertanian.
-

Subyek HPL
Berdasarkan Pasal 67 Permenag No. 9/1999, HPL dapat diberikan kepada

pihak-pihak sebagai berikut:


3

a.
b.
c.
d.
e.
f.
-

instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;


Badan Usaha Milik Negara;
Badan Usaha Milik Daerah;
PT. Persero;
Badan Otorita;
badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.

Terjadinya HPL
HPL dapat terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu:
a. Konversi hak penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Permenag
No.9/1965.
b. Pemberian hak atas tanah berasal dari tanah negara yang diberikan melalui
permohonan, sebagaimana diatur dalam Permenag No.9/1999.

Kewenangan Subyek HPL


Lebih lanjut Pasal 6 Permenag No. 9/1965 menjelaskan HPL memberikan

wewenang kepada pemegangnya untuk:


a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;
b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
c. menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga
dengan hak pakai yang berjangka waktu 6 (enam) tahun;
d. menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.
-

Tata Cara Permohonan dan Pemberian HPL


Pasal 70 Permenag No. 9/1999 lebih lanjut menjelaskan terkait tata cara

permohonan HPL yaitu permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri melalui
Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang
bersangkutan. Keputusan pemberian atau penolakan pemberian HPL akan
disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang
menjamin sampainya keputusan tersebut kepada yang berhak.
-

Jangka Waktu HPL


HPL tidak mempunyai jangka waktu kepemilikan sehingga jangka waktu HPL

adalah tidak terbatas.


-

Pemberian Hak Atas Tanah di Atas Bagian Tanah HPL


Berdasarkan PPNo. 40/ 1996 menyatakan bahwa di atas tanah HPL dapat

diberikan atau dibebankan dengan hak-hak atas tanah yaitu Hak Guna Bangunan
(HGB) dan Hak Pakai (HP). HGB atas tanah HPL dan HP atas tanah HPL
4

diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk
berdasarkan usul pemegang HPL kepada calon pemegang HPL1
-

Kedudukan hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional


Hak Pengelolaan tanah ini diatur dalam Peraturan Menteri Agraria /Kepala

pertanahan negara No.9 tahun 1999 dan perraturan menteri agrarian No.9 tahun 1965,
hak pengelolaan ini diperoleh dari tanah yang berasal dari tanah negara yang
dimohonkan oleh pemegang hak pengelolaan. Tata cara perolehan hak pengelolaan
tercantum dalam peraturan tersebut. Hak penguasaan tanah yang lahir dilekati oleh
wewenang,hak,dan kewajiban bagi pemegang haknya, demikian pula dengan hak
pengelolaan. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan ditetapkan wewenang
dalam hak pengelolaan.
Pasal 6 PerMen Agraria no.9 tahun 1965 . Wewenang yang diberikan kepada
pemegang hak pengelolaan, yaitu:
a. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah tersebut ;
b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya ;
c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan
hak pakai yang berjangka waktu 6 (enam) tahun ;
d. Menerima uang pemasukan/ganti-rugi dan/atau uang wajib tahunan ;
Tanah hak pengelolaan yang dikuasai oleh pemegang haknya dapat
dipergunakan untuk keperluan usaha atau pelaksanaan tugasnya, juga dapat
diserahkan kepada pihak ketiga atas persetujuan dari pemegang hak pengelolaan .
Boedi Harsono menyatakan bahwa pemegang hak pengelolaan memang mempunyai
kewenangan untuk menggunakan tanah yang menjadi haknya bagi keperluan
usahanya. Tetapi, itu bukan tujuan pemberian hak kepadanya. Tujuan utamanya
adalah tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain
yang memerlukannya.2

1 "Aspek Hukum Hak Pengelolaan Dan Peraturannya."


Http://www.hukumproperti.com/2013/12/18/aspek-hukum-hak-pengelolaan-danperaturannya/. Diakses November 20, 2015.
2 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia sejarah pembentukan UUPA, isi, dan
pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, hlm. 280
5

Hak pengelolaan merupakan hak atas tanah. Menurut A.P parlindungan


menyatakan bahwa hak pengelolaan adalah suatu ha katas tanah yang sama sekali
tidak ada istilahnya dalam UUPA dan khusus hak ini demikian pula luasnya terdapat
di luar ketentuan UUPA.3

Sependapat dengan A.P Parlindungan , Effendi perangin

menyatakan bahwa hak pengelolaan termasuk hak atas tanah yang didaftarkan
menurut PP No.10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah.
Selain itu, Hak pengelolaan juga merupakan hak menguasasi atas tanah negara
hal ini dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (3) UU No.20 tahun 2000, pasal 1 angka 3
Permen Agraria / Kepala badan pertanahan Nasional No.9 Tahun 1999, pasal 1 angka
3 Permen Agraria / Kepala badan pertanahan Nasional no.4 tahun 1998, dan pasal 1
huruf c keputusan Menteri Agararia / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9 tahun
1997 ditetapkan bahwa hak pengelolaan adalah menguasai negara atas tanah yang
kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya.
Hak pengelolaan juga disejajarkan dengan hak atas tanah hal ini tertuang
dalam Pasal 9 PP No.24 tahun 1997 dan PerMen Agararia No.9 tahun 1999 yang
ditetapkan bahwa hak pengelolaan disejajarkan dengan HGB, HGU, hak milik, dan
hak pakai. Hak atas tanah yang merupakan juga hak pengelolaan ini dapat hapus
karena ditelantarkan oleh pemegang haknya, jangka waktunya berakhir, dicabut untuk
kepentingan umum hal ini diatur dalam UUPA dan PP No.40 tahun 1996. HPL sendiri
tidak mempunyai jangka waktu kepemilikan sehingga jangka waktu HPL adalah tidak
terbatas atau disesuaikan dengan perjanjian.

B. ANALISIS KASUS
Sebuah konflik, yakni sebuah situasi dimana 2 pihak atau lebih dihadabkan pada
prbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang
merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah
konflik dapat berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang
merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keperihatinannya, baik secara
langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain.
Konflik pengelolaan lahan merupakan bagian dari realitas sosial.
3 A.P Parlindungan, Konversi hak-hak atas tanah, Bandung: mandar maju, hlm. 1
6

Berbagai penyelesaian konflik lahan cukup banyak ditawarkan baik yang bersifat
litigasi maupun non litigasi, tetapi dalam banyak hal hasilnya terasa kurang memuaskan.
Bahkan penyelesaian melalui pengadilanpun terkadang dirasakan oleh masyarakat tidak adil.
Tidak sedikit mereka yang telah menduduki tanah selama bertahun-tahun ditolak gugatannya
untuk mempertahankan hak atau mendapatkan lahanya karena adanya pihak lain yang
menguasai lahan yang bersangkutan. Atau sebaliknya gugatan seseorang terhadap
penguasaan lahan untuk kepentingan pribadi tertentu dikabulkan pengadilan walaupun bagi
pihak yang menguasai lahan tidak cukup kuat atau gugatan kurang beralasan. Di Indonesia,
konflik pengelolaan lahan yang ada diselesaikan melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan
Tata Usaha Negara. Namun dari sekian banyaknya kasus yang masuk ke badan peradilan
tersebut, banyak yang diselesaikan dengan hasil yang kurang memuaskan, sehingga
berkembanglah pandangan di masyarakat bahwa badan peradilan kurang optimal dalam
menyelesaikan sengketa pengelolaan lahan. Salah satu metode alternatif penyelesaian
sengketa yang sekarang ini sering digunakan adalah mediasi. Semakin menumpuknya angka
perkara dipengadilan telah memaksa diperlukannya atau peningkatan penggunaan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan diantaranya adalah mediasi, seiring dengan
dikeluarkannya peraturan Mahkamah Agung No 2 tahun 2008 tentang prosedur mediasi
pengadilan.
Upaya penyelesaian konflik lahan di Pantai Mertasari juga menuai protes dari pihak
pedagang yang berkonflik dengan PT. SDM, maka dari itu pola-pola penyelesaian konflik
pengelolaan lahan di luar pengadilan menjadi sebuah solusi yang dilakukan oleh kalangan
yang berkonflik. Upaya penyelesaian konflik di luar pengadilan ialah

