Anda di halaman 1dari 76

KIMIA I

Ir. Mahreni, MT, PhD

1
3.1. BILANGAN AVOGADRO
 Bilangan Avogadro (lambang: L, atau NA), juga
dinamakan sebagai tetapan Avogadro atau konstanta
Avogadro, adalah banyaknya "entitas“

1. STOIKIMETRI I
(biasanya atom atau molekul) dalam satu mol, yang
merupakan jumlah atom karbon-12 dalam
12 gram (0,012 kilogram) karbon-12 dalam keadaan
dasarnya. Perkiraan terbaik terakhir untuk angka ini
adalah:

2
EQUIVALENSI

1. STOIKIMETRI I
Beri contoh unsur lain

3
ISOTOP
 Kebanyakan undusr unsur terdiri dari campuran dua
atau lebih isotop.

1. STOIKIMETRI I
 Contoh: Ada atom karbon dengan berat atom 12
dalam satu mol karbon disebut kabon 12.
 Isotop karbon 12 adalah karbon 13. Setiap 1 mol
karbon 13 bobotnya bukan 12 gram tetapi 13 gram.
Jumlah atom keduanya sama sebesar bilangan
Avogadro yaitu:
6,0225 x 10 23 atom

4
PERHITUNGAN YANG MELIBATKAN
MOL.
SOAL 3.1
 Berapa jumlah atom Fe apabila diketahui sampel Fe =
2,8 mol.

1. STOIKIMETRI I
 Jawab: Jumlah atom Fe:

5
SOAL 3.2
 Berapa mol Magnesium yang terdapat dalam kumpulan
3,05 x 10 20 atom Mg ?

1. STOIKIMETRI I
 Jawab:

6
SOAL 3.3
 Berapa massa 6,12 mol Ca

1. STOIKIMETRI I
 Soal 3.4
 Berapa atom Na terdapat dalam 15,5 gram Na. Massa atom Na = 23 gram/mol

 Soal 3.5
 Berapa atom Fe terdapat dalam sebuah bola baja nirkarat
(SS) yang ber jari jari 2 mm. Baja nirkarat mengandung 85,6
% massa Fe. Rapat masa bola 7,75 gram/cm3..
7
 Soal 3.5
 Berapa atom Fe terdapat dalam sebuah bola baja nirkarat
(SS) yang ber jari jari 2 mm. Baja nirkarat mengandung 85,6
% massa Fe. Rapat masa bola 7,75 gram/cm3..

1. STOIKIMETRI I
 Hitung volume bola :
 Hitung massa bola dengan cara mengalikan volume dengan densitas
bola.
 Hitung masa Fe = 0,856 x massa bola.
 Hitung mol Fe dengan cara membagi massa Fe/massa molar Fe ;
massa molar Fe= 55,8 gram/mol.
 Hitung jumlah atom Fe dengan cara mengalikan mol Fe x bilangan
Avogadro.

8
3. SENYAWA KIMIA
 Senyawa kimia adalah zat yang tersusun oleh dua atau
lebih unsur unsur, sehingga merupakan kombinasi
lambang yang disebut rumus kimia.

1. STOIKIMETRI I
 Rumus kimia adalah lambang yang menyatakan: unsur
unsur yang terdapat dalam sebuah senyawa. Jumlah atom
relatif dari tiap unsur.
 Satuan Rumus adalah kumpulan atom atom terkecil di
mana rumus dapat terbentuk. Contoh molekul dalam
bentuk ion NaCl. Jumlah atom Na sama dengan atom Cl.
 Pada molekul air H2O jumlah atom H dua kali lipat atom

O. Pada molekul MgCl2 atom Cl dua kali lipat atom Mg.


9
PENGERTIAN MOLEKUL
 Molekul adalah sekumpulan atom-atom yang terikat dan
merupakan kesatuan serta mempunyai sifat sifat fisika
dan sifat kimia yang khas atau spesifik.

1. STOIKIMETRI I
 CCl4 adalah sebuah molekul, tetapi NaCl adalah

sekumpulan aton Na dan Cl yang berpasang pasangan


membentuk massa padat NaCl.

10
RUMUS EMPIRIS
 Contohnya adalah hidrogen peroksida H2O2
 Hidrogen peroksida dapat ditulis dengan HO

1. STOIKIMETRI I
 Sehingga molekul hidrogen peroksida terdiri dari dua
rumus empiris.

11
RUMUS SEDERHANA
 Rumus kimia yang didasarkan pada satuan rumus disebut
rumus sederhana atau rumus empiris.

1. STOIKIMETRI I
 Rumus yang didasarkan atas sebuah molekul yang
sebenarnya disebut rumus molekul.
 Rumus molekul dan rumus empiris bisa identik seperti
pada CCl4.
 Rumus moleklul dapat sebagai penggandaan rumus
empiris seperti pada molekul H2O2 adalah dua kali dari
rumus empiris (HO).
 Suatu senyawa dalam keadaan pada dapat memiliku
rumus molekul empiris seperti: NaCl; MgCl2 dll dan ada 12
juga yang tidak memiliki rumus molekul.
BOBOT RUMUS DAN MOLEKUL
 Bobot rumus dihitung setelah satuan rumus telah dikenali.
 Bobot rumus adalah masa dari satuan rumus relatif terhadap massa
yang ditentukan 12,00000 untuk atom karbon 12.

