Anda di halaman 1dari 36

Komunikasi Persuasif dan

Inklusif dalam Pemberian


Edukasi Vaksin COVID-19
Dipaparkan pada Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainer) I
Tenaga Kesehatan Puskesmas PN-PRIMA
23 Februari 2022
Sebelum mulai, mari kita bahas dulu…
Apa alasan utama kelompok rentan di wilayah Anda belum
bersedia mendapatkan vaksin COVID-19?

Informasi apa yang dapat Anda sampaikan kepada kelompok


rentan tersebut agar bersedia mendapatkan vaksin COVID-19?

Mari kita belajar teknik komunikasi persuasif dan inklusif untuk


membantu kelompok rentan mendapatkan vaksin COVID-19
Komunikasi untuk perubahan perilaku
Orang berubah karena

TAHU MAU MAMPU


Agar lawan bicara TAHU, kuasai dulu
informasinya
Sampaikan informasi dengan JELAS, SINGKAT, KONKRET

Gunakan Pesan-Pesan Kunci

Pesan Kunci adalah Kendali dalam Komunikasi

Pesan Kunci tidak hanya informatif dan faktual, tetapi juga berisi
daya tarik (motivator)
Clear (Jelas)
● Sampaikan pesan dengan jelas, gunakan
kalimat yang singkat (bukan singkatan)
agar pesan dipahami dengan baik.

● Gunakan kata-kata yang tepat, pantas,


dan mudah dipahami.

● Pastikan pesan sudah mengandung


informasi yang dibutuhkan lawan bicara.
Clear (Jelas)
Bandingkan kedua pernyataan ini.
Mana yang lebih jelas, singkat, konkret dan jelaskan

“Pihak Desa sudah menyediakan vaksin


Karena di desa kita masih banyak warga yang belum
COVID-19 untuk semua warga.
divaksin dan menurut informasi yang kami terima,
Vaksinasi dilakukan di Balai Desa.
warga kesulitan pergi ke lokasi vaksinasi yang jauh
Warga bisa datang pada hari Senin
dari rumahnya, pihak Desa sudah menyediakan
sampai Jumat mulai pukul 8 pagi untuk
vaksin untuk warga. Tidak ada paksaan, vaksin
divaksin. Semua gratis, hanya butuh
disediakan untuk warga yang mau saja. Untuk warga
KTP. Warga bisa hubungi Ketua RT Jika
yang berminat silakan nanti bisa menghubungi Ketua
ada pertanyaan.”
RT masing-masing agar mendapat informasi lebih
lengkap mengenai persyaratan dan lain-lain.”
Concise (Ringkas)
Sampaikan pesan langsung pada sasaran, tanpa menggunakan kata-kata
yang tidak perlu (singkat, padat)

Vaksin tidak menyebabkan kematian, justru mencegah kita dari kesakitan lebih
parah dan kematian.

Efek samping vaksin yang bersifat parah sangat jarang terjadi. Efek samping ringan
umumnya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Concrete (Konkret)

Sampaikan pesan dengan jelas, spesifik, dan disertai fakta pendukung

Sudah banyak orang yang divaksin. 9 dari 10 orang di atas 6 tahun di Indonesia
sudah dapat vaksin dosis 1, termasuk saya sendiri.
Sangat sedikit orang yang mengalami efek samping berat.
Agar lawan bicara MAU, bangkitkan motivasinya
Sampaikan manfaat vaksin COVID-19 yang pas dengan lawan bicara

Yakinkan bahwa memperoleh vaksin COVID-19 adalah hal yang mudah


dilakukan

Sampaikan bahwa banyak orang lain sudah melakukannya

Gunakan kata-kata yang berefek pada emosional lawan bicara


Pahami Apa yang mereka sukai?
Apa kekhawatiran mereka?
Lawan
Informasi apa yang sudah mereka ketahui?
Bicara Bagaimana sikap atau opini mereka?
Bagaimana situasi yang mereka hadapi?
Apa kesulitan atau hambatan yang mereka
hadapi?
Agar Paham Masalah

• Mendengarkan

• Ngobrol dengan orang lain

• Baca tanda-tanda nonverbal


Mendengarkan Aktif
Prinsip Mendengarkan Aktif

• Pikiran terbuka. Tidak


berprasangka.
• Bukan diam tapi aktif menyimak,
menandai, menanyakan kembali
hal yang belum jelas (dengan
pertanyaan pendek)
• Non-verbal menunjukkan Anda
mendengarkan (kontak mata,
mengangguk, mengatakan ooh…
dll)
Mendengarkan yang membuat orang…
• Merasa dihargai
• Lebih terbuka bicara
• Lebih banyak bicara
• Akhirnya: setelah kita dengarkan,
mereka akan mendengarkan saat
kita bicara
Mana yang Mendengarkan?
Kader: Ibu Siti sudah vaksin belum?

Kader: Ibu Siti sudah vaksin Ibu Siti: Belum Bu, saya takut mau vaksin
belum?
Kader: Takut ya Bu? Kenapa takut Bu Siti?
Ibu Siti: Belum Bu, saya takut
mau vaksin Ibu Siti: Katanya ada yang kemarin habis vaksin
masuk RS bu kejang-kejang. Apalagi saya punya
Kader: Loh kok takut bu? darah tinggi, jadi saya takut
vaksin itu penting buat
melindungi kita dari Kader: Oh Ibu punya darah tinggi, jadi takut ya
COVID-19 Bu?

Ibu Siti: Iya takut Bu


Pertanyaan Mudah

• Sampaikan pertanyaan-pertanyaan yang


mudah dijawab. Hindari jargon
• Gunakan pertanyaan terbuka agar orang
bercerita lebih banyak
• Pakai pertanyaan retoris untuk
menguatkan sikap
Gunakan Pertanyaan Berikut:

• Contohnya..?
• Seperti…?
• Maksudnya….?
• Apa lagi?
• Ada lagi?
• Selain itu?
• Tadi yang…., kalau yang….?
Hindari Jargon

● Apakah Bapak takut ● Apakah Bapak punya


divaksin karena keluhan penyakit atau
komorbid? sedang rutin minum obat?

● Apakah Ibu khawatir ● Apakah Ibu khawatir ada


dengan KIPI? efek samping setelah
divaksin?
Memperhatikan
Komunikasi Non-verbal
Memperhatikan Komunikasi Non-Verbal
Karakteristik:

• Seringkali tidak disadari


• Sulit untuk dikendalikan
• Tidak akurat (bias budaya)
• Faktor yang cukup menentukan
keberhasilan komunikasi
Tips Melakukan Komunikasi Non-Verbal
• Lihat pada daerah di antara dua alis
• Bukan pada kedua mata
• Dalam konteks one-to –one: santai saja. Jangan
menekan
• Dalam konteks kelompok (ada beberapa orang),
bagi rata. Jangan hanya kontak mata satu orang
saja
Backfire Effect
• Menyampaikan argumen yang lebih kuat tidak
serta memengaruhi sikap lansia pada vaksinasi
COVID-19.
• Karena merasa lebih berpengalaman (sehingga
ingin dihargai) lansia cenderung tersinggung
ketika argumennya dipatahkan.
• Jika tersinggung, lansia semakin enggan
menerima argumen komunikator bahkan lebih
kuat meyakini pilihannya.
• Hal inilah yang disebut sebagai backfire effect
dalam berkomunikasi.
Ber-argumen dengan Apresiasi
• Agar terhindar dari backfire effect,
komunikator perlu berargumen secara
apresiatif.
• Pertama, dengarkan. Bukan diam saja.
Bertanya-tanya singkat untuk memahami
lebih dalam. Hindari menyalahkan atau
meluruskan.
• Kedua, angkat kekuatan argumen yang
dikemukakan lansia. Tunjukkan betapa
argumennya valid, kuat, menarik dll.
• Ketiga, sampaikan bahwa pendapat yang kita
ajukan tidak lain hanyalah memperkuat
argumen yang beliau telah sampaikan.
Contoh “Ah, saya tidak butuh vaksin, bu Bidan.”
“Oh, kok tidak butuh?”
Dengarkan “Saya kan di rumah terus. Tidak pergi kemana-mana. Jadi ga akan tertular
Argumen virus, deh.”
“Oh, pak Budi di rumah terus?”
“Iya. Bahkan tidak terima tamu masuk rumah. Ketemu bu Bidan saja di teras.
Pakai masker dan jaga jarak.”
“Wah bagus itu pak Budi. Cara yang paling efektif untuk mencegah tertular
Apresiasi memang di rumah saja. Tidak kemana-mana. Bagus banget itu, Pak Budi.”
Argumen Pak Budi tersenyum
“Nah, vaksin COVID-19 sebenarnya untuk membuat pak Budi yang sudah
aman bertambah aman lagi.”
“Oh begitu, ya”
Selaraskan “Iya, pak Budi alhamdulillah sekarang sudah menerapkan cara yang paling
Argumen aman. Nah, vaksin ini menambah agar pak Budi lebih aman lagi. Karena,
siapa tahu anak atau mantu pak Budi keluar rumah. Dan mereka bisa
membawa virus ke rumah.”
Agar lawan bicara MAMPU, buat hal itu jadi
mudah
Mulai dari langkah/ tindakan kecil (mengunci komitmen)
Tawarkan Solusi

Catatan untuk komunikator:


• Sampaikan pesan
• Gunakan butir bicara dan gunakan jawaban dari
pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
3 Tahapan Komunikasi saat Edukasi
Bangun hubungan
• Jika belum kenal, tanya namanya dan gunakan dalam percakapan
Bangun Hubungan (jangan hanya menyebut pak, bu, kak, mba, bang dll.)
• Tanya kabar & kesibukan.
• Tanya-tanya santai. Cari latar belakang yang sama, persamaan asal,
sekolah, kegiatan, hobi atau lainnya.
Dengarkan Kelompok Dengarkan Kelompok Rentan Bicara
Rentan Bicara • Ibu/bapak mengikuti berita tentang COVID-19? Apa yang ibu/
bapak dengar?
• Ibu/ bapak sudah vaksin? Bila sudah, bagaimana rasanya saat ini?
Bila belum, ada rencana? Mengapa?
Sampaikan Pesan dan • Dengarkan. Nyambung. Jangan diam. Jangan patahkan. Apresiasi.
Ajak Berkomitmen
Kunci Komitmen (Halus)
• Bukan Anda komit terhadap apa yang orang
lain sampaikan. Tetapi Anda komit terhadap
apa yang Anda sampaikan sendiri
• Kalau sudah disangsikan tapi masih tetap mau
melakukan, maka lebih teguh
• Kalau bisa dibayangkan bagaimana
kejadiannya nanti, akan lebih dekat ke
perubahan perilaku
• Apresiasi dengan menunjukkan kekuatan/
kelebihan orang itu
Sumber:
“Berargumen Dengan Lansia terkait Vaksinasi”. Seri Panduan Darat Pendukung PPKM
Darurat. CISDI, 2021.

“Skenario Komunikasi Kunjungan Rumah untuk Promosi 3M +”. Seri Panduan Darat
Pendukung PPKM Darurat. CISDI, 2021.

“Kecakapan Komunikasi Antarpribadi Pendukung Kegiatan Contact Tracing”. CISDI, 2021.


