Anda di halaman 1dari 49

KEBIJAKAN DAN INDIKATOR DIREKTORAT PROMOSI

KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

OLEH :

DIREKTORAT PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1
ARAH KEBIJAKAN

TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR

INDIKATOR PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MENERAPKAN


KEBIJAKAN GERMAS
Agenda
INDIKATOR PERSENTASE KAB/KOTA DENGAN MINIMAL 80% POSYANDU AKTIF

INDIKATOR PRESENTASE KAB/KOTA DENGAN MINIMAL 80% POSYANDU AKTIF

INDIKATOR PRESENTASE KAB/KOTA MELAKSANAKAN PEMBINAAN POSYANDU AKTIF

INDIKATOR STUNTING

2
ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020-2024
Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan
pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif
dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi

Peningkatan Penguatan
kesehatan ibu, anak, Pembudayaan sistem kesehatan &
KB, dan kesehatan Percepatan perbaikan Peningkatan Gerakan pengawasan
reproduksi gizi masyarakat pengendalian Masyarakat Hidup obat dan makanan
penyakit Sehat (Germas)
Penurunan Kematian Penurunan Stunting Penguatan pelayanan kesehatan
Ibu dan Bayi Pengendalian dasar dan rujukan
Pengembangan
Pemenuhan dan peningkatan
Peningkatan KB dan Penyakit Menular lingkungan sehat kompetensi tenaga kesehatan
Kesehatan Reproduksi Pengendalian
Pemenuhan dan peningkatan daya
Penguatan saing sediaan farmasi dan alat
Penyakit Tidak promosi Germas kesehatan
Menular Peningkatan efektivitas pengawasan
obat dan makanan
Penguatan tata kelola, pembiayaan,
penelitian dan pengembangan
kesehatan
TRANFORMASI KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan Primer merupakan pilar penting dalam
Transformasi Kesehatan
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Meningkatkan kesehatan
Mempercepat perbaikan gizi Memperbaiki pengendalian Gerakan Masyarakat Hidup Memperkuat sistem
Outcome ibu, anak, keluarga
masyarakat penyakit Sehat (GERMAS) kesehatan & pengendalian
berencana dan kesehatan
RPJMN obat dan makanan
reproduksi
bidang
kesehatan

1 Transformasi Layanan Primer 2 Transformasi 3 Transformasi Sistem Ketahanan


Layanan Rujukan Kesehatan
a b c d a b
Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Memperkuat
Penduduk primer sekunder kapasitas dan akses dan mutu ketahanan sektor ketahanan tanggap
Penguatan peran kapabilitas layanan layanan sekunder & farmasi & alat darurat
Penambahan imunisasi Screening 14 penyakit
kader, kampanye, dan primer tersier kesehatan
rutin menjadi 14 penyebab kematian Tenaga cadangan
6 Pilar membangun gerakan,
antigen dan perluasan tertinggi di tiap Revitalisasi jejaring dan Pengembangan Produksi dalam negeri tanggap darurat,
Transformasi melalui platform digital
cakupan di seluruh sasaran usia, screening standardisasi layanan jejaring layanan 14 antigen vaksin table-top exercise
dan tokoh masyarakat
Indonesia stunting, & Puskesmas, Unit Kes penyakit prioritas, imunisasi rutin, top 10 kesiapsiagaan krisis
peningkatan ANC Desa/Kel (Pustu), perbaikan tata kelola bahan baku obat, top
untuk kesehatan ibu & Posyandu, Labkesmas RS pemerintah 10 alkes by volume &
bayi & kunjungan rumah by value

4 Transformasi Sistem 5 Transformasi SDM 6 Transformasi Teknologi


Pembiayaan Kesehatan Kesehatan Kesehatan
Regulasi pembiayaan kesehatan dengan 3 Penambahan kuota mahasiswa, Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
tujuan: tersedia, cukup, dan berkelanjutan; beasiswa dalam & luar negeri, digitalisasi, dan bioteknologi di sektor kesehatan
alokasi yang adil; dan pemanfaatan yang kemudahan penyetaraan nakes
efektif dan efisien lulusan luar negeri
a Teknologi informasi b Bioteknologi

