Anda di halaman 1dari 30

BULLYING

BENTUK DAN RESPON


SEKOLAH
PENGERTIAN:
• Penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok, sehingga
korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.
• Penggunaan agresi dalam bentuk apapun yang
bertujuan menyakiti, ataupun menyudutkan orang
lain secara fisik maupun mental.
• Bentuk-bentuk perlakuan berupa pemaksaan atau
usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis
terhadap seseorang atau kelompok yang lebih
lemah oleh seseorang atau sekelompok orang
yang mempersiapkannya lebih dahulu
Bullying
Tindakan kekerasan fisik
dan/atau psikis yang
dilakukan oleh satu/
sekelompok orang
kepada satu/sekolompok
orang lainnya yang tidak
mampu bertahan dalam
situasi dimana dirinya
tertekan, terintimidasi,
ketakutan, trauma, atau
bahkan terluka dalam
Bullying
(Bhs. Inggris =
jangka waktu yang lama.
Menggertak atau Mengganggu)
PEMERAN:
1 BULLY = Pemimpin (aktif terlibat).

2 ASISTEN = Aktif terlibat tetapi bergantung perintah

REINFORCER = ikut menyaksikan, mentertawakan,


3 memprofokasi, mengajak untuk menonton, dll.

DEFENDER = orang yang berusaha membela,


4
membantu korban, kadang ikut menjadi korban.

OUTSIDER = Tahu adanya bullying tetapi tidak


5
melakukan apapun, dan tidak peduli.
BENTUK BULLYING:
FISIK (perilaku yang menjadi awal ke
tindakan kriminal)

VERBAL (paling mudah , menjadi awal


perilaku bullying lainnya)

RELASIONAL (sulit dideteksi


dari luar)

ELEKTRONIK (menggunakan TI
dan media lainnya)

Sumber: Barbara Coloroso (2006:47-50)


BULLYING VERBAL:
Perilaku ini berupa julukan
nama, celaan, fitnah, kritikan
kejam, penghinaan, pernyataan-
pernyataan yang bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan
seksual, terror, surat-surat yang
mengintimidasi, tuduhan-
tuduhan yang tidak benar
kasak-kusuk yang keji dan
keliru, gosip dan sebagainya.
BULLYING FISIK:
Perilaku seperti memukuli,
menendang, menampar,
mencekik, menggigit,
mencakar, meludahi, dan
merusak serta
menghancurkan barang-
barang milik anak yang
tertindas.

Paling tampak dan mudah


untuk diidentifikasi, namun
tidak sebanyak bullying bentuk
lain.
BULLYING RELASIONAL:
Pelemahan harga diri korban
secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan atau
penghindaran.

Merupakan sikap-sikap yang


tersembunyi seperti pandangan
yang agresif, lirikan mata, helaan
nafas, cibiran, tawa mengejek,
dan bahasa tubuh yang mengejek.

Sulit dideteksi, puncak kekuatannya diawal masa remaja, saat


mencoba untuk mengetahui jati diri mereka dan menyesuaikan
diri dengan teman sebaya.
BULLYING ELEKTRONIK:
Perilaku bullying yang
dilakukan melalui sarana
elektronik (komputer,
handphone, internet, website,
chatting room, e-mail, SMS, dll.

Tujuan:
Meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi,
gambar dan rekaman video atau
film yang sifatnya
mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan.
Identifikasi Bullying
(Diskusi Kelompok)
Fisik Verbal Non Verbal Non Verbal Seksual Elektronik
Langsung Langsung Tidak (Fisik / Verbal)
Langsung
Memukul Mengancam Melihat Sinis Mendiamkan Memegang Rekaman yang
anggota badan tidak
yang tidak menyenangkan
pantas
Mendorong

Sumber: Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)


Faktor Penyebab Bullying
• Kebanyakan perilaku bullying
berkembang dari berbagai
faktor lingkungan yang
kompleks.

• Tidak ada faktor tunggal


menjadi penyebab munculnya
bullying
Faktor-Faktor Utama:
Keluarga:
• Perilaku orang tuanya atau
saudaranya akan dikembangkan.
• Anak menerima pesan negatif
berupa hukuman fisik di rumah, akan
dikembangkan konsep diri dan
harapan diri yang negatif.
• Anak memaknai sebagai sebuah
kekuatan untuk melindungi diri dari
lingkungan yang mengancam.
Faktor-Faktor Utama:
Sekolah:
• Pihak sekolah sering mengabaikan pelaku
sehingga mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi
anak-anak yang lainnya.
• Berkembang pesat dalam lingkungan
sekolah yang sering memberikan masukan
yang negatif pada siswanya misalnya,
berupa hukuman yang tidak membangun
sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah.
Faktor-Faktor Utama:
Kelompok sebaya:
• Anak-anak ketika berinteraksi dalam
sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan
bullying.
• Kadang kala beberapa anak melakukan
bullying pada anak yang lainnya dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka
bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
Hasil Analisis Bullying di Sekolah
Pelanggaran
disertai dengan Sistem dan kebijakan
sanksi yang Sosua
sosial pendidikan dengan
melebihi batas muatan kurikulum
dan tidak sesuai yang mengutamakan
dengan kondisi pada aspek kognitif
pelanggaran dari pada apektif
sehingga mengurangi
proses humanisasi
dalam pendidikan

Refleksi
ekonomi Lingkungan
perkembangan dan Media yang
kehidupan sangat vulgar
yang