Anda di halaman 1dari 46

RENCANA STRATEGIS BPOM &

KEBIJAKAN POM 2020-2024


JAKARTA, 20 JANUARI 2020
Disampaikan pada:
Webinar Pelatihan Pejabat Fungsional PFM Ahli Angkatan I 1
OUTLINE PAPARAN

PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DALAM


RPJMN 2020-2024

RENSTRA BPOM 2020-2024

PETA STRATEGI BPOM 2020-2024

2
1
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
DALAM RPJMN 2020-2024

3
2 Program Aksi, 9 Visi-Misi, 16 Janji Presiden

Program Aksi 1.1 • Seluruh visi-misi dan janji telah


diakomodasi (narasi dan atau matrik)
Mengembangkan
Sistem Jaminan Gizi 3 Visi Misi • 3 Visi-Misi dan 4 Janji perlu penajaman:

dan Tumbuh 1) jaminan asupan gizi


Kembang Anak 2) perbaikan pola asuh
(Menurunkan
Stunting) 5 Janji 3) perbaikan fasilitas air bersih dan
sanitasi
4) kartu sembako murah

• Seluruh visi-misi dan janji telah


diakomodasi (narasi dan atau matrik)
Program Aksi 1.2 6 Visi Misi • 2 Visi-Misi dan 2 Janji perlu penajaman:

Mengembangkan 1) pembudayaan gerakan hidup sehat


Sistem Reformasi Ke- peningkatan
masyarakat,
sehatan
pengawasan kualitas obat
11 Janji dan makanan
2) percepatan pemerataan
pembangunan infrastruktur dasar,
terutama SPAM dan perbaikan
sanitasi, seperti tiap rumah tangga
memiliki jamban
7 AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk


Pertumbuhan yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Mengembangkan Wilayah untuk


Mengurangi Kesenjangan
Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya Manusia
yang Berkualitas dan Berdaya Saing

Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan


Transformasi Pelayanan Publik

Revolusi Mental dan Pembangunan


Kebudayaan

23
PENGAWASAN OM DALAM RPJMN 2020-2024 (1/2)
Memperkuat Ketahanan
Mengembangkan Wilayah Meningkatkan Sumber Daya
Ekonomi untuk Revolusi Mental dan
untuk Mengurangi Manusia yang Berkualitas dan
Pertumbuhan yang Pembangunan Kebudayaan
Kesenjangan Berdaya Saing
Berkualitas

Memperkuat Infrastruktur Membangun Lingkungan Memperkuat Stabilitas


untuk Mendukung Hidup, Meningkatkan Polhukhankam dan
Pengembangan Ekonomi dan Ketahanan Bencana dan Transformasi Pelayanan
Pelayanan Dasar Perubahan Iklim Publik

7 AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024

KEGIATAN PRIORITAS

PROGRAM PRIORITAS
PENGAWASAN OM DALAM RPJMN 2020-2024 (2/2)

3
Meningkatkan Sumber Daya Manusia
AGENDA yang Berkualitas dan Berdaya Saing
PEMBANGUNAN

PROGRA
M
PRIORITA
S
3 Peningkatan Akses Dan Mutu
Pelayanan Kesehatan

KEGIATA
N
PRIORITA
S
5 Penguatan Sistem Kesehatan dan
Pengawasan Obat dan Makanan
Penguatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
Percepatan Perbaikan Gizi
Masyarakat

Pemenuhan dan peningkatan daya 1. Pengembangan Lingkungan Penurunan Stunting


3
PROYEK PRIORITAS saing sediaan farmasi dan alat kesehatan Sehat
NASIONAL 2. Penguatan Promosi Germas
5 Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan Penguatan Pengendalian
makanan Penyakit

1. Pengendalian Penyakit Menular


2. Pengendalian Penyakit Tidak
Menular
STRATEGI RPJMN 2020-2024
PENINGKATAN AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Peningkatan Percepatan Peningkatan Penguatan Gerakan Peningkatan


kesehatan ibu, anak, perbaikan gizi pengendalian Masyarakat Hidup sistem kesehatan
KB, dan kesehatan masyarakat penyakit Sehat (Germas) dan pengawasan
reproduksi
obat dan makanan

PELAYANAN PENGUATAN
(Health Delivery) SISTEM

Sumber: Paparan Direktur KGM, Bappenas


POSITIONING PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DALAM RPJMN 2020-2024
(1/2)
Agenda Pembangunan:
Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing
Pemenuhan Layanan Dasar
Kekosongan obat dan vaksin serta penggunaan obat yang tidak
Lingkungan dan Isu Strategis rasional masih terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor
bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem
pengawasan obat dan makanan belum optimal
Sasaran Indikator Baseline Target 2024
(2018)
Pemenuhan layanan Persentase Obat Memenuhi Syarat 80,9 92,3
dasar
Persentase Makanan Memenuhi Syarat 71 90

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju


Arah Kebijakan cakupan kesehatan semesta

Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan


Strategi makanan
Pemenuhan dan peningkatan daya
1
saing sediaan farmasi dan alat kesehatan
Sumber: Diolah dari Rancangan Teknokratik
RPJMN 2020-2024 2 Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan
POSITIONING PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DALAM
RPJMN 2020-2024 (2/2)

 peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan yang


difokuskan pada perluasan cakupan dan kualitas pengawasan pre dan post
market obat dan pangan berisiko yang didukung oleh peningkatan
kompetensi SDM pengawas dan penguji serta pemenuhan sarana
prasarana laboratorium;
 peningkatan kemampuan riset;
 percepatan dan perluasan proses layanan publik termasuk registrasi;
 peningkatan kepatuhan dan kemandirian pelaku usaha dalam penerapan
sistem manajemen mutu dan pengawasan produk;
 peningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan; dan
 pemanfaatan teknologi informasi dalam pengawasan obat dan makanan;

Sumber: Rancangan Teknokratik RPJMN 2020-2024


PENJABARAN VISI MISI PRESIDEN DI BPOM *)

VISI/MISI INDONESIA

VISI/MISI
Reformasi dan Penguatan Kinerja Badan POM RI

PERUBAHAN PARADIGMA
Melayani dan Melindungi dengan Inovasi dan Perubahan
Mindset

5 SASARAN TARGET REFORMASI

KELEMBAGAAN/ REGULASI SUMBER DAYA MANUSIA REFORMASI BIROKRASI DALAM


TATA LAKSANA PELAYANAN PUBLIK
- Inpres/ Perpres; - Kuantitas;
- Struktur Organisasi Baru; - Kualitas;
- RUU Pengawasan Obat & - Sikap Mental (Budaya Anti Korupsi, Inovatif, - Mendorong Pengembangan
Makanan Sikap Melayani, Jiwa Korsa, Humaniti) Industri Obat dan Makanan
- Perubahan Mindset; Penjahat vs Pelanggar - Peningkatan Efektifitas
Pengawasan Obat dan Makanan
- Pemberdayaan Masyarakat
SARANA DAN PRASARANA PROGRAM DAN ANGGARAN - Penindakan/Penegakan Hukum
- BCC - Efektif; - WBK/WBBM
- Ged. Yanblik - Efisien
- Regionalisasi Lab. Pengujian - Akuntabel  WTP 5 kali
- Teknologi Informasi berturut-turut

*) Disampaikan Kepala BPOM pada saat Evaluasi Kinerja 3 Tahun, 22 Juli 2019
2
VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN,
STRATEGI
TAHUN 2020-2024

12
VISI PRESIDEN
2019-2024 VISI BPOM 2020 - 2024

Obat dan Makanan aman, bermutu,


Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan dan berdaya saing untuk
Berkepribadian Berlandaskan mewujudkan Indonesia Maju yang
Gotong Royong Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian berlandaskan
Gotong-Royong.

Visi mengacu pada Surat dari Kemen PPN/ Kepala Bappenas No.
B899/M.PPN/SES/PP.03.02/12/2019 tanggal 20 Desember 2019 tentang
Penyelarasan Visi dan Misi Presidendan Wakil Presiden dalam Dokumen Renstra
K/L 2020-2024 13
MISI PRESIDEN MISI BPOM 2020-2024
2019-2024

BPOM melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden nomor 1, 2,


1. Peningkatan kualitas manusia 7, 8 dan 9, dengan uraian sebagai berikut:
Indonesia 1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
2. Struktur ekonomi yang produktif, mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa,
mandiri, dan berdaya saing
3. Pembangunan yang merata dan dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia
berkeadilan 2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan
4. Mencapai lingkungan hidup yang Makanan dengan keberpihakan terhadap UMKM, dalam rangka
berkelanjutan membangun struktur ekonomi yang produktif, dan berdaya
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan saing untuk kemandirian bangsa
kepribadian bangsa
6. Penegakan sistem hukum yang bebas 3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan, serta
korupsi, bermartabat, dan terpercaya penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi
7. Perlindungan bagi segenap bangsa pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara
dan memberikan rasa aman pada Kesatuan, guna perlindungan bagi segenap bangsa dan
seluruh warga memberikan rasa aman pada seluruh warga.
8. Pengelolaan pemerintahan yang
bersih, efektif, dan terpercaya 4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan
9. Sinergi pemerintah daerah dalam terpercaya untuk memberikan pelayanan publik yang
kerangka Negara kesatuan prima di bidang Obat dan Makanan.

14
TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI BADAN POM 2020-2024 *

TUJUAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

1. Meningkatnya peran serta masyarakat dan 1. Peningkatan pemahaman, kesadaran, dan peran 1. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi untuk
lintas sektor dalam Pengawasan Obat dan serta masyarakat dalam pengawasan Obat dan mendorong peran serta masyarakat dalam pengawasan Obat
Makanan. Makanan. dan Makanan.
2. Meningkatnya kapasitas SDM terkait 2. Penguatan pengelolaan SDM, sarana prasarana/infrastruktur,
2. Peningkatan kapasitas SDM BPOM dan
Pengawasan Obat dan Makanan. laboratorium, serta peningkatan efektivitas dan efisiensi
pemangku kepentingan.
3. Terwujudnya pertumbuhan dunia usaha alokasi dan penggunaan anggaran.
3. Peningkatan regulatory assistance dan 3. Intensifikasi pembinaan dan fasilitasi pelaku usaha termasuk
yang mendukung daya saing industri Obat pendampingan terhadap pelaku usaha termasuk pendampingan riset dan inovasi untuk mendorong daya
dan Makanan serta kemandirian bangsa UMKM dalam upaya peningkatan keamanan dan saing.
dengan keberpihakan pada UMKM. mutu Obat dan Makanan dan fasilitasi industri 4. Penguatan pengawasan premarket dan postmarket Obat dan
4. Menguatnya fungsi pengawasan yang dalam rangka peningkatan daya saing Obat dan Makanan yang komprehensif berbasis risiko termasuk
efektif untuk memastikan obat dan Makanan. regulasi, perluasan cakupan pengawasan dan optimalisasi
makanan yang aman dan bermutu 4. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengawasan tugas dan fungsi pengawasan oleh unit teknis dan UPT.
5. Terwujudnya kepastian hukum bagi pelaku premarket dan postmarket Obat dan Makanan. 5. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor nasional dan
usaha Obat dan Makanan 5. Penguatan koordinasi pengawasan Obat dan internasional dalam peningkatan pengawasan Obat dan
6. Terwujudnya perlindungan masyarakat dari Makanan dari hulu ke hilir serta peningkatan Makanan.
kejahatan Obat dan Makanan. kualitas tindak lanjut hasil pengawasan bersama 6. Penguatan fungsi cegah tangkal, intelijen dan penyidikan
7. Terwujudnya kelembagaan Pengawasan kejahatan obat dan makanan.
lintas sektor terkait.
Obat dan Makanan yang kredibel dan 7. Penguatan pengujian, riset, kajian dan penggunaan TIK
6. Penguatan penindakan kejahatan Obat dan
akuntabel dalam memberikan pelayanan dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Makanan. 8. Peningkatan Implementasi Reformasi Birokrasi BPOM
publik yang prima 7. Peningkatan akuntabilitas kinerja dan kualitas termasuk peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan
kelembagaan Pengawasan Obat dan Makanan publik berbasis elektronik.
15
* Berdasarkan arahan Kepala BPOM di Rakernas 2020, diskusi 2-3 Maret 2020 di Bogor
3
PETA STRATEGI BPOM TAHUN 2020 – 2024
(SASARAN STRATEGIS DAN IKU)

16
PETA STRATEGI LEVEL 0 BPOM 2020-2024
SS1. Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan bermutu IKSS 1: Indeks Pengawasan Obat dan Makanan
STAKEHOLDERS PERSPECTIVE

SS2. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran SS3. Meningkatnya kepuasan
masyarakat terhadap keamanan dan mutu Obat dan Makanan pelaku usaha dan Masyarakat terhadap kinerja pengawasan Obat
dan Makanan
IKSS 2:
IKSS 3
1. Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Obat dan
1. Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
Makanan
pengawasan Obat dan Makanan
2. Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap Obat dan
PERSPECTIVE 2. Indeks kepuasan masyarakat atas kinerja Pengawasan Obat dan Makanan
Makanan yang aman dan bermutu 3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap layanan publik BPOM
CUSTOMER
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

SS4. Meningkatnya kualitas kebijakan SS5. Meningkatnya efektivitas SS6. SS7


pengawasan Obat dan Makanan pengawasan dan Pelayanan Publik Meningkatnya efektivitas penegakan Meningkatnya regulatory assistance
dibidang Obat dan Makanan hukum terhadap kejahatan Obat dan dalam pengembangan obat dan
Makanan makanan
IKSS 5:
IKSS 4. Indeks kualitas kebijakan 1. Persentase Obat yang memenuhi syarat
pengawasan Obat dan Makanan IKSS 7:
2. Persentase Makanan yang memenuhi syarat 1. Persentase inovasi obat pengembangan baru yang
IKSS 6. Persentase putusan pengadilan yang
3. Persentase rekomendasi hasil pengawasan Obat dan Makanan yang dikawal sesuai standar
dinyatakan bersalah
ditindaklanjuti oleh lintas sektor 2. Persentase UMKM yang menerapkan standar
4. Tingkat efektivitas KIE Obat dan Makanan keamanan dan mutu produksi Obat Tradisional,
5. Indeks Pelayanan Publik di bidang Obat dan Makanan
Penegakan Hukum Kosmetik, dan Makanan

SS.8 Terwujudnya tatakelola


LEARNING & GROWTH

SS9.Terwujudnya SDM yang SS10. Menguatnya laboratorium, riset dan kajian, SS11. Terkelolanya Keuangan
pemerintahan dan kerjasama
berkinerja optimal serta penerapan e-government dalam pengawasan BPOM secara Akuntabel
PERSPECTIVE

BPOM yang optimal


obat dan makanan
IKSS 11:
IKSS 8:
IKSS 9. 1. Opini BPK atas Laporan Keuangan BPOM
1. Indeks RB BPOM IKSS 10:
1. Indeks Profesionalitas ASN BPOM 2. Nilai Kinerja Anggaran BPOM
2. Nilai AKIP BPOM 1. Indeks SPBE BPOM
2. Persentase SDM BPOM yang memenuhi
3. Persentase kerjasama yang efektif 2. Persentase pemenuhan laboratorium pengawasan Obat dan makanan
standar kompetensi
terhadap Standar Kemampuan Pengujian
3. Persentase riset dan kajian Obat dan Makanan yang dimanfaatkan
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (1/3)
Target Kinerja
Baseline
Sasaran Strategis Indikator
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

Stakeholder Perspective

Terwujudnya Obat dan


Makanan yang aman dan Indeks Pengawasan Obat dan Makanan 70,76 72 74 76 78 80
bermutu
Meningkatnya kepatuhan Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha
di bidang Obat dan Makanan 81.18 82 82.5 83.5 84 85
pelaku usaha dan kesadaran
masyarakat terhadap
Indeks kesadaran masyarakat (awareness index)
keamanan dan mutu Obat terhadap Obat dan Makanan yang aman dan 68,78 71 73 75 76 78
dan Makanan bermutu

Meningkatnya kepuasan Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian


bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan 80,33 82 83.5 85 86.5 88
pelaku usaha dan Makanan
Masyarakat terhadap
kinerja pengawasan Obat Indeks kepuasan masyarakat atas kinerja
pengawasan Obat dan Makanan 68,26 70 71 73 74 75
dan Makanan
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Layanan
  84,47* 84 86 88.5 89 90.2
Publik BPOM
18
Note: * Berdasarkan data tahun 2018
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (2/3)
Target Kinerja
Baseline
Sasaran Strategis Indikator
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

Internal Process Perspective


Meningkatnya kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan pengawasan Obat
64.96 68 71 75 78 81
pengawasan Obat dan Makanan dan Makanan
Persentase Obat yang memenuhi syarat - 80,8 83,6 86,6 90 92,3
Persentase makanan yang memenuhi - 78 80 82 84 86
syarat
Meningkatnya efektivitas Persentase rekomendasi hasil pengawasan
pengawasan dan pelayanan publik Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti 40.32 55 60 65 70 75
oleh lintas sektor
dibidang Obat dan Makanan Tingkat Efektivitas KIE Obat dan Makanan 70,42 71 73 75 76 78
Indeks Pelayanan Publik di bidang Obat dan
Makanan 3,33 3,51 3,76 4,01 4,26 4,51
Meningkatnya efektifitas
Persentase putusan pengadilan yang
penegakan hukum terhadap dinyatakan bersalah 55,5 58 61 64 67 70
kejahatan Obat dan Makanan
Persentase inovasi obat pengembangan - 40 50 60 70 80
Meningkatnya regulatory baru yang dikawal sesuai standar
assistance dalam pengembangan Persentase UMKM yang menerapkan
standar keamanan dan mutu produksi - 14 28 43 59 75
Obat dan Makanan Obat Tradisional, Kosmetik dan Makanan

19
Note: Yang berwarna kuning adalah Indikator Baru (12 Indikator)
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (3/3)
Target Kinerja
Baseline
Sasaran Strategis Indikator
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

Learning and Growth Perspective


Terwujudnya tatakelola Indeks RB BPOM 77,65* 81 85 90 91 92
pemerintahan dan Nilai AKIP BPOM 76,77* 81 85 90 91 92
kerjasama BPOM yang
Persentase kerjasama yang efektif 81 82 84 86 88 90
optimal
Indeks Profesionalitas ASN BPOM 72 73 74 75 76 77
Terwujudnya SDM BPOM
Persentase SDM BPOM yang memenuhi standar -
yang berkinerja optimal kompetensi 75 82 83 84 85

Menguatnya laboratorium, Indeks SPBE BPOM 3.68 3.8 3.95 4.1 4.25 4.4
riset dan kajian, serta Persentase pemenuhan laboratorium Pengawasan
Obat dan Makanan terhadap standar Kemampuan - 71 76 81 86 91
penerapan e-government Pengujian
dalam pengawasan Obat
Persentase riset dan kajian pengawasan Obat dan
dan Makanan - 72 75 78 80 82
Makanan yang dimanfaatkan

Terkelolanya Keuangan Opini BPK atas Laporan Keuangan BPOM WTP WTP WTP WTP WTP WTP
BPOM secara Akuntabel Nilai Kinerja Anggaran BPOM 96.62 93 94 95 96 97
20
Note: Yang berwarna kuning adalah Indikator Baru (12 Indikator)
* Berdasarkan data tahun 2018
Lampiran

MANUAL IKU

21
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 1 Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan Indeks Pengawasan Obat dan Makanan 71.84 72 74 76 78 80
bermutu

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• Kualitas Obat dan Makanan merupakan suatu kondisi dimana produk Obat dan Makanan yang beredar di Indeks POM dihitung menggunakan metodologi statistik dan
masyarakat aman untuk dikonsumsi/digunakan sesuai kebutuhan, keamanan mencakup juga Analitycal hierarchy process (AHP) untuk pembobotan indikator
khasiat/manfaat dan mutu dari produk. kinerja pembentuk indeks.
• Keamanan Obat dan Makanan yang beredar diukur dengan proxy nilai Indeks Pengawasan Obat dan
Makanan, hal ini dikarenakan variabel/indikator pembentuk belum semuanya bersifat dampak/ outcome. Ke
depan akan dilakukan perbaikan terhadap peningkatan kualitas dan level indikator agar mampu secara
langsung menggambarkan kondisi keamanan yang riil.
• Tujuan penyusunan Indeks Pengawasan Obat dan Makanan adalah untuk mengetahui secara mudah kondisi
keamanan/efektivitas kinerja pengawasan Obat dan Makanan, baik untuk tiap produk maupun keseluruhan di
tiap daerah, maupun secara nasional. Indeks POM dapat diilustrasikan melalui peta/spasial untuk
menggambarkan secara sederhana IPOM di setiap provinsi/wilayah.
• Nilai Indeks Pengawasan Obat dan Makanan (IPOM) adalah suatu ukuran untuk menilai tingkat efektivitas
kinerja pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh BPOM yang akan diukur menggunakan 3 (tiga)
dimensi yaitu pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.

22
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 2 Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran Indeks kepatuhan (compliance index) 81.18 82 82.5 83.5 84 85
masyarakat terhadap kualitas Obat dan Makanan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• Kepatuhan merupakan suatu bentuk keberterimaan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang • Indeks kepatuhan dihitung berdasarkan konversi nilai saran
bersifat profit/non profit sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku yang memenuhi ketentuan (MK) dan Tidak Memenuhi
terkait dengan Obat dan Makanan. Ketentuan (TMK) ke dalam pengklasifikasian/grading menjadi A
• Pelaku usaha obat dan makanan mencakup produsen, distributor, importir, eksportir, pemilik sarana (baik), B (cukup), dan C (kurang). Selanjutnya dihitung
produksi dan distribusi, pedagang besar dan kecil yang memproduksi dan atau memperjualbelikan obat persentase masing-masing grade untuk dianalisis secara
dan makanan statistik.
• Indeks kepatuhan pelaku usaha merupakan komposit dari beberapa variabel, yaitu: • Hasil perhitungan indikator masing-masing komoditi Obat, Obat
1. Hasil pemeriksaan sarana produksi Obat dan Makanan yang memenuhi ketentuan (GMP); Tradisional, Kosmetik, Suplemen Kesehatan dan Pangan
2. Sarana distribusi Obat dan Makanan yang memenuhi ketentuang (GDP); Olahan selanjutnya dikalikan bobot AHP (Analytical Hierarchy
3. Sarana pelayanan Obat, narkotika, psikotropika dan prekursor yang memenuhi ketentuan; Process) dengan rentang nilai sebagai berikut:
4. Hasil penandaan iklan dan penandaan Obat dan Makanan; 0 – 33,33 = Kurang
5. Industri pangan olahan yang menerapkan Program Manajemen Risiko (PMR) 33,34 – 66,67 = Cukup
66,67 – 90 = Baik
90 – 100 = Sangat Baik

23
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 2 Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) 68,78 71 73 75 76 78
masyarakat terhadap kualitas Obat dan Makanan terhadap Obat dan Makanan yang aman dan
bermutu
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
Kesadaran mencakup beberapa aspek yaitu: Untuk menghitung indeks kesadaran masyarakat dilakukan
1. Pengetahuan (Knowledege) bertujuan untuk menggali sejauh mana pengetahuan dan pemahaman metodologi survei.
masyarakat dalam memilih serta mengkonsumsi Obat dan Makanan. Seberapa baik pemahaman masyarakat
dalam memilih serta mengkonsumsi Obat dan Makanan dengan benar. Dari sini dapat dilihat juga sejauh
mana informasi dan atau pengaruh sumber media informasi terhadap pemahaman masyarakat.
2. Sikap (Attitude) untuk menggali sikap masyarakat dalam memilih serta mengkonsumsi obat dan makanan
yang beredar saat ini, termasuk peredaran obat atau obat tradisional palsu. Selanjutnya dipetakan sikap
masyarakat tersebut dalam memilih serta mengkonsumsi obat & makanan yang benar. Ditambahkan pula
penilaian masyarakat terhadap Badan POM yang memiliki tugas pokok dalam mengawasi peredaran Obat dan
Makanan.
3. Perilaku (Practices) untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam memilih serta mengkonsumsi Obat dan
Makanan dengan benar. Kemudian bagaimana dukungan masyarakat terhadap program Badan POM.

24
STAKEHOLDER PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2018* 2019 2020 2021 2022 2023 2024
SS 3 Meningkatnya kepuasan pelaku usaha dan Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap 71,80 80,33 82 83.5 85 86.5 88
masyarakat terhadap kinerja pengawasan Obat pemberian bimbingan dan pembinaan
dan Makanan pengawasan Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Indeks kepuasan merupakan hasil pengukuran secara komprehensif dan kuantitatif tingkat kepuasan pelaku a. Survei dilakukan secara online dan paper based, yaitu
usaha terhadap kualitas bimbingan dan pembinaan yang diberikan oleh BPOM. dengan melakukan email blast kepada seluruh pelaku usaha
b. Bimbingan dan pembinaan merupakan pemberian bimbingan teknis dan supervise yang mencakup yang pernah mendapatkan bimbingan dan pembinaan oleh
sosialisasi/seminar, workshop/pelatihan/bimbingan teknis, asistensi/pendampingan/coaching clinic, BPOM serta email blast kepada semua pelaku usaha yang
konsultasi, focus group discussion (FGD). terdaftar di BPOM. Selain itu survey juga dilakukan pada
c. Pelaku usaha Obat dan Makanan mencakup produsen, distributor, importir, eksportitr, sarana pelayanan. setiap kegiatan bimbingan atau pembinaan yang dilakukan
d. Aspek pengukuran dalam survey ini adalah: pada tahun berjalan.
1. Aspek bimbingan dan pembinaan b. Target sampel dihitung dengan rumus Krejcie & Morgan
2. Aspek tindak lanjut pasca bimbingan dan pembinaan dengan margin of error sebesar 2%.
3. Aspek penanganan saran dan masukan c. Analisis dilakukan secara statistic-kuantitatif dengan
4. Aspek manfaat persamaan regresi dan AHP sebagai penimbang.
5. Aspek dampak/pengaruh atas bimbingan dan pembinaan.
6. Aspek pengetahuan dan pemahaman Kriteria yang digunakan adalah:
75,01 – 100: sangat puas
50,01 – 75 : puas
25,01 – 50 : kurang puas
Catatan:
0 – 25: tidak puas
* Tahun 2018 Aspek yang dihitung hanya 5, tanpa aspek pengetahuan dan pemahaman
25
STAKEHOLDER PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2018 0919 2020 2021 2022 2023 2024
SS 3 Meningkatnya kepuasan pelaku usaha dan Indeks kepuasan masyarakat atas kinerja 69,97 68,26 80 85 87 89 90
masyarakat terhadap kinerja pengawasan Obat pengawasan Obat dan Makanan
dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• Indeks Kepuasan Masyarakat didefinisikan sebagai hasil pengukuran dari kegiatan survei berupa angka. Melalui survei dengan metode multi stage cluster random sampling
Angka ditetapkan dengan skala 1-4. dengan margin of error 15%.
• Kepuasan masyarakat adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja BPOM dalam Responden adalah rumah tangga dengan kriteria usia 15-65 tahun.
menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan yang dirasakan oleh masyarakat. Kriteria yang digunakan adalah:
• Masyarakat adalah konsumen obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan termasuk 75,01 – 100: sangat puas
minuman yang merupakan produk layanan yang diawasi oleh BPOM. 50,01 – 75 : puas
• Indikator pembentuk terdiri dari 5 (lima) indikator yaitu tangibles, realibility, responsiveness, assurance dan 25,01 – 50 : kurang puas
emphaty. 0 – 25: tidak puas
• Untuk mengukur ke 5 (lima) indikator tersebut, ditetapkan melalui 2 (dua) pengukuran indeks yaitu
a) Indeks kepuasan langsung yaitu, sejauh mana kinerja BPOM dalam melakukan pengawasan melalui
komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang Obat dan Makanan aman, bermutu dan
berkhasiat melalui fasilitas website dan media sosial BPOM ( tangibles).
b) Indikator tidak langsung yaitu sejauh manakinerja BPOM dalam melakukan pengawasan ( realibility),
tindakan (responsiveness) , memberikan perlindungan (assurance) dan kepedulian (emphaty) terhadap
Obat dan Makanan beredar di masyarakat.

26
STAKEHOLDER PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
SS 3 Meningkatnya kepuasan pelaku usaha dan Indeks kepuasan masyarakat terhadap layanan 80,99 84,47 84 86 88.5 89 90.2
Masyarakat terhadap kinerja pengawasan publik BPOM
Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Kepuasan masyarakat adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang Menghitung nilai terhadap hasil survei Kepuasan Masyarakat
diberikan kepada aparatur penyelenggara pelayanan publik.
b. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik (dalam hal ini Kedeputian I) kepada penerima layanan publik (pelaku
usaha) yang diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat.
d. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman yang disiapkan Inspektorat Utama BPOM mengacu
pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 14 tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survei
Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik)
e. Target dinyatakan dalam angka

27
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 4 Meningkatnya kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan pengawasan 64.96 68 71 75 78 81


pengawasan Obat dan Makanan Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


1. Indeks Kualitas Kebijakan merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara Berdasarkan instrument yang dikembangkan oleh LAN
untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait kualitas kebijakan di Kementerian/Lembaga ataupun
Pemerintah Daerah. Kriteria yang digunakan adalah:
2. Kebijakan meliputi peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, yang mendukung pada peningkatan ≥ 90 : sangat baik
efektivitas/penguatan pengawasan Obat dan Makanan 81 – 89,99 : baik
3. Jumlah minimal kebijakan yang dapat dinilai untuk menggambarkan kualitas kebijakan ditentukan dengan 71 – 80,99 : sedang
ketentuan sebagai berikut: 60 – 70,99 : cukup
a) Kebijakan telah diimplementasikan minimal selama 2 tahun ≤ 59,99 : kurang baik
b) Kebijakan yang teridentifikasi selama kurun waktu tersebut menjadi populasi untuk ditentukan jumlah
sampel kebijakan dengan ketentuan sebagai berikut:
• > 80 Kebijakan = 5%
• 50-80 Kebijakan = 7,5%
• 20-50 Kebijakan = 20%
• < 20 Kebijakan = 40%
• Kualitas kebijakan diukur dengan dimensi penilaian yang terdiri dari Perencanaan Kebijakan (Agenda Setting
dan Formulasi Kebijakan) dan Pelaksanaan Kebijaksanaan (Implementasi dan Evaluasi Kebijakan).
• Pemilihan kebijakan berdasarkan random sampling