Terima kasih
Bermain Peran
Instruksi
1. Peserta akan dibagi menjadi 5 kelompok dalam 5 breakout rooms.
2. Masing-masing kelompok akan didampingi 1 co-fasilitator.
3. Setiap kelompok akan mendapat 1 skenario dan dibantu oleh 1 perwakilan dari
komunitas kelompok rentan yang berperan sebagai lawan main.
4. Setiap kelompok bisa memilih 1-2 orang untuk bermain peran mengikuti
skenario. Sementara, anggota kelompok lainnya menjadi pengamat.
5. Setiap kelompok akan diberikan waktu 10 menit untuk mempersiapkan diri, 15
menit untuk bermain peran, dan 15 menit untuk mendiskusikan hasilnya dan
mendengar masukan dari co-fasilitator dan perwakilan komunitas kelompok
rentan
Skenario 1 (Disabilitas Autisme)
Peserta melakukan kunjungan ke rumah warga setelah mendapat laporan dari RT/
RW. Warga tersebut adalah Bapak Nunu (50 tahun), seorang Ayah dari anak
dengan autisme (17 tahun). Pak Nunu menolak untuk menerima vaksin COVID-19
untuk dirinya maupun anaknya, padahal sudah banyak warga di lingkungan
tersebut yang terkena COVID-19. Alasannya, Ia takut vaksinasi justru akan
memperparah kondisi anaknya. Ia juga merasa akan sulit jika harus mendatangi
sentra layanan vaksin bersama dengan anaknya karena jarak yang cukup jauh dan
tidak memiliki kendaraan pribadi.

Lakukan edukasi sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi


persuasif yang telah dipelajari.
Skenario 2 (Transpuan)
Peserta berlatih menyampaikan edukasi terkait vaksin pada seorang transpuan
yang datang ke kegiatan Sosialisasi di komunitas transpuan. Transpuan tersebut
bernama Fitri (30 tahun). Fitri menyatakan dirinya sudah tahu bahwa vaksin
sangat penting untuk terlindung dari gejala COVID-19 yang parah. Namun, Ia
belum divaksin karena pernah memiliki pengalaman yang kurang baik saat
mendatangi sebuah Puskesmas. Selain itu, Fitri yang merantau di Depok sejak 5
tahun lalu juga khawatir karena tidak memiliki KTP sesuai domisilinya saat ini.

Lakukan edukasi sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi


persuasif yang telah dipelajari.
Skenario 3 (Lansia)
Peserta berlatih menyampaikan edukasi terkait vaksin pada seorang lansia
bernama Ibu Desi (65 tahun). Ibu Desi tinggal bersama suaminya (70 tahun). Ibu
Desi dan suaminya hingga saat ini menolak divaksin. Selain karena Ia tidak paham
cara mendaftar dan tidak mengetahui jadwal vaksin, Ia takut vaksin akan
berbahaya untuk suaminya yang memiliki penyakit diabetes. Selain itu, para
tetangga seusianya juga memberitahu dirinya bahwa lansia tidak terlalu penting
divaksin karena tidak sering bepergian sehingga relatif aman dari virus COVID-19.

Lakukan edukasi sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi


persuasif yang telah dipelajari.
Skenario 4 (Disabilitas Fisik)
Peserta berlatih menyampaikan edukasi terkait vaksin pada Ibu Paini (40 tahun),
seorang penyandang disabilitas fisik. Peserta mengunjungi Ibu Paini setelah
mendapat laporan dari RT/ RW. Bu Paini menolak untuk menerima vaksin
COVID-19 padahal sudah banyak warga di lingkungan tersebut yang terkena
COVID-19. Alasannya, Ia takut ada efek samping tertentu akibat vaksin pada
kondisi fisiknya. Ia juga merasa akan sulit jika harus mendatangi sentra layanan
vaksin karena jarak yang cukup jauh. Sementara, Ia tidak memiliki pendamping
untuk membantunya karena suaminya harus bekerja dari pagi hingga sore setiap
harinya.

Lakukan edukasi sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi


persuasif yang telah dipelajari.
Skenario 5 (ODHA)
Peserta berlatih menyampaikan edukasi terkait vaksin pada ODHA bernama Reza
(27 tahun) di sebuah kegiatan sosialisasi bersama komunitas ODHA. Reza
mengungkapkan dirinya belum begitu yakin untuk menerima vaksin karena
berbagai informasi di internet yang menyatakan vaksin COVID-19 berbahaya bagi
penderita penyakit terkait autoimun seperti HIV-AIDS. Reza juga ragu mendatangi
sentra layanan vaksin karena khawatir mendapat diskriminasi karena Ia ODHA.

Lakukan edukasi sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi


persuasif yang telah dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai