Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah seseorang yang belum dewasa yang sudah bisa hidup
mandiri.Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan
sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai
pada umur 21 tahun.Anak merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa
yang dasar-dasarnya telah diletakkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu
anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
Kemampuan komunikasi pada anak merupakan salah satu indikator
perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak dalam beraktifitas dengan lingkungannya.
Keluarga sangat berperan penting sebagai dasar perkembangan emosional
dan sosial anak. Hubungan pertemanan mempengaruhi perkembangan
psikososial anak. Perkembangan psikososial anak meningkat ditandai dengan
adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kebutuhan
dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Pengetahuan tentang perkembangan psikososial anak akan membantu para
orang tua dalam menghadapi tantangan saat membesarkan dan mendidik anak-
anakserta membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan
dialami anak dengan cara yang tepat.
Alasan kita berkomunikasi pada anak:

1.Alasan komunikasi pada bayi

 Untuk memberi rasa aman pada bayi


 Untuk memenuhi kebutuhan bayi akn kasih saying, dan melatih bayi
mengembangkan kemampuanbicara, mendengar, dan menerima
rangsangan.

1
2.Alasan komunikasi pada anak usia prasekolah
 Untuk melatih penggunaan pancaindra
 Untuk meningkatkan keterampilan kognitif,afektif dan psikomotor
 Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan
hubungan dengan orang lain.

3. Alasan komunikasi pada anak usia sekolah

 Untuk mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan


sehari hari
 Untuk mengembangkan kata hati dan nilai kesusilaan
 Untuk mengembangkan kemapuan hidup berkelompok
 Supaya mampu bergaul dengan teman sebaya
 Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis,berhitung
 Belajar menjalankan peran sebagai pria dan wanita
 Mengembangkan konsep diri.
Menurut penelitian yang diambil dari jurnal dilakukan oleh Hannan,
Susilo, dan Suwanti (2009) di RSUD Ambarawa dan menurut hasil penelitian
Stadler, Bolten, dan Schmeck (2011) menunjukkan bahwa komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan kecemasan pada pasien selama masa hospitalisasi.
Peneliti menentukan pasien anak usia prasekolah karena anak usia 3-6 tahun
peka terhadap stimulus yang dirasakan yaitu stimulus yang mengancam
keutuhan tubuhnya (Supartini, 2004). Oleh karena itu, apabila perawat akan
melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa,
dan bagaimana cara dilakukannya? Anak membutuhkan penjelasan atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Perawat perlu menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti anak dan memberikan contoh yang jelas sesuai dengan
kemampuan kognitifnya. Hal ini pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit
akan menunjukkan rasa cemas mereka dengan menangis, memeluk orang tua
jika didekati oleh perawat, dan tidak mau berbicara dengan perawat saat

2
perawat akan melakukan tindakan keperawatan pada anak. Anak yang merasa
cemas karena hospitalisasi, cenderung untuk berteriak, dan tidak mau disentuh
oleh perawat. Keadaan seperti ini menggambarkan rasa cemas pada anak
yang dapat menghambat proses perawatan selama di rumah sakit sehingga
mempengaruhi proses penyembuhan.

Hasil observasi pada penelitian diatas menunjukkan ketika anak baru saja
datang dari rumah sakit, perawat memberikan salam, “Selamat pagi”,
“Selamat siang”, “Selamat sore”, atau “Selamat malam” baik kepada keluarga
pasien dan pasien itu sendiri. Perawat memberitahukan kepada keluarga
pasien mengenai tata tertib selama menjalani perawatan dirumah sakit. Selama
pasien mengalami hospitalisasi, secara tidak sadar antara perawat dengan
pasien maupun keluarga pasien terjalin hubungan komunikasi. Ketika akan
dilakukan tindakan keperawatan pada anak seperti pemasangan infus maupun
terapi obat melalui suntikan, perawat memberitahukan terlebih dahulu kepada
pihak keluarga mengenai rencana medis tersebut. Perawat juga berusaha
menenangkan pasien, “Dik, sini sini diperiksa dulu, ga apa-apa. Pinter, iya
anak pinter kok.” saat pasien sudah berada di ruang tindakan. Hal ini tetap
membuat anak merasa gelisah, padahal perawat di ruang kamar rumah sakit
tersebut sudah melakukan komunikasi terapeutik dan berusaha mengalihkan
kegelisahan pasien dengan menunjukkan benda-benda ataupun mainan yang
ada di sekitar ruang tindakan agar anak dapat diberikan tindakan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.1 Apa saja konsep dasar komunikasi?
1.2 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan emosional anak?
1.3 Bagaimana komunikasi dalam pertumbuhan dan perkembangan emosional
anak?
1.4 Bagaimana cara berkomunikasi dalam kasus di keperawatan anak?

3
1.3 Tujuan Masalah
1.1 Untuk mengetahui konsep dasar komunikasi
1.2 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak
1.3 Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dalam pertumbuhan dan
perkembangan emosional anak
1.4 Untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dalam kasus
keperawatan anak

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR KOMUNIKASI

2.1.1 Definisi Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut beberapa ahli:


1. Edward Depari: komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang – lambang
tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampaan pesan
ditujukan kepada penerima pesan. (Mundakir, hal 3)
2. James A.F. Stoner: komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
(Mundakir, hal 3)
3. John R. Schemerhom: komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses
antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol – simbol yang
berarti bagi kepentingan mereka. (Mundakir, hal 3)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian


komunikasi adalah penyampaian dari seseorang ke orang lain, dengan
menyertakan kode atau lambang penyampaian itu sendiri melalui suatu
proses.

2.1.2 Tujuan Komunikasi


1. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti
2. Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain,
jangan memaksakan kehendak.
3. Supaya gagasan dapat menerima orang lain, melalui pendekatan
persuasif bukan memaksakan kehendak.

5
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang
banyak mendorong dengan cara yang baik.

2.1.3 Fungsi Komunikasi


1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran
berita, data, gambar, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat
2. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
ketermpilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
3. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni
dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan
kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun
imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.

Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi memegang peranan


apenting dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.

2.1.4 Unsur – unsur komunikasi


1. Komunikator
Dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media
pandang dengan audiovisual, seorang komunikator harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini
sesuai dengan tata krama dan memperhatikan keadaan, waktu dan
tempat.

2. Komunikan
Adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari
kegiatan komunikasi atau orang yang menerima pesan atau

6
lambang .Komunikasi bisa berupa klien atau individu, keluarga
maupun kelompok masyarakat.

3. Pesan
Adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan ini mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi
pengarah didalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan.

4. Channel/Saluran
Adalah saluran penyampaian pesan, biasanya juga disebut media.
Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu media
umum dan media massa.

5. Umpan Balik
Komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan penerimaan
lambang ataupun kegiatan untuk mengubah pendapat orang lain yang
merupakan suatu usaha untuk mengadakan hubungan sosial.

2.1.5 Proses Komunikasi


Menurut Cultip dan Cetre, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan
dengan melalui empat tahap, yaitu:
1. Fact Finding
Mencarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang
melakukan kegiatan komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu
masyarakat perlu dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut.

2. Planning
Berdasarkan data dan fakta diatas dibuatlah rencana tentang apa
yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.

7
3. Communicating
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah
communicating/berkomunikasi

4. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana
hasil komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi
perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.

2.1.6 Prinsip – prinsip komunikasi


Menurut James L Marsell mengemukakan ada enam prinsip yang harus
diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu:
1. Konteks
Komunikasi yang bermakna akan sangat tergantung kepada cara
menghubungkan dengan konteks pesan yang disampaikan dan konteks
tersebut akan mempengaruhi orang lain dan bisa diterima tanpa adanya
paksaan.

2. Fokus
Agar komunikasi bermakna dan efektif perlu memperhatikan focus
tertentu. Fokus ini berguna agar penyampaian pesan tetap pada media
yang digunakan.

3. Sosialisasi
Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada hubungan
antara komunikator dan komunikan serta kepada siapa saja komunikasi
itu ditujukan.

8
4. Idividualisasi
Komunikasi yang bermakna tentunya perlu mengetahui sikap,
kecakapan, dan kemampuan masing-masing individu atau kelompok.
Biasanya individu atau kelompok tertentu mempunyai tradisi tertentu.

5. Unitas
Untuk menjaga proses kelancaran proses komunikasi maka pesan-
pesan harus disusun sedemikian rupa sehingga terlihat pesan yang
perlu diberikan terlebih dahulu atau yang diutamakan.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang integral dari proses komunikasi,
evaluasi merupakan umpan balik. Jadi, dalam hal ini peran
komunikator dan komunikan sangat penting.

2.2 KOMUNIKASI PADA ANAK


2.2.1 Tujuan Komunikasi Pada Anak
1. Untuk mengetahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh
kembang anak.
2. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak berdasarkan usia.
3. Mengetahui kekerasan dampak pada anak.
4. Untuk mengetahui tatacara berkomunikasi dan komunikasi
keluarga.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi pada anak.
6. Untuk mengetahui strategi dalam berkomunikasi pada anak dan
mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat
berkomunikasi pada anak.

9
2.2.2 Tahap Psikososial Anak

Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling


banyak dianut adalah teori psikosisal dari Erik Erikson.
Teori psikososial dari Erik Erikson setiap tahapnya yang saling
berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap tergantung dari hasil
tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego
adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego
harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi
tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat.

Berikut adalah tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :


1.Tahap I :Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan
pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan
anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa(hope).

Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang
lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain
berusaha mengambil keuntungan dari dirinya

2.Tahap II:Autonomy versus Shame and Doubt(l-3 tahun)


Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol
atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun
anaknya,mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-
impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka melatih
kehendak mereka, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa

10
belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak
kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah
resolusi yang diharapkan.

3.Tahap III :Initiative versus Guilt(3-6 tahun)


Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan
ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat
keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri
yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika
ia dewasa.Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka
keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam
hidupnya.

4.Tahap IV:Industry versus Inferiority(6-12 tahun)


Pada saat ini,anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan
kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik.
Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak
yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang
diperoleh. Ketrampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Disisi
lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan
tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan
merasa inferior.

2.2.3 Ciri Perkembangan Anak


1. Tabel perkembangan anak usia 0-2 tahun

INTELEKTUAL FISIK SOSIAL EMOSI


Eksplorasi dengan Belajar mengangkat Mengimitasi Menangis
tangan dan mulut kepala ekspresi wajah adalah
komunikasi

11
utama ketika
kebutuhannya
tidak terpenuhi
Mendorong, Belajar berguling dan Bubbling/berbicara Mulai
melempar, duduk(6 bulan) tidak jelas berbicara tetapi
mengguncang, kata-katanya
menjatuhkan dan tidak jelas
meletakkan
sesuatu didalam
mulut
Menyembunyikan Belajar merangkak, Bermain didekat
sesuatu untuk berjalan 2-3 langkah anak lain tapi tidak
melatih (12 bulan) bermain bersama
kemampuan
mencari barang
Melatih Berlari, menendang,
penggunaan naik dan turun
barang sehari-hari tangga, berpegangan
dengan tangan orang
lain (24 bulan)
Saat umur 2 tahun
setidaknya sudah
memiliki 50 kosa
kata

2. Tabel perkembangan anak usia 3-5 tahun

Intelektual Fisik Sosial Emosi


Bermain imajinasi Mempu melompat, Interaksi dengan Anak-anak
merupakan suatu memanjat, berayun anak-anak lain dengan mudah
perkembangan meningkat pindah diantara

12
yang terlihat realita dan
fantasi.
Tidak tahu
perbedaan antara
fantasi dan
realita
Menanamkan Menggambar Perkembangan Ikuti emosi anak
warna dan seseorang dan sosial yang dengan serius,
perhitungan belajar meningkat beberapa anak
sederhana menggunakan melalui bermain usia pra sekolah
gunting imajinasi dan bisa menjadi liar
fantasi dan kemarahan
Mengerti konsep Sering frustasi Belajar untuk dan yang panjang
waktu karena ingin menyelesaikan
Stimulasi melakukan sesuatu konflik/ masalah
perkembangan secara fisik namun tanpa banyak
intelektual dengan belum sanggup emosi
membacakan sehingga banyak
secara keras terjadi kegagalan
Saat umur 5 tahun dan jatuh
setidaknya sudah
memiliki 2500
kata

3. Tabel perkembangan anak usia 6-9 tahun

Intelektual Fisik Sosial Emosi


Belajar membaca Banyak kemampuan Beradaptasi Anak-anak masih
secara bertahap fisik yang dalam suatu egois, ingin
berkembang hubungan, dapat menjadi yang
juga pertama dan

13
mengahadapi perhatian
konflik dengan
teman
sepermainannya
Mengerti konsep Belajar berguling Banyak anak Anak-anak akan
waktu menikmati dan duduk yang kompetetif, cemberut, kuatir,
mendengar argument dan meggerutu
tentang masa memberontak terhadap
lampau bila kalah kekecewaan
dalamsuatu
kegiatan
Pikiran akan Banyak belajar
membantu anak- keseimbangan
anak untuk
belajar
Dapat Suka bergerak, tidak
menghitung suka duduk
hinggan 100 dan sehingga masa-masa
mulai belajar sekolah bias
perkalian menjadi susah untuk
beberapa anak

2.2.4 Petunjuk Untuk Berkomunikasi dengan Anak

1. Anak harus merasa nyaman


2. Hindarkan ucapan yang cepat atau tiba-tiba menghentak
3. Senyum
4. Kontak mata diperhatikan
5. Bicara pelan, percaya diri, hangat, tidak terburu-buru

14
6. Beri kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasannya missal:
takut, gembira
7. Gunakan teknik yang bervariasi
8. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak

2.2.5 Sisi Psikologis Anak Yang Sakit


1. Anak
Pada usia 5 hingga 6 bulan, bayi mengalami perkembangan kesadaran diri
sebagai individu yang terpisah dari ibu. Akibatnya, bayi pada usia ini
secara akut menyadari takut terhadap orang yang tidak familiar.
2. Toddler
Batita sering kali merasa takut terhadap orang asing dan dapat mengikat
peristiwa traumatik. Contoh yang sederhana adalah ketika batita berjalan
kea rah ruang terapi tempat terjadinya prosedur traumatik di masa lalu
dapat membuat sedih batita.
3. Anak prasekolah
Pada anak prasekolah penyakit dan hospitalisasi tetap dapat menyebabkan
stress. Anak prasekolah mungkin paham bahwa berada dirumah sakit
karna mereka sakit, tetapi mereka mungkin tidak memahami penyebab
penyakit mereka. Anak prasekolah takut terhadap mutilasi dan terhadap
prosedur intrusif karena mereka tidak memaahami integritas tubuh.
4. Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah mengkhawatirkan ketidakmampuan dan kematian, serta
mereka takut terhadap cedera dan nyeri. Mereka ingin mengetahui alas an
prosedur dan pemerikasaan yang dilakukan. Mereka dapat memahami
penyebab dan efeknya serta bagaimana hal tersebut terkait dengan
penyakit mereka. Mereka merasa tidak nyaman dengan setiap jenis
pemeriksaan seksual.

15
2.2.6 Pengertian Anak dan Komunikasi Sesuai Dengan Tingkat Usia
Anak

Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang konkrit ke fungsional


sampai akhirnya kepada yang abstrak. Komunikasi pada anak dapat dilakukan
sesuai dengan tingkat perkembangannya, antara lain:

1. Masa neonatus ( lahir-28 hari)


Komunikasi pada bayi umumnya dapat dilakukan dengan gerakan-
gerakan, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek
atau cahaya, pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan
kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba,
da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi
terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa
gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi
sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau
tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara
komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan
komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap,
menggendong, memangku, dan lain-lain.

16
2. Masa bayi (1 bulan- 1 tahun)
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia
menggunakan komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan
mendekat bila situasi menyenangkan, akan menangis bila tidak
menyenangkan, menarik perhatian dengan cara menggerak-gerakan tangan
dan kaki lalu bertepuk tangan. Bayi dapat merespon tingkah laku non
verbal pemberi perawatan mereka akan tenang dengan kontak fisik yang
dekat. Bayi juga akan merasa nyaman dengan suara yang lembut meskipun
dengan kata-kata yang tidak mengerti.
Bayi lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya atau ibunya
sehingga setiap orang asing merupakan ancaman baginya, untuk itu orang
tua harus mengawasi reaksi bayi ketika digendong orang lain.

3. Masa Todler dan Pra Sekolah (1-3 tahun dan 3-5 tahun)
Menurut Soetjiningsih (1995), mengatakan bahwa pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, kilo), ukuran panjang (sentimeter, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (resensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan anak usia toodler adalah rata-rata pertambahan berat
badan 1,8 sampai 2,7 kg per tahun. Tinggi badan rata-rata anak usia 2
tahun adalah 86,6 cm. kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat
pada akhir masa bayi,dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar
dada pada usia 1-2 tahun. Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan
melebihi lingkar kepala selama masa toodler (Wong L Donna,dkk 2008).
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

17
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).

Masa ini umumnya anak sudah mampu berkomunikasi baik secara


verbal maupun non verbal. Anak dibawah 5 tahun hampir semuanya
egosentrismereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan
dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak tidak
dapat membedakan antara fantasi atau kenyataan.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan
digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan tidak merasa
terasing, gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagi anak,
karena anak memahami kalimat yang pendek, sederhana, dan penjelasan
yang konkrit.

Untuk usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah


dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan
pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak
mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan

18
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

4. Masa Usia Sekolah ( 5 tahun-12 tahun)

Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu.

Anak berusia5-8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka


lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada
masalah baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak
membutuhkan pengesahan dari tindakan yang dilakukan. Pada masa ini
anak sudah dapat memahami penjelasan sederhana mampu
mendemonstrasikannya. Anak perlu diizinkan untuk mengekspresikan rasa
takut dan keheranan yang dialaminya.

2.2.7 Komunikasi Terapeutik Dengan Anak

Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai


berikut;

1. Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan
mengatakan “jawab dong”.

19
2. Mengalihkan aktivitas
Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas
terapis dan mengartikannya sebagai tanda hyperaktif. Anak lebih tertarik
pada aktivitas yang disukai sehingga perlu dibuat baru jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang disukai dan aktivitas terapi yang
diprogramkan.

3. Jarak interaksi
Perawat yagmengobservasi tindakan non verbal dan sikap tumbuh anak
harus mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi.

4. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku yang rendah pada
anak untuk mencegah tempertantrum. Perawat menghindari bicara yang
keras dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon anak
meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol perilaku, kontak mata
dimulai kembali namun sentuhan ditunda dahulu.

5. Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan anatara perawat dan
anak. Perawat secara non verbal selalu memberi dorongan, penerimaan da
persetujuan yang diperlukan.

6. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk mengilangkan stress dan cemas khusunya pada
anak laki-laki.

2.2.8 TEKNIK BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

20
Anak adalah individu yang unik, bukan miniatur orang dewasa. Untuk
melakukan pendekatan perlu teknik khusus agar hubungan yang dijalankan
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.

1. Teknik non verbal


a. Teknik orang ketiga
Teknik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti
“dia atau mereka”. Teknik tersebut mengurangi perasaan terancam
daripada langsung bertanya pada anak bagaimana perasaannya? Hal
seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju
tanpa ingin bertahan.

b. Neuro linguistik programming (NLP)


Teknik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk
mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara/gaya/kelakuan
dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu.
Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga
huruf sensorik seperti; pengelihatan, pendengaran, kenistetik.

Teknik pendekatan NLP:

Cara Komunikasi Respon yang cocok


Cara Visual: Ceritakan pada saya tentang apa
Saya dapat melihat bahwa saya tidak yang kamu lihat.
sehat
Cara Auditory: Apa yang kamu dengar yang
Dari apa yang saya dengar dimana dokter membuat kamu melihat sesuatu
mengatakan anak saya akan sembuh seperti ini.

Cara Kinestetik: Ceritakan lagi tentang perasaan


Saya merasa bahwa prognosa anak saya anda bahwa prognosanya menurun.
menurun.

21
c. Facilliative Responding
Facillitative responding adalah mendengarkan secara seksama dan
membayangkan kembaliperasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan
anak. Contoh: tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan orang.
d. Bercerita (story telling)
Respon anak dalam teknik-teknik bercerita bervariasi. Bercerita
menggunakan bahasa anak, danmenyelidiki perasaannya, sementara itu
menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkanketakutan-
ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan
tentang sesuatu kejadian atau peristiwa spesifik “berada dirumah sakit”.

e. Bibliotheraphy
Bibliotheraphy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka
proses tereopatik dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak
mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas
membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk
menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi

22
sedikit berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan
tetap dalam control.
Petunjuk umum dalam bibliotheraphy
 Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
 Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak
 Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca
untuknya
 Menyelidikii bersama anakaakan aktif dari isi buku dengancra
menceritakan kembali cerita itu.

f. Fantasy
Bentuk khusus dari bibliotheraphy adalah menggunakan dongeng
fantasy atau dongeng seperti “Malin Kundang”, “Si kancil mencuri
timun”. Figure dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan
dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa.

g. Mimpi

Salah satu cara pada psikoterapi dapat menggunakan interpretasi


dari mimpi dengan menanyakan anak dan orang tua tentang mimpi.
Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggu.

h. Pertanyaan “Bagaimana Bila”


Pertanyaan “bagaimana bila” mendorong anak untuk menjelajahi
situasi dan menentukan berbagai pemecahan masalah.
Contoh: perawat bertanya:”bagaimana bila engkau sakit dan harus
masuk rumah sakit?”
Anak akan mengatakan perasaan-perasaan yang telah dia ketahui dan
tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari
keterampilan pertahanan diri; khususnya pada situasi-situasi yang
berbahaya.

23
i. Tiga permintaan ( three wishes)
Satu strategi untuk mengundang anak-anak dalam percakapan
adalah teknik “tiga permintaan”. Satu pertanyaan sederhana, “apabila
kau ingin memiliki tiga hal di dunia, apakah itu”. Biasanya anak
menjawab tentang apa yang dirasakan, seperti “saya tidak mau sakit
lagi”. Apabila kita tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan
menyatakan “apabila hal itu jadi kenyataan, demikian pula permintaan
lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi”.
Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkannya tetapi dia
mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan. Salah
satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk
mengunjunginya pada saat dia di rumah sakit dan masa penyembuhan
di rumah.

j. Rating game

Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu
dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku
hariannya.

k. Word Association Game

Pendekatan dengan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai


dengan sejumlah kata-kata kunci dan meminta anak untuk menyebut kata
pertama yang dia kenal. Akan tetapi lebih baik jika dimulai dengan kata-
kata netral seperti menggambar, menulis, berdoa. Kemudian pada tahap
berikutnya kita kenalkan kata-kata yang mengundang kecemasan seperti,
penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan, dipilih harus sesuai
dengan situasi kehidupan anak.

l. Sentence complation (melengkapi kalimat)

24
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja
dan remaja. Contoh : “ sesuatu yang menyenangkan (menjengkelkan)
tentang sekolah anak..”. “Usia yang paling menarik (tidak menarik)
adalah …” Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri
dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya.

m. pross and cons (pro dan kontra)

Pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi


perasaan-perasaannya adalah memilih topic seperti “berada di rs”, dan
meminta anak membuat daftar (list), “ lima hal yang baik dan lima hal
yang buruk” tentang rs adalah teknik yang sangat berharga apabila
diterapkan untuk menciptakan hubungan baik.

Contoh: dapat meminta anggota keluarga menulis 5 hal yang mereka


senangi dan yang tidak disenangi tentang satu sama lainnya. Kemudian
setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendisdusikan perasaan-
perasaan dalam suasana yang tidak bersifat menngadili. Perawat harus
mampu menangani perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat
tanggap, dan cepat menetralisir situasi.

2. Teknik Verbal
a. Menulis
Menulis adalah arlternatif pendekatan bagi anak untuk memulai
percakapan, perawat dapat memeriksa atau menyelidiki tulisan dan
meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak
lebih riil dan nyata.

25
b. Menggambar
Menggambar adalah bentuk komunikasi melalui pengamatan gambar.
Untuk mengevaluasi gambar, unsu-unsur yang digunkan adalah :
 Ukuran dari bentuk badan individu, mengekspresikan orang
penting
 Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prirotas kepentingan
 Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan
perasaan anak terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga
 Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen atau pertentanga, keprihatinan atau
kecemasan padahal ha-hal tertentu

c. Gerakan gambar keluarga

26
Gerakan gambar keluarga menggambarkan suatu kelompok,
berpengaruh kepada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan
menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang
lainnya.

d. Sosiogram
Sosiogram adalah gambaran bebas yang dibuat anak tersebut yang
menggabarkan lingkaran keluarganya (gambar ruang kehidupan). Suatu
lingkaran menggambarkan orang-orang yang hampir mirip dalam
kehidupan anak, gambar bundaran didekat lingkaran menggabarkan
keakraban atau kedekatan.

e. Bermain
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan
menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka.
Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit
atau masuk rumah sakit untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan
prosedur medis atau perawatan.

2.2.9 Reaksi Keluarga Selama Perawatan

Anak di Rumah Sakit Menurut Thompson (1995) dan Supartini


(2004) reaksi orang tua selama anaknya dirawat di rumah sakit adalah:

27
1. Perasaan bersalah, ketidakberdayaan, cemas.

Keluarga merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena


anaknya menjadi sakit. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua
melihat anaknya mendapat prosedur tindakan yang menyakitkan seperti
pengambilan darah, injeksi, infus dan prosedur invasive lainnya. Pada
kondisi seperti ini perawat harus objektif dan emphatic. Perawat harus
mendengar dengan benar-benar kcpada kekhawatiran orang tua dengan
menjawab engan legitimacy terhadap perasaan mereka seperti “saya dapat
mengerti apa yang bapak/ibu rasakan saat ini tapi segala sesuatunya terjadi
begitu cepat”. Keluarga juga sering kali mengekspresikan perasaan
ketidakberdayaan pada kehilangan role orang tua sebagai protektor.
Perawat harus memberikan harapan dan support orang tua dan anggota
keluarga yang lain dan menitikberatkan kepentingan mereka kepada
kesembuhan anak.

2. Takut pada hal yang tidak dikenal

Keluarga tidak mengerti fungsi dari sebuah rumah sakit. Mereka


berpikir penyakit anak relative jarang di rumah sakit. Hal ini diakibatkan
kurangnya komunikasi yang menyebabkan orang tua takut akan perawatan
anak di rumah sakit. Di sini perawat harus dapat menjelaskan dengan
sederhana beberapa sarana, prasarana yang ada di rumah sakit serta dalam
hal tindakan yang akan dilakukan harus hati-hati dalam menjelaskan.

3. Takut anak mendapat perawatan yang tidak pantas

Masyarakat merealisasikan bahwa banyak rumah sakit “ramai” dan


kekurangan staff. Keluarga mungkin tidak biasa dengan keadaan seperti
itu sehingga mempengaruhi fisik mereka. Perawat harus menyakinkan
bahwa perawatan anak berada di tangan yang benar.

4. Takut terbeban biaya

28
Perawatan di rumah sakit dan dokter dibayar mahal berdasarkan
lamanya pengobatan yang menyebabkan orang tua dituntut bekerja keras
agar dapat memenuhi dana yang diperlukan dalam perawatan anak.

5. Takut bahwa anak akan semakin menderita

Keluarga merasa bahwa anak mereka kan menerima pengobatan yang


membuat bertambah penyakit dan sakit anak (nyeri).

6. Takut penyakit anak terkontasminasi dengan keluarga

Keluarga takut penyakit anak dapat menular ke anggota


keluarga/keluarga yang lain.

7. Takut anaknya akan berpindah kasih

Sayangnya kepada pemberi perawatan Hal ini nyata ketika orang tua
tidak mampu memberikan bantuan keperawatan kepada anak, namun
perawat dapat mengikutkan orang tua dalam prosedur tindakan kepada
anak mereka bila memungkinkan dan berikan informasi yang jelas pada
beberapa tindakan.

8. Perasan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk
sembuh.

9. Perasaan frustasi
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak yang telah dirawat cukup
lamadan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuarnya

29
dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa bahkan frustasi.

2.2.10 Komunikasi Dengan Keluarga


Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara
perawat, orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus
penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandungng, sanak
keluarga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses
komunikasi.

Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari


anak itu sendiri (verbal maupun non verbal), informasi dari orang tua dan
observasi dari perawat sendiri. Orang tua merupakan fokus penting
dalam komunikasi segi tiga (anak - orang tua – perawat ) walaupun tidak
mengabaikan saudara kandung , sanak saudara dan pembantunya. Dalam
proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah –
langkah seperti :

1. Mendorong Orang Tua Untuk Berbicara .


Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati – hatilah dan
menggunakan pertanyaan – pertanyaan terbuka untuk menggali data
sebanyak mungkin. Misalnya: “bu, bisa dijelaskan bagaimana kondisi
putra ibu sebelum dibawa ke rumah sakit ini?.

2. Mengarah Kepada Pokok Permasalahan.


Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan
selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai
tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan
pertanyaan terbuka dan luas. Langkah ini dilakukan untuk menghindari
komunikasi yang tidak relevan dan mengefektifkan komunikasi
terapeutik.

30
3. Mendengarkan
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam
komunikasi efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus
mengarahkan perhatiannya dengan sungguh – sungguh pada klien. Ini
merupakan proses aktif karena konsentrasi dan perhatian ditujukan
pada semua aspek percakapan yaitu: verbal, non verbal dan yang
bersifat abstrak.

4. Diam Sejenak
Diam sebgai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara
sulit untuk dipelajari. diam bertujuan untuk mengalihkan
pikiran,perasaan dan untuk saling memahami emosinya kadang –
kadang perlu menghentikan taktik diam inidan kembali berkomunikasi .

5. Bersikap Empati
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif.
Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari
sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati,
simpati tidak selalu ada unsur hubungan “membantu” dengan klien.
Ungkapan empati tersebut, misalnya: “ Kami bisa merasakan apa yang
ibu rasakan saat ini, mudah – mudahan ibu sabar dan mendapat
kekuatan dari Allah SWT”.

6. Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan
ingin menunjukan kemampuannya dalam perannya. Orang tua
membutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya
sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya.

31
Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang
tua. “kami akan berusaha maksimal membantu mengatasi masalah
putra ibu , dan kita berharap semoga dapat segera teratasi”

7. Menentukan Masalah
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalah ini benar atau
tidak. Misalnya: kalau saya perhatikan mata putra ibu ini cowong ,
mukosa bibirnya kering dan torgor kulitnya menurun, apa benar putra
ibu tadi dehidrasi?

8. Memecahkan Masalah
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang
tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus
mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari
pemecahan masalah yang lebih efektif. Misalnya: “ kalau benar putra
ibu dehidrasi, maka kita harus segera melakukan rehidrasi, sebab bila
terlambat dapat berakibat vatal bagi kondisi putra ibu “.

9. Mengadaptasi Bimbingan
Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh perawat
dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang
tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berpartisipasi penuh
selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan
yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan
sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.

10. Menghindari Hambatan – Hambatan Komunikasi


Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi:
 Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepat

32
 Memberi nasehat- nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang
diperlukan
 Memberikan dorongan sepintas
 Melindungi suatu situasi / opini
 Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
 Memberikan pujian secara stereotipi
 Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
 Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang
 Lebih banyak bicara daripada orang yang diintervensi
 Membuat konklusi yang menghakimi
 Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja

2.2.11 Peran Bicara dalam Komunikasi

Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis


dan menggunakan isyarat – isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain.
Bicara merupakan keterampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :

Pertama, yaitu aspek motorik bicara, kemampuan mengeluarkan bunyi


tertentu dalam komunikasi.

Kedua, mengaitkan arti dengan kata – kata tersebut, yaitu aspek mental
bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot – otot
kemampuan mengait kata – kata , mempelajari tata bahasa.

Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik


dengan objek yang spesifik.hal penting dalam belajar bicara yang perlu
diperhatikan adalah:

1. Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam hal kematangan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ

33
organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi kemampuan
bicara anak.

2. Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), yang berkembang
antara 1 -18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak
dapat merespon dengan kata kata, namun suara atau bicara yang kita
tunjukan kepada bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon dan
akan direspon dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau
tertawa.

3. Model untuk ditiru


Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah
stimulus suara. Ucapan – ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi
menjadi model yang bisa tertiru oleh bayi pada perkembangan bicara
selanjutnya. Dengan demikian ucapan – ucapan yang kita sampaikan
hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.

4. Kesempatan praktek / bertatih


Agar bayi dan anak dapat segera berbicara, maka bayi perlu diajarkan
ataau diberi kesempatan untuk menirukan kata – kata yang sering kita
ucapkan .

5. Motivasi dan tantangan


Ajarkan dan dorong bayi untuk mengucapkan apa yang bisa
diucapkan oleh bayi . Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang diucapkan
bayi belum sempurna,mungkin yang keluar baru berupa suara – suara atau
kata – kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan
dalam mengajarkan bicara kepada bayi anak.

6. Bimbingan

34
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan
dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak.

Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung


kepada kondisi yang mempengaruhi :
- Faktor Kesehatan
- Kecerdasan
- Keadaan sosial ekonomi
- Jenis kelamin
- Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi
- Dorongan dari lingkungan
- Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih
- Urutan kelahiran
- Metode pelatihan

2.3 KASUS
2.3.1 Contoh Kasus

An. E berusia 2 tahun mengeluh sakit perut. Ibu klien mengatakan BAB
dengan konsistensi cair 6 kali sehari. BAK 6 kali sehari warna kuning jernih
sejak 3 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Selama sakit klien hanya
berbaring di tempat tidur dan sulit tidur siang karena BAB cair.Tidur malam
mulai pukul 19.00- 05.00 WIB sering terbangun karena BAB cair

Setelah dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil:

1. Kesadaran : Composmentis
2. BB sebelum sakit : 12 Kg
3. BB selama sakit : 10 Kg
4. Suhu : 37 °C

35
5. Nadi : 90 x/ menit
6. Tekanan darah : 110/80 mmHg
7. RR : 32 x/ menit

2.3.2 ANALISA KASUS


Keluhan Utama: Klien BAB cair 6 kali sehari dengan konsistensi cair,
warna kuning, bau khas. BAK 6 kali sehari warna kuning jernih sejak 3
hari yang lalu, di sertai batuk dan pilek
1. Pola Aktivitas: klien hanya berbaring di tempat tidur
2. Pola Istirahat: Klien sulit tidur siang kalau tidur sering terbangun
karena BAB cair.Tidur malam mulai pukul 19.00- 05.00 WIB
sering terbangun karena BAB cair
3. Pemeriksaan fisik:
a. Kesadaran : Composmetis
b. BB sebelum sakit : 12 Kg
c. BB selama sakit : 10 Kg
d. Suhu : 37 °C
e. Nadi : 90 x/ menit
f. Tekanan darah : 110/80 mmHg
g. RR : 32 x/ menit

2.3.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP


HARI

PROSES KEPERAWATAN

Kondisi klien :

DO: Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6 kali sehari, konsistesi cair, warna
kuning, bau khas. BAK 6 kali sehari warna kuning jernih sejak 3 hari yang lalu, di

36
sertai batuk dan pilek. Selama sakit klien hanya berbaring di tempat tidur dan sulit
tidur siang karena BAB cair.Tidur malam mulai pukul 19.00- 05.00 WIB sering
terbangun karena BAB cair

DS: kesadaran composmetis, BB selama sakit 11kg, suhu 37℃, nadi 90x/menit,
TD 110/80 mmHg, RR 32x/menit.

Diagnose keperawatan :

Gastro Enteritis dan dehidrasi

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, klien dapat cairan tubuh dan
elektrolit seimbang dengan kriteria intake dan output seimbang.

Tindakan keperawatan :

Pemberian cairan melalui infus.

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN FASE ORIENTASI

 Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat pagi bu, saya suster indah, saya yang akan bertugas
dari jam 07.00 sampai 14.00.
KP ibu : “ selamat pagi, iya suster”
 Evaluasi/validasi
perawat : “bagaimana keadaan Niki pagi ini, apa niki masih sering BAB.
KP ibu : “anak saya masih sering BAB suster”
 Kontrak : Topik : karena anak ibu BAB lebih dari 6 kali sehari, saya akan
melakukan tindakan pemberian cairan melalui infus. Waktu : 15 menit.
Tempat : tempat tidur.

FASE KERJA

37
Perawat : “Tunggu sebentar ya bu saya akan menyiapkan peralatan untuk
memasang infus”.

KP ibu : “Baik suster”.

Perawat : “ Halo niki” (sambil mengusap bahu dan tangan)

Pasien : “Halo suster”

Perawat :”Saya dengan suster Indah. akan memberikan suntikan infus kepada Niki
agar cepat sembuh, supaya bisa bermain lagi bersama teman-teman. Benar kan Ibu.
Apakah ibu setuju bila dilakukan tindakan ini.

Kb Ibu : saya setuju suster

Perawat: ini tidak akan terasa sakit, supaya niki bisa sehat kembali. Suster hanya
akan melakukan ini sekali, tapi niki harus berjanji tidak akan menarik – narik
tangan niki nanti yah, supaya tidak sakit.

Pasien : iya suster.

Perawat : ibu bisa minta bantuan untuk memegang tangan niki Bu, supaya pada
saat proses penyuntikan nanti niki tidak akan menarik tangannya.

KB Ibu : baiklah suster.

Proses penyuntikan infus berlangsung (sambil memegang tangan dan


mengajak bercanda)

Perawat : baiklah sudah selesai. (sambil mengusap pundak dan tangan)

TERMINASI

 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :


menangis
 Evaluasi subjektif :
Perawat : “bagaimana rasanya niki? Sakit? Maaf ya kan biar niki cepet
sembuh, nanti bisa main lagi ya”
Anak : apa ya?

38
 Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah di lakukan):
Perawat : “baiklah bu tindakan pemasangan infus telah dilakukan, saya
minta kerja samanya dari ibu untuk tidak membuka plester ,menjaganya
agar tidak kotor, dan jangan sampai terlepas”
KP Ibu : “ baik suster”
 Kontrak yang akan dating : Topic: Pemberian obat, Waktu :10.00, Tempat :
Tempat tidur

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi pada anak adalah upaya sistematis yang secara positif


mempengaruhi praktek-praktek komukasi pada anak berdasarkan tingkat usia.
Dalam proses komunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-
prinsip,strategi/teknik,dan hambatan-hambatan yang mungkin akan timbul
/ada dalam komunikasi. Teknik komunikasi dengan anak sanagatlah
bervariasi,tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur
dapat dibedakan atas:

1. Neonatus (lahir-28 hari)


2. Bayi (1 bulan-1 tahun)
3. Toodler (1 tahun-3 tahun)
4. Anak-anak dan pra sekolah (3 tahun-5 tahun)
5. Anak usia sekolah (5 tahun -12 tahun).

Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun
tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam
proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah
seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok
permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan
masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan
menghindari hambatan-hambatan komunikasi.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat


memahami tentang konsep komunikasi keperawatan anak dan mengetahui
perubahan prilaku yang berbeda pada tingkatan usia anak. Dan bagi
pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis

40
lainnya dapat mengetahui peranannya dalam proses konsep komunikasi
pada anak.

Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara


berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan
bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan
kepercayaan pada diri sendiri.

41
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Trans Info
Media. Jakarta.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Graha


Ilmu. Jakarta.

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.

Kyle, Terri. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Vol 2. EGC. Jakarta.

42

Anda mungkin juga menyukai