1. STOIKIMETRI I
 Karena bobot atom juga relatif terhadap bobot karbon 12, maka bobot
rumus dapat ditentukan dengan penjumlahan bobot atom atomnya.
 Untuk NaCl bobot rumus sama dengan bobot atom Na ditambah
dengan bobot atom Cl. = 22,9 +35,45 = 58,44 gram/mol.
 Untuk MgCl2 bobot rumus = 2xbobot atom Cl ditambah dengan bobot

atom Mg= (2x35,45)+24,3=95,2 gram/mol. Bobot rumus CCl4 = ?


 Bila molekul dari suatu senyawa terdiri dari dari satu atau lebih satuan
rumus, bobot molekul merupakan penggandaan dari bobot rumusnya.
Tetapi seperti molekul CCl4, bobot rumus sama dengan bobot molekul.

13
MOL SUATU SENYAWA
 Satu mol senyawa mempunyai bobot satu mol apabila
bobotnya sama dengan bobot rumus molekulnya.
Sebagai contoh:

1. STOIKIMETRI I
 Satu mol MgCl2 bobotnya = 95,20 gram dan jumlah

molekul MgCl2 dalam 1 mol MgCl2 = bilangan avogadro


= 6,0225x 1023
 Satu mol CCl4 bobotnya 153,8 gram dan jumlah molekul

CCl4 = 6,02205 x 1023

14
SOAL 3.6
 Berapa ion Cl- dalam 50 gram MgCl2
 Hitung mol MgCl2

1. STOIKIMETRI I
 Kalikan mol dengan bilangan avogadro untuk
mendapatkan molekul MgCl2
 Jumlah Ion Cl dua kali lipat mol MgCl2

15
SOAL 3.7
 Berapa liter cairan CCl4 (d=1,59 g/cm3 ) harus diambil
untuk memperolah 3,58 x 10 25 molekul CCl4

1. STOIKIMETRI I
16
SUSUNAN SENYAWA KIMIA
 Senyawa kimia disusun oleh sekumpulan atom atom
dengan rasio tertentu membentuk satu ikatan kimia
tertentu. Misalnya sebuah senyawa kimia glukosa

1. STOIKIMETRI I
dengan rumus molekul C6H12O6 bobot molekulnya 180
gram/mol. Dalam setiap mol glukosa terdapat 6 molekul
C, 12 molekul H dan 6 molekul O. Maka 1 mol glukosa
= 6 mol C + 12 molekul H + 6 molekul O,
 Atom atom yang ada dalah suatu senyawa kimia tidak
ada yang dalam bentuk bebas tetapi dalam bentuk ikatan
kimia. Ikata kimia akan dijelaskan dalam bab
selanjutnya.
17
SOAL 3.8
 Berapa banyaknya atom H yang terdapat dalam 75,0
gram DDT (C14H9Cl5)

1. STOIKIMETRI I
 Berapa perbandingan massa dari Cl terhadap C dalam
senyawa DDT). Rumus molekul DDT adalah: C14H9Cl5

18
SOAL 3.9
 Berapa persen berat masing masing atom di dalam DDT?

1. STOIKIMETRI I
19
MENENTUKAN RUMUS EMPIRIS DARI
HASIL PENELITIAN
 Soal 3.10.
 Senyawa metil benzoat yang digunakan dalam industri

1. STOIKIMETRI I
oarfum, mengandung 70,58 % berat C, 5,93 % H dan 23,
49 % O (% berat). Berdasarkan percobaan, bobot
molekulnya adalah 136 gram/mol. Bagaimana rumus
empiris dan rumus molekul benzoat?

20
SOAL 3.11
 Bagaimana rumus empiris suatu senyawa yang
mengandung 59,53 % C, 5,38 % H dan 10, 68 % N dan
24,40 % O (% berat).

1. STOIKIMETRI I
21
ANALISIS PENGABUAN
 Bagaimana cara menentukan persen atom dalam suatu
senyawa melalui percobaan ? Kadang kadang analisis
dapat dilakukan dengan analisis pengabuan. Senyawa

1. STOIKIMETRI I
ditimbang dipanaskan di dalam suatu tanur yang dialiri
dengan oksigen. Air dan gas karbon dioksida yang
terbentuk dari hasil reaksi oksidasi diserap dengan
menggunakan senyawa tertentu sehingga jumlahnya bisa
ditentukan. Peningkatan massa senyawa penyerap
sebanding dengan massa air dan karbondioksida yang
dihasilkan dari tanur.