negosiasi,

musyawarah mufakat dan mediasi. Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak
yang berkonflik duduk bersama untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian konflik
dengan prinsip bahwa penyelesaian itu tidak ada pihak yang dirugikan (win-win solution),
kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Musyawarah mufakat adalah lengkah lebih
lanjut dari

negosiasi. Jika dalam negosiasi tidak terdapat kesepakatan yang saling

menguntungkan, maka langkah lebih lanjut adalah melakukan musyawarah mufakat dengan
melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah tersebut selanjutnya dibuatkan
surat kesepakatan bersama untuk sebuah perdamaian yang ditanda tangani oleh para pihak
yang berkonflik dan para saksi yang ikut terlibat. Upaya penyelesaian konflik Pedagang
Pantai Mertasari dengan PT. Sanur Dinamika Mentari melibatkan peran aktor, antara lain

peran dari Kepala Desa Sanur Kauh, masyarakat Desa Sanur Kauh dan Pemerintah Provinsi
Bali.4

C. UPAYA PENYELESAIAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM KASUS INI


1. Negosiasi
Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan
pihak kelompok atau organisasi yang lain, penyelesaian sengketa secara damai
melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.
Negosiasi merupakan kata serapan bahasa inggris yang berasal dari kata
negotiate yang berarti : merundingkan, bermusyawarah.
-

Proses Negosiasi
a) Pihak yang memiliki program (pihak pertama) menyampaikan maksud
dengan kalimat santun, jelas, dan terinci.
b) Pihak mitra bicara menyanggah mitra bicara dengan santun dan tetap
menghargai maksud pihak pertama.
c) Pemilik program mengemukakan argumentasi dengan kalimat santun
dan meyakinkan mitra bicara disertai dengan alasan yang logis.
d) terjadi pembahasan dan kesepakatan terlaksananya program atau
maksud negosiasi.

Negosiasi dan lobi


Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk

formalnya, negosiasi sedangkan bentuk informalnya disebut lobi. Proses lobi


tidak terikat oleh waktu dan tempat, serta dapat dilakukan secara terusmenerus dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi tidak, negosiasi
terikat oleh waktu dan tempat5
PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pemilik hak pengelolaan lahan di
Pantai Mertasari telah melakukan upaya-upaya negosiasi dengan para
4 Konflik Adat di Bali, Koran BaliPost, 17 Desember 2008.
5 Amriani, N. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm: 23-28
8

pedagang agar para pedagang segera meninggalkan lahan tersebut. Pertemuan


juga terus dilakukan agar permasalahan konflik ini cepat selesai dan kedua
belah pihak antara PT.SDM dengan Pedagang Pantai Mertasari mendapatkan
solusi yang terbaik, tetapi pertemuan tersebut belum menemukan kata sepakat
untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan, hal ini dipicu adanya
penolakan Para Pedagang untuk meninggalkan lahan tersebut. Para Pedagang
beranggapan bahwa lahan yang luasnya 1,58 hektar tersebut masih asset
Negara yang artinya masyarakat masih berhak menempati lahan tersebut
sesuai dengan pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2. Musyawarah
Selain Negosiasi, musyawarah juga dilakukan oleh kedua belah pihak antara
PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pedagang Pantai Mertasari. Musyawarah berasal
dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk
atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah- istilah lain dalam tata Negara
Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
kesepakatan bersama, rembug desa, kerapatan nagari bahkan demokrasi. Kewajiban
musyawarah hanya untuk urusan keduniawian, jadi musyawarah adalah merupakan
suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari
jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan
masalah yang menyangkut urusan keduniawian
Tetapi musyawarah juga tidak bisa berjalan dengan efektif, sebab keduabelah
pihak masih mempunyai pandangan yang berbeda terkait siapa yang berhak
mengelola lahan tersebut, kemudian proses akhir dalam penyelesaian konflik ini
adalah melalui mediasi yang diperantarain langsung oleh pihak ketiga. 6
3. Mediasi
Mediasi dilakukan oleh pihak ketiga dengan melibatkan Kepala Desa Sanur
Kauh selaku pihak yang mempunyai wewenang. Mediasi Secara etimologi, istilah
6 Ibid, Hlm: 118-120
9

mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada ditegah. Pengertian
mediasi ini menunjukkan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator
dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan perkara antara para
pihak. Berada di tengah juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan
tidak memihak dalam menyelesaikan perkara. Mediator harus mampu menjaga
kepentingan para pihak yang berperkara secara adil dan sama, sehingga membutuhkan
kepercayaan dari para pihak yang berperkara.
Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan etimologi lebih menekankan pada
keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk
menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini amat penting guna membedakan
dengan

bentuk-bentuk

alternatif

penyelesaian

sengketa

lainnya

seperti

arbitrase,negosiasi, adjudikasi dan lain-lain. Mediator berada pada posisi ditengah dan
netral antara para pihak yang bersengketa, dan mengupayakan menemukan sejumlah
kesepakatan sehingga mencapai hasil yang memuaskan para pihak bersengketa.
Dalam mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari
keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu mereka
mencapai kesepakatankesepakatan7
Dalam membantu pihak yang bersengketa, Kepala Desa Sanur Kauh sebagai
mediator bersifat imparsial atau tidak memihak. Kedudukan Kepala Desa Sanur Kauh
sebagai mediator seperti ini amat penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan
yang memudahkan mediator melakukan kegiatan mediasi. Kedudukan mediator yang
tidak netral, tidak hanya menyulitkan kegiatan mediasi tetapi dapat membawa
kegagalan.
Dalam mediasi, Pihak Desa Sanur Kauh sebagai mediator berperan membantu
para pihak yang bersengketa antara PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pedagang
Pantai Mertasari dengan melakukan identifikasi persoalan yang dipersengketakan.
Mengembangkan pilihan , dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan
kepada para pihak untuk mencapai kesepakatan. Desa Sanur Kauh sebagai mediator
dalam menjalankan perannya hanya memiliki kewenangan untuk memberikan saran
atau menentukan proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa, dalam
kasus ini mediator tidak memiliki kewenangan dan peran menentukan dalam
7 Ibid, Hlm: 28-36
10

kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga bagaimana proses mediasi


dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan dari para pihak hal ini
diungkapkan oleh Kepala Desa Sanur Kauh ( Made D).
-

Proses mediasi
1. Mediasi terhadap sengketa kepemilikan atas sebagian lahan dengan
surat perjanjian hak pengelolaan lahan milik nomor 593.6/1462/perl
Pemerintah Provinsi Bali, dengan pengaduan PT. Sanur Dinamika
Mentari kepada kantor Desa Sanur kauh di tahun 2009.
2. Pihak Kantor Desa Sanur Kauh kemudian menindaklanjuti pengaduan
PT. Sanur Dinamika Mentari dengan mengirimkan undangan
pertemuan di Desa Sanur Kauh kepada para pihak yang terkait dengan
sengketa tersebut pada tanggal 16 Juli Tahun 2010.
3. Kemudian mediasi dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2011 yang
bertempat di Kantor Kepala Desa Sanur Kauh.
4. Mediasi dipimpin oleh Kepala Desa Sanur Kauh.
5. Peserta Mediasi sesuai dengan daftar undangan hadir beserta
perwakilan:
a) Nama: I Made Dana
Jabatan : Kepala Desa Sanur Kauh
b) Nama: I Made Dana
Jabatan : Sekretaris Desa Sanur Kauh
c) Nama: I Made Jendra, SH
Jabatan: Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Bali
d) Nama: I Made Rasna
Pekerjaan : Pedagang ( Ketua Pedagang Pantai Mertasari)
6. Mediasi dilaksanakan pada pukul 09.30 Wita sampai selesai dan telah
menghasilkan keputusan bahwa kedua belah pihak sepakat tentang
pengosongan lahan dengan catatan bahwa PT. Sanur Dinamika Mentari
akan memberikan konpensasi ganti rugi kepada para pedagang berupa
uang yang jumlahnya mulai dari satu juta rupiah sampai dengan lima
juta rupiah.

BAB III
PENUTUP

11

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, tentang bentuk dan upaya penyelesaian
Konflik Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari Studi Kasus: Pengelolaan Lahan
Pembangunan Hotel di Pantai Mertasari Sanur. Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan
hasil dari penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian.
Jawaban dari rumusan masalah tentang Bagaimana upaya penyelesaian konflik
pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari ada 3 tahapan perdamaian yang dilalui oleh
pedagang dan PT. Sanur Dinamika Mentari, yaitu yang pertama melalui tahapan negosiasi,
dalam tahapan negosiasi fakta dilapangan sengketa lahan antara pedagang dengan PT. Sanur
Dinamika Mentari belum menemukan kata sepakat sebab kedua belah pihak saling
mempertahankan haknya masing-masing. Kemudian tahapan yang kedua adalah tahapan
musyawarah, dalam tahapan ini masing- masing pihak tetap menuntut atas hak kuasa
pengelolaan lahan, maka dari itu tahapan musyawarah ini belum menemukan kata sepakat
dikeduabelah pihak yang bersengketa. Tahapan Perdamaian yang ketiga adalah mediasi yang
melibatkan orang ketiga yang cukup berpengaruh di Desa Sanur Kauh yaitu Kepala Desa
Sanur Kauh dan aparat keamanan. Dalam tahapan mediasi ini ternyata memunculkan suatu
kesepakatan bersama tentang perdamaian antara pedagang dengan PT. Sanur Dinamika
Mentari, dalam kesepakatan bersama PT. Sanur Dinamika Mentari berjanji akan memberikan
ganti rugi berupa uang sebesar satu juta rupiah sampai dengan lima juta rupiah kepada
masing-masing para pedagang jika para pedagang mau pindah dari lahan tersebut. Dari hasil
kesepakatan antara pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari para pedagang menyetujui
syarat yang diberikan oleh PT. Sanur Dinamika Mentari untuk meninggalkan lahan tersebut,
sebab para pedagang menyadari bahwa lahan tersebut masih hak pengelolaan lahan PT. Sanur
Dinamika Mentari sesuai dengan kontrak perjanjian tahun 1995 dengan Pemerintah Provinsi
Bali.

B. SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, penulis bermaksud memberikan rekomendasi yang dapat
diajukan terkait dengan judul penelitian Konflik Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika
Mentari: Studi Kasus Pengelolaan lahan Pembangunan Hotel di Pantai Mertasari Sanur.

12

- Bagi Para Pedagang.


a. Perlu pemahaman mengenai aturan main dan hak pengelolaan lahan yang lebih baik
lagi, agar tidak terjadi kesalahan menempati lahan milik orang lain ataupun aset
pemerintah tanpa izin.
b. Para Pedagang harus tetap menjaga ketertiban dan keamanan di Pantai Mertasari dan
juga menjaga kelestariaan alam sekitar Pantai Mertasari Desa Sanur Kauh.
c. Para Pedagang diharapkan mengikuti aturan mediasi yang sudah disepakati bersama
untuk berdamai demi keamanan bersama.
- Bagi Pemerintah.
a. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan Desa Sanur
Kauh terutama Para Pedagang Pantai Mertasari agar tetap berjalan dengan rencana
yang sudah dibuat oleh pemerintah.
b. Pemerintah agar selalu menjalin hubungan baik dengan Para Pedagang dan
Masyarakat Desa Sanur Kauh agar tercipta suatu kerjasama yang lebih baik antara
pemerintah dan masyarakat.
c. Pemerintah juga harus memperhatikan Para Pedagang dalam hal kesejahteraan
pedagang dengan memberikan tempat-tempat sarana berjualan agar para pedagang
masih tetap bisa mencari kebutuhan ekonomi keluarganya.
- Bagi PT. Sanur Dinamika Mentari.
a. PT. Sanur Dinamika Mentari juga harus memperhatikan perkembangan sosial di Desa
Sanur Kauh agar tidak membiarkan lahan tersebut kosong tanpa penghuni.
b. PT. Sanur Dinamika Mentari harus memperhatikan kelestarian alam di Pantai
Mertasari jika memang benar akan didirikan bangunan hotel agar tidak mengganggu
radius kesucian pura dan ekosistem pantai.
c. PT. Sanur Dinamika Mentari diharapkan segera melengkapi izin pembanguanan hotel
agar lahan yang luasnya 1,58 hektar tersebut tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada
yang merawat.

13

Anda mungkin juga menyukai