PENDAHULUAN
1
2.Alasan komunikasi pada anak usia prasekolah
Untuk melatih penggunaan pancaindra
Untuk meningkatkan keterampilan kognitif,afektif dan psikomotor
Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan
hubungan dengan orang lain.
2
perawat akan melakukan tindakan keperawatan pada anak. Anak yang merasa
cemas karena hospitalisasi, cenderung untuk berteriak, dan tidak mau disentuh
oleh perawat. Keadaan seperti ini menggambarkan rasa cemas pada anak
yang dapat menghambat proses perawatan selama di rumah sakit sehingga
mempengaruhi proses penyembuhan.
Hasil observasi pada penelitian diatas menunjukkan ketika anak baru saja
datang dari rumah sakit, perawat memberikan salam, “Selamat pagi”,
“Selamat siang”, “Selamat sore”, atau “Selamat malam” baik kepada keluarga
pasien dan pasien itu sendiri. Perawat memberitahukan kepada keluarga
pasien mengenai tata tertib selama menjalani perawatan dirumah sakit. Selama
pasien mengalami hospitalisasi, secara tidak sadar antara perawat dengan
pasien maupun keluarga pasien terjalin hubungan komunikasi. Ketika akan
dilakukan tindakan keperawatan pada anak seperti pemasangan infus maupun
terapi obat melalui suntikan, perawat memberitahukan terlebih dahulu kepada
pihak keluarga mengenai rencana medis tersebut. Perawat juga berusaha
menenangkan pasien, “Dik, sini sini diperiksa dulu, ga apa-apa. Pinter, iya
anak pinter kok.” saat pasien sudah berada di ruang tindakan. Hal ini tetap
membuat anak merasa gelisah, padahal perawat di ruang kamar rumah sakit
tersebut sudah melakukan komunikasi terapeutik dan berusaha mengalihkan
kegelisahan pasien dengan menunjukkan benda-benda ataupun mainan yang
ada di sekitar ruang tindakan agar anak dapat diberikan tindakan keperawatan.
3
1.3 Tujuan Masalah
1.1 Untuk mengetahui konsep dasar komunikasi
1.2 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak
1.3 Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dalam pertumbuhan dan
perkembangan emosional anak
1.4 Untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dalam kasus
keperawatan anak
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang
banyak mendorong dengan cara yang baik.
2. Komunikan
Adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari
kegiatan komunikasi atau orang yang menerima pesan atau
6
lambang .Komunikasi bisa berupa klien atau individu, keluarga
maupun kelompok masyarakat.
3. Pesan
Adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan ini mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi
pengarah didalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan.
4. Channel/Saluran
Adalah saluran penyampaian pesan, biasanya juga disebut media.
Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu media
umum dan media massa.
5. Umpan Balik
Komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan penerimaan
lambang ataupun kegiatan untuk mengubah pendapat orang lain yang
merupakan suatu usaha untuk mengadakan hubungan sosial.
2. Planning
Berdasarkan data dan fakta diatas dibuatlah rencana tentang apa
yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.
7
3. Communicating
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah
communicating/berkomunikasi
4. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana
hasil komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi
perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.
2. Fokus
Agar komunikasi bermakna dan efektif perlu memperhatikan focus
tertentu. Fokus ini berguna agar penyampaian pesan tetap pada media
yang digunakan.
3. Sosialisasi
Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada hubungan
antara komunikator dan komunikan serta kepada siapa saja komunikasi
itu ditujukan.
8
4. Idividualisasi
Komunikasi yang bermakna tentunya perlu mengetahui sikap,
kecakapan, dan kemampuan masing-masing individu atau kelompok.
Biasanya individu atau kelompok tertentu mempunyai tradisi tertentu.
5. Unitas
Untuk menjaga proses kelancaran proses komunikasi maka pesan-
pesan harus disusun sedemikian rupa sehingga terlihat pesan yang
perlu diberikan terlebih dahulu atau yang diutamakan.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang integral dari proses komunikasi,
evaluasi merupakan umpan balik. Jadi, dalam hal ini peran
komunikator dan komunikan sangat penting.
9
2.2.2 Tahap Psikososial Anak
Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang
lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain
berusaha mengambil keuntungan dari dirinya
10
belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak
kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah
resolusi yang diharapkan.
11
utama ketika
kebutuhannya
tidak terpenuhi
Mendorong, Belajar berguling dan Bubbling/berbicara Mulai
melempar, duduk(6 bulan) tidak jelas berbicara tetapi
mengguncang, kata-katanya
menjatuhkan dan tidak jelas
meletakkan
sesuatu didalam
mulut
Menyembunyikan Belajar merangkak, Bermain didekat
sesuatu untuk berjalan 2-3 langkah anak lain tapi tidak
melatih (12 bulan) bermain bersama
kemampuan
mencari barang
Melatih Berlari, menendang,
penggunaan naik dan turun
barang sehari-hari tangga, berpegangan
dengan tangan orang
lain (24 bulan)
Saat umur 2 tahun
setidaknya sudah
memiliki 50 kosa
kata
12
yang terlihat realita dan
fantasi.
Tidak tahu
perbedaan antara
fantasi dan
realita
Menanamkan Menggambar Perkembangan Ikuti emosi anak
warna dan seseorang dan sosial yang dengan serius,
perhitungan belajar meningkat beberapa anak
sederhana menggunakan melalui bermain usia pra sekolah
gunting imajinasi dan bisa menjadi liar
fantasi dan kemarahan
Mengerti konsep Sering frustasi Belajar untuk dan yang panjang
waktu karena ingin menyelesaikan
Stimulasi melakukan sesuatu konflik/ masalah
perkembangan secara fisik namun tanpa banyak
intelektual dengan belum sanggup emosi
membacakan sehingga banyak
secara keras terjadi kegagalan
Saat umur 5 tahun dan jatuh
setidaknya sudah
memiliki 2500
kata
13
mengahadapi perhatian
konflik dengan
teman
sepermainannya
Mengerti konsep Belajar berguling Banyak anak Anak-anak akan
waktu menikmati dan duduk yang kompetetif, cemberut, kuatir,
mendengar argument dan meggerutu
tentang masa memberontak terhadap
lampau bila kalah kekecewaan
dalamsuatu
kegiatan
Pikiran akan Banyak belajar
membantu anak- keseimbangan
anak untuk
belajar
Dapat Suka bergerak, tidak
menghitung suka duduk
hinggan 100 dan sehingga masa-masa
mulai belajar sekolah bias
perkalian menjadi susah untuk
beberapa anak
14
6. Beri kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasannya missal:
takut, gembira
7. Gunakan teknik yang bervariasi
8. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak
15
2.2.6 Pengertian Anak dan Komunikasi Sesuai Dengan Tingkat Usia
Anak
16
2. Masa bayi (1 bulan- 1 tahun)
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia
menggunakan komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan
mendekat bila situasi menyenangkan, akan menangis bila tidak
menyenangkan, menarik perhatian dengan cara menggerak-gerakan tangan
dan kaki lalu bertepuk tangan. Bayi dapat merespon tingkah laku non
verbal pemberi perawatan mereka akan tenang dengan kontak fisik yang
dekat. Bayi juga akan merasa nyaman dengan suara yang lembut meskipun
dengan kata-kata yang tidak mengerti.
Bayi lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya atau ibunya
sehingga setiap orang asing merupakan ancaman baginya, untuk itu orang
tua harus mengawasi reaksi bayi ketika digendong orang lain.
3. Masa Todler dan Pra Sekolah (1-3 tahun dan 3-5 tahun)
Menurut Soetjiningsih (1995), mengatakan bahwa pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, kilo), ukuran panjang (sentimeter, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (resensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan anak usia toodler adalah rata-rata pertambahan berat
badan 1,8 sampai 2,7 kg per tahun. Tinggi badan rata-rata anak usia 2
tahun adalah 86,6 cm. kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat
pada akhir masa bayi,dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar
dada pada usia 1-2 tahun. Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan
melebihi lingkar kepala selama masa toodler (Wong L Donna,dkk 2008).
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
17
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).
18
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu.
1. Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan
mengatakan “jawab dong”.
19
2. Mengalihkan aktivitas
Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas
terapis dan mengartikannya sebagai tanda hyperaktif. Anak lebih tertarik
pada aktivitas yang disukai sehingga perlu dibuat baru jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang disukai dan aktivitas terapi yang
diprogramkan.
3. Jarak interaksi
Perawat yagmengobservasi tindakan non verbal dan sikap tumbuh anak
harus mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi.
4. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku yang rendah pada
anak untuk mencegah tempertantrum. Perawat menghindari bicara yang
keras dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon anak
meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol perilaku, kontak mata
dimulai kembali namun sentuhan ditunda dahulu.
5. Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan anatara perawat dan
anak. Perawat secara non verbal selalu memberi dorongan, penerimaan da
persetujuan yang diperlukan.
6. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk mengilangkan stress dan cemas khusunya pada
anak laki-laki.
20
Anak adalah individu yang unik, bukan miniatur orang dewasa. Untuk
melakukan pendekatan perlu teknik khusus agar hubungan yang dijalankan
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.
21
c. Facilliative Responding
Facillitative responding adalah mendengarkan secara seksama dan
membayangkan kembaliperasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan
anak. Contoh: tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan orang.
d. Bercerita (story telling)
Respon anak dalam teknik-teknik bercerita bervariasi. Bercerita
menggunakan bahasa anak, danmenyelidiki perasaannya, sementara itu
menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkanketakutan-
ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan
tentang sesuatu kejadian atau peristiwa spesifik “berada dirumah sakit”.
e. Bibliotheraphy
Bibliotheraphy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka
proses tereopatik dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak
mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas
membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk
menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi
22
sedikit berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan
tetap dalam control.
Petunjuk umum dalam bibliotheraphy
Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak
Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca
untuknya
Menyelidikii bersama anakaakan aktif dari isi buku dengancra
menceritakan kembali cerita itu.
f. Fantasy
Bentuk khusus dari bibliotheraphy adalah menggunakan dongeng
fantasy atau dongeng seperti “Malin Kundang”, “Si kancil mencuri
timun”. Figure dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan
dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa.
g. Mimpi
23
i. Tiga permintaan ( three wishes)
Satu strategi untuk mengundang anak-anak dalam percakapan
adalah teknik “tiga permintaan”. Satu pertanyaan sederhana, “apabila
kau ingin memiliki tiga hal di dunia, apakah itu”. Biasanya anak
menjawab tentang apa yang dirasakan, seperti “saya tidak mau sakit
lagi”. Apabila kita tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan
menyatakan “apabila hal itu jadi kenyataan, demikian pula permintaan
lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi”.
Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkannya tetapi dia
mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan. Salah
satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk
mengunjunginya pada saat dia di rumah sakit dan masa penyembuhan
di rumah.
j. Rating game
Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu
dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku
hariannya.
24
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja
dan remaja. Contoh : “ sesuatu yang menyenangkan (menjengkelkan)
tentang sekolah anak..”. “Usia yang paling menarik (tidak menarik)
adalah …” Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri
dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya.
2. Teknik Verbal
a. Menulis
Menulis adalah arlternatif pendekatan bagi anak untuk memulai
percakapan, perawat dapat memeriksa atau menyelidiki tulisan dan
meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak
lebih riil dan nyata.
25
b. Menggambar
Menggambar adalah bentuk komunikasi melalui pengamatan gambar.
Untuk mengevaluasi gambar, unsu-unsur yang digunkan adalah :
Ukuran dari bentuk badan individu, mengekspresikan orang
penting
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prirotas kepentingan
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan
perasaan anak terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen atau pertentanga, keprihatinan atau
kecemasan padahal ha-hal tertentu
26
Gerakan gambar keluarga menggambarkan suatu kelompok,
berpengaruh kepada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan
menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang
lainnya.
d. Sosiogram
Sosiogram adalah gambaran bebas yang dibuat anak tersebut yang
menggabarkan lingkaran keluarganya (gambar ruang kehidupan). Suatu
lingkaran menggambarkan orang-orang yang hampir mirip dalam
kehidupan anak, gambar bundaran didekat lingkaran menggabarkan
keakraban atau kedekatan.
e. Bermain
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan
menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka.
Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit
atau masuk rumah sakit untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan
prosedur medis atau perawatan.
27
1. Perasaan bersalah, ketidakberdayaan, cemas.
28
Perawatan di rumah sakit dan dokter dibayar mahal berdasarkan
lamanya pengobatan yang menyebabkan orang tua dituntut bekerja keras
agar dapat memenuhi dana yang diperlukan dalam perawatan anak.
Sayangnya kepada pemberi perawatan Hal ini nyata ketika orang tua
tidak mampu memberikan bantuan keperawatan kepada anak, namun
perawat dapat mengikutkan orang tua dalam prosedur tindakan kepada
anak mereka bila memungkinkan dan berikan informasi yang jelas pada
beberapa tindakan.
8. Perasan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk
sembuh.
9. Perasaan frustasi
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak yang telah dirawat cukup
lamadan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuarnya
29
dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa bahkan frustasi.
30
3. Mendengarkan
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam
komunikasi efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus
mengarahkan perhatiannya dengan sungguh – sungguh pada klien. Ini
merupakan proses aktif karena konsentrasi dan perhatian ditujukan
pada semua aspek percakapan yaitu: verbal, non verbal dan yang
bersifat abstrak.
4. Diam Sejenak
Diam sebgai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara
sulit untuk dipelajari. diam bertujuan untuk mengalihkan
pikiran,perasaan dan untuk saling memahami emosinya kadang –
kadang perlu menghentikan taktik diam inidan kembali berkomunikasi .
5. Bersikap Empati
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif.
Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari
sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati,
simpati tidak selalu ada unsur hubungan “membantu” dengan klien.
Ungkapan empati tersebut, misalnya: “ Kami bisa merasakan apa yang
ibu rasakan saat ini, mudah – mudahan ibu sabar dan mendapat
kekuatan dari Allah SWT”.
6. Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan
ingin menunjukan kemampuannya dalam perannya. Orang tua
membutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya
sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya.
31
Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang
tua. “kami akan berusaha maksimal membantu mengatasi masalah
putra ibu , dan kita berharap semoga dapat segera teratasi”
7. Menentukan Masalah
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalah ini benar atau
tidak. Misalnya: kalau saya perhatikan mata putra ibu ini cowong ,
mukosa bibirnya kering dan torgor kulitnya menurun, apa benar putra
ibu tadi dehidrasi?
8. Memecahkan Masalah
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang
tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus
mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari
pemecahan masalah yang lebih efektif. Misalnya: “ kalau benar putra
ibu dehidrasi, maka kita harus segera melakukan rehidrasi, sebab bila
terlambat dapat berakibat vatal bagi kondisi putra ibu “.
9. Mengadaptasi Bimbingan
Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh perawat
dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang
tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berpartisipasi penuh
selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan
yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan
sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
32
Memberi nasehat- nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang
diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi / opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara daripada orang yang diintervensi
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
Kedua, mengaitkan arti dengan kata – kata tersebut, yaitu aspek mental
bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot – otot
kemampuan mengait kata – kata , mempelajari tata bahasa.
1. Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam hal kematangan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ
33
organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi kemampuan
bicara anak.
2. Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), yang berkembang
antara 1 -18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak
dapat merespon dengan kata kata, namun suara atau bicara yang kita
tunjukan kepada bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon dan
akan direspon dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau
tertawa.
6. Bimbingan
34
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan
dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak.
2.3 KASUS
2.3.1 Contoh Kasus
An. E berusia 2 tahun mengeluh sakit perut. Ibu klien mengatakan BAB
dengan konsistensi cair 6 kali sehari. BAK 6 kali sehari warna kuning jernih
sejak 3 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Selama sakit klien hanya
berbaring di tempat tidur dan sulit tidur siang karena BAB cair.Tidur malam
mulai pukul 19.00- 05.00 WIB sering terbangun karena BAB cair
1. Kesadaran : Composmentis
2. BB sebelum sakit : 12 Kg
3. BB selama sakit : 10 Kg
4. Suhu : 37 °C
35
5. Nadi : 90 x/ menit
6. Tekanan darah : 110/80 mmHg
7. RR : 32 x/ menit
PROSES KEPERAWATAN
Kondisi klien :
DO: Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6 kali sehari, konsistesi cair, warna
kuning, bau khas. BAK 6 kali sehari warna kuning jernih sejak 3 hari yang lalu, di
36
sertai batuk dan pilek. Selama sakit klien hanya berbaring di tempat tidur dan sulit
tidur siang karena BAB cair.Tidur malam mulai pukul 19.00- 05.00 WIB sering
terbangun karena BAB cair
DS: kesadaran composmetis, BB selama sakit 11kg, suhu 37℃, nadi 90x/menit,
TD 110/80 mmHg, RR 32x/menit.
Diagnose keperawatan :
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, klien dapat cairan tubuh dan
elektrolit seimbang dengan kriteria intake dan output seimbang.
Tindakan keperawatan :
Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat pagi bu, saya suster indah, saya yang akan bertugas
dari jam 07.00 sampai 14.00.
KP ibu : “ selamat pagi, iya suster”
Evaluasi/validasi
perawat : “bagaimana keadaan Niki pagi ini, apa niki masih sering BAB.
KP ibu : “anak saya masih sering BAB suster”
Kontrak : Topik : karena anak ibu BAB lebih dari 6 kali sehari, saya akan
melakukan tindakan pemberian cairan melalui infus. Waktu : 15 menit.
Tempat : tempat tidur.
FASE KERJA
37
Perawat : “Tunggu sebentar ya bu saya akan menyiapkan peralatan untuk
memasang infus”.
Perawat :”Saya dengan suster Indah. akan memberikan suntikan infus kepada Niki
agar cepat sembuh, supaya bisa bermain lagi bersama teman-teman. Benar kan Ibu.
Apakah ibu setuju bila dilakukan tindakan ini.
Perawat: ini tidak akan terasa sakit, supaya niki bisa sehat kembali. Suster hanya
akan melakukan ini sekali, tapi niki harus berjanji tidak akan menarik – narik
tangan niki nanti yah, supaya tidak sakit.
Perawat : ibu bisa minta bantuan untuk memegang tangan niki Bu, supaya pada
saat proses penyuntikan nanti niki tidak akan menarik tangannya.
TERMINASI
38
Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah di lakukan):
Perawat : “baiklah bu tindakan pemasangan infus telah dilakukan, saya
minta kerja samanya dari ibu untuk tidak membuka plester ,menjaganya
agar tidak kotor, dan jangan sampai terlepas”
KP Ibu : “ baik suster”
Kontrak yang akan dating : Topic: Pemberian obat, Waktu :10.00, Tempat :
Tempat tidur
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun
tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam
proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah
seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok
permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan
masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan
menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
3.2 Saran
40
lainnya dapat mengetahui peranannya dalam proses konsep komunikasi
pada anak.
41
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Trans Info
Media. Jakarta.
Kyle, Terri. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Vol 2. EGC. Jakarta.
42