Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK PEMERCONTOAN (TTA 356)

HOMOGENITAS
Dono Guntoro, S.T., M.T.
Aspek Geologi dan Homogenitas

 Aspek geologi utama : 


 Sejarah dan Kondisi Geologi,
 Model 3D (geometri endapan),
 Model genetik endapan, Karakteristik mineralogi,
 Kontinuitas

Kombinasi empat aspek geologi tersebut


(sebaran, geometri, model genetik serta
karakteristik mineralogi) akan menggambarkan
kontinuitas (homogenitas)
INFORMASI GEOLOGI

Beberapa informasi geologi :


 Jenis dan komposisi batuan proses mineralisasi dan
tipe endapan.
 Patahan (sesar) dapat mengganggu susunan litologi
umur patahan sangat penting untuk dapat melakukan
interpretasi kemenerusan endapan mineral.
 Lipatan dapat membuat geometri endapan menjadi
lebih kompleks.
 Kerapatan dan arah rekahan/urat dapat mengontrol
tatanan spasial mineralisasi.
 Urutan fase mineralisasi (paragenesa) dapat
berpengaruh pada tingkat kompleksitas endapan.
 Fakta : merupakan data dasar dalam pemodelan.
 Interpretasi : dibutuhkan untuk membangun model 3D
dari fakta-fakta yang ada. 
– Interpolasi : menghubungkan
unsur-unsur geologi diantara titik-
titik data (fakta).
– Ekstrapolasi : meneruskan unsur-
unsur geologi ke arah luar dari titik
informasi (fakta).
 Fakta dan hasil interpretasi diplot dalam sebuah peta
atau penampang dengan skala yang representatif.
 
KONTROL SESAR
INTENSITAS STRUKTUR DAN ARAH
MINERALISASI

K e ra p a ta n re k a h a n
D o m in a si arah stru k tu r (stru k tu r)
PEMODELAN GEOMETRI ENDAPAN
BEBERAPA VARIASI MODEL BATAS
ANTARA BIJIH DAN WASTE . 

 Dari kiri ke kanan batas bijih


berubah menjadi semakin
gradasi, sedangkan dari atas
ke bawah batas bijih berubah
dari bidang sederhana
menjadi lebih kompleks
(tidak teratur).
 Kedua fenomena tersebut
(tajam/gradasi dan
sederhana/tidak teratur)
merupakan fungsi skala.
 Batas bijih semakin kompleks
apabila besaran “d” semakin
tebal relatif terhadap tebal
KARAKTERISTIK ENDAPAN

Berdasarkan bentuk, morfologi, dan genesa


dan implikasinya untuk pemodelan
sumberdaya
 Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada
badan urat.
 Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga
diperlukan sample dengan volume yang besar agar
representatif.
 Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga
rentan dengan dilution.
 Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan,
dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini
memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.
 Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada
umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan
samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat
yang menjari (bercabang).
 Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan
mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai
kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan) dan
sulit diprediksi.
 Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle,
sehingga cukup sulit untuk mencegah terjadinya bias
akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.
 Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap
jarak (interval), karena pada umumnya harus
dilanjutkan melalui pemboran inti.
K a ra k te ristik K o n se k u e n si
♦ K o m p o n e n m in e ra l tid a k
te rs e b a r m e ra ta p a d a b a d a n M e to d a sa m p lin g
u ra t
♦ Mineral bijih d a p a t b e ru p a
Volume sa m p lin g
k rista l-k rista l yang k a sa r
♦ L e b a r/d im e n si urat y a n g
Rentan d ilu si
se m p it
♦ P e rb e d a a n k a d a r p a d a urat &
b a tu a n sa m p in g sa n g a t Pola & m e to d a sa m p lin g /d a ta
b e rv a ria si
♦ K e te b a la n sa n g a t b e rflu k tu a si Grid d e n sity
 Mempuyai ketebalan yang cukup besar.
 Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
 Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau
tektonik yang kuat, sehingga dapat menimbulkan
masalah dalam sampling.
 Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat
diprediksi, namun kadang-kadang dapat terganggu oleh
adanya remobilisasi, metamorfisme, atau berbentuk
urat.
 Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam
kadar harus diikuti oleh perubahan dalam interval
sampling.
 Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi
yang berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada
besar volume material yang dilakukan sampling.
 Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan
variabel ukuran conto akibat perubahan ukuran,
kekerasan batuan, atau nugget effect.
 Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat
dan dapat menyebabkan kesalahan pada sampling yang
signifikan.
K a ra k te ris tik K o n s e k u e n si
♦ Relatif tebal & te rse b a r lu a s
♦ Arah k e c e n d e ru n g a n k a d a r relatif se ra g a m
Grid d e n sity ,
tetapi d a p a t b e ru b a h secara g ra d u a l
E x p lo ra tio n p a tte rn ,
♦ Pada tipe se d im e n ta ry h o ste d In te rv a l sa m p lin g
k e m u n g k in a n te rd a p a t p e ru b a h a n u k u ra n ,
k e k e ra sa n , dan n u g g e t e ffe ct

 Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih


diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau
percussion).
 Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai
kadar yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-
kadang dibutuhkan conto dalam jumlah (volume) yang besar,
sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui winze
percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.
 Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas
yang beragam, seperti tipe disseminated, stockwork,
vein, atau fissure, sehingga perlu mendapat perhatian
khusus dalam pemilihan metode sampling.
 Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona
pengkayaan supergen, dan zona hipogen, juga perlu
mendapat perhatian khusus.
 Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi
sering terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga
penentuan orientasi sampling dan pemboran perlu
diperhatikan dengan seksama.
 Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus
selalu diperhatikan dan direkam sepanjang proses
sampling.
 Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi
kekuatan batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling
akan sangat membantu dalam informasi fragmentasi
batuan nantinya.
K a ra k te ristik K o n se k u e n si
♦ D im en si b e sa r M eto d a sa m p lin g p e m b o ra n
♦ Kadar re n d a h & e rra tic Volume & d en sita s sa m p lin g
♦ Variasi zona m in e ralisa si b a n y a k
(d iss e m in a te d , sto ck w o rk , v ein le ts, M eto d a & pola sa m p lin g
dan v ein )
♦ K em u n g k in a n m em p u n y a i z o n a
M eto d a & pola sa m p lin g
p e lin d ia n , su p e rg e n , h ip og e n
♦ M in e ra lisa s i d e n g a n k a d a r h ip o g e n
sering te rk o n se n tra si d a lam b e n tu k O rie n ta si d a ta
terten tu
 Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.
 Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang
bersifat gradual.
 Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau
parting dalam batubara, sehingga interval sampling
lebih bersifat ply per ply.
 Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung
gradual, sehingga anomali-anomali yang ditemukan
dapat diprediksi lebih awal (washout, sesar, perlipatan,
dll.), sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan
dengan variasi yang ada.
 Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah
dengan interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau
ply by ply), atau jika relatif homogen dapat dilakukan
secara komposit.
K a ra k te ristik K o n se k u e n si
♦ Kontak d en g a n b a tu a n
sa m p in g te g a s
♦ F lu k tu a si p e ru b a h a n k a d a r
g ra d u a l
S a m p lin g (in te rv a l),
♦ R e n ta n d e n g a n k e m u n g k in a n D e s ig n /p o la data d a p at
sis ip a n /p a rtin g b e rv a ria si
♦ Variasi k e teb a la n g ra d u a l
a n o m a li-a n o m a li (w a sh o u t,
stru k tu r g e o lo g i)
 
 
KONTINUITAS

Dalam hubungannya dengan karakteristik umum


endapan serta kecenderungan homogenitas
KONTINUITAS GEOLOGI

 Kontinuitas geologi adalah keterdapatan geometri atau


fisik dari gejala geologi yang mengontrol lokalisasi dan
disposisi mineralisasi.
 Gejala geologi tersebut dapat berupa tatanan litologi
atau struktur baik secara primer maupun sekunder, dan
umumnya merupakan hasil proses kompleks dari
beberapa fase.
 Kontinuitas geologi merupakan gejala geometri dan
merupakan fungsi dari skala, kontinuitas yang semakin
naik dalam zona mineralisasi dapat dipadankan dengan
tekstur bijih dari semi masif hingga masif dan juga
semakin besarnya butiran mineralisasi
 Pengamatan geologi yang meliputi gejala primer
maupun sekunder menjadi informasi penting bagi
kontinuitas fisik endapan mineral.
 Informasi geologi tersebut diperoleh dari pengamatan
permukaan, pengeboran, maupun bawah tanah
(underground) yang meliputi pengamatan intrusi,
perlapisan sedimen atau volkanik, patahan, geseran,
lipatan, stockwork, dll.
 Metode yang paling umum untuk menggambarkan
kontinuitas tersebut adalah korelasi stratigrafi yang
memasukkan zona alterasi, profil komposisi kimia tegak
lurus struktur mineralisasi, pola mineral asosiasi.
KONTINUITAS NILAI

 Kontinuitas nilai adalah ukuran karakteristik spasial


kadar, kelimpahan mineral, ketebalan urat, atau nilai
kualitas sejenis yang lain.
 Kadar mempunyai kontinuitas dalam jarak tertentu
apabila menunjukkan kemiripan nilai kadar.
 Homogenitas nilai kadar berkaitan dengan proporsi atau
kadar endapan.
KONTINUITAS NILAI

E (evaporit), C (batubara), Fe (bijih besi


berlapis), P (fosfat), B (bauksit), Pb-Zn
(timbal-seng stratiform), Ni (nikel), SSn
(timah stratiform), PC (tembaga porfiri),
VSn (urat timah), V (urat emas-perak),
U (uranium)
Endapan Berdasarkan Tingkat Homogenitas

 Faktor struktur geologi ; dapat menjadi suatu endapan yang


tergolong sederhana menjadi sulit (kompleks) untuk dievaluasi.
 Faktor bentuk-geometri ; akan berhubungan dengan dilution
per tonne of ore, dimana akan berhubungan dengan faktor
losses pada perhitungan recoverable reserve
 Koefisien variasi kadar;berhubungan erat dengan distribusi
kadar. Endapan yang mempunyai koefisien variasi tinggi
relatif lebih sulit dievaluasi daripada endapan yang mempunyai
koefisien variasi rendah.
 Sebaran dan variasi unsur minor ; untuk endapan yang
sederhana relatif tidak sukar untuk dievaluasi, tetapi dalam
beberapa kasus sulit untuk mendefinisikan variasi unsur-unsur
minornya.
Endapan Type A

Merupakan endapan bijih yang mempunyai koefisien


variasi yang rendah.
Kategori endapan bijih ini dibagi dalam dua type
 Type 1, yaitu endapan bijih dengan bentuk geometri
yang sederhana dan distribusi kadar yang sederhana.
 Type 2, yaitu endapan bijih dengan bentuk geometri
yang sederhana dan distribusi kadar yang kompleks.
 Cadangan in-situ umumnya sama dengan cadangan
recoverable (dengan batas dilusi minor) untuk unsur-unsur
utamanya.
 Metoda perhitungan cadangan endapan bijih dengan cara
geostatiska dan klasik menghasilkan hasil yang sama untuk
kadar rata-rata secara keseluruhan.
 Evaluasi lokal atas unsur-unsur minor mempunyai akurasi
yang terbatas, hal ini dikarenakan faktor pola pemboran.
  Geologi struktur dapat menimbulkan problem.
 Penentuan kadar pada umumnya tidak mengalami kesulitan.
 Untuk endapan bijih Type 2 dalam kategori (A), untuk
perkiraan- perkiraan lokal tampaknya lebih cocok
menggunakan metoda geostatistika.
 Endapan batubara : Unsur-unsur utamanya mudah dievaluasi, unsur-
unsur minornya sulit dievaluasi, dilusi internal dan dilusi tepi seringkali
menimbulkan problem.
 Endapan Bijih besi : Unsur-unsur utamanya mudah dievaluasi, unsur-
unsur minornya sulit dievaluasi, kontak geologi yang komplek dapat
menimbulkan problem yang sulit.
 Endapan Bauksit : umumnya mudah dievaluasi, problem yang seringkali
timbul adalah dalam penyelidikan profil basalt dan hubungannya dengan
silika reaktif (hal ini merupakan problem kontrol penambangan)
 Nikel laterit : model endapannya mudah dievaluasi, unsur-unsur
pengotor sulit diselidiki, adanya profil ultramafik menimbulkan problem.
 Tembaga Stratabound : mudah dievaluasi, sederhana dalam
memperkirakan kadarnya, problem yang timbul adalah dalam kontak-
kontak geologi, namun dalam hal ini pada umumnya tidak begitu
mengganggu, karena dilusi per ton adalah rendah.
Endapan Type B

Yaitu endapan bijih dengan bentuk geometri kompleks


dan distribusi kadar sederhana.
 Untuk endapan bijih :
 Kadarnya mungkin seragam.
 Faktor geometri mungkin sangat menentukan.
 Dilusi batas tepi dapat sangat tinggi
 Interpretasi geologi merupakan faktor vital.
 Kadar yang lebih tinggi biasanya ditambang
(tetapi tidak sampai batas-batas yang digunakan
dalam tambang emas).
Endapan Type C

Untuk endapan bijih :


 Bentuk geometrinya sangat kompleks
 Dilusi batas tepi mungkin sangat tinggi.
 Dilusi internal adakalanya sangat tinggi juga.
 Interpretasi geologi dan pengambilan contoh
merupakan faktor menentukan dalam pengambilan
endapan bijih.
  Asumsi-asumsi subjektif sangat penting.
 Perkiraan lokal biasanya merupakan problem yang
disebabkan faktor pola pemboran.

Anda mungkin juga menyukai