Anda di halaman 1dari 33

GLENOHUMERAL JOINT

DISLOCATION

Angelina M. A. K. Makin, dr

RS ST. ANTONIUS JOPU


ANATOMI SENDI BAHU
Stabilitas sendi bahu dipengaruhi oleh mekanisme
AKTIF dan PASIF, meliputi :
AKTIF :
 Rotator cuff muscles (supraspinatus, infraspinatus,
teres minor, subskapularis)
 Otot otot periscapular
 Tendon bisep

PASIF :
 Glenoid labrum
 Glenohumeral ligament
 Articular concavity of glenoid fossa
 Tekanan intra-artikular
DISLOKASI SENDI BAHU
 Defenisi : Keluarnya caput humerus dari cavum glenoidalis
 Epidemiologi : 50% terbanyak dari semua jenis dislokasi, sendi dengan ROM paling luas
Usia : 15-30 th (dewasa muda, altit)
Pria : Wanita = 2,64 : 1
Rekurensi pd 85%-95% kasus
 Etiologi : 99% Trauma (sendi dengan ROM terluas, yang paling tidak stabil)
 Jenis :
1. Dislokasi anterior (>95%)
2. Dislokasi Posterior (<5%)
3. Dislokasi inferior (<1%)
Habitual : non traumatic
PATOANATOMI
 Peregangan / robek pada articular capsul
 Avulsi glenohumeral ligamen
 Labral injury : “ Bankart Lession”
 Fraktur impressi : “Hill-Sach Lesion”
 Rotator cuff tear
Bankart Lesion Hill sachs Lesion
MEKANISME TRAUMA
 >95% dislokasi bahu anterior. Terjadi akibat
trauma pada posisi external rotasi dan abduksi
atau peregangan berlebihan pada sendi,
sehingga caput humerus keluar dari glenoid
soket, terjadi avulsi tulang dan jaringan lunak.
 Akibatnya bagian posterior dari caput humerus
keluar dari persendian.
 Pada dislokasi posterior terjadi akibat trauma
langsung dari arah depan bahu, kejang,
ataupun electric shock.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS  Look
 Feel
Riwayat trauma
 Move
Nyeri
Perubahan bentuk sendi
 Kemungkinan keterlibatan neurovaskular
Nervus axilaris
Arteri axilaris
Look
Pasien memapah tangan yang sakit Feel

Bahu dalam posisi abduksi dan flexi pada  Nyeri


sendi siku  Teraba penonjolan caput humerus
Kontur bahu hilang
 Glenoid socket kosong
Tampak penonjolan caput humerus

Move

- ROM terbatas
 Bone Injury : Pasien <40 th 50% kasus
berhubungan dengan “Hill sachs lesion”,
pasien yang lebih tua dapat ditemukan
fraktur pada tuberoritas mayor.
 Vascular injury : A. axilaris (dislokasi
sendi bahu, hilang/berkurangnya pulsasi
arteri distal, hematome regio axilaris)

 Nerve injury : 10% pada N. Axilaris


 Rotator Cuff Tears : 14-65%,
insidens meningkat pada pasien usia tua
(>60th)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 X ray :
Anteroposterior (AP)
Scapullar-Y
Axillary views

 Arthroscopy
 CT Scan : Bony Brankart lesion
 Arthrography : Rotator cuff patologic
 MRI : rotator cuff, capsular, Brankart lesion
TATALAKSANA
EMERGENCY !
1. Reduksi <24 jam (menurunkan resiko unstable reductions, spasme dan
komplikasi neurovaskular)
 Tertutup
 Terbuka, jika gagal reposisi tertutup, interposisi jaringan, dislokasi + fraktur

2. Retaining >> Mempertahankan hasil reposisi

3. Rehabilitation >> Mengembalikan fungsi


REDUKSI TERTUTUP
TRAKSI KOUNTERTRAKSI HIPPOKRATES

Pasien duduk, tangan ditarik ke bawah dan Pasien tidur terlentang, tangan ditarik dan
ketiak ditarik ke atas kaki mendorong ketiak
KOCHER METHOD STIMSON METHOD

Telungkup di
pinggir meja,
tangan digantung
beban 2,5kg
selama 15-20
menit

1. Traksi (fleksi siku, traksi humerus)


2. External rotasi
3. Adduksi
4. Internal rotasi
MILCH MANUEVER

PERTIMBANGKAN
 Pemberian analgesik dan muscle
relaxant
 Neuro exam pre dan post
 Rehab fisioterapi

Humerus diabduksi dan rotasi eksterna,


caput humeri di dorong ke dalam
PERAWATAN PASCA REPOSISI
PROGNOSIS
 Imobilitasi dengan arm sling selama 3-6  Rekurensi (tgtung umur dan aktivitas)
minggu
 Internal rotasi vs external rotasi
KOMPLIKASI
 Ggn ligament dan kapsul sendi
 Fisioterapi : Latihan ROM sendi
 Fraktur
 Trauma vaskular
 Habitual dislocation
 Trauma saraf
KESIMPUL
AN
 Dislokasi sendi bahu merupakan cedera sendi yang cukup
sering terjadi. Keterlambatan diagnosa menyebabkan
perawatan yang tidak optimal bagi pasien.
 Reduksi dalam waktu 24 jam menurunkan berbagai
komplikasi jangka panjang.
 Perawatan pasca reduksi sangat penting untuk mencegah
redislokasi dan gangguang fungsi sendi.
BREAST CANCER STAGING
IA : T1,N0, M0 IB : T0,N1mi, M0
T1,N1mi, M0
IIA :
T0,N1,M0
TI,NI,M0
T2,N0,M0
IIB :
T2,N1,M0
T3,N0,M0
IIIA :
T0,N2,M0
T1,N2,M0
T2,N2,M0
T3,N1,M0
T3,N2,M0
IIIB :
T4,N0,M0
T4,N1,M0
T4,N2,M0
IIIC :
Any T, N3, M0
IV : Any T, Any N, M1
ENERGI DAN GIZI LANSIA
Rumus Harris Benedict (1919):

ANGKA METABOLISME BASAL (AMB)


 Laki-laki : 660 + (13.7 x BB) + (5 x TB) – (6.8 x U)
 Perempuan : 655 + (9.6 x BB) + (1.8 x TB) – (4.7 x U)

*BB = berat badan,


TB = tinggi badan,
U = usia
Menentukan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

Indeks Akt. Fisik x AMB


CONTOH
Wanita 62th, BB;52kg, TB: 158cm, aktv ringan.  Protein (10-15%), 1gr = 4kkal

10%x1778 kkal = 177,8


1. AMB = 655 + (9,6xBB) + (1,8xTB) – (4,7xU) = 177,8/4 gr
= 655 + (9.6x52) + (1,8x158) – (4,7x62) = 44,45 gr
= 655 + 499,2 + 284,4 – 291,4  Lemak (20-30%). 1 gr = 9kkal

= 1147,2 kkal - - - 1147kkal 20%x1778 kkal = 355, 6 kkal


2. Keb Energi dgn akt fisik = 355/9 gr
Aktiv ringan perempuan : 1,55 = 39,5 gr
= 1,55 x 1147 kkal  Karbohidrat (60-70%). I gr = 4kkal

= 1778 kkal (Total Energi sehari) 70%x1778 kkal = 1244,6 kkal


= 1244,6/4 gr
= 311 gr

Anda mungkin juga menyukai