22
A : Oksigen; B. Tempat sampel berisi bahan organik; C. Tanur
(Furnace); D: Penyerap air (Magnesium perklorat) dan E
(penyerap CO2 (NaOH) menghasilkan natrim karbonat.
C
D E

A B

1. STOIKIMETRI I
Gambar proses pengabuan

Proses pengabuan hanya untuk menentukan rumus empiris senyawa organik dengan
asumsi semua atom karbon akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan semua atom
H akan berikatan dengan oskigen menghasilkan air (H2O). Gas pengoksidasi atau
oskidator menggunaan oksigen yang kecepatannya diukur sehingga jumlah oksigen
yang dimasukkan dari luat furnace dapat diketahui. Pertambahan berat Magnesium
perklorat dicatat untuk mendapatkan jumlah (H2O) yang dihasilkan dari pembakan
sampel. Begitu juga pertambahan NaOH diukur untuk menentukan jumlah CO2 yang
dihasilkan.
23
 Apabila rumus empiris senyawa organik (sampel) yang
dibakar adalah: CxHyOz maka dengan proses pengabuan
x,y dan z dapat dihitung.

1. STOIKIMETRI I
 Reaksi oksidasi senyawa organik dengan menganggap
bahwa pembakaran sempurna atau semua atom karbon
membentuk karbon dioksidadan semua dan atom H dan
O membentuk senyawa air.
 CxHyOz +O2 CO2 +H2O

24
SOAL 3.12
 Pembakaran 0,2 gram sampel senyawa organik yang
tersusun dari atom C, H dan O dalam vitamin C (suatu
zat yang dapat mencegah selesma) menghasilkan 0,2998

1. STOIKIMETRI I
gram CO2
dan 0,018 gram H2O
Bagaimana rumus empiris vitamin C.
Tentukan % berat C, H dan O.

25
JAWABAN
 Hitung mol CO2
 Mol CO2 = mol C
Hitung massa C

1. STOIKIMETRI I

 Hitung mol H2O

 Hitung massa H
 Dari uraian diatas didapatkan mol H dan C. Karena dalam sampel hanya ada
H,C dan O, maka massa O adalah massa sampel dikurangi dengan massa C
dan H.
 Hitung mol O

 Rumus empiris senyawa dapat ditentukan:

 Dari hasil perhitungan didapatkan perbandingan mol C, H dan O dalam


senyawa: C=0,006812; H=0,00909 dan O=0,006812.
 Untuk menentukan rumus molekul bagian dengan bilangan terkecil maka
akan didapatkan senyawa: atau CH1,33O kalikan 3 sehingga menjadi C3H4O3 26
MENGHITUNG % BERAT ATOM DALAM
SAMPEL
 Massa C/massa sampel = 40,90 % massa
 Massa H/massa sampel =4,58 % massa

1. STOIKIMETRI I
 Massa O/massa sampel = 54,52 % massa.

27
ANALISA PENGENDAPAN
 Proses pengabuan dapat digunakan untuk menentukan
rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa yang
hanya terdiri dari atom atom C, H, N dan O atau senyawa

1. STOIKIMETRI I
organik. Senyawa organik akan terurai pada suhu diantara
400 sampai dengan 500 C sehingga kalau sampel organik
dipanaskan semua komponen akan menjadi gas.
 Penentuan rumus empiris dapat dilakukan dengan
menyerap gas yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran.
 Untuk senyawa anorganik, proses pengabuan tidak dapat
untuk menentukian rumus empiris karena komponen
anorganik tidak dapat terurai pada suhu dibawah 1000 oC.
28
METODE PENGENDAPAN
 Penentuan Sn dalam kuningan.
 Cu, Zn,Sn, Pb dan Fe dilarutkan ke dalam HNO3 maka

1. STOIKIMETRI I
ada sebagian unsur yang terlarut di dalam HNO3 manjadi
ion (Cu 2+ , Zn 2+, Pb 2+ dan Fe 3+
 Sebagian lagi tidak larut (mengendap) yaitu Sn dalam
bentuk oksida SnO2
 Untuk memisahkan yang larut dan endapan disaring,
SnO2 dicuci, dikeringkan dan dipanaskan sampai berat
kosntan.

29
SOAL 3.13
 Sebuah contoh kuningan 2,568 gram bila diperlakukan
dengan prosedur pengendapan menghasilkan 0,1330
gram SnO2 murni. Berapa % Sn dalam contoh

1. STOIKIMETRI I
kuningan?
 Hitung mol SnO2

 Hitung mol Sn
 Hitung berat Sn

 Hitung % Sn didapatkan % massa Sn dalam contoh =


4,08 %.

30
PENENTUAN BOBOT MOLEKUL UNSUR
X DALAM XCL
 Dengan cara pengendapan didapatkan 0,6454 g Cl yang
ada dalam 0,7718 contoh senyawa XCl. Berapa bobot
atom unsur X?