5
Layanan primer penting karena sebagian besar kematian di
Indonesia dapat dicegah atau dicegah sebagian
KATEGORI USIA (LIFECYCLE)
PERINGKAT Bayi & Balita Anak-anak Remaja 1 Remaja 2 Usia Produktif 1 Usia Produktif 2 Lansia
Kelainan Maternal Cedera Penyakit Penyakit Penyakit
1 Infeksi Enterik Infeksi Enterik
& Neonatal Transportasi Kardiovaskular Kardiovaskular Kardiovaskular
Penyakit Kulit & Kelainan Kelainan Kelainan
2 Defisiensi Nutrisi Kelainan Mental Kelainan Mental
Muskuloskeletal Muskuloskeletal Muskuloskeletal
Subkutan
Penyakit Kulit & Cedera Tidak Penyakit Kulit & Penyakit Kulit & Penyakit Organ
3 Subkutan Subkutan
Kelainan Mental Neoplasma
Indera
Subkutan Disengaja
Cedera Cedera Diabetes &
4 PTM Lainnya
Transportasi
Kelainan Saraf Neoplasma
Penyakit Ginjal
Neoplasma
Transportasi
Kelainan Infeksi Pernapasan Diabetes &
5 Infeksi Enterik Neoplasma Kelainan Saraf
Muskuloskeletal & TB
Kelainan Mental
Penyakit Ginjal
Infeksi Pernapasan Cedera Penyakit Penyakit
6 Defisiensi Nutrisi Neoplasma Infeksi Enterik
Transportasi Pencernaan Pernapasan Kronis
& TB
Penyakit Menular Cedera Tidak Cedera Tidak Penyakit Organ Penyakit
7 Kelainan Mental
Disengaja Disengaja
Kelainan Saraf
Indera Pencernaan
Lainnya
Penyakit Menular Penyakit Infeksi Pernapasan Penyakit Infeksi Pernapasan
8 HIV/AIDS & PMS
Pencernaan & TB Pencernaan
PTM Lainnya
& TB
Lainnya
Cedera Tidak
9 PTM Lainnya PTM Lainnya Neoplasma PTM Lainnya Kelainan Saraf Kelainan Saraf
Disengaja
Infeksi Pernapasan Penyakit Diabetes & Infeksi Pernapasan
10 NTDS & malaria Defisiensi Nutrisi Infeksi Enterik
& TB Kardiovaskular Penyakit Ginjal & TB

% total Penyebab
94% 78% 66% 67% 73% 85% 94%
Kematian
% total YLDs 93% 65% 67% 68% 71% 80% 90%

% total DALYs 78% 62% 68% 69% 69% 79% 75%

Sumber: Global Burden of Diseases – IHME 6


Saat ini Biaya Kesehatan Terbesar Digunakan untuk Pelayanan Kesehatan
Rujukan dengan Penyakit-Penyakit yang Bisa Dicegah

Indonesia mengalami perubahan pola penyakit 4 penyakit ini menyebabkan beban


penyebab kematian tertinggi pembiayaan terbesar
dalam Triliun
% change,
Cardiovascular
2009 2019 2009-2019 diseases
10.3

Stroke 1 1 Stroke 25.9%


Cancer 3.5
Ischemic heart disease 2 2 Ischemic heart disease 28.3%

Tuberculosis 3 3 Diabetes 49.9% Stroke 2.5

Cirrhosis 4 4 Cirrhosis 8.2%


Kidney failure 2.3
Diarrheal diseases 5 5 Tuberculosis -26.8%

Thalassaemia 0.5
Diabetes 6 6 COPD 10.7%

Neonatal disorders 7 7 Diarrheal diseases -21.2% Haemophilia 0.4

COPD 8 8 Hypertensive heart disease 23.8%


Leukaemia 0.36
Lower respiratory infect 9 9 Lung cancer 42.4%

Hypertensive heart disease 10 10 Lower respiratory infect -14.4% Hepatic Cirrhosis 0.3

Lung cancer 13 12 Neonatal disorders -43.6% 0 2 4 6 8 10 12

Sumber: Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), BPJS Kesehatan (2020) 7
Metode Promosi Kesehatan

Kab/Kota
Advokasi dan
RUANG Dukungan Kebijakan mengimplementasikan
1. LINGKUP
Meningkatkan kebijakan Germas
kemampuan
individu dan
masyarakat

2. Memperkuat
gerakan
masyarakat
Pemberdayaan
Membangun dan PEMBUDAYAAN Turunny
3. Menciptakan AKI, AKN, Peningkatan a: AKI,
lingkungan Kemitraan AKB PERILAKU
yang kondusif Peran AKN,
Stunting Masyarakat SEHAT
AKB dan
4. Mengembangkan Stunting
Kebijakan yang
berwawasan
sehat

5. Mereorientasi Kab/Kota dengan


pelayanan
kesehatan Posyandu Posyandu Aktif
KIE: Kampanye Aktif
*Otawa Charter
dan Penyebarluasan Informasi Penguatan
UKBM

Sarana dan Tenaga Promosi Kesehatan


INDIKATOR PROMKES DAN PM TAHUN RPJMN & RENSTRA 2020 - 2024
PROYEK INDIKATOR TARGET KET
PRIORITAS
2020 2021 2022 2023 2024 RPJMN RENSTRA
(ProP)/PROYE
K PRIORITAS Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian IKP IKK
(PROP)/
PROYEK
Penguatan Persentase 30% 33% 35% 45,14% 40% 69,68% 65% 20,62% 90% V V
Promosi kabupaten/kota yang
Germas menerapkan
kebijakan Germas
Persentase 25% 24% 35% 6,03% 75% 48.44% 80% 10% 85% V V
kabupaten/kota
dengan minimal 80%
posyandu aktif
Penyusunan Jumlah 3 3 6 6 9 9 12 9 15 V
pedoman/reg pedoman/regulasi/rek
ulasi/ omendasi kebijakan
rekomendasi penerapan Germas
kebijakan
penerapan
Germas
Pembinaan Persentase 51% 14% 70% 47,67 % 90% 65,95% 100% 21,98% 100% v
posyandu kabupaten/kota
aktif melaksanakan
pembinaan posyandu
aktif

Data Capaian Indikator Promkes dan PM per Agustus 2023


Persentase kab/kota yang menerapkan kebijakan
Germas

PMK No.13 tahun 2022

Kabupaten/kota menerapkan Germas bila memiliki regulasi


terkait Germas, dan melaksanakan 2 dari 3 kegiatan berikut:

1. Melaksanakan kampanye Germas tema prioritas


2. Memiliki kegiatan skrining kesehatan di tempat kerja
3. Memiliki kegiatan pembinaan kesehatan tradisional
Persentase kab/kota yang menerapkan kebijakan
Germas
Memiliki regulasi terkait Germas :
• Kabupaten Memiliki regulasi terkait Germas adalah
Kabupaten/Kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan
GERMAS yang ditetapkan oleh Kepala pemerintah daerah
(Bupati/Walikota)
• Dan atau memiliki Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan
oleh Bupati/Walikota/Kepala Organisasi Perangkat Daerah
berupa Peraturan/Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang
mendukung salah satu klaster GERMAS.
Persentase kab/kota yang menerapkan kebijakan Germas

Kabupaten/kota menerapkan Germas adalah Kabupaten/Kota yang memiliki regulasi terkait


Germas, serta melaksanakan 2 dari 3 kegiatan berikut:

1) Melaksanakan Kampanye Germas • Adalah kabupaten/kota yang melaksanakan


tema prioritas penyebarluasan informasi minimal 1 dari 7 tema
prioritas dan melaksanakan gerakan minimal 3
kali per tahun dengan melibatkan lintas
sektor/swasta/dunia usaha/ormas/ UKBM/mitra
potensial

Keterangan :
7 tema adalah olahraga, gizi seimbang, anti rokok, skrining kesehatan, imunisasi, patuh pengobatan, sanitasi dan
kebersihan lingkungan

Gerakan adalah meliputi Gerakan aksi bergizi, Gerakan bumil sehat, Gerakan posyandu aktif, Gerakan Cegah stunting
itu penting, Gerakan jambore kader, Gerakan vaksinasi, Gerakan pencegahan kardiovaskuler, Gerakan pencegahan
enterix infection, dll
Persentase kab/kota yang menerapkan kebijakan Germas

2) Memiliki kegiatan skrining • Adalah melaksanakan pemeriksaan skrining kesehatan pada


kesehatan di tempat kerja pekerja yang terdiri dari:
1) Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan
tekanan darah minimal 6 bulan sekali; dan
2) Pemeriksaan lainnya sesuai dengan kemampuan minimal 1 kali
dalam 1 tahun dengan pilihan sebagai berikut:
(a) Pengukuran kebugaran jasmani; atau
(b) Pemeriksaan kadar gula darah; atau
(c) Pemeriksaan kadar kolesterol; atau
(d) Deteksi kanker leher rahim dengan Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) untuk perempuan usia 30-50 tahun atau sudah
menikah atau sudah berhubungan seksual; atau
(e) Periksa payudara klinis untuk perempuan usia 30-50 tahun;
atau
(f) Pemeriksaan tajam penglihatan dan pendengaran
• Pelaksanaan kegiatan melibatkan semua tempat kerja
perkantoran OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tingkat
Kabupaten/Kota.
Persentase kab/kota yang menerapkan kebijakan Germas

3) Memiliki kegiatan pembinaan Adalah Kabupten/kota yang


kesehatan tradisional memiliki PKM Yang melakukan
Pembinaan kelompok asuhan
mandiri kesehatan tradisional
Cara Perhitungan Indikator

Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria


indicator
X 100 %
Seluruh kabupaten/kota

15
TARGET DAN CAPAIAN GERMAS
120%

100%
100%

80%

60%
55% 53%

43% 43%
38%
40%
33%
30%
26% 25% 25%
23% 22% 22%
21% 21% 20% 20% 20%
20% 17%
15% 14%
12% 12%
10% 8%
7% 6%
5%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%

Sumber Microsite Promkes cut off 11 Juni 2023


Analisa Hasil Cakupan (Germas)
1. Ada 35 kabupaten/Kota yang tercatat tidak memiliki regulasi
germas/berwawasan kesehatan 31 kab/kota sama sekali
belujm menginput regulasi dan 4 kab/kota regulasinya sudah
habis masa berlaku reguilasinya
2. Indikator Germas (menjadi indicator RB) berdampak pada :
• Dilakukan Update pada modul Germas (proses)
• Direktorat Promkes belum melakukan Verifikasi terkait
penggerakan masyarakat karena perubahan tersebut

3. Masih ada kesalahan dalam penginputan regulasi terkait tipe


kebijakan, ruang lingkup, input regulasi Tk Kecamatan, salah
17
upload dokumen
STRATEGI MENCAPAI INDIKATOR GERMAS
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR
• Bersama Bappeda; Agendakan rapat koordinasi Germas Lintas
1. Pendampingan koordinasi
Sektor, secara berkala (2 bulanan)
Kabupaten/Kota melaksanakan
• Advokasi ke Kabupaten/Kota (Regulasi dan pelaksanaan screening)
germas
• Pendampingan pelaksnaan Germas Kab/Kota
• Pendampingan teknis Germas
2. Memanfaatkan moment2 eventual • Ulang tahun Kabupaten/Kota
lintas sektor • Ulang tahun OPD: HKN, Hari Air, Hari Listrik, Hari Keluarga dst
• Ulang tahun ormas, Perusahaan, Perguruan Tinggi dsb

3. Menyelesaikan issue yang • Merebaknya COVID-19


sedang actual memerlukan • Naiknya bahan makanan pokok
kolaborasi lintas sektor; • Panen Raya atau lainnya

• Libatkan LS/OPD terkait membentuk forum germas


4. Membangun sistem komunikasi • Buat grup WA, Telregram dll dengan berbagai pihak terkait germas.
atau forum germas

5. Pembinaan teknis pelaksanaan • Pengembangan media edukasi


Germas • Pendampingan penyiapan dan pelaksanaan kegiatan
• Dukungan kampanyen dan publikasi
• Pendampingan koordinasi lintas sektor
20
Contoh Kegiatan :
AKSI BERGIZI

• Rapat Koordinasi: Libatkan Lintas Sektor/Opd Terkait, Swasta Dan Ormas Dll
• Pembagian Tugas Dan Tentukan Langkah Kegiatan
• Kolaborasi Pelaksanaan
• Pelaksanaan Aksi Bergizi Sekolah
• Bentuk Tim Untuk Pemantauan Dan Pengawasan
• Lakukan penyebarluasan informasi terkait 7 tema prioritas sesuai Gerakan
yang dilakukan melalui berbagai media yang ada (cetak, media sosial, dll)
• Upload kegiatan dalam media sosial yang ada (fb. Ig, twiter, dll)
• Minta peserta untuk mengupdoad dam medsos pribadi dengan mentagging
ke medsos pusat dan provinsi
• Dan pada caption beri # (#aksigermas) dan # sesuai 7 tema kampanye
prioritas ( #aksigermasimunisasi, #aksigermasgiziseimbang,
#aksigermasolahraga, #aksigermasantirokok,
#aksigermashigiene&sanitasilingkungan, #aksigermasskiringprnyakit, dan
#aksigermaskepatuhanpengobatan)
DATA YANG DIBUTUHKAN DALAM INPUT
KAMPANYE PROGRAM PRIORITAS
a) PENYEBARLUASAN INFORMASI
• Tema Penyebarluasan informasi
• Jenis media
• Saluran Media
b) GERAKAN MASYARAKAT
• Nama Gerakan Masyarakat
• Waktu dan tempat Pelaksanaan
• Para pihak yang terlibat
• Tatanan Penyelenggara
• Detail penggerakan
• Jumlah Peserta
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR

Memiliki kegiatan skrining Memiliki kegiatan pembinaan


kesehatan di tempat kerja kesehatan tradisional

• Lakukan Kegiatan skrining di • Identifikasi puskesmas yang


tempat kerja yamg mudah belum memiliki Pembinaan
dilakukan (bisa mengundang kelompok asuhan mandiri
seluruh OPD atau mendatangi kesehatan tradisional dan
OPD yang ada secara dorong PKM tsb untuk
bergantian (buat penjadwalan) membuka kegaiatn tsb
• Kegiatan skrining bisa di
gabung dengan kegiatan
Gerakan masyarakat/pertemuan
yang melibatkan OPD
Persentase Kab/Kota dengan Minimal 80% Posyandu
Aktif
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.13 Tahun 2022

1. Melakukan kegiatan rutin Posyandu (pelayanan kesehatan


ibu/balita/remaja/usia produktif/lansia) 1 kali dalam satu sebulan
minimal 8 kali per tahun

2. Memberikan pelayanan kesehatan minimal untuk ibu hamil dan atau


balita dan atau remaja.

3. Memiliki minimal 5 orang kader


1. Melakukan kegiatan rutin posyandu setiap bulan (pelayanan kesehatan ibu
hamil/balita/remaja/usia produktif/lansia)

Setiap bulan buka, dengan pelayanan berikut :


➢ Pelayanan kesehatan promotif dan preventif Ibu hamil dan ibu nifas, seperti: melakukan penimbangan BB,
pengukuran TB, memberikan edukasi/penyuluhan/konseling (termasuk ASI Ekslusif dan PMBA) dan
menyelenggarakan kelas ibu hamil, baik yang didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan swasta
dan kunjungan rumah
➢ Pelayanan kesehatan promotif dan preventif Bayi-Balita dan Apras (0-71 bulan) seperti: melakukan
penimbangan BB, pengukuran PB/TB, LiLA, LiKa, pemberian Vit A, obat cacing, imunisasi dan
edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan swasta dan
kunjungan rumah.
➢ Pelayanan kesehatan promotif dan preventif usia sekolah dan remaja (≥ 6-18 tahun) seperti: melakukan
penimbangan BB, pengukuran TB, skrining PTM (tekanan darah dan gula darah bagi remaja ≥ 15 tahun), skrining
anemia bagi remaja putri, dan memberikan edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang didapatkan di
Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan swasta/pelayanan di sekolah (UKS) dan kunjungan rumah.
➢ Pelayanan kesehatan promotif dan preventif Usia produktif (≥ 19-59 tahun) seperti: melakukan penimbangan BB,
pengukuran TB, Lingkar Perut, skrining layak hamil, skrining PPOK, skrining PTM (tekanan darah, dan gula
darah), skrining masalah jiwa, skrining obesitas, skrining TBC, pelayanan KB (pil, suntik dan kondom), memberikan
edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan
swasta dan kunjungan rumah.
➢ Pelayanan kesehatan promotif dan preventif lansia (≥ 60 tahun) seperti: melakukan penimbangan BB, pengukuran
TB, Lingkar Perut, skrining geriatril, skrining PPOK, skrining PTM (tekanan darah, dan gula darah), skrining
masalah jiwa, skrining obesitas, skrining TBC, memberikan edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang
didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan swasta dan kunjungan rumah.
2. Memberikan pelayanan kesehatan minimal untuk ibu hamil dan atau balita dan atau
remaja.

• Posyandu memberikan pelayanan kesehatan promotif dan preventif kepada


kelompok sasaran ibu hamil (penimbangan BB/ukur TB/Ukur
LiLA/KIE/mengikuti kelas ibu hamil),
• + pelayanan kepada kelompok sasaran balita (penimbangan BB/ukur PB atau
TB/ Ukur LiKa/Ukur LiLA/KIE, imunisasi,dll)
• / Pelayanan remaja (penimbangan BB/ukur TB/skrining anemia/KIE/TTD,
edukasi dll)

3. Memiliki minimal 5 orang kader

Posyandu Memiliki kader sekurang-kurangnya 5 orang yang disahkan dengan


surat keputusan Kepala Desa/Lurah
CARA PERHITUNGAN CAKUPAN SASARAN
KRITERIA 2:
Memberikan pelayanan kesehatan minimal untuk ibu hamil dan atau balita
dan atau remaja
a. Ibu Hamil dan ibu nifas

Jumlah Ibu hamil dan ibu nifas, seperti: melakukan


penimbangan BB, pengukuran TB, memberikan
edukasi/penyuluhan/konseling (termasuk ASI Ekslusif dan
PMBA) dan menyelenggarakan kelas ibu hamil, baik yang
didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan
swasta dan kunjungan rumah
X 100%
Jumlah seluruh Ibu hamil dan ibu Nifas yang berada di wilayah
Posyandu
CARA PERHITUNGAN

b. Bayi Balita & Apras

Jumlah Bayi-Balita dan Apras (0-71 bulan) yang mendapat


pelayanan penimbangan BB, pengukuran PB/TB, LiLA, LiKa,
pemberian Vit A, obat cacing, imunisasi dan
edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang didapatkan di
Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan swasta dan
kunjungan rumah
X 100%
Jumlah seluruh Bayi-Balita dan Apras 0 - 71 bulan yang
berada
di wilayah Posyandu
CARA PERHITUNGAN

c. Remaja

Jumlah usia sekolah dan remaja (≥ 6-18 tahun) mendapat


penimbangan BB, pengukuran TB, skrining PTM (tekanan
darah dan gseperti: ula darah bagi remaja ≥ 15 tahun),
skrining anemia bagi remaja putri, dan memberikan
edukasi/penyuluhan/konseling, baik yang didapatkan di
Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan bidan
swasta/pelayanan di sekolah (UKS) dan kunjungan
rumah X 100%
Jumlah usia sekolah dan remaja (≥ 6-18 tahun) di wilayah
Posyandu
CARA PERHITUNGAN
d. Usia produktif

Jumlah Usia produktif (≥ 19-59 tahun) yang mendapatkan


pelayanan penimbangan BB, pengukuran TB, Lingkar Perut,
skrining layak hamil, skrining PPOK, skrining PTM (tekanan
darah, dan gula darah), skrining masalah jiwa, skrining
obesitas, skrining TBC, pelayanan KB (pil, suntik dan
kondom), memberikan edukasi/penyuluhan/konseling, baik
yang didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan
bidan swasta dan kunjungan rumah.
X 100%
Jumlah seluruh Usia produktif (≥ 19-59 tahun) yang berada di wilayah
Posyandu
CARA PERHITUNGAN
e. Lansia

Jumlah lansia (≥ 60 tahun) yang mendapatkan layanan


penimbangan BB, pengukuran TB, Lingkar Perut, skrining
geriatril, skrining PPOK, skrining PTM (tekanan darah, dan
gula darah), skrining masalah jiwa, skrining obesitas, skrining
TBC, memberikan edukasi/penyuluhan/konseling, baik
yang didapatkan di Posyandu/Fasyankes lainya/pelayanan
bidan swasta dan kunjungan rumah.
X 100%
Jumlah seluruh lansia (≥ 60 tahun) yang berada di wilayah Posyandu
Cara Perhitungan Indikator

Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria


indicator
X 100 %
Seluruh kabupaten/kota

31
TARGET DAN CAPAIAN POSYANDU AKTIF

INDIKATOR TARGET CAPAIAN


Persentase 80% 10 %
kabupaten/kota yang
menerapkan
kebijakan Germas

Sumber Microsite Promkes capaian bulan April cut off 31 Juni2023


Analisa Hasil Cakupan (Posyandu Aktif)
1. Ada pergantian inputan Indikator posyandu aktif dari kab/kota ke puskesmas yang mengakibatkan
:
• Update modul inputan indikator posyandu aktif
• Sosialisasi ulang cara penginputan indikator posyandu aktif ke puskesmas
2. Puskesmas harus mendaftar, melakukan validasi posyandu (integrasi dengan data Smile) dan
melakukan input ulang data capaian posyandu dari mulai bulan Januari
3. Progres Inputan Posyandu Aktif per 12 Juli 2023
• Dari 10.326 puskesmas ada 8829 Puskesmas yang sudah mendaftar yang belum mendaftar
1497
• Puskesmas Sudah Daftar Statusnya Pending: 249 dan Puskemas Sudah Daftar tapi Statusnya
Ditolak: 17
• Total Puskemas Input Posyandu Aktif : 2775
• Total Posyandu Valid: 464.605
• Total Posyandu Tidak Valid: 47.101
• Total Kader : 98.825
• Kader Memiliki NIK : 97766
33
• Kader Tidak Memiliki NIK : 1054
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR POSYANDU
AKTIF
• Mendorong posyandu melakukan kegiatan rutin
• Memastikan posyandu memiliki data ril tiap sasaran dan data tiap
sasaran yang dilayani
• Mendorong posyandu memiliki minimal 5 kader yang di SK kan oleh
kepala desa
• Mendorong Pokjanal posyandu untuk melakukan pembinaan
posyandu aktif
• Kabupaten kota melakukan pendampingan penginputan, menyetujui
pendaftaran puskesmas dan melakukan verifikasi inputan posyandu
aktif
• Puskesmas melakukan input capaian indikator posyandu aktif setiap
bulan di microsite promkes, buat satu hari data per minggu atau 1 jam
input per hari
DO Indikator Kabupaten/Kota yang melaksanakan
Pembinaan Posyandu Aktif

1. Memiliki Pokjanal Posyandu yang disahkan melalui keputusan


Bupati/Walikota

2. Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun.

3. Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader

4. Memiliki sistem pelaporan kegiatan Posyandu.


Cara Perhitungan Indikator

Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria


indicator
X 100 %
Seluruh kabupaten/kota

36
TARGET DAN CAPAIAN PEMBINAAN POSYANDU

INDIKATOR TARGET CAPAIAN


Persentase 100% 21,98%
kabupaten/kota yang
menerapkan
kebijakan Germas

Sumber Microsite Promkes capaian bulan April cut off 12 Juli 2023
Analisa Hasil Cakupan (Posyandu Aktif)

1. Masih ada Kab/Kota Yang belum melakukan penginputan


indicator Pembinaan Posyandu
2. Dari 514 Kabupaten/kota baru 397 kab/kota yang sudah
memiliki SK pokjanal Posyandu, masih ada 117 Kab/kota
yang belum punya SK Pokjanal Posyandu
3. Kurang pemahaman indikator sehingga terjadi kesalahan
penginputan, seperti: pada kriteria memiliki sistem
pelaporan dan peningkatan kapasitas masih banyak
kab/kota yang menginput tidak memiliki/melakukan
peningkatan kapasitas dan tidak memilki system pelaporan
38
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR
PEMBINAAN POSYANDU AKTIF

• Mengadvokasi pimpinan daerah terkait SK Pokjanal posyandu (Bersama


linsek terkait)
• Melakukan pertemuan koordinasi pokjanal posyandu tingkat
kabupaten/kota
• Mendorong dan mendata peningkatan kapasitas yang diikuti petugas
puskesmas dan kader posyandu
• Mengambil dan melaksanakan menu penguatan posyandu dan UKBM
lainnya sesuai juknis dalam DAK Non Fisik
• Melakukan input capaian indicator pembinaan posyandu aktif setiap bulan
di komdat kesmas/microsite promkes
INDIKATOR STUNTING (DLI-6)
Disbursement Linked Indicators- DLI

• Pemerintah Indonesia memanfaatkan instrumen “Program untuk Hasil”


(Program for Result/PforR) dari Bank Dunia untuk mendorong percepatan
pelaksanaan program. Untuk menunjukkan kemajuannya, digunakan
indikator pencairan pinjaman atau Disbursement Linked Indicators (DLI).
• Indikator ini dikembangkan bersama antara Pemerintah Indonesia dan
Bank Dunia, dipantau dan diukur untuk menjadi pendorong bagi
penyelenggaraan percepatan pencegahan stunting.
• Diverifikasi dilapangan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), yang akan memastikan penyelenggaraan program
percepatan pencegahan stunting dilaksanakan sesuai ketentuan dan
target yang telah ditentukan.
Indikator dan Definisi Operasional
No Indikator Definisi Operasional
1 Jumlah Kab/Kota yang memiliki regulasi tentang Komunikasi Kab/kota memiliki regulasi
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting tentang KPP Percepatan
Pencegahan Stunting
2 Jumlah Kab/kota yang memiliki Strategi Komunikasi Perubahan Kab/kota memiliki strategi
Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting komunikasi perubahan perilaku
percepatan pencegahan
stunting
3 Jumlah petugas kesehatan (bidan, perawat, gizi, promkes, sanitasi) Petugas kesehatan (bidan,
dan kader di puskesmas yang dilatih/diorientasi Komunikasi Antar perawat, gizi, promkes,
Pribadi sanitasi) dan kader di
puskesmas dilatih/diorientasi
Komunikasi Antar Pribadi
Indikator dan Definisi Operasional
No Indikator Definisi Operasional
4 Kab/Kota 70% desa lokus di kab/kota yang melaksanakan Komunikasi Antar Pribadi oleh petugas kesehatan
melaksanakan (bidan, perawat, gizi, promkes, sanitasi) atau kader kepada kelompok sasaran pada:
Komunikasi • Kegiatan konseling
Antar Pribadi Merupakan kegiatan konseling kesehatan yang dilakukan oleh nakes minimal 4 kali dalam sebulan
di minimal di desa atau di pelayanan kesehatan;
70% desa • Kunjungan rumah
lokus Merupakan kegiatan yang dilakukan saat nakes dan atau kader melakukan kunjungan rumah untuk
memberi informasi/edukasi kesehatan terkait faktor risiko stunting minimal 1 bulan sekali;
• Penyuluhan kelompok
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan atau kader saat melaksanakan
penyuluhan kelompok kepada masyarakat minimal 1 bulan sekali, misalnya di forum-forum
kesehatan;
• Kelas ibu hamil
Kegiatan penyuluhan kelompok yang dilakukan saat pelaksanaan kelas ibu hamil minimal 1 bulan
sekali;
• Pengendalian malaria
Merupakan kegiatan pengendalian malaria dengan melibatkan partsipasi masyarakat;
• Posyandu
Merupakan kegiatan penyuluhan di langkah 4 di Posyandu setiap bulan minimal 8 kali setahun; atau
• STBM
Merupakan kegiatan pemicuan di masyarakat dengan tujuan agar masyarakat tidak buang air besar
sembarangan
Capaian Regulasi Stunting per Provinsi
TARGET CAPAIAN

38

35
33

27

24
23 23
22
20 20 20
19 19
17 17
15 15
14 14
13 13 13
12
11 11
10 10 10 10 10 10
9 9 9
8 8 8 8 8 8
7 7 7 7 7
6 6 6 6 6
5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3
2 2 2
1 1 1
0 0 0 0 0
Sumbar

Sulbar

Kalbar
Riau

Jabar

Jatim

Kalteng
Sumut

Sulsel

Sulteng

Kalsel
Bengkulu

Gorontalo
Banten

DIY

NTB

NTT
Lampung

Maluku

Kaltara
Aceh

Sulut
Babel

Papua
Jambi

Kepri

Sumsel

DKI Jakarta

Jateng

Bali

Sultra
Papua Barat

Papua Selatan

Papua Barat Daya

Maluku Utara
Papua Tengah

Papua Pegunungan

Kaltim
Dari total 514 kab/kota baru 243 yang memiliki regulasi KPP stunting cutoff microsite promkes 6 Juli 2023
Capaian Strategi Komunikasi Stunting per Provinsi
TARGET CAPAIAN

38

35
33

27

24
23
22

19
17 17
16
15 15
14 14 14
13 13
12
11 11
10 10 10 10 10
9 9 9
8 8 8
7 7 7
6 6 6 6 6
5 5 5 5 5
4 4
3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
Sumbar

Sulbar

Kalbar
Riau

Jabar

Jatim
Sumut

Sulsel

Sulteng

Gorontalo

Kalsel

Kalteng
Bengkulu

Banten

DIY

NTB

NTT

Maluku

Kaltara
Aceh

Lampung

Sulut
Babel

Papua
Jambi

Kepri

Sumsel

DKI Jakarta

Jateng

Bali

Sultra
Papua Barat

Papua Barat Daya


Papua Selatan

Maluku Utara
Papua Tengah

Papua Pegunungan

Kaltim
Dari total 514 kab/kota baru 120 yang memiliki Strategi Komunikasi stunting cutoff microsite promkes 6
Juli 2023
Capaian Inputan Kabupaten/Kota Melaksanakan KAP di Minimal 40% Desa Lokus
TARGET CAPAIAN

38

35
33

27

24
23
22

19
17 17
15 15
14 14
13 13
12
11 11
10 10 10 10
9 9
8 8 8
7 7 7
6 6 6 6
5 5
4 4
3
2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumbar

Sulbar

Kalbar
Riau

Jabar

Jatim
Sumut

Sulsel

Sulteng

Gorontalo

Kalsel

Kalteng
Bengkulu

Banten

DIY

NTB

NTT

Maluku
Aceh

Lampung

Sulut

Kaltara
Kepri

Babel

Papua
Jambi

Sumsel

DKI Jakarta

Jateng

Bali

Sultra
Papua Barat

Papua Barat Daya


Papua Selatan

Maluku Utara
Papua Tengah

Papua Pegunungan

Kaltim
Dari total 514 kab/kota baru 26 yang MencapaiKabupaten/Kota Melaksanakan KAP di Minimal 40%
Desa Lokus stunting cutoff microsite promkes 6 Juli 2023
Analisa Hasil Cakupan (Posyandu Aktif)

1. Masih ada Kab/Kota Yang belum melakukan penginputan indicator


Pembinaan Posyandu
2. Dari 514 Kabupaten/kota baru 243 kab/kota yang sudah memiliki
Regulasi KKP Percepatan Pencegahan Stunting, masih ada 271
Kab/kota yang belum punya Regulasi KKP Percepatan Pencegahan
Stunting
3. Dari 514 Kabupaten/kota baru 120 kab/kota yang sudah memiliki
strategi komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan
stunting, masih ada 394 Kab/kota yang belum punya strategi
komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan stunting
4. Dari total 514 kab/kota baru 26 yang MencapaiKabupaten/Kota
Melaksanakan KAP di Minimal 40% Desa Lokus stunting
47
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR
STUNTING

• Diperlukan pendampingan penyusunan regulasi dan dokumen strategi


komunikasi perubahan perilaku percepatan penurunan stunting daerah melalui
berbagai metode, termasuk melalui daring
• Diperlukan konvergensi lintas program dan lintas sektor dalam rangka
penyelenggaraan program secara terpadu, baik dari proses perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi
• Kab/Kota agar konsisten melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
dan kader dalam melaksanakan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) sebagai bagian
dari Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Penurunan Stunting
menggunakan alokasi anggaran yang tersedia
• Diperlukan adanya kesepakatan tentang prioritas kegiatan dengan
menggunakan anggaran BOK Stunting di Kab/Kota agar mempermudah
pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting oleh Dinas Kesehatan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai