Anda di halaman 1dari 115

Komunikasi Pendukung

BIAN – Bulan Imunisasi


Anak Nasional
•Risang Rimbatmaja | C4D – UNICEF
•Revisi: 9 Mei 2022
Apa yang akan kita hadapi?
Sebagian orang
tua menolak
anaknya
diimunisasi,
teristimewa
imunisasi ganda.
Jangan patah semangat
Menurut survei,
kelompok terbesar
biasanya adalah yang
ragu-ragu. Bukan yang
menolak harga mati.
Yang penting
Jangan senggol atau
mengarahkan orang
tua yang tadinya ragu-
ragu menjadi tidak
mau fixed.
Contoh dialog: “Menyenggol” orang
sehingga menolak vaksinasi
Orang tua : “Bu Guru, anak saya tidak usah divaksin, ya.”

Guru : “Jangan begitu dong, Bu Dita. Kan, buat kesehatan anak.”


Orang tua : “Ga apa-apa, ga usah saja, Bu Guru.”

Guru : “Eh, kalau ga mau, Bu Dita harus isi formular, lho.” Kom
u
min nikasi
Orang tua : “Ga apa-apa. Saya isi formulirnya.” ima
lis
Orang tua pun isi formulir tidak mengijinkan anaknya divaksinasi.
Kembali ke sini. Bagaimana intervensi
komunikasi untuk mengatasinya?
Sebagian orang tua
menolak anaknya
diimunisasi,
teristimewa imunisasi
ganda.
1. Pahami masalah
komunikasi
2. Desain intervensi
3. Kuatkan keterampilan
komunikator
• Enforcement dengan
aturan, hukuman.
Pengingat
• Imunisasi sebagai
syarat sekolah
Bedakan komunikasi
• Imunisasi syarat
kelulusan
dengan intervensi lain

3Es
• Engineering dengan
pembatasan
lingkungan
• Masuk gedung pakai
aplikasi tertentu
(imunisasi sebagai
syarat) Bila tidak dilengkapi dengan edukasi,
enforcement bisa melahirkan perilaku
formalitas (melakukan hanya karena
• Education untuk membangun ada pengawasan/ hukuman) bukan
pemahaman, sikap dan karena pemahaman dan sikap positif
penerimaan
• Kunjungan rumah, edukasi
kelompok, dll.
• Komunikasi di sini
Pertama, pahami
dulu masalah
komunikasinya
(faktor yang
menghambat
perilaku, yang
dapat Sejumlah riset menyimpulkan sejumlah masalah
komunikasi sbb:
diintervensi 1. Kekhawatiran orang tua akan perceived KIPI
dengan kegiatan 2. Orang tua memandang imunisasi tak penting
3. Pandangan orang tua imunisasi tidak halal
komunikasi) 4. Nakes kurang percaya diri mengajak imunisasi (ganda)
1. Perceived KIPI versus KIPI
• Perceived KIPI adalah Kejadian Ikutan
PascaImunisasi yang dipersepsikan orang tua.
Contohnya: Imunisasi bisa membuat anak
sakit, lumpuh, sulit hamil, sampai meninggal.
• Perceived KIPI tentu berbeda dengan KIPI
versi medis
• Yang menghambat perilaku orang adalah
perceived KIPI bukan KIPI versi medis yang
umumnya mengacu pada gejala ringan.
• Perceived KIPI terkait dengan hoaks,
pengalaman orang lain, berita negatif, atau
pemikirannya sendiri
2. “Orang dulu ga diimunisasi, ga apa-apa.”
• Imunisasi dipandang tidak penting
karena
• “Orang dulu tidak diimunisasi, sehat-
sehat saja.”
• “Anak selama ini sehat-sehat saja.
Jangan-jangan kalau diimunisasi jadi
sakit.”
• Masalahnya terletak pada sikap,
bukan pengetahuan
3. Imunisasi dipandang tidak halal
• Memang ada jenis imunisasi yang
tidak distempel halal
• Tapi, diperbolehkan penggunaanya
• Namun, orang membacanya
sebagai haram (padahal
dibolehkan)
4. Nakes/ vaksinator tidak percaya diri mengajak/
mempersuasi imunisasi ganda pada orangtua
• Mereka khawatir bila terjadi apa-apa pada anak
(= nanti mereka menanggung akibatnya sendiri)
• Mereka membutuhkan dukungan secara
struktur/ sistem dan juga kultural (dari
pimpinan daerah, atasan, kolega, dan
masyarakat)
• Karena khawatir hanya mendatangkan
penolakan, nakes tidak mencoba persuasi orang
tua. Di sini, keterampilan komunikasi/ persuasi
perlu ditingkatkan
• Keterampilan (teknis) imunisasi ganda perlu
disegarkan untuk menguatkan kepercayaan diri
Perlu diperhatikan: masalah komunikasi
imunisasi umumnya bukan kurang pengetahuan
• Mengatakan masalahnya adalah kurang
pengetahuan mirip dengan melihat gelas kosong
tanpa tutup. Kita tinggal mengisinya (dengan
informasi)
• Tapi, orang tua yang menolak/ ragu pada imunisasi
anak tidak seperti gelas kosong. Mereka memiliki
pengetahuan/ pemahaman, meski keliru. Jadi,
gelasnya berisi. Bahkan, ada tutupnya.
• Sudah ada isi (pengetahuan), meski keliru (berisi
hoaks, misalnya). Mengganti isi yang keliru tidak
seperti mengisi gelas kosong tanpa tutup.
• Kita mesti mengajak orang tua membuka
“tutupnya”, “mengeluarkan isinya” dan barulah kita
bisa mengganti dengan “isi” yang lebih tepat
Kedua, desain
intervensi
Hindari
komunikasi hanya

• Komunikasi perubahan perilaku perlu waktu (proses)


• Mengandalkan hanya komunikasi on the spot (di sarana kesehatan) akan
menghasilkan peluang keberhasilan yang kecil (1 : 20 atau lebih kecil)
• Kasihan nakes/ vaksinator. Beban mereka terlalu berat bila harus
mempersuasi orang tua yang sama sekali belum terpapar pesan (contoh:
belum pernah mendengar imunisasi ganda atau lainnya).
Hindari
hanya

• Sebelum tiba di sarana kesehatan, sebaiknya orang tua sudah mendapat


pesan imunisasi ganda atau syukur-syukur sudah bersikap positif. Di
sinilah peran penting dari promkes, kader, pendamping, tokoh agama-
tokoh masyarakat, relawan remaja dan komunikator lapangan lain.
• Merekalah motor kegiatan-kegiatan komunikasi di lapangan, sebelum
komunikasi atau persuasi on-the-spot (di sarana kesehatan).
Salah satu
kegiatan
komunikasi
selama BIAN
• Menyusun desain KPP • Mengajak ke sarana kesehatan

• Mengedukasi • Di sarkes: Membuat orang tua


• Menyiapkan armada senang/ puas
masyarakat
komunikator • Di sarkes: Melahirkan ortu
(imunisasi, hoaks
• Edukasi yang lebih dll) promotor
• Mengumpulkan
fundamental (literasi • Merespon hoaks
• Mengajak ke pembelajaran
kesehatan, digital dll.)
sarana kesehatan • Memelihara
• Menggalang dukungan untuk imunisasi
dukungan
pemangku kepentingan
Desain KPP – Komunikasi Perubahan Perilaku
Contoh

1. Tujuan komunikasi
2. Strategi pesan
3. Desain khalayak
4. Desain kegiatan
Tujuan Komunikasi Strategi Pesan
1. Mengantisipasi dan menangani hoaks yang 1. Untuk “mengebalkan” dari serangan hoaks, orang tua
mempengaruhi keinginan orang tua untuk perlu memperoleh pesan inoculative communication atau
imunisasi anak komunikasi yang “mem-vaksin”/ “mengebalkan”
2. Mengurangi kekhawatiran orang tua 2. Untuk mengurangi kekhawatiran orang tua pada
terhadap perceived KIPI yang perceived KIPI, pesan perlu dikemas dan disampaikan
mendemotivasi mereka secara dialogis dan/ atau indirect agar tidak memicu
penolakan secara instan
3. Mencegah dan menetralisir pemberitaan
negatif 3. Partisipasi jurnalis akan dikuatkan dengan menunjukkan
kemitraan yang responsif (narasumber mudah diakses
4. Menguatkan kepercayaan diri nakes/
dan responsif)
vaksinator untuk persuasi orang tua
4. Untuk membangun kepercayaan diri, nakes dipertemukan
Tujuan komunikasi berkorespondensi dengan dengan 1) pesan-pesan dukungan dari berbagai pihak dan
masalah komunikasi yang sudah dibahas di awal 2) gambaran proses mempersuasi orang tua yang relatif
mudah
Penjelasan strategi #1
Inoculative message
• Komunikasi bisa berfungsi untuk meng-imunisasi
orang, khususnya dalam hal sikap
• Inoculative message atau pesan yang mem-vaksin
intinya adalah pesan yang disampaikan pada orang
agar dia paham, waspada, dan tidak mudah
terpersuasi oleh pesan tertentu. Dengan kata lain,
persuasi orang agar tidak mudah terpersuasi oleh
pesan atau pihak lain.
• Pesan yang memvaksin setidaknya mengandung
pesan 1) deskripsi tentang adanya pihak jahat
tertentu dengan maksud jahat tertentu, 2) contoh
pesan jahat yang dimaksud, 3) kelemahan atau
kesesatan pikir pesan jahat yang dicontohkan, 4)
cara mengidentifikasi pesan-pesan jahat lainnya.
Dialog
Penjelasan strategi #2a
• Orang yang sudah atau mulai memiliki sikap, pandangan
atau persepsi tertentu cenderung ingin didengarkan.
Mereka perlu didengarkan dan diapresiasi agar bersedia
membuka dirinya pada pesan-pesan yang berbeda
• Pendekatan yang dialogis memposisikan komunikator Orang Tua Nakes
sebagai seseorang yang bersikap empatik dan tidak
judgemental
• Komunikator menghindari pesan-pesan yang
menyalahkan atau memojokkan orang dan malah mulai • Orang tua ingin nakes • Nakes ingin orang tua
dengan bertanya lalu mendengarkan untuk membangun mendengarkan pandangannya mengijinkan imunisasi ganda
percakapan yang saling menghargai • Orang tua ingin nakes
mengakui kekhawatirannya
• Proses yang berlangsung bukan zero sum game (satu • Orang tua ingin mendapat opsi
pihak mendapatkan semua kemenangan) namun yang menurutnya lebih baik
sebetulnya saling mempersuasi (mutual persuasion)
untuk win-win solutions. Persuasi adalah saling
• Masalah komunikasi seputar kekhawatiran perceived KIPI mempersuasi. Hanya bila nakes
atau pandangan imunisasi tidak penting dapat didekati menerima persuasi orang tua
dengan strategi ini maka persuasinya pada orang
tua bisa berjalan
Indirect
Penjelasan strategi #2b • Orang dengan sikap, pandangan atau persepsi kuat
cenderung reaktif, atau mudah, dan cepat menolak pesan
berbeda yang dia pandang salah atau menyesatkan. Untuk
menghindari reaksi negatif instan yang disertai backfire
effect, pesan perlu dikemas secara indirect (tidak langsung)
• Contohnya adalah format education entertainment
(edutainment), zooming out (membahas topik yang lebih
besar dan mudah diterima seperti topik kesehatan anak
atau menjaga anak agar tidak sakit), nonbranding (tidak
menyebut imunisasi namun menyampaikan substansinya),
social modeling seperti deskripsi banyak orang tua
beramai-ramai mengimunisasi anak (tanpa ajakan
eksplisit), peer educator (komunikator tidak dari pihak
eksternal namun dari kelompok sendiri sehingga
memudahkan dialog yang terbuka dengan bahasa dan
logika kelompok), nonkonfrontatif, dan lain-lain
• Masalah komunikasi terkait dengan kepercayaan terhadap
perceived KIPI yang kuat atau yang terkait dengan agama
bisa didekati dengan strategi ini.
Strategi Indirect: Education Entertainment
• Tujuannya agar orang tua melihat kembali sikap mereka
terhadap imunisasi, mendorong mereka mencari
sumber informasi atau membuka dialog tentang
imunisasi
• Contoh kegiatan
o Kelompok remaja membuat video pendek lucu dan kemudian
disebar di komunitas
o Edukasi via lagu, yang mengadaptasi lagu asyik yang dikenal
luas. Pesan imunisasi disisipkan
o Edukasi via permainan yang menyenangkan. Pesan imunisasi
disisipkan
o Mobil edukasi keliling dengan cerita atau dialog lucu, quiz dll
o Drama sosial ( di ruang publik seperti pasar) dengan cerita atau
dialog atau gerakan-gerakan (nonverbal) lucu
o Boneka manusia d ruang publik dengan tampilan dan gerak
yang membawa pesan imunisasi
Strategi Indirect: Zooming out
• Tujuannya untuk memudahkan orang tua
menerima ide imunisasi setelah terlebih dahulu
menerima ide yang lebih besar
• Contoh:
o Ceramah atau diskusi tentang jangan sampai anak sakit
(bahayanya untuk perkembangan kecerdasan anak) dan
saat membahas cara agar anak tidak sakit, imunisasi
disebut sebagai salah satu cara dengan penjelasan khas)
o Bisa juga mengambil topik besar seperti stunting
o Bentuk kegiatannya bisa mengambil format education
entertainment: misalnya dengan permainan atau lagu.
Strategi Indirect: Nonbranding
• Tujuannya agar orang tua memahami
substansi dari imunisasi (peran penting, cara
kerja, dll.) tanpa menyebut istilah imunisasi
• Strategi ini lebih halus (subtle) dari zoom out
• Contoh:
o Ceramah atau diskusi tentang jangan sampai anak
sakit (bahayanya untuk perkembangan kecerdasan
anak) dan kemudian dibahas cara-cara agar anak
tidak sakit. Istilah imunisasi tidak disebut namun
digambarkan sebagai cara yang khas)
Strategi Indirect: Social modeling
• Tujuannya adalah agar orang tua mempertanyakan
kembali sikapnya dan terpicu untuk ikut-ikutan
mengimunisasi anaknya (following the herd)
• Contoh kegiatan
o Pemberitaan atau imej yang menekankan (atau memilih
frame) orang tua berbondong-bondong dengan gembira
mengimunisasi anaknya
o Staging: orang tua dan anak-anak diangkut dengan
odong-odong untuk imunisasi dan dibuat atraktif
sehingga diketahui orang banyak
o Media edukasi keliling yang mengabarkan banyaknya
orang tua yang sudah mengimunisasi anaknya dan
tinggal sedikit lagi yang belum (memanfaatkan FOMO –
Fear or Missing Out)
o Edukasi di Posyandu dll: promosikan orang tua – orang
tua yang sudah mengimunisasi anaknya
Strategi Indirect: Peer educator
• Tujuannya adalah untuk meningkatkan
dialog tentang imunisasi di komunitas
antara orang tua – orang tua secara lebih
terbuka
• Contohnya
o Orang tua yang sudah mengimunisasi anak
mengajak ngobrol orang tua – orang tua lain
(bekali orang tua promotor dengan buku/
lembar panduan atau lembar info yang bisa
diberikan pada orang tua lain)
Strategi Indirect: Non-konfrontatif
• Tujuannya agar tidak memunculkan reaksi
negatif dalam dialog tentang imunisasi
• Bentuk kegiatannya adalah komunikasi
tatap muka (antar-individu atau dengan
kelompok)
• Contoh metodenya adalah DAK –
Dengarkan Apresasi Klarifikasi, Steel
Manning dll.
Penjelasan strategi #3
Akses Narasumber Responsif
• Jurnalis berkejaran dengan waktu untuk
menaikkan beritanya. Seringkali keterbatasan
akses pada narasumber yang kredibel
membuat mereka menaikkan berita apa
adanya, dari narasumber dengan yang belum
tentu memiliki kapasitas keilmuwan yang
memadai
• Kondisi di atas acapkali menghasilkan
pemberitaan yang negatif bagi kampanye
imunisasi. Karena itu, perlu tersedia akses
yang mudah bagi jurnalis untuk mendapatkan
penjelasan dari narasumber kredibel.
Penjelasan strategi #4
Menunjukkan dukungan
• Nakes khawatir kalau terjadi apa-apa, dia yang
menanggung sendirian. Dia juga khawatir akan
hanya mendatangkan penolakan orang tua bila
mengajak mereka untuk imunisasi ganda
• Dukungan meluas, baik dari aspek struktural
(peraturan yang berlaku) dan kultural
(kebersamaan, dukungan psikologis dll) dapat
mengatasi kekhawatiran nakes untuk mengajak
dan melakukan imunisasi ganda.
• Dukungan mesti ditunjukkan baik secara langsung
(berinteraksi dengan nakes) maupun tidak
langsung (via media massa, media sosial, mulut ke
mulut dll.)
Khalayak Tersier/ Enabler Khalayak Sekunder/ Komunikator
• Kepala desa • Kader di masyarakat (Posyandu dll.)
• Ketua RT
• Kepala sekolah • Relawan remaja & pemuda/i
• Dinas Pendidikan • Guru PAUD, SD, SMP Komunikator utama

• Kementerian Agama • Tokoh agama & rumah ibadah


• Ormas Keagamaan • Komunitas pasar, Pedagang keliling Orang tua
• Tokoh adat Komunikator dengan
• Lembaga adat • Semua nakes pembentuk anak
• Lembaga seni budaya • Penyaji hiburan keliling norma sosial sasaran
• Pendamping kelompok (PKH, PKSA,
• Asosiasi pedagang pasar
Kelompok Tani, Kelompok Ekonomi,
• Asosiasi pasar
CU, CSR dll.)
• Penyuluh lapangan (KB, Pertanian,
• Bandar hiburan keliling
agama, dll.)
Komunikator pendukung edukasi
• Dinas sosial, dinas pertanian
• Asosiasi CSR, perusahaan
• Asosiasi CU
• Dinas KB, pemberdayaan
masyarakat dl.
Desain Khalayak
Untuk panduan desain khalayak, lihat Lampiran 1
Khalayak Tersier/ Enabler Khalayak Sekunder/ Komunikator
• Kepala desa • Kunjungan rumah
Komunikator utama
• Edukasi kelompok (di Posyandu,
• Kepala sekolah pertemuan RT, promosi di sekolah)
• Dinas Pendidikan • Edukasi keliling kampung
• Via WAG komunitas & media social
• Kementerian Agama • Poster karya warga/ remaja
• Ormas Keagamaan Komunikator Orang tua
• Ceramah keagamaan pembentuk dengan
• Lembaga adat • Pertunjukan seni budaya norma sosial anak
• Lembaga seni budaya • Semua nakes edukasi lingkungannya sasaran
• Pengumuman via pengeras suara
• Asosiasi pedagang pasar • Poster warga di ruang publik (pasar,
• Asosiasi pasar toko, warung, rumah ibadah dll)
• Edukasi via di kegiatan yang ada
• Bandar hiburan keliling Komunikator
pendukung edukasi
• Dinas sosial, dinas pertanian si
Pe ta
• Asosiasi CSR, perusahaan Lo rtem rien vasi n Alat bantu: modul (pelatihan/ orientasi,
bi , / O ti ia
• Asosiasi CU
(Ad Orie an,
u
h an a mo enila advokasi, panduan lapangan); leaflet; lagu,
• Dinas KB, pemberdayaan vo nta lati ar P content sosmed
kas si Pe el an ih &
masyarakat dl. i)
Pe
m
Pe ntau
ma Desain Kegiatan
Untuk panduan desain khalayak, lihat Lampiran 1
Pilihan Daftar Kegiatan
1. Edukasi mobile/ keliling (pasar/ pertokoan,
perkampungan, ruang publik dll.)
2. Edukasi kelompok orang tua di Posyandu
3. Edukasi kelompok orang tua di PAUD, Sekolah
4. Edukasi via kunjungan rumah oleh kader dll
5. Sapaan singkat (komunikasi selintas) di ruang publik
6. Edukasi kelompok orang tua di forum-forum lain (Dasa
Wisma, BKB, kelompok keuangan/ ekonomi seperti CU,
rumah ibadah dll.)
7. Pengumuman via pengeras suara di kampung
8. Edukasi via hiburan keliling (odong-odong, musik
keliling dll.)
9. Edukasi via media (poster di warung, toko pasar, ruang
publik dll.)
10. Edukasi via media sosial, media massa
11. Jangan lupa: edukasi di ajang imunisasi
Happy customers?
• Edukasi di ajang imunisasi penting
untuk melahirkan promotor teman
sebaya (peer) di komunitas
• Layani para early adopters dengan
sebaik-baiknya agar mereka senang
dan mengabarkan layanan baik yang
diterima pada teman-teman mereka
• Berikan cinderamata kecil tapi yang
atraktif untuk membantu happy
customers menjadi promotor
Prinisip untuk edukasi • Sapa warga
keliling (mobile) • Ajak gerak
• Q&A
Engagement •

Wawancara
Kuis

Repetition • Humor, dll

• Pesan kunci:
tagline (kalimat
pendek yang unik)
• Disampaikan
secara verbal dan
nonverbal
(intonasi, nada
dll.) menarik
Prinisip untuk edukasi kelompok • Lagu, tari, dongeng, humor, lomba,
visualisasi permainan yang

Menyenangkan/ gembira melibatkan, kegiatan yang


mengakrabkan dll.

Dialogis, diskusi, partisipatif • Semua berbicara dan


mendengarkan
Hafalkan pesan kunci • Berulang-ulang diucapkan partisipan
sendiri
Prinisip untuk kunjungan rumah
Membangun hubungan akrab
Membangun hubungan jangka
panjang
Ketiga, kuatkan
keterampilan Topik-topik
1. Sikap mental komunikator
komunikasi 2. Tiga prinsip komunikasi untuk perubahan perilaku
3. Teknik-teknik membangun hubungan dengan cepat
komunikator 4. Teknik-Teknik membangun percakapan
5. Teknik mengunci komitmen
6. Alat bantu skenario komunikasi antarpribadi (seperti:
menghadapi orang emosi, menanggapi tudingan tidak
halal, berkomunikasi dengan orang yang khawatir,
mengajak orang dengan status sosial lebih tinggi dll.)
Sebagian materi
Peningkatan Keterampilan
Komunikasi dapat
ditemukan di Lampiran 2.
Lampiran 1.
Analisis & Desain Khalayak
Diambil dari materi pelatihan komunikasi stunting
• Analisis khalayak dilakukan untuk
mendapatkan bahan dan rekomendasi
bagi penyusunan desain khalayak*
• Tahapan
1. Menyusun profil khalayak primer
2. Menyusun long list dan short list khalayak
sekunder dan tersier
3. Menyusun profil khalayak sekunder dan
tersier
• Analisis khalayak memanfaatkan data
primer maupun sekunder. Data primer
dapat diperoleh melalui wawancara,
diskusi, dan pengamatan. Sementara,
data sekunder diperoleh dari database
atau laporan-laporan riset yang tersedia.
*Pemahaman Dasar: Desain Khalayak
• Mendesain khalayak maksudnya membagi peran pada
individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat
yang secara terpadu mencapai tujuan komunikasi
• Desain khalayak merupakan salah satu dasar
menentukan desain kegiatan dan media/ alat bantu
komunikasi
• Desain khalayak dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan analisis khalayak, yang di antaranya
mengidentifikasi khalayak primer, sekunder, & tersier.
• Rekomendasi analisis khalayak menjadi dokumen
desain khalayak dengan pertimbangan programatik,
termasuk efisiensi dan fisibilitas.
Khalayak berkomunikasi/
mempengaruhi
Pengelola Sekunder Khalayak
Program Primer
menggerakkan/ memudahkan
khalayak sekunder berkomunikasi
dengan khalayak primer

Khalayak
Tersier

Pemahaman dasar: Kerangka Logis


Khalayak
Primer
• Mereka yang hendak
dipengaruhi agar mereka
mendapat manfaat paling
besar dari program
• Atau mereka yang
keputusannya menentukan
perilaku penerima manfaat
terbesar di atas
• Contoh • Khalayak primer umumnya bukan kelompok homogen. Terdapat
sub kelompok – sub kelompok dengan ciri-ciri berbeda
• TTD - Ibu Hamil
• MPASI - Ibu Baduta (yang • Demografi: usia, pendidikan, suku, agama, ekonomi. kelompok sosial dan
menentukan anak baduta) lain-lain

• ASI mungkin suami? (Bila mereka • Psikografi: gaya hidup, hobi, personality, kelas sosial, dll.
menentukan perilaku istri)
Khalayak
Sekunder • Peningkatan
kapasitas
• Pemeliharaan
motivasi
• Pemantauan dan
• Mereka yang memiliki akses dan penilaian
diposisikan untuk berkomunikasi
dengan khalayak primer. Di sini,
disebut sebagai komunikator
• Peran khalayak sekunder
A.Ditentukan/ disepakati bersama
pengelola program
B. Menumpang pada kegiatan-kegiatan
yang bisas komunikator lakukan
C. Tanpa desain khusus • Peran komunikator (A/B/C) menentukan bagaimana
• Contoh untuk komunikator bagi desain kegiatan-kegiatan pengelolaan mereka
ibu hamil
• Kader Posyandu
• Peningkatan kapasitas
• Mertua • Pemeliharaan motivasi
• Bidan di layanan KIA • Pemantauan dan penilaian
Peningkatan kapasitas
• Pelatihan
• Pendampingan
• Forum saling belajar (cross learning)
Pemantauan dan penilaian
• Penyediaan materi belajar (cetak, audio, dan/
atau digital) • Wawancara, diskusi
• Dan lain-lain • Pelaporan mandiri (manual/ tulis atau
Pemeliharaan motivasi digital/ WA Report)
• Identitas: seragam (baju, topi, badge), surat • Penyusunan database, analisis,
keterangan interpretasi
• Honorarium/ insentif atau in-kind •Publikasi
• Kompetisi dan kolaborasi antarkelompok
Input untuk
• Hubungan baik/ perhatian desain
• Pengakuan sosial (dukungan pemimpin, kegiatan
pemberian penghargaan, liputan media, dll.)
Khalayak
Sekunder Kegiatan komunikator tergantung
klasifikasinya.

• Ditentukan/ disepakati bersama


• Mengikuti yang biasa dilakukan
• Tanpa desain khusus

Khalayak
Pengelola Sekunder Khalayak
Program Primer
menggerakkan/ memudahkan
khalayak sekunder berkomunikasi
dengan khalayak primer

Khalayak
Tersier
• Memiliki rencana aksi yang akan diukur ketat dalam
Kegiatan komunikasi tergantung kegiatan pemantauan & penilaian
klasifikasi khalayak sekunder.
• Memperoleh kegiatan peningkatan kapasitas dan
• Ditentukan/ disepakati bersama pemeliharaan motivasi maksimal
• Mengikuti yang biasa dilakukan
• Tanpa desain khusus
• Intensitas dua poin di atas tergantung sifat Komunikator
kerjanya: relawan atau professional utama

• Tak harus memiliki rencana aksi. Memanfaatkan kegiatan


yang komunikator lakukan
Komunikator
• Pelaporan dapat bersifat sukarela atau wajib
pendukung
• Mendapat peningkatan kapasitas dan
pemeliharaan motivasi dengan cukup

• Tak memiliki rencana aksi yang akan dinilai Komunikator


• Pengelola program aktif mencari tahu lepasan
“speak terjang” mereka
• Mendapat peningkatan kapasitas dan pemeliharaan motivasi
minimalis
Khalayak
Tersier
• Mereka yang didesain untuk
menggerakkan atau memudahkan
kerja komunikator. Kadang disebut
sebagai sebagai enabler atau • Advokasi
aktivator
• Peran khalayak tersier
A.Ditentukan atau disepakati bersama
pengelola program
B. Mengikuti yang sudah berlangsung
selama ini • Pengelola program melakukan advokasi pada khalayak tersier
C. Tanpa desain khusus agar mereka menggerakkan atau memudahkan kerja
• Contoh enabler bagi Kader komunikator dengan cara:
Posyandu • Struktural: kebijakan/ peraturan (Diharapkan dalam bentuk tertulis.
Namun, di kelompok atau organisasi tertentu terkadang dapat
• Kepala desa mengandalkan lisan)
• Puskesmas • Kultural: kepemimpinan dengan contoh, persuasi dll
Tahap 1: Menyusun
Profil Khalayak Primer
• Bagaimana profil Dekripsikan – Contoh fiktif
secara umum warga
yang akan menjadi Khalayak primer: Ibu hamil
khalayak primer
atau sasaran Kebanyakan bumil yang tak minum TTD sesuai anjuran sedang hamil
untuk yang ke-2 atau lebih. Mereka kebanyakan tinggal di daerah
komunikasi?
pedesaan sebagai ibu rumah tangga atau buruh tani. Pendidikan
• Apakah ada kebanyakan mereka adalah SD-SMP. Utamanya dari kelas ekonomi
pengelompokkan di bawah, dan sehari-hari berbahasa daerah.
dalamnya? Bila ada,
bagaimana Kelompok bumil lain yang tak minum TTD, yang jumlahnya lebih sedikit,
pengelompokkanny adalah bumil hamil pertama yang berusia 20-30 tahun. Kebanyakan dari
a? mereka tinggal di daerah perkotaan. Mereka utamanya berasal dari
kelas menengah atas.
Tahap 2. Menyusun Long List
Khalayak Sekunder & Tersier
Khalayak Primer Khalayak Sekunder
Kader Posyandu
Kader PKK
Bidan desa • Pertanyaan utamanya
Bidan KIA Puskesmas adalah siapa saja yang
Suami dapat berkomunikasi
Ibu Hamil
Mertua dengan khalayak primer?
Ustadzah
Tukang sayur
Tulang odong-odong
Ibu hamil lainnya
Pendamping PKH
Ibu RT
3. Menyusun Short
• Seberapa sering mereka dapat berkomunikasi dengan khalayak primer?
• Seberapa besar kemungkinan penerimaan khalayak primer? (Kebalikan - Apakah
berpotensi memunculkan reaksi negatif?)

List • Seberapa besar pengaruh mereka pada khalayak primer? Seberapa terpercayakah
mereka?

Khalayak Sekunder
• Bagaimana kecakapan mereka mempersuasi khalayak primer?
• Apakah ada struktur yang dapat menjangkau/ mengelola khalayak sekunder?

Khalayak Primer Khalayak Sekunder Frekuensi Penerimaan Pengaruh Kecakapan Struktur


Kader Posyandu 2 minggu sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Kader PKK 2 minggu sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Bidan desa Sebulan sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
Bidan KIA Puskesmas Sebulan sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
Suami Setiap hari Tinggi Tinggi NA Tidak
Mertua Setiap hari Tinggi Tinggi NA Tidak
Ibu Hamil
Ustadzah Seminggu sekali Tinggi Tinggi Tinggi Ya
Tukang sayur Setiap hari Cukup Rendah Rendah Ya
Tulang odong-odong Setiap hari Cukup Rendah Rendah Ya
Ibu hamil lainnya Tidak pasti Cukup Cukup Rendah Tidak
Pendamping PKH Sebulan sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Ibu RT Seminggu sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
• Kita perlu mengutamakan komunikator yang tinggi dalam aspek frekuensi,
pengaruh, kecakapan dan tingkat penerimaan. Selain itu, komunikator
diharapkan memiliki struktur yang mengikat akan memudahkan pengelolaan
(misal, tokoh agama yang berada di bawah organisasi masyarakat yang
memiliki tingkatan dari desa sampai kota kab)
• Namun, kenyataannya komunikator yang tinggi semua aspek jarang ditemui.
Karenanya, perlu dipiih secara taktis.
• Mereka yang tingkat penerimaannya rendah dapat dicoret dari daftar.
• Utamakan mereka yang berada dalam stuktur tertentu. Bila tidak ada, pertimbangkan
apakah membuat struktur baru efisien dilakukan? Bila tidak, keluarkan dari daftar.
• Idealnya kita mendapat komunikator yang tinggi frekuensi dan pengaruhnya. Namun,
seringkali kenyataannya adalah salah satu, frekuensi atau pengaruh. Komunikator A
pengaruhnya tinggi tapi frekuensi kurang atau Komunikator B frekuensinya tinggi tapi
pengaruh kurang. Kedua komunikator dapat masuk short list dengan peran berbeda
• Kecakapan akan menentukan kegiatan pengelolaan komunikator dan peran yang
diberikan. Bila kecakapannya belum memadai, maka perlu investasi peningkatan
kapasitas (pelatihan dll). Peran yang nanti diberikan akan disesuaikan dengan
kecakapan dari komunikator. Seorang kader terlatih diharapkan dapat mengelola sesi
edukasi kelompok bagi orang tua. Namun, remaja putri yang tidak cakap mengelola
edukasi kelompok dapat menjadi pengingat di ruang publik atau saat kunjungan rumah.
• Seberapa sering mereka dapat berkomunikasi dengan khalayak primer?

Short List
• Seberapa besar kemungkinan penerimaan khalayak primer? (Kebalikan - Apakah berpotensi
memunculkan reaksi negatif?)
• Seberapa besar pengaruh mereka pada khalayak primer? Seberapa terpercayakah mereka?

Khalayak Sekunder • Bagaimana kecakapan mereka mempersuasi khalayak primer?


• Apakah ada struktur yang dapat menjangkau/ mengelola khalayak sekunder?

Khalayak Primer Khalayak Sekunder Frekuensi Penerimaan Pengaruh Kecakapan Struktur


Kader Posyandu 2 minggu sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Kader PKK 2 minggu sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Bidan desa Sebulan sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
Bidan KIA Puskesmas Sebulan sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
Suami Setiap hari Tinggi Tinggi NA Tidak
Mertua Setiap hari Tinggi Tinggi NA Tidak
Ibu Hamil
Ustadzah Seminggu sekali Tinggi Tinggi Tinggi Ya
Tukang sayur Setiap hari Cukup Rendah Rendah Ya
Tulang odong-odong Setiap hari Cukup Rendah Rendah Ya
Ibu hamil lainnya Tidak pasti Cukup Cukup Rendah Tidak
Pendamping PKH Sebulan sekali Tinggi Cukup Sedang Ya
Ibu RT Seminggu sekali Tinggi Tinggi Sedang Ya
Khalayak Primer Khalayak Sekunder Peran Komunikasi
Kader Posyandu Komunikator utama
Bidan desa Komunikator pendukung
Bidan KIA Puskesmas
Ibu Hamil Ustadzah Komunikator lepasan
Tukang Odong-Odong Komunikator pendukung
Pendamping PKH Komunikator pendukung
Ibu RT Komunikator utama
Khalayak Primer Khalayak Sekunder Khalayak Tersier • Khalayak tersier
Kader Posyandu Kepala Desa diidentifikasi per
Bupati khalayak sekunder
Bidan desa IBI (short listed)
Bupati
Bidan KIA Puskesmas • Bila khalayak sekunder
Ustadzah Kemenag Kab/ Kota & Kec
berada dalam satu
Ormas afiliasi atau beberapa
Ibu Hamil struktur, khalayak
Tokoh agama senior
Bupati tersier lebih mudah
Tukang Odong-Odong Juragan Odong-Odong diidentifikasi (dengan
Pendamping PKH UPTD PKH
status: atasan,
Dinsos pembina dll)
Ibu RT RW/ Lurah/ Kades • Per komunikator/
khalayak sekunder,
khalayak tersier bisa
lebih dari satu.
Khalayak Khalayak Sekunder Khalayak Tersier Pengaruh Kemudahan Apakah posisinya
Primer langsung ke pengelola dapat digantikan
komunikator program (bila ada
mengadvokasi alternatif)?
komunikator
Kader Posyandu Kepala Desa Tinggi Sedang Tidak
Bupati Sedang Sulit Tidak
Bidan desa IBI Tinggi Mudah Tidak
Bupati Sedang Sulit Tidak
Bidan KIA Puskesmas
Ustadzah Kemenag Kab/Kota & Kec Sedang Sedang Ya
Ormas afiliasi Tinggi Mudah Ya
Ibu Hamil Tokoh agama senior Sedang Sulit Ya
Bupati Rendah Sedang Tidak
Tukang Odong-Odong Juragan Odong-Odong Tinggi Tidak tahu Tidak
Pendamping PKH UPTD PKH Tinggi Mudah Ya
Dinsos Tinggi Mudah Tidak
Ibu RT RW/ Lurah/ Kades Sedang Mudah Ya
Khalayak Khalayak Sekunder Khalayak Tersier Peran yang
Primer diharapkan
Kader Posyandu Kepala Desa Struktural
Bidan desa IBI Struktural
Bupati Kultural
Bidan KIA Puskesmas
Ustadzah Ormas afiliasi Struktural
Ibu Hamil Bupati Kultural
Tukang Odong-Odong Juragan Odong-Odong Struktural
Pendamping PKH Dinsos Struktural
Ibu RT RW/ Lurah/ Kades Struktural
Profil Khalayak Sekunder & Tersier (Deskripsi
Yang Penting Dipahami Desainer Strakom)
Kebanyakan Kader Posyandu pernah mengingatkan bumil untuk meminum TTD
sesuai anjuran. Tapi kebanyakan belum berhasil. Tidak ada teknik komunikasi
khusus yang diterapkan. Mereka pun tidak memberikan materi cetak pengingat
karena memang tidak tersedia.

Bidan Poli KIA memberikan TTD ke semua ibu


hamil yang datang ke Poli KIA namun memiliki
kesempatan terbatas mengedukasi mereka. Bidan
memiliki pekerjaan administratif yang banyak.
Kesempatan berkomunikasi tentang TTD di Poli
KIA terbatas sekitar 3 menit saja.
Catatan Akhir
• Khalayak primer ditentukan oleh ahli kesehatan atau
Kesehatan masyarakat (stunting). Dalam Analisis
Khalayak, kita mencoba menggambarkan siapa dan
bagaimana khalayak primer yang dimaksud.
• Analisis Khalayak memberikan rekomendasi khalayak
sekunder dan tersier (short list) berdasarkan sejumlah
variable (frekuensi kesempatan berkomunikasi,
penerimaan, pengaruh, kecakapan, struktur atau
lainnya. Desainer strategi komunikasi kemudian
memfinalisasi berdasarkan pertimbangan efisiensi dan
fisibilitas
• Hasil analisis khalayak kemudian dijadikan dasar
melkukan analisis kegiatan dan saluran komunikasi
Lampiran 2.
Keterampilan Komunikasi
Diambil dari materi pelatihan komunikasi antarpribadi untuk perubahan perilaku
Topik
1. Sikap mental komunikator
2. Tiga prinsip komunikasi antarpribadi
3. Teknik-teknik membangun hubungan
4. Beberapa scenario komunikasi (alat bantu)
Menyenangkan &
Sikap Mengakrabkan
Mental Menambah enerji

Jangan
baper

Komunikasi
menghasilkan relasi
(kenalan, teman,
sahabat, lebih akrab) Bersikap
apresiatif
Menyenangkan &
Mengakrabkan
Menambah enerji

• Seperti bersama kawan lama, berkomunikasi bisa menyenangkan,


menambah enerji, menginspirasi dan tidak terasa
• Saat mulai berkomunikasi, level enerji 70%. Setelah usai, level
enerji mesti bertambah. Kalau turun, ada yang kurang pas
• Mengedukasi 100 orang, berarti bertambah kawan 100 orang
• Tadinya tidak kenal, jadi kenal muka dan nama. Tadinya hanya
kenal muka, jadi kenal namanya lalu tinggalnya di mana, hobi dst.
Jangan
baper

• Hindari pertengkaran. Perbedaan pendapat anggap biasa saja.


Jangan baperan. Kalau ada “serangan” becandain saja
• Orang emosi, jangan ikutan. Bila perlu minta maaf, baikan lagi
• Utamakan hubungan baik dan pertemanan
• Jika hari ini belum berhasil mengajak orang, tidak jadi masalah.
Dengan hubungan yang masih baik, besok-besok bisa dicoba lagi
• Tidak perlu petenteng-petenteng, merasa paling pintar atau
menggurui.
• Bersikaplah rendah hati. Bukan rendah diri. Komunikasi yang
rendah hati (powerless communication) sesungguhnya efektif
karena orang akan memperhatikan pesan dan tidak terusik oleh
kehadiran kita.
• Jangan sampai orang dalam hati berkata, “Siapa elu?”
Bersikap
apresiatif

• Melihat orang jangan dari kekurangan melulu. Akan melelahkan.


Seolah yang ada hanya masalah dan kita merasa dikelilingi oleh
masalah
• Bersikap apresiatif dengan melihat kekuatan/ kelebihan orang
agar secara mental kita lebih sehat
• Dan orang akan lebih nyaman menerima pesan dari kita
Kenapa sapa juga yang orang pakai masker?
• Latihan bersikap
apresiatif
• Melihat hal positif dari
orang
• Buat Anda & orang
lain nyaman
• Sapanya bagaimana?
• Coba tetap apresiatif ya
1. Mulai dari yang
positif (upaya yang
telah dia dilakukan)
2. Kuatkan tujuan
upayanya agar
lebih positif
• Om Alex keren deh,
sudah menjaga diri dan
sesama dengan pakai
masker
• Supaya lebih mantab lagi
perlindungannya, naikin
dikit sampai hidung ya
• Kita jangan sampai kelelahan
dalam berkomunikasi
• Apalagi frustasi
• Pandemi masih panjang
Anggap prosesnya seperti
JALAN SEHAT
• Menambah teman/
akrab
• Tidak ada yang
menang atau kalah
• Jauhi pertengkaran
• Pelan-pelan, yang
penting sampai tujuan
Menambah
keakraban

Saling
Mengunci Mendengarkan
Komitmen & Berbicara

3 Prinsip
Komunikasi
Antarpribadi
• Komunikasi yang mengakrabkan (relasional) membuka peluang untuk warga
“membuka pagarnya”
• Tidak sedikit warga mengikuti ajakan perilaku sehat karena hubungan baik dengan
pengajak, bukan pilihan individual-rasional

• Warga mesti bicara lebih dahulu dan lebih banyak atau sama banyaknya dengan
komunikator.
• Komunikator perlu mendengarkan lebih dahulu dengan alasan 1) agar paham apa yang
menjadi kekhawatiran warga sehingga komunikasi bisa nyambung, 2) agar hukum timbal
balik berlaku (membalas kebaikan dengan kebaikan. Mendengarkan adalah kebaikan
sehingga kalau kita mendengarkan warga bicara, maka saat kita bicara, warga akan
mendengarkan)

• Pemahaman yang kuat, sikap yang positif tidak menjamin memunculkan perilaku yang
positif. Apalagi bila ada jeda.
• Orang perlu dibangun dan dikunci komitmenya agar perilakunya terjadi.
Nonverbal
Cari simpul
yang nyaman

Obrolan Pertolongan
informal kecil cepat
Bangun
keakraban/ Gunakan
hubungan Dengarkan
dengan cepat nama
Nonverbal bicara
lebih kencang
ketimbang verbal
Nonverbal: Senyum
• Nonverbal penting untuk kesan awal.

“Tembakannya” langsung nyasar ke


hati/ perasaan.
• Tapi ada masker jadi tidak bisa
senyum?
• Jangan khawatir. Gunakan nonverbal
lainnya untuk tersenyum
Nonverbal yang hilang
• Senyum hilang
• Suara datar
• Kompensasi: Gerakan tangan,
kepala, tubuh, ayunkan suara, dll
• Pertahankan/ kuatkan nonverbal
yang ada: kontak mata dll.
Nonverbal tersenyum
• Suara tersenyum (mengayun)
• Kepala tersenyum (anggukkan,
condongkan ke depan)
• Tangan tersenyum (angkat salam
Sunda atau lainnya)
• Tubuh tersenyum (relaks,
condongkan ke depan sedikit)
• Mata tersenyum (binarkan
kedipkan, atau kontakkan mata)
Samakan nonverbal: suara
Samakan nonverbal suara kita dengan
suara orang yang kita ajak bicara.

Tinggi rendah
Cepat lambat
Keras pelan
Tegas mengayun

Kalau orang berbicara dengan lambat dan pelan, ikuti


dengan suara lambat dan pelan.
Kontak Mata #0
• Lihat daerah di antara dua alis
• Bukan pada kedua mata
• Dalam konteks kelompok, bagi
rata. Per orang 3-4 detik
Kalibrasi
• Kalibrasi upaya komunikasi
• Apakah orang sudah
memberi perhatian?
Menerima pesan?
• Caranya, check
penyelarasan? Coba
mengangguk-angguk, apakah
ybs mengikuti?
Penggunaan nama
• Nama bukan sekedar identitas
• Tapi harapan, cita-cita, mimpi,
pengalaman, dan hal mulia
lainnya
• Memanggil dengan nama
membuat otak beraktivasi dan
tersentuh hati
Obrolan informal • Topik yang bisa membuat lawan
bicara semangat bercerita
• Cara identifikasi
Isi percakapan
Pengamatan
• Taktik
Tahu kapan harus segera keluar
Tahu kapan bisa melanjutkan
Pertalian/ Simpul • Pernah/ sedang tinggal di tempat yang
sama
• Kenal dengan kantor/ tempat kerja
“Abang aslinya orang mana?”
“Oh, aku dari Labuhan Batu.”
“Wah, saya orang Rantau Prapat. Abang
di mana?
Pertolongan kecil-cepat
• Bantuan cepat meski kecil
= bermakna
• Ibu jalan, sepatu anaknya lepas.
Segera ambil, pasangkan.
• Anak nangis, beri perhatian, ajak
bercanda supaya terhibur
Buat
Nyaman Mendengarkan
• Pikiran terbuka. Tidak
berprasangka.
• Bukan diam tapi aktif menyimak,
menandai, menanyakan kembali
hal yang belum jelas (dengan
pertanyaan pendek)
• Nonverbal menunjukkan Anda
mendengarkan (kontak mata,
mengangguk, ooh dll).
Mana yang mendengarkan?
• Bu Kader, adik Nuri ini kemarin • Bu Kader, adik Nuri ini kemarin
saya kasih pisang saya kasih pisang
• Lho, kok dikasih pisang??! Tidak • Pisang ya. Pisang apa, Ibu Tira?
boleh itu • Pisang ambon, bu Kader
• Oooh • Lahap?
• Jangan kasih lagi ya. Cukup ASI • Lahap banget, bu Kader!
Saja!
• Berapa sendok, bu Tira?
• Wah, dapat 2 sendok, bu Kader
Mana yang mendengarkan?
• Bu Kader, adik Nuri ini kemarin • Bu Kader, adik Nuri ini kemarin
saya kasih pisang saya kasih pisang
• Lho, kok dikasih pisang??! Tidak • Pisang ya. Pisang apa, Ibu Tira?
boleh itu • Pisang ambon, bu Kader
• Oooh • Lahap?
• Jangan kasih lagi ya. Cukup ASI • Lahap banget, bu Kader!
Saja!
• Berapa sendok, bu Tira?
• Wah, dapat 2 sendok, bu Kader
Nyambung!
Apresiasi