1. STOIKIMETRI I
 Jawaban 6,945

31
SOAL 3.15

 Berapa persen klor dalam sampel yang beratnya 0,5250


gram dalam senyawa XCl2

1. STOIKIMETRI I
 diendapkan dalam bentuk senyawa AgCl. Berat AgCl
0,5070 gram. Berat bobot atom X?
 Jumlah Cl dalam AgCl = bobot ato Cl/bobot molekul
AgCl dkalikan dengan bobot AgCl = 0,1254 gram Cl.
 Massa X dalam contoh = massa contoh dikurangi dengan
massa Cl = 0,3996 gram.
 Mol Cl = 0,1254/35,453 = 3,537 10-3 mol

 Mol X = ½ mol Cl massanya = 0,3996 gram

 Bobot X= massa X/mol X = 226,0 gram X/mol X. 32


1. STOIKIMETRI I
33
MASSA MOLAR
 Masa setiap 1 mol unsur atau molekul disebut Massa molar.
 Massa molar dapat diperoleh dari sistem berkala.

1. STOIKIMETRI I
34
1. STOIKIMETRI I
35
1. STOIKIMETRI I
36
LOGAM DAN BUKAN LOGAM
PENGANTAR KE TABEL BERKALA

 Unsur unsur dapat dikelompokkan pada dua kelompok besar yaitu


logam dan bukan logam. Semua logam pada kondisi normal adalah
padat kecuali Hg (raksa).
 Sifat logam dapat menghantar listrik. Dapat dibentuk.

1. STOIKIMETRI I
 Sifat unsur bukan logam tidak dapat menghantar listrik dan tidak
dapat dibentuk.
 Sifat kimia logam cebderung dengan mudah melepaskan elektron
pada kulit terluar bila berikatan dengan unsur bukan logam. Dengan
demikian logam membentuk ion bermuatan positif
 Unsur unsur bukan logam cenderung menarik elektron apabila
berikatan dengan unsur logam. Unsur bukan logam membentuk ion
bermuatan negatif.
 Jenis ikatan antara logam dan bukan logam adalah ikatan ion.

37
GOLONGAN DALAM TABEL BERKALA
 Ikatan antara unsur bukan logam dan unsur bukan logam adalah
ikatan kovalen (pemakaian elektron bersama untuk membentuk
struktur oktet (8 elektron atau 2).
 Lihat tabel berkala (sebutkan unsur unsur logam dan bukan

1. STOIKIMETRI I
logam).
 Unsur unsur yang sifatnya mirip di susun dalam arah vertikan
dalam satu golongan.
 Misalnya Golongan I A adalah golongan logam alkali kecualai H.
 Golongan II A adalah logam alkali tanah.
 Golongan VII A adalah bukan logam (halogen)
 Golongan VI Aadalah golongan kalkogen (oksigen)
 Golongan V A adalah golongan Nitrogen.

38
TINGKAT OKSIDASI
 Tingkat oksidasi atau bilangan oksidasi adalah banyaknya elektron pada
suatu atom yang terlibat dalam suatu pembentukan ikatan kimia .
 Contoh pada NaCl: Bilangan oksidasi Na adalah (1 ) dan Cl (-1).
 Bilangan oksidasi atom yang berbentuk ion sama dengan muatan ion.
 Dalam MgCl2 atom Mg melepaskan 2 elektron pada kulit terluarnya

1. STOIKIMETRI I
membentuk ion positif 2. Karena dalam satu molekul netral muatannya
sama dengan nol, maka 2 atom Cl muatannya -2 dan setiap atom Cl
muatannya -1. Dikatakan bilangan oksidasi unsur Mg dalam molekul MgCl2
adalah +2.
 Kesimpulan: Dalam suatu molekul netral jumlah tingkat oksidasi atom atom
penyusunnya sama dengan nol.
 Pada senyawa H2O bila tingkat oksidasi H sama dengan +1 maka tingkat
oksidasi O sama dengan -2. Pada molekul Cl2 agar molekul netral atau
muatannya sama dengan 0 maka bilangan oksidasi Cl adalah 0. Bilangan
oksidasi atom dalam unsur bebas adalah nol.

39
PERJANJIAN UNTUK MENENTUKAN TINGKAT OKSIDASI

 Tingkat oksidasi sebuah atom dalam unsur bebas (tidak terikat) adalah nol.
 Jumlah tingkat oksidasi semua atom dalam sebuah molekul atau satuan
rumus molekul adalah nol.

1. STOIKIMETRI I
 Untuk ion jumlahnya sama dengan muatan ion itu. Baik besar maupun
tandanya. Tanpa memperdulikan apakah ion itu terdiri dari atom tunggal
atau poliatomik.
 Dalam senyawanya logam logam alkali golongan IA dalam tabel berkala
yaitu Li, Na, K , Rb, Cs, Fr) mempunyai tingkat oksidasi +1 dan logam
logam alkali tanah +2.
 Dalam senyawanya tingkat oksidasi H adalah +1. Fluor -1.
 Dalam senyawanya Oksigen tingkat oksidasinya _2.
 Dalam senyawa binernya dengan logam, unsur unsur gioongan VII A
mempunyai tingkat oksidasi -1. Golongan VI A -2 dan golongan V A -3
misalnya (KI adalah senyawa biner).
40
SOAL 3.16
 Berapa tingkat oksidasi atom yang bergaris bawah:
 (a) P4; (b) Al2O3; (c) MnO4-1; (d) NaH; (e) H2O2; (f) KO2; (g) Fe3O4
 Jawab: (a). Tingkat oksidasi unsur bebas = 0.
 (b). Jumlah bilangan oksidasi dalam sebuah molekul netral adalah 0. (aturan
2). Tingkat oksidasi O adalah -2. Untuk 3O = -6. Agar jumlah bilangan

1. STOIKIMETRI I
oksidasi sama dengan 0 maka tingkat oksidasi 2 Al= +6 dan 1 Al = +3.
 (c) MnO4-1 Jumlah bilangan oksidasi dalam ion tersebut harus -1. (aturan
2). Jumlah bilangan oksidasi 4O = -8. Jadi bilangan oksidasi Mn = +7.
 (d). NaH: Aturan 3 bahwa Na adalah unsur logam golongan I A mempunyai
tingkat oksidasi +1 sehingga seharusnya bilangan oksidasi H adalah -1 agar
jumlah bilangan oksidasi molekul NaH = 0. Tetapi untuk H bilangan
oksidasinya = +1. Kalau dijumlahkan bukan 0 tetapi +2 (menyalahi aturan
2). Yang benar bilangan oksidasi H = -1. Agar tidak menyalahi aturan yang
mendahului yaitu aturan 2 dan 3.
 Kesimpulan aturan yang mendahului mempunyai tingkat kebenaran lebih
tinggi dari aturan berikutnya.
41
 (e) H2O2 : bilangan oksidasi H = +1 (aturan 4) dan
aturan 5 bilangan oksidasi O = -2. Yang dibenarkan
adalah aturan 4 sehingga bilangan oksidasi O dalam
hidrogen peroksida adalah = -1.
 (f) KO2 : Bilangan oksidasi K = +1 (Aturan 3.

1. STOIKIMETRI I
Mendahului aturan 5, maka bilangan oksidasi O dalam
KO2 -1/2.
 (g) Fe3O4 Jumlah bilangan oksidasi 4 atom O adalah -8.
Untuk 3 atom Fe jumlahnya +8, maka bilangan oksidasi
tiap atom Fe adalah +2 2/3.
 Dua atom Fe = 6 dan atom Fe ketiga =+2 sehingga kalau
di rata rata = +2 2/3

42
PENAMAAN SISTEMATIKA SENYAWA SENYAWA
ANORGANIK

 Senyawa organik adalah senyawa kimia yang tersusun dari atom C, H,O, N
sedikit P, S.
 Senyawa Anorganik terdiri dari logam, logam yang berikatan dengan unsur

1. STOIKIMETRI I
unsur non logam.
 Contoh senyawa ion biner seperti NaCl, Mg Cl2
 Walaupun dalam bentuk ion, secara keseluruhan senyawa anorganik bersifat
netral (tidak bermuatan).
 Ion positif dan ion negatif dalam satu senyawa jumlahnya harus 0.
 Satu jenis logam dapat bermuatan lebih dari satu misalnya Fe ada Fero
adalah Fe dengan bilangan oksidasi 2 dan Feri adalah Fe dengan bilangan
oksidasi 3.
 Dalam penamaan sistem Stock bilangan oksidasi unsur ditulis dengan huruf
Romawi. Misalnya Fero adalah Fe (II) dan Feri adalah Fe (III). Jenis unsur
lainnya dapat dilihat pada tabel :
43
PENAMAAN SISTEM STOCK
 Dengan sistem Stock kita menyebut NaCl adalah Natrium
(I) klorida.
 MgCl2 adalah Magnesium (II) klorida.

1. STOIKIMETRI I
 Nama nama tersebut tidak umum digunakan karena logam
logam golongan IA dan IIA hanya mempunyai bentuk satu
ion.
 Beberapa logam yang termasuk ke dalam golongan logam
transisi (lihat tabel berkala logam apa saja yang termasuk
logam tramsisi) mempunyai beberapa bentuk ion yang
dinyatakan dalam tingkat oksidasi.
 Pada tingkat oksidasi yang lebih rendah misalnya logam Cr
(II) disebut kromo, Cr (III) disebut Kromi
44
PENAMAAN STOCK DAN NAMA LAMA
ION LOGAM TRANSISI

1. STOIKIMETRI I
45
1. STOIKIMETRI I
46
PENAMAAN SENYAWA KOVALEN BINER
 Metode dasar penamaan senyawa kovalen biner sama
dengan senyawa ion.
 Contoh HCl adalah Hidrogen klorida.

 Untuk senyawa kovalen biner, yang ditulis pertama kali

1. STOIKIMETRI I
adalah unsur yang mempunyai tingkat oksidasi positif
seperti pada HCl, H ditulis didepan Cl dibelakang.
(Sebutkan contoh senyawa kovalen biner lainnya).
 Pasangan senyawa kovalen biner bukan logam dapat
membentuk lebih dari satu senyawa biner tunggal.
Misalnya BCl3 disebut Boron triklorida, CCl4 disebut
Karbon tetraklorida. (Lihat tabel).

47
 Awalan menunjukkan hubungan antara nama dan rumus
dengan tepat contohnya: B2Br4 disebut diboron tetra

1. STOIKIMETRI I
bromida atau nama Stock : Boron (II) bromida.
 Nama nama pasangan senyawa kovalen biner yang
umum digunakan: CO disebut karbon monoksida, NO
disebut Nitrogen oksida bukan mono Nitrogen
monoksida. NH3 ammonia N2O : Nitrit oksida.

48
ASAM ASAM BINER

1. STOIKIMETRI I
49
PENAMAAN SENYAWA KOVALEN BINER

 Metode dasar untuk penamaan senyawa kovalen biner adalah sama


dengan yang dilakukan pada senyawa ion.
 HCl : Hidrogen klorida.

1. STOIKIMETRI I
 H2O : Hidrogen oksida (air).
 Yang kita tulis adalah unsur dengan tingkat oksidasi positif contoh
HCl bukan ClH.
 Beberapa pasang unsur bukan logam membentuk lebih dari satu
senyawa biner tunggal.
 Walaupun sistem Stock dapat untuk tujuan ini, tetapi jarang
digunakan: Contohnya SO3 : Belerang trioksida atau belerang (VI)
oksida
 Mono =1; di =2; tri=3; tetra =4; penta=5; heksa=6
 Penamaan senyawa kovalen biner dapat dilihat pada tabel: 50
1. STOIKIMETRI I
51
ASAM ASAM BINER

 Segolongan senyawa kovalen biner adalah zat yang mengandung


hidrogen yang dalam keadaan tertentu dapat diperoleh io9n
hidrogen dari senyawa senyawa tersebut. Senyawa itu disebut asam
bila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan ion hidrogen.

1. STOIKIMETRI I
 Contognya HCl apabila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan
ion hidrogen dan ion Cl.
 NH3 dalam air bukanlah asam karena akan membentuk NH4OH.
 Penamaan asam biner dengan menggabungkan awalan hidro dan
nama bukan logam yang termodofikasi dengan akhiran “at”:

52
 HF: Asam hidrofluorat (asam fluorida).
 HCL : Asam hidroklorat (asam klorida).

1. STOIKIMETRI I
 HBr: Asam hidrobromat (asam bromida).

 HI : Asam hidroiodat (asam iodida).

 H2S : Asam hidrosulfurat (Asam sulfida).

53
ION ION POLIATOMIK
 Ion poliatomik contohnya NH4+ (ion ammonium);
CH3COO- ion asetat, karbonat (lihat tabel).

1. STOIKIMETRI I
54
1. STOIKIMETRI I
55
KESIMPULAM IOM POLIATOMIK
 Apabila kita lihat tabel diatas dapat disimpulkan anion
poliatomik lebih banyak dibandingkan dengan kation
poliatomik. Kation poliatomik yang umum dijumpai
adalah kation ammonium.

1. STOIKIMETRI I
 Hanya sedikit anion poliatomik yang mempunyai nama
berakhiran –ida- hanya anion hidroksida OH- lebih
banyak yang berkahiran “it” dan “at” dan beberapa lagi
berawalan “hipo” dan “per”
 Unsur yang sering terdapat dalam anion poliatomik
adalah oksigen . Oksigen yang terikat dengan atom lain
bukan logan disebut ion oksonium.

56
DERET OKSONIUM
 Unsur unsur bukan logam seperti Cl, N, P dan S membentuk deret
oksoanion yang mengandung atom oksigen berbeda beda.
 Nama namanya sesuai dengan bilangan oksidasi atom bukan logam yang
mengikat oksigen:
 Hipo-------it; --------it’ -------at; per---------at (lihat tabel).

1. STOIKIMETRI I
 Semua oksoanion Cl yang umum dijumpai bilangan oksidasi -1; S : -2.
 Beberapa deret oksonium mengandung atom H yang berbeda beda dan
diberi nama menurut jumlah atomH
 . HPO4-2 anion hidrogen fosfat dan H2PO4-1
Disebut anion dihidrogen fosfat.
 Awalan “tio” menyetakan bahwa sebuah atom belerang telah
menggantikan sebuah atom oksigen (ion sulfat mempunyai satu atom S
dan 4 atom O: tiosulfat mempunyai dua atom S dan tiga atom K).

57
ASAM ASAM OKSO
 Asam biner mengandung hidrogen dan satu unsur bukan
logam tunggal. Kebanyakan asam adalah senyawa yang
mengandung tiga unsur berbeda (senyawa terner). Yaitu
unsur hidrogen, oksigen dan unsur bukan logam. Senyawa

1. STOIKIMETRI I
ini disebut asam okso.
 Asam okso juga dapat disebut sebagai hasil penggabungan
ion-ion hidrogen dan oksoanion.
 Untuk tiap deret oksoanion terdapat sebuah deret asam
okso.
 Penamaan asam okso sama dengan yang dinyatakan pada
persamaan (3.2):
 Untuk lebih jelasnya lihat tabel:
58
1. STOIKIMETRI I
59
GARAM
 Apabila satu ion hidrogen diganti dengan logam maka
senyawa berubah menjadi garam.

1. STOIKIMETRI I
 Kita bisa menyimpulkan bahwa garam terbentuk dari
asam yang kehilangan satu atom H diganti dengan
logam.

60
1. STOIKIMETRI I
61
CONTOH 3.17.
PENJELASAN SISTEM BERKALA
 Ahli kimia mengklasifikasikan jutaan zat ke dalam unsur, senyawa, dan
campuran. Pada awalnya unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kemiripan
sifat. Selanjutnya, seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang
dilakukan oleh para ahli maka unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan
kemiripan sifat dan kenaikan massa atom.

1. STOIKIMETRI I
 Pengertian Sistem Periodik Unsur
 Sistem periodik memperlihatkan pengelompokkan atau susunan unsur-unsur
dengan tujuan mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat berbagai unsur
yang berubah secara periodik.
 Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur
 Usaha-usaha untuk mengelompokkan unsur-unsur telah dimulai sejak para
ahli menemukan semakin banyaknya unsur di alam. Pengelompokkan unsur-
unsur ini dimaksudkan agar unsur-unsur tersebut mudah dipelajari. Beberapa
ahli mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan penelitian yang
dilakukan.
62
1)      TRIADE DOBEREINER

 Pada tahun 1829, Johann Dobereiner mengelompokkan unsure


berdasarkan kemiripan sifat ke dalam tiga kelompok yang
disebut triade. Dalam triade, sifat unsur kedua merupakan sifat

1. STOIKIMETRI I
antara unsur pertama dan unsur ketiga. Contohnya: suatu triade Li-
Na-K terdiri dari Lithium (Li), Natrium (Na), Kalium (K) yang
mempunyai kemiripan sifat. Dia juga menemukan bahwa massa
atom unsur kedua adalah rata-rata massa atom unsur pertama dan
unsur ketiga. Tabel pengelompokkan unsur dapat dilihat pada Tabel
1. Contohnya: massa atom unsur Na adalah rata-rata massa atom
unsur Li dan massa atom unsur K.
 Contoh triade yang lain adalah triade Ca-Sr-Ba, triade Cl-Br-I.

63
2)      HUKUM OKTAF NEWLANDS

 Pada tahun 1865, John Newlands mengklasifikasikan


unsur berdasarkan kenaikan massa atomnya. Newlands
mengamati ada pengulangan secara teratur keperiodikan

1. STOIKIMETRI I
sifat unsur. Unsur ke-8 mempunyai sifat mirip dengan
unsur ke-1. Begitu juga unsur ke-9 mirip sifatnya dengan
unsur ke-2, dan seterusnya. Karena kecenderungan
pengulangan selalu terjadi pada sekumpulan 8 unsur
(seperti yang telah dijelaskan) maka sistem tersebut
disebut Hukum Oktaf.

64
3)      SISTEM PERIODIK MENDELEEV
 Sesuai dengan kegemarannya yaitu bermain kartu, ahli kimia dari Rusia,
Dimitri Ivanovich Mendeleev (1869) mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang unsur, kemudian ia menulis pada kartu-
kartu. Kartu-kartu unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan massa
atom dan kemiripan sifat. Kartu-kartu unsur yang sifatnya mirip terletak

1. STOIKIMETRI I
pada kolom yang sama yang kemudian disebut golongan. Sedangkan
pengulangan sifat menghasilkan baris yang disebut periode. Alternatif
pengelompokkan unsur-unsur lebih ditekankan pada sifat-sifat unsur
tersebut daripada kenaikan massa atom relatifnya, sehingga ada tempat-
tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat kosong inilah
yang oleh Mendeleev diduga akan diisi oleh unsur-unsur dengan sifat-
sifat yang mirip tetapi pada waktu itu unsur tersebut belum ditemukan.
 Tabel 3. Tabel Sistem Periodik Mendeleev

65
 Jumlah periode dalam sistem periodik ada 7 dan diberi tanda dengan
angka:
 Periode 1 disebut sebagai periode sangat pendek dan berisi 2 unsur.
 Periode 2 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur.
 Periode 3 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur.
 Periode 4 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur.

1. STOIKIMETRI I
 Periode 5 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur.
 Periode 6 disebut sebagai periode sangat panjang dan berisi 32 unsur,
pada periode ini terdapat unsur Lantanida yaitu unsur nomor 58 sampai
nomor 71.
 Periode 7 disebut sebagai periode belum lengkap karena mungkin akan
bertambah lagi jumlah unsur yang menempatinya, sampai saat ini berisi
24 unsur. Pada periode ini terdapat deretan unsur yang disebut Aktinida,
yaitu unsur bernomor 90 sampai nomor 103.

66
PERIODE DAN GOLONGAN DALAM SPU MODERN

 1). Periode
 * Adalah lajur-lajur horizontal pada tabel periodik.
* SPU Modern terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan

1. STOIKIMETRI I
jumlah/banyaknya kulit atom unsur-unsur yang menempati periode-
periode tersebut.
 Nomor Periode = Jumlah Kulit Atom
 Jadi :
 * Unsur-unsur yang memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada
periode 1 (baris 1), unsur-unsur yang memiliki 2 kulit (kulit K dan
L) terletak pada periode ke-2 dst.

67
 Contoh :
 9F : 2 , 7 periode ke-2
 12Mg : 2 , 8 , 2 periode ke-3
 31Ga : 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4
 Catatan :

1. STOIKIMETRI I
 a) Periode 1, 2 dan 3 disebut periode pendek karena berisi relatif
sedikit unsur.
 b) Periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.
 c) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena belum sampai ke
golongan VIII A.
 d) Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor
atomnya, Anda hanya perlu mengetahui nomor atom unsur yang
memulai setiap periode.

68
2). GOLONGAN

 * Sistem periodik terdiri atas 18 kolom vertikal yang terbagi menjadi 8 golongan
utama (golongan A) dan 8 golongan transisi (golongan B).
* Unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi sama ditempatkan pada golongan
yang sama.

1. STOIKIMETRI I
* Untuk unsur-unsur golongan A sesuai dengan letaknya dalam sistem periodik :
 Nomor Golongan = Jumlah Elektron Valensi
 * Unsur-unsur golongan A mempunyai nama lain yaitu :
 1. Golongan IA = golongan Alkali
2. Golongan IIA = golongan Alkali Tanah
3. Golongan IIIA = golongan Boron
4. Golongan IVA = golongan Karbon
5. Golongan VA = golongan Nitrogen
6. Golongan VIA = golongan Oksigen
7. Golongan VIIA = golongan Halida / Halogen
8. Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia

69
SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR
Meliputi :
 1). Jari-Jari Atom
 * Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.

1. STOIKIMETRI I
* Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.
* Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah
kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya.
 Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.
 * Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang berarti
semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap.
Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar pula, sehingga
menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.
 Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya semakin kecil.

70
2). ENERGI IONISASI

 ü Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk
melepaskan satu elektron membentuk ion bermuatan +1.
 ü Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi

1. STOIKIMETRI I
yang lebih besar (disebut energi ionisasi kedua), dst.
 EI 1< EI 2 < EI 3 dst
 ü Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom
bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Akibatnya
elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan.
 ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom
semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat.
Akibatnya elektron terluar semakin sulit untuk dilepaskan.

71
3). AFINITAS ELEKTRON

 * Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam bentuk gas
apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif.
* Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah atom tersebut

1. STOIKIMETRI I
menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula unsurnya.
* Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi.
* Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil.
* Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar.
* Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan
IIA dan VIIIA.
* Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.

72
4). KEELEKTRONEGATIFAN

 * Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu
senyawa (dalam ikatannya).
* Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara 0,7

1. STOIKIMETRI I
(keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).
* Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar, cenderung menerima
elektron dan akan membentuk ion negatif.
* Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan
elektron dan akan membentuk ion positif.
* Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan semakin kecil.
* Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin besar.

73
 Kelebihan sistem periodik Mendeleev adalah dapat meramalkan sifat unsur yang
belum ditemukan pada saat itu dan telah mempunyai tempat yang kosong,
penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun 1890–1900 tidak menyebabkan
perubahan susunan sistem periodik Mendeleev, sedangkan kekurangannya yaitu

1. STOIKIMETRI I
adanya penempatan unsur yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom.
Contoh: 127I dan 128Te. Karena sifatnya, Mendeleev terpaksa menempatkan Te lebih
dulu daripada I.
 4)      Sistem Periodik Modern
 Pada tahun 1914, Henry G. Moseley menemukan bahwa urutan unsur-unsur dalam
sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Sistem periodik unsur
modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Moseley
berhasil menemukan kesalahan dalam tabel periodik Mendeleev, yaitu ada unsur yang
terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin yang tidak sesuai dengan kenaikan
massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atom. Sistem periodik
modern bisa dikatakan sebagai penyempurnaan sistem periodik Mendeleev. Tabel
Moseley atau yang dikenal dengan istilah Tabel Sistem Periodik Modern dapat dilihat
pada Tabel 4.
74
1. STOIKIMETRI I
75
1. STOIKIMETRI I
76

Anda mungkin juga menyukai