MUHAMMADIYAH
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
1. FaktorSubjektif
Bersifat subjek ialah pelakunya sendiri, dan ini merupakan factor sentral.
Artinya kalau mau mendirikan Muhammadiyah maka harus dimulai dari
orangnya sendiri. Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan
dengan K.H. Ahmad Dahlan, tokoh controversial pada zamannya.
Dengan pemahaman agama Islam yang mendalam, maka semua ilmu
agama yang selama ini diperoleh baik di Indonesia maupun di Mekah,
maka beliau menyebarkan ilmunya itu melalui persyarikatan
Muhammadiyah yang didirikannyan itu. Paham dan keyakinan agama
K.H. Ahmad Dahlan yang dilengkapi dengan penghayatan dan
pengamalan agamanya, inilah yang membentuk K.H. Ahmad Dahlan
sebagai subjek yang mendirikan amal jariah Muhammadiyah
2. Faktor Objektif
Faktor objektif yang dimaksud adalah keadaan dan kenyataan yang
berkembang saat itu. Apa yang ada dalam pikiran K.H. Ahmad Dahlan
merupakan kesadarannya, dinyatakan, disulut dengan api yang ada di dalam
masyarakat. Faktor objektif ini dibagi dalam dua bagian yakni intern
umatIslam,daneksternumatIslam.
3. Faktor intern
Faktor Intern di kalangan ummat Islam adalah kenyataan bahwa ajaran
agama Islam yang masuk ke Indonesia, kemudian menjadi agama umat
Islam, ternyata sebagai akibat perkembangan agama Islam pada umumnya,
sudah tidak utuh dan tidak murni lagi. Tidak murni artinya tidak diambil dari
sumber yang sebenarnya. Hanya bagian-bagian tertentu yang difahami,
dipelajari, kemudian diamalkan. Kalau ajara sudah tidak murni, tidak diambil
dari sumbernya yang asli, sudah dicampur dengan ajaran-ajaran yang lain,
maka ketika Islam dipahami dan dilaksanakan seperti itu, maka sudah tidak
tidak bisa memberikan manfaat yang dijanjikan oleh Islam terhadap
pemeluknya. Faktor objektif yang seperti itulah, K.H. Ahamad Dahlan segera
mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Untuk dijadikan sarana
memperbaiki agama dan umat Islam Indonesia.
4. Faktor objektif ekstern
Pemerintah Hindia Belanda merupakan keadaan objektif ekstern umat
Islam pertama yang melatar belakangi berdirinya persyarikatan
Muhammadiyah. Pemerintah Hindia Belanda memegang kekuasaan
yang menentukan segala-galanya. Agama pemerintah Belanda menurut
resminya adalah Protestan, dengan demikian sudah tidak menghendaki
agama Islam. Demi kelangsungan kekuasaannya di Indonesia,
pemerintah penjajah Hindia Belanda berpendirian bahwa ajaran agama
Islam yang utuh dan murni tidak boleh hidup dan tidak boleh
berkembang di tanah jajahan. Maka ajaran agama Islam yang tidak utuh
dan tidak murni itulah yang dikehendaki pemerintah Hindia
Belanda.Belanda mempunyai keyakinan, kalau umat Islam di tanah
jajahan bisa memahami Islam yang sebenarnya, meyakini agama Islam
berdasarkan pahamnya yang benar, kemudian bisa melaksanakan ajaran
Islam yang benar, maka pemerintah penjajah Belanda tidak akan bisa
bertahan. Usaha mereka adalah menjauhkan umat Islam dari Al-Qur’an,
menjauhkan dari As-Sunnah,, menjauhkan dari kesanggupan memahami
Islam yang sebenarnya dan mampu menggunakan akal pikiran serta akal
budinya untuk memahami Islam.
5. Faktor objektif diluar umat Islam lainnya
Dari angkatan muda (antek-antek Belanda) yang sudah mendapat
pendidikan Barat, lalu mengadakan gerakan-gerakan untuk memusuhi
apa yang menjadi maksud gerakan Muhammadiyah
Maksud dan Tujuan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah
TERIMAH KASIH