DENGARKAN KLARIFIKASI
Apresiasi

DENGARKAN KLARIFIKASI • Luar biasa bu Tira ini peduli


sekali dengan gizi ya. Kandungan
vitamin Pisang saja hafal.
• …..(Senang)
• Nah, bu Tira. Saya ada info
tentang ASI Saja ini. Boleh cerita
ga?
• Oh, bagaimana bu Kader?
Pengen denger.
• …..(Jelaskan tentang ASI Saja)
• “Bu Ika, saya ogah divaksin. Buru-buru banget buatnya.” Lawan bicara
• “Buru-buru maksudnya pak Donny” bersikap negatif
• “Iya itu setahun sudah jadi. Vaksin harusnya minimal 5
tahun.”
• “Kalau setahun, yang dikhwatirkan pak Donny?”
• “Pasti buatnya ngasal dong, bu Ika. Asal jadi. Jual. Cari
untung.”
• Silahkan, bu Ika. Saya pengen denger.
• “Ngasal itu…?” • Jadi begini, pak Doni. Vaksin sekarang,
walau hanya dibuat 1 tahun tapi tahapan
• “Main potong kompaslah. Ga melalui tahapan-tahapan
yang dilalui, prosedur, kontrol kualitas
yang bener.” yang dilalui sama dengan vaksin yang
• Pak Donny ternyata mengamati dengan cermat tentang dibuat 5 atau 10 tahun itu.
• Kok bisa?
vaksin ini. Dan memang bener kata Pak Donny,
• Iya pak Donny. Soalnya, yang buat lama itu
pembuatannya kurang dari 1 tahun. urusan bisnisnya. Modalnya mana?
• Iya kan, Bu Ika? Investornya mana? Eh, ini ada produk yang
lebih menguntungkan, kita beralih ke sana
• Betul, pak Donny. Ijin klarifikasi, boleh? dulu yuk dll. Tapi sekarang, perusahaan
farmasi konsen buat vaksinya……
Supaya Orang Bicara
• Buat orang nyaman (perhatikan teknik-
teknik mengakrabkan)
• Bertanya dengan pertanyaan yang
mudah (yang dia bisa jawab). Bukan
pertanyaan yang sulit dijawab
• Pertanyaan terbuka agar menceritakan
pengalaman secara panjang lebar
• Pertanyaan tertutup untuk memahami
sikap
• Saat orang bicara, kita mendengarkan
dengan baik
Kunci Komitmen (halus)
• Partisipan ulangi pesan
kunci
• Menyangsikan untuk
meneguhkan
• Merinci untuk
membayangkan
• Bukan Anda komit terhadap
apa yang orang lain Tanya: Jadi imunisasi
sampaikan. Tetapi Anda untuk…….?
komit terhadap apa yang
Anda sampaikan sendiri Angkat tantangan:
• Kalau sudah disangsikan Bener ini mau
tapi masih tetap mau imunisasi, nanti kalau
melakukan, maka lebih tetangga bilang ini itu
teguh jadi ragu?

• Kalau bisa dibayangkan


bagaimana kejadiannya Projeksikan:
nanti, maka lebih dekat ke Rencananya kapan?
perubahan perilaku Di mana?
Pesan Imajinatif – untuk awam
Informasi yang benar
• Vaksin merangsang sistem
kekebalan dalam tubuh
orang untuk melawan
antigen, sehingga apabila
antigen tesebut
menginfeksi kembali, reaksi
imunitas yang lebih kuat
akan timbul.
•Kemampuan
berpikir orang
berbeda. Awam
sulit memahami.
Pesan Imajinatif
• Bisa dibayangkan
• Lebih mudah
dipahami
• Bisa dirasakan
• Lebih memotivasi
Dalam tubuh anak ada pendekar-pendekar tanah air
yang menjaga anak dari serangan para penjajah
(kuman) yang ingin merusak/ membuat sakit tubuh
anak. Pendekar-pendekar ini hanya bisa bisa
membunuh penjajah yang sudah dikenal jurus-
jurusnya. Kalau penjajah baru, pendekar-pendekar
tanah air bisa kalah. Karena itu, butuh imunisasi yang
menyediakan lawan berlatih bagi para pendekar tanah
air (penjajah atau kuman yang lemah). Kalau sudah
hapal jurus-jurus lawan, maka nanti saat ada penjajah
datang, mudah ditumpas.
Komunikasi dengan bos, yang lebih
tinggi pendidikannya, lebih tua, lebih pengalaman…
Hidden Suggestion

• Jangan sok tahu


• Jangan sombong
• DAK dan waktu klarifikasi:
• Hidden suggestion
• Saya sebetulnya ga
Hidden Suggestion paham bener.….
• Katanya sih…
• Saya pernah tanya, prof
Hiking, dia bilang
• "Pergilah kamu berdua ke pada
Firaun. Sesungguhnya ia telah
melampaui batas. Maka
berbicaralah kamu berdua kepada
nya dengan kata-kata yang lembut. Masalah buka pagar orang sombong
Mudah-mudahan ia ingat atau
takut." (QS Thaha: 43-44). a nya
t kit
mbu
le
akin
Kata-kata yang lembut se m

ybs , me
sti
The power of
Rendah hati on
g
Tidak sombong
aki
n som
b
powerless
Tidak mematahkan m
Tidak menyalahkan
Se
communication
Mendengarkan
Menghargai

Berharap ybs bertanya


Bangun partisipasi pemimpin
Konsultasi: tanya
• Tidak perlu sok tahu mengajari
• Apalagi menyuruh-nyuruh
• Pak Kades Budi, kita kan sama-
sama mau wabah segera berakhir.
Agar kita bisa bekerja nyaman dan
lancar mencari uang lagi. Tapi ini
masalahnya ada sebagian yang
masih ragu-ragu divaksin. Mohon
arahan, apa yang perlu kita
lakukan?
Belajar dengan lagu – Bersama
warga/awam
Lagu itu…
• Membantu hafal
• Menerima tanpa disadari
• (padahal tadinya tak suka)
• ….
• ….

Syaratnya: enak dan mudah


dinyanyikan oleh warga
Anakku harus sehat, jangan sampai sakit
Caranya harus tepat, jauhkan penyakit
  Lagu
Pertama makanannya, harus seimbang
Kedua kebersihan, jauhkan dari kuman • Irama Ampar-Ampar Pisang
  • Nyanyi sama-sama lalu bahas
Anakku harus sehat, jangan sampai sakit
Caranya harus tepat, jauhkan penyakit • Imunisasi sebagai salah satu
  cara jaga anak jangan sakit
Ketiga diperiksa, secara teratur
Agar ketahuan, kalau ada yang ngawur
 
Anakku harus sehat, jangan sampai sakit
Caranya harus tepat, jauhkan penyakit
 
Terakhir tuubuhnya, harus cukup kebal
Agar bisa matikan, kuman-kuman bebal
 
Anakku harus sehat, jangan sampai sakit
Caranya harus tepat, jauhkan penyakit
Lagu untuk komunikasi perubahan perilaku
• Mudah dinyanyikan bersama
dengan 1x contoh
• Pola irama berulang-ulang singkat
• Adaptasi dari lagu yang sudah
dikenal luas
• Dicoba dulu dengn orang lain
untuk memastikan kemudahan
dinyanyikan bersama
Nyapa Vaksin
Bang vaksinnya jangan lupa untuk diambil
Bang vaksinnya jangan lupa untuk diambil

Vaksin penting untuk menjaga


Ibu bapak dan juga abang
Dari serangan virus corona

Saya nyapa bukan menantang


Jangan marah si abang sayang
Agar selamat
Kita semua

Anda mungkin juga menyukai