TUGAS : 3
MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Nama Mahasiswa : MUHAMAD RIZKY SOFIYAN
NIM : 857333661
Kode/Nama MK : PDGK4407/Pengantar PABK Smt : 2 BI
Jawaban :
1. Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarankan, antara lain berikut ini :
A. Penyuluhan genetik, yaitu suatu usaha mengomunikasikan berbagai informasi mengenai
masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik atau secara
langsung melalui posyandu dan klinik.
B. Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini
apakah janin mengalami kelainan.
C. Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat
dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan bayi/anak.
D. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan
menurunkan benih-benih kelainan.
E. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kehamilan dan
menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik dan psikis.
F. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan apabila ada kelahiran dengan risiko tinggi, misalnya
kekurangan oksigen dan adanya trauma pada masa perinatal (proses kelahiran).
2. Tujuan itu perlu diperinci lagi mengingat berat dan ringannya ketunagrahitaan. Tujuan
pendidikan anak tunagrahita ringan akan sulit dicapai oleh anak tunagrahita sedang, lebih-lebih
bagi anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tujuan pendidikan anak tunagrahita dikemukakan
oleh Suhaeri H.N. (1980) sebagai berikut.
a. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan, adalah, (1) agar dapat mengurus dan membina diri,
(2) agar dapat bergaul di masyarakat, dan (3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal
hidupnya.
b. Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang, adalah: (1) agar dapat mengurus diri, seperti
makan minum, berpakaian, dan kebersihan badan, (2) agar dapat bergaul dengan anggota
keluarga dan tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.
c. Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat, adalah, (1) agar dapat mengurus
diri secara sederhana (memberi tanda atau katakata apabila menginginkan sesuatu, seperti
makan), (2) agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-kotak
dengan paku): (3) agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan
4. Secara umum anak tunalaras menunjukkan ciri-ciri tingkah laku yang ada persamaannya pada
setiap klasifikasi, yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan
agresif bersosialisasi.
Ciri tingkah laku yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (1986) ada 4 dimensi, yaitu anak
yang mengalami kekacauan tingkah laku: sering merasa cemas dan menarik diri, kurang dewasa:
dan agresif bersosialisasi. setiap dimensi tersebut memgakibatkan penyesuaian sosial, sekolah,
dan masyarakat yang buruk. Dan penjelasaanya adalah :.
1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan ciri-ciri: suka berkelahi,
memukul, menyerang; mengamuk; membangkang, menantang; merusak milik sendiri atau milik
orang lain; kurang ajar, lancang, melawan; tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan,
memecah belah, ribut; tidak bisa diam, menolak arahan; cepat marah, menganggap enteng, sok
aksi, ingin menguasai orang lain; mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara
kotor; cemburu, suka bersoal jawab, tak sanggup berdikari, mencuri, mengejek; menyangkal
berbuat salah, egois; dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.
2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri khawatir, cemas, ketakutan,
kaku; pemalu, segan; menarik diri, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah
diri, dingin, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka
berahasia.
3. Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri, yaitu pelamun, kaku, berangan-angan; pasif,
mudah dipengaruhi, pengantuk, pembosan, dan kotor.
4. Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai komplotan jahat, mencuri
bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng, suka di luar
rumah sampai larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah.
5. Intervensi terhadap siswa yang berkesulitan membaca dilakukan melalui tahapan berikut.
a Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari, menandai, dan menemukan tipe-tipe kesulitan
membaca. Untuk mengidentifikasi masalah ini Anda dapat melakukan asesmen kemudian
menganalisisnya. Jenis asesmen yang digunakan dapat berupa asesmen formal maupun informal,
sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam melakukan tahapan ini, Anda juga dapat
mengacu pada delapan tipe-tipe kesulitan membaca yang dikemukakan oleh M. Monroe dengan
mengamati perilaku membaca siswa.
b. Diagnosis
Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan sebab-sebab kesulitan membaca pada diri siswa.
Tahapan ini memiliki peran yang penting karena untuk menentukan program layanan bantuan
yang sesuai dengan kebutuhan anak.