28
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan Persentase Obat yang memenuhi syarat - 80,8 83,6 86,6 90 92,3
pelayanan publik Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Obat mencakup obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, obat tradisional, Suplemen
Kesehatan dan Kosmetik (Perpres 80 tahun 2017)
b. Sampling dilakukan terhadap Obat beredar berdasarkan Data Survei Produk Beredar berdasarkan
kerangka sampling acak di tahun berjalan.
c. Kriteria Obat Tidak Memenuhi Syarat, meliputi:
1) Tidak memiliki NIE/produk ilegal termasuk palsu
2) Produk kedaluwarsa
3) Produk rusak Obat mencakup obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, obat
4) Tidak memenuhi ketentuan penandaan tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
5) Tidak memenuhi syarat berdasarkan pengujian
d. Alur pemeriksaan hasil sampling Obat dilakukan secara berjenjang dan berurutan mulai dari
kriteria poin 1 hingga poin 5 (kriteria pada poin d). Obat yang dinilai memenuhi ketentuan pada
kriteria poin 1 akan dilakukan pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan seterusnya dilakukan dengan Catatan:
pola yang sama hingga kriteria poin 5. Belum ada baseline karena terdapat perubahan cara perhitungan indicator.
e. Jumlah produk Obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets Indikator hanya dihitung terhadap kerangka sampling acak ( random)
f. Jika termasuk poin c.1 atau c.2 atau c.3, maka tidak dilakukan pengujian, apabila sampel yang sedangkan tahun sebelumnya gabungan antara targeted dan random.
diperiksa TMK penandaan, maka sampel tetap diuji.
Namun berdasarkan perhitungan sampel tahun 2019 sampai dengan TW 2,
g. Jika ditemukan sampel Obat yang TMS ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS pengujian
pembahasan Rakorpim bulan September 2019 dan disampaikan pada
dan/atau TMK penandaan maka dihitung 1 sampel TMS
Bilateral Meeting dengan Bappenas bulan September 2019, 29 data
Persentase Obat yang memenuhi syarat adalah 78,6%
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan Persentase Makanan yang memenuhi syarat - 78 80 82 84 86


pelayanan publik Obat dan Makanan
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
a. Yang dimaksud Makanan adalah Pangan Olahan yang diproses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan.
b. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No.18 tahun 2012)
c. Sampling dilakukan terhadap Pangan Olahan beredar berdasarkan Data Survei Produk Beredar
berdasarkan kerangka sampling acak di tahun berjalan.
d. Kriteria Pangan Tidak Memenuhi Syarat, meliputi:
1) Tidak memiliki NIE/produk ilegal termasuk palsu
2) Produk kedaluwarsa
3) Produk rusak
4) Tidak memenuhi ketentuan label
5) Tidak memenuhi syarat berdasarkan pengujian Catatan:
e. Alur pemeriksaan hasil sampling Pangan dilakukan secara berjenjang dan berurutan mulai dari Belum ada baseline karena terdapat perubahan cara perhitungan indicator.
kriteria poin 1 hingga poin 5 (kriteria pada poin c). Pangan yang dinilai memenuhi ketentuan pada Indikator hanya dihitung terhadap kerangka sampling acak ( random)
kriteria poin 1 akan dilakukan pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan seterusnya dilakukan dengan sedangkan tahun sebelumnya gabungan antara targeted dan random.
pola yang sama hingga kriteria poin 5. Namun berdasarkan perhitungan sampel tahun 2019 sampai dengan TW 2,
f. Jika termasuk poin c.1, c.2 atau c.3, maka tidak dilakukan pengujian, apabila sampel yang pembahasan Rakorpim bulan September 2019 dan disampaikan pada
diperiksa TMK label, maka sampel tetap diuji. Bilateral Meeting dengan Bappenas bulan September 2019, data
g. Jika ditemukan sampel makanan yang TMS ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS Persentase Makanan yang memenuhi syarat adalah 76% 30
pengujian dan/atau TMK penandaan maka dihitung 1 sampel TMS
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan Persentase rekomendasi hasil pengawasan 40.32 55 60 65 70 85


pelayanan publik Obat dan Makanan Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti oleh
lintas sektor
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
a. Rekomendasi hasil pengawasan merupakan suatu rekomendasi yang diberikan Menghitung total tindak lanjut hasil pengawasan yang dilaksanakan dibandingkan dengan
oleh BPOM melalui UPT ataupun Unit Kerja Pusat kepada lintas sektor yang keputusan/tindaklanjut/rekomendasi yang dikeluarkan dalam satu tahun berjalan.
memiliki kewenangan dan tanggungjawab terhadap sarana produksi/distribusi
Obat dan Makanan.
b. Keputusan/Rekomendasi hasil inspeksi dapat berupa pembinaan, peringatan, x 100%
peringatan keras atau rekomendasi PSK/Pencabutan Ijin/Pencabutan NIE dan
atau tindak lanjut kasus yang berupa hasil pemeriksaan sarana (sarana produksi,
sarana distribusi, saryanfar), hasil pengujian sampel, hasil pengawasan iklan
(kepada media lokal, KPID), hasil pengawasan label, penanganan kasus,
pengaduan konsumen.
c. Tindak lanjut adalah feedback/respon dari lintas sektor terkait terhadap
keputusan/rekomendasi hasil pengawasan yang diterbitkan oleh UPT ataupun
Unit Kerja Pusat .
d. Lintas sektor meliputi pemerintah daerah, kementerian/lembaga, organisasi
profesi, maupun institusi lain yang terkait pengawasan Obat dan Makanan

31
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 5 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan Tingkat efektivitas KIE Obat dan Makanan 70,42 71 73 75 76 78

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


1. Tingkat Efektifitas Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Obat dan Makanan adalah ukuran Diukur melalui survei dengan target responden adalah
efektifitas atas kualitas dan sebaran (kuantitas) pemahaman masyarakat terhadap obat dan masyarakat yang pernah menjadi peserta dan/atau terpapar
makanan yang dilakukan Badan POM melalui kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). KIE BPOM melalui berbagai media pada tahun berjalan
2. Badan POM memiliki ragam jenis program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang
meliputi:
a) KIE melalui media cetak dan elektronik;
b) KIE langsung ke masyarakat; dan
c) KIE melalui media sosial
3. Indikator ini diukur melalui survei terhadap 4 kriteria:
a) Tingkat persepsi terhadap ragam pilihan sumber informasi KIE;
b) Tingkat pemahaman terhadap konten informasi yang diterima;
c) Tingkat persepsi terhadap manfaat program KIE;
d) Tingkat minat terhadap informasi obat dan makanan
4. Responden Audiens KIE adalah responden yang sebelumnya pernah menerima atau terlibat
sebagai peserta dalam kegiatan KIE Badan POM dalam 3 bulan terakhir.
5. Teknik survei dapat berupa face to face interview, penyebaran kuisioner dan online survey

Catatan: 32
Baseline merupakan hasil survei secara Nasional yang dilakukan di tahun 2019
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan Indeks pelayanan publik di bidang Obat dan Makanan 3,33 3,51 3,76 4,01 4,26 4,51
pelayanan publik Obat dan Makanan

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


1. Indeks Pelayanan Publik (IPP) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan a. Dilakukan penilaian oleh Tim Penilai UPP BPOM (Biro Hukum dan
publik di lingkungan K/L/D berdasarkan 6 (enam) aspek meliputi: Organisasi dan Inspektorat Utama)
a. Kebijakan Pelayanan (bobot 30%); b. Kategori nilai:
b. Profesionalitas SDM (18%);
c. Sarana Prasarana (15%);
d. Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) (15%);
e. Konsultasi dan Pengaduan (15%);
f. Inovasi (7%).

2. Penilaian kinerja UPP mengacu Peraturan Menteri PANRB Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara Pelayanan Publik.

3. IPP BPOM diperoleh dari rata-rata IPP seluruh Unit Penyelenggara Pelayanan Publik (UPP) di
lingkungan BPOM, yang terdiri atas unit kerja pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai
Besar/Balai POM.

33
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
SS 6 Meningkatnya efektivitas penegakan hukum ter- Persentase putusan pengadilan yang dinyatakan 27,1 55,5 58 61 64 67 70
hadap kejahatan di bidang Obat dan Makanan bersalah

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• Perkara di bidang Obat dan Makanan merupakan peristiwa atau kejadian dalam masyarakat
Persentase putusan pengadilan yang dinyatakan bersalah =
yang akibatnya dapat menimbulkan akibat hukum pidana bagi siapa yang melanggar
peraturan ataupun ketentuan pidana Obat dan Makanan yang telah ditetapkan.
• Tahap II adalah proses penyerahan barang bukti dan tersangka dari PPNS ke Kejaksaan x 100%
setelah berkas perkara dinyatakan lengkap (P21).
• Putusan pengadilan yang dimaksud adalah putusan pengadilan tingkat pertama yang
dinyatakan oleh hakim Pengadilan Negeri yang diucapkan dalam sidang pengadilan yang
bersifat terbuka yang di dalamnya berupa vonis pidana (dinyatakan bersalah), dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

34
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 7 Meningkatnya regulatory assistance dalam Persentase inovasi obat pengembangan baru yang - 40 50 60 70 80
pengembangan obat dan makanan dikawal sesuai standar

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


1. Hasil inovasi adalah hasil penelitian siap hilirisasi Persentase inovasi obat pengembangan baru yang dikawal sesuai
2. Obat Pengembangan Baru adalah Obat yang sedang dikembangkan dan dibuat oleh industri farmasi atau standar = (A + B) / 2
institusi riset di Indonesia dan/atau di luar negeri
3. Kriteria inovasi obat pengembangan baru harus memenuhi 2 tahapan besar yaitu: A = Persentase inovasi obat pengembangan baru yang dikawal
a. Tahapan pemenuhan fasilitas produksi dengan melalui empat tahap penilaian (50%): sesuai standar registrasi obat
1) Tahapan usulan desain inovasi (25%)
2) Tahap Penilaian desain fasilitas (50%) B = Persentase Inovasi Pengembangan Obat yang diterbitkan
3) Tahap Hasil Inspeksi (75%) keputusan pada tahapan pemenuhan fasilitas produksi (K)
4) Tahap Sertifikat CPOB (100%)
b. Tahapan dalam rangka memperoleh izin edar dengan melalui empat tahap penilaian (50%):
5) Tahapan uji non klinik (25%)
6) Tahap uji klinik (50%)
7) Tahap registrasi dokumen efikasi, keamanan, dan mutu obat (75%)
8) Tahap penerbitan NIE (100%)

Catatan:
Belum ada baseline karena merupakan indikator baru. 35
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 7 Meningkatnya regulatory assistance dalam Persentase UMKM yang menerapkan standar - 14 28 43 59 75


pengembangan obat dan makanan keamanan dan mutu produksi Obat Tradisional,
Kosmetik dan Makanan
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
a. UMKM adalah Usaha Mikro Kecil dan MenengahdenganKriteria modal Persentase UMKM yang menerapkan standar keamanan dan mutu produksi ObatTradisional,
yaitusebesar : Kosmetik dan Makanan = 𝑨 + 𝑩+ 𝑪
a. Mikro (<Rp 50 juta) 𝟑
b. Kecil (Rp50 juta - <500juta)
c. Menengah (Rp500 juta – 10M) Keterangan:
b. Yang dimaksud dengan menerapkan standar keamanan dan mutu produksi A =
Obat dan Makanan ditandai dengan diterbitkannya: =
c. Sertifikat CPOTB Bertahap untuk Obat Tradisional
d. Sertifikat CPKB untuk Kosmetik B = Persentase
e. Surat rekomendasi atau hasil pemeriksaan sarana produksi pangan oleh =
Balai untuk UMK Pangan yang mampumenerapkanprinsip CPPOB tahap
hygiene sanitasi dan dokumentasi C =
c. UMKM yang menerapkan standar keamanan dan mutu produksi =
dihitungberdasarkan UMKM yang difasilitasi BPOM selamaperiodeRenstra (5
tahun)

Catatan:
Belum ada baseline karena merupakan indikator baru.
36
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2017 2018 2020 2021 2022 2023 2024
SS 8 Terwujudnya tatakelola pemerintahan dan Indeks RB BPOM 76.36 77.65 81 85 90 91 92
kerjasama BPOM yang optimal

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Sasaran Reformasi Birokrasi terdiri atas pemerintah yang efektif dan efisien, pelayanan publik yang baik dan berkualitas, serta pemerintah Indeks RB berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan RB BPOM oleh
yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi. Kemenpan RB.
b. Sasaran RB diwujudkan melalui delapan area perubahan: Rentang Nilai RB terdiri dari:
1) manajemen perubahan; 1. AA (istimewa), dengan skor > 90 – 100
2) penataan peraturan perundang-undangan;
2. A (memuaskan), dengan skor > 80 – 90
3) penguatan pengawasan;
4) penataan dan penguatan organisasi ;
3. BB (sangat baik), dengan skor > 70 – 80
5) penataan tata laksana; 4. B (baik, perlu sedikit perbaikan), dengan skor > 60 – 70
6) penataan sistem manajemen sumber daya manusia (SDM); 5. CC (cukup/memadai, perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar),
7) penguatan akuntabilitas kinerja; dan dengan skor > 50 – 60
8) penguatan kualitas pelayanan publik. 6. C (kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat
c. Penilaian RB dilakukan atas dua komponen berdasarkan Peraturan Menpan-RB nomor 8 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas mendasar), dengan skor > 30 – 50
peraturan Menteri Pan-RB nomor 14 tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB Instansi Pemerinath terdiri atas: 7. D (sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang
1) Pengungkit (proses dengan bobot 60% meliputi: sangat mendasar) dengan skor > 0 - 30
a) manajemen perubahan (5%)
b) penataan peraturan perundang-undangan (5%)
c) penguatan pengawasan (12%)
d) penataan dan penguatan organisasi (6)
e) penataan tata laksana; (5%)
f) penataan sistem manajemen sumber daya manusia (SDM) (15%)
g) penguatan akuntabilitas kinerja (6%); dan Catatan:
h) penguatan kualitas pelayanan publik (6%) Usulan target dari Inspektorat Utama mengacu pada
2) Hasil (dengan bobot 40%) meliputi:
i) Birokrasi berish dan akuntabel (20%) arahan dari Kemenpan-RB bahwa ditahun 2022,
j) Birokrasi yang efektif dan efisien (10%) seluruh K/L mendapatkan tunjungan kinerja sebesar
k) Birokrasi yang memliki pelayanan publik yang berkalitas (10%) 100% sehingga pada tahun 2022 target Indeks RB
37
BPOM >90 (90,01)
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE
USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
Baseline TARGET
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
2017 2018 2020 2021 2022 2023 2024
SS 8 Terwujudnya tatakelola pemerintahan dan Nilai AKIP BPOM 74.37 76.77 81 85 90 91 92
kerjasama BPOM yang optimal

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Penjumlahan bobot komponen evaluasi AKIP dari KemenPANRB sebagai berikut:
1. Perencanaan Kinerja dengan bobot 30%, meliputi
Pemerintah, Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi a. Rencana Strategi (10%), meliputi:
Pemerintah (SAKIP) serta PermenPANRB No 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas - Pemenuhan Renstra (2%)
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP merupakan penerapan - Kualitas Renstra (5%)
manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan RB yang - Impelemtasi Renstra (3%)
b.Perencanaan Kinerja Tahunan (20%), meliputi:
berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. - Pemenuhan RKT (4%)
- Kualitas RKT (10%)
- Impelemtasi RKT (6%)
2. Pengukuran Kinerja dengan bobot 25%, meliputi:
a.Pemenuhan pengukuran (5%)
b.Kualitas pengukuran (12,5%)
c.Implementasi pengukuran (7,5%)
3. Pelaporan kinerja dengan bobot 15%, meliputi:
a.Pemenuhan pelaporan (3%)
b.Kualitas pelaporan (7,5%)
c.Pemanfaatan pelaporan (4,5%)
4. Evaluasi Internal dengan bobot 10%, meliputi:
a.Pemenuhan evaluasi (2%)
b.Kualitas evaluasi (5%)
c.Pemanfaatan hasil evaluasi (3%)
5. Capaian Kinerja dengan bobot 20%, meliputi:
a.Kinerja yang dilaporkan (output) (5%)
b.Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%)
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%)
38
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 8 Terwujudnya tatakelola pemerintahan dan kerjasama Persentase kerjasama yang efektif 81 82 84 86 88 90


BPOM yang optimal

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a) Kerja sama yang efektif adalah dukungan kerja sama yang meningkatkan peran
Badan POM dalam forum kerja sama luar negeri dan dalam negeri di bidang Obat Persentase kerja sama yang efektif = (A + B + C)/3
dan Makanan.
b) Peran adalah inisiasi, kepemimpinan, posisi Badan POM terkait isu-isu Obat dan Keterangan:
Makanan pada forum nasional, bilateral, regional, dan global. A. Persentase peran Badan POM dalam forum Bilateral, Regional, dan Multilateral;
c) Kerja sama luar negeri adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan berdasarkan B. Persentase institusi penerima bantuan yang mengimplementasikan rekomendasi program
itikad baik dengan mitra (regulator, akademisi, asosiasi, dll) luar negeri untuk Kerja Sama Selatan-selatan Badan POM.;
mendukung diplomasi ekonomi, kemanusiaan dan perdamaian pada tingkat C. Presentase kerja sama dalam negeri yang ditindaklanjuti oleh mitra dalam rangka
bilateral, regional dan multilateral. meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan dan daya saing bangsa.
d) Kerja sama dalam negeri adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan berdasarkan
itikad baik dengan instansi pemerintah dan non pemerintah seperti akademisi, Cara Menghitung:
1. Jumlah forum yang terdapat inisiasi, kepemimpinan, dan posisi Badan POM dibandingkan
organisasi masyarakat, asosiasi profesi, asosiasi pelaku usaha, media, dll.
dengan jumlah forum kerja sama luar negeri di bidang Obat dan Makanan;
2. Jumlah institusi penerima bantuan yang mengimplementasikan rekomendasi Badan POM
dibandingkan dengan jumlah institusi yang menerima bantuan kerja sama teknik;
3. Jumlah mitra kerja sama dalam negeri yang memberikan dukungan untuk peningkatan
pengawasan Obat dan Makanan dan daya saing bangsa dibandingkan dengan jumlah mitra
kerja sama dalam negeri.

39
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 9 Terwujudnya SDM yang berkinerja optimal Indeks profesionalitas ASN BPOM 72 80 81 82 83 85

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Indeks Profesionalitas ASN adalah ukuran statistik yang menggambarkan kualitas ASN Menggunakan form survei sesuai Permen PAN dan RB No 38 Tahun 2018 kepada
berdasarkan kesesuaian kualifikasi, kompetensi, kinerja, dan kedisiplinan pegawai ASN seluruh pegawai (ASN) di BPOM
dalam melaksanakan tugas jabatan.
Bobot penilaian dimensi Indeks Profesionalitas ASN terdiri atas :
b. Indeks Profesionalitas ASN diukur berdasarkan Permen PANRB 38/2018 tentang a. kualifikasi memiliki bobot 25 % (dua puluh lima persen);
Pengukuran Indeks Profesionalitas ASN. b. kompetensi memiliki bobot 40 % (empat puluh persen);
c. kinerja memiliki bobot 30 % (empat puluh persen); dan
c. Indeks Profesionalitas ASN diukur dengan menggunakan 4 (empat) dimensi, yaitu: d. disiplin memiliki bobot 5 % (lima persen).
1) Kualifikasi : diukur dari indikator riwayat pendidikan formal terakhir yang telah
dicapai Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Profesionalitas ASN, dilakukan pengkategorian
2) Kompetensi : diukur dari indikator riwayat pengembangan kompetensi yang telah tingkat Profesionalitas ASN sebagai berikut :
dilaksanakan a. Nilai 91 - 100 (Sembilan puluh satu- seratus) berkategori Sangat Tinggi;
3) Kinerja : diukur dari indikator penilaian prestasi kerja PNS b. Nilai 81 - 90 (delapan puluh satu-sembilan puluh) berkategori Tinggi;
4) Disiplin : diukur dari indikator riwayat penjatuhan hukuman disiplin yang pernah c. Nilai 71 - 80 (tujuh puluh satu- delapan puluh) berkategori Sedang;
dialami d. Nilai 61 - 70 ( enam puluh satu-tujuh puluh) berkategori Rendah; dan
e. Nilai 0 – 60 (nol-enam puluh) berkategori Sangat Rendah.

40
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 9 Terwujudnya SDM yang berkinerja optimal Persentase SDM BPOM yang memenuhi Standar 75,3 75 82 83 84 85
Kompetensi

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• SDM BPOMadalahseluruh ASN di lingkungan BPOM. Persentase SDMBPOM yang memenuhiStandarKompetensi =
• Kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan / wawasan, keahlian / keterampilan, dan perilaku yang
diperlukan seorang ASN dalam melaksanakan tugas. x 100%
• StandarKompetensiadalahdeskripsipengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
diperlukanseorangASNdalammelaksanakantugasjabatan.
• MemenuhiStandarKompetensiadalahkesesuaianantarakompetensipegawaidengan StandarKompetensi
yang diukur berdasarkan job person match (JPM) yang dipersyaratkansesuai ketentuan.
• JPM adalah indeks perbandingan antara Standar Kompetensi dan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai
yang diases. Ketetapan JPM minimal bagi ASN BPOM adalah 76%.
• Hasil Penilaian / Uji Kompetensi dikelompokkan dalam kategori:
1. Memenuhi syarat kompetensi (Kompeten), nilai JPM > 84,99%.
2. Masih memenuhi syarat kompetensi (Cukup Kompeten), nilai JPM 76,00% - 84,99%.
3. Belum memenuhi syarat kompetensi (Belum Kompeten), nilai JPM <76,00%.

41
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024
TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 10 Menguatnya laboratorium, riset dan kajian, serta penerapan Indeks SPBE BPOM 3,68 3,8 3,95 4,1 4,25 4,4
e-government dalam pengawasan Obat
dan Makanan
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
a. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, selanjutnya disingkat SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan Nilai diperoleh berdasarkan hasil SPBE oleh KemenPAN-RB
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada pengguna SPBE. mengacu Peraturan Menteri PANRB Nomor 5 Tahun 2018 tentang
b. Dasar Hukum Pelaksanaan Evaluasi SPBE adalah berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor 5 Tahun 2018 Pedoman Evaluasi SPBE atau dari Hasil Penilaian Mandiri Tim SPBE
tentang Pedoman Evaluasi SPBE. BPOM dengan melibatkan Kemen PAN dan RB di tahun yang tidak
c. Nilai Indeks SPBE adalah nilai indeks yang merepresentasikan tingkat pelaksanaan SPBE secara keseluruhan. dilakukan penilaian oleh Kemen PAN dan RB.
Nilai indeks SPBE merupakan nilai kumulatif dari perhitungan perkalian antara nilai indeks domain dan bobot
domain.
d. Indeks SPBE dinilai dari 3 domain yaitu:
1) Kebijakan Internal yang didalamnya terdapat 2 aspek yaitu Tata Kelola dan Layanan;
2) Tata Kelola SPBE yang didalamnya terdapat 3 aspek yaitu Kelembagaan, Strategi dan Perencanaan, dan
Teknologi
Informasi dan Komunikasi; serta
3) Layanan SPBE yang didalamnya terdapat 2 aspek yaitu Administrasi Pemerintahan dan Pelayanan Publik.
e. Nilai Indeks yang merepresentasikan tingkat pelaksanaan SPBE dikelompokkan berdasarkan predikat sebagai
berikut:
1. Nilai 4,2-5,0 = Predikat "Memuaskan"
2. Nilai 3,5 - < 4,2 = Predikat "Sangat Baik"
3. Nilai 2,6 - < 3,5 = Predikat "Baik"
4. Nilai 1,8 - < 2,6 = Predikat "Cukup"
5. Nilai < 1,8 = Predikat "Kurang"
42
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
NO. SASARAN KEGIATAN IKSS
2020 2021 2022 2023 2024
Menguatnya laboratorium, riset dan kajian, serta Persentase pemenuhan laboratorium pengawasan 71 76 81 86 91
SS 10 penerapan e-government dalam pengawasan Obat Obat dan makanan terhadap Standar Kemampuan
dan Makanan Pengujian

DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN


a. Pemenuhan laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan terhadap Standar Persentase Pemenuhan laboratorium BPOM =
Kemampuan Pengujian diperoleh dari hasil asesmen laboratorium Persentase pemenuhan standar kemampuan pengujian P3OMN + Rata2 Persentase
PPPOMN dan BB/ Balai POM terhadap pemenuhan Standar Kemampuan Pemenuhan standar pengujian Balai Besar/balai POM
Pengujian
b. Standar Kemampuan Pengujian merupakan standar yang digunakan untuk Kemampuan Pengujian dalam rangka pengawasan BPOM dilakukan dengan menghitung nilai
menilai kemampuan uji laboratorium yang meliputi ruang lingkup pengujian, rata-rata dari Nilai Rerata Persentase Pemenuhan Standar Kemampuan Pengujian PPPOMN
peralatan dan kompetensi personel yang disusun berdasarkan Good dan Nilai Rerata Persentase Pemenuhan Standar Kemampuan Pengujian BB/Balai POM.
Laboratory Practice (GLP),
c. Standar kemampuan pengujian P3OMN mencakup Standar Ruang Lingkup Standar kemampuan pengujian P3OMN SRL PPPOMN dihitung dari rata-rata pencapaian SRL
(SRL) dan Kompetensi masing-masing bidang/laboratorium (Obat, NAPPZA, Obat Tradisional dan Suplemen
d. Standar kemampuan pengujjan Balai mencakup Standar Ruang Lingkup Kesehatan, Kosmetik, Pangan, Mikrobiologi dan Biologi Molekuler, dan Produk Biologi).
(SRL) , Standar Peralatan Laboratorium dan Kompetensi Persentase pencapaian kompetensi dihitung dari rata-rata pencapaian kompetensi masing-
masing bidang/laboratorium (KONAPPZA; OTSKK; KPA; MBM; dan Produk Biologi).
Contoh 2020 :
Nilai Rerata Persentase Pemenuhan Standar Kemampuan Pengujian PPPOMN : 72%
Catatan: Nilai Rerata Persentase Pemenuhan Standar Kemampuan Pengujian BB/Balai POM : 70%
Belum ada baseline karena merupakan indikator baru. Nilai Rerata Persentase Pemenuhan Laboratorium BPOM terhadap Standar Kemampuan
Pengujian = (72%+70%)/2= 71 %

43
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

Menguatnya laboratorium, riset dan kajian, serta Persentase riset dan kajian Obat dan Makanan yang - 72 75 78 80 82
SS 10 penerapan e-government dalam pengawasan Obat dimanfaatkan
dan Makanan
DEFINISI CARA PERHITUNGAN
a. Riset dan kajian Obat dan Makanan yang dimanfaatkan adalah hasil riset dan kajian yang Tingkat kemanfaatan dihitung dari rata-rata nilai kemanfaatan untuk internal BPOM
dilaporkan kepada penerima manfaat yang termonitor dalam sistem monev PRKOM, dan (α) dikali dengan bobotnya, ditambah dengan rata-rata nilai kemanfaatan untuk
dinyatakan dalam bentuk formulir penyerahan hasil riset dan kajian. eksternal BPOM (β) dikali dengan bobotnya dari seluruh riset dan kajian
pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan tahun sebelumnya (n-1).
Tingkat kemanfaatan diukur dengan mempertimbangkan aspek relevansi, aktualitas, kuantitas
dan daya menginspirasi bagi unit kerja di internal BPOM dalam memanfaatkan hasil riset dan
kajian untuk pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan, perbaikan proses internal, atau Tingkat kemanfaatan = (α x 90%) + (β x 10%)
landasan kegiatan berikutnya; serta dalam memberi sumbangan keilmuan bagi masyarakat.

Rentang tingkat kemanfaatan riset dan kajian pengawasan obat dan makanan Keterangan:
81-100 : Sangat tinggi
61- 80 : Tinggi 0,9 adalah bobot untuk nilai kemanfaatan riset dan kajian untuk internal BPOM
41- 60 : Sedang 0,1 adalah bobot untuk nilai kemanfaatan riset dan kajian untuk eksternal BPOM
21 – 40 : Rendah n adalah tahun berjalan
0 – 20 : Sangat Rendah

Catatan:
Belum ada baseline karena merupakan indikator baru. 44
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 11 Terkelolanya keuangan BPOM secara akuntabel Opini BPK atas laporan keuangan BPOM WTP WTP WTP WTP WTP WTP

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


• Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Akan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan RI dengan
Jawab Keuangan Negara: Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran menggunakan instrumen yang sudah dirumuskan oleh Tim.
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
(1) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
(2) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
(3) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
(4) efektivitas sistem pengendalian intern.
• Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:
(i) opini wajar tanpa pengecualian/WTP (unqualified opinion),
(ii) opini wajar dengan pengecualian/WDP (qualified opinion),
(iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan
(iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)

45
LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE USULAN SASARAN KEGIATAN, IKU DAN TARGET TAHUN 2020-2024

TARGET
Baseline
NO. SASARAN STRATEGIS IKSS
(2019) 2020 2021 2022 2023 2024

SS 11 Terkelolanya keuangan BPOM secara akuntabel Nilai kinerja anggaran BPOM 97.71 93 94 95 96 97

DEFINISI CARA PERHITUNGAN


a. Nilai Kinerja Anggaran adalah merupakan penilaian terhadap kinerja anggaran BPOM yang diperoleh
dari nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) dan Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA).
b. Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) merupakan ukuran evaluasi kinerja pelaksanaan Nilai Kinerja Anggaran BPOM =
anggaran yang memuat 13 indikator dan mencerminkan aspek kesesuaian perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, kepatuhan pada regulasi, serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.
(Nilai EKA x 60%) + (Nilai IKPA x 40%)
c. 13 indikator pembentuk Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA), antara lain:
1) Revisi DIPA
2) Deviasi Halaman III DIPA
3) Pengelolaan UP
4) Rekon LPJ Bendahara
5) Data Kontrak
6) Penyelesaian Tagihan
7) Penyerapan Anggaran
8) Retur SP2D
9) Perencanaan Kas (Renkas)
10) Pengembalian/Kesalahan SPM Catatan:
11) Dispensasi Penyampaian SPM Terdapat penambahan indikator pembentuk yaitu konfirmasi capaian output pada tahun
12) Pagu Minus
13) Konfirmasi Capaian Output 2020 sehingga menyebabkan adanya penyesuaian target.
46

Anda mungkin juga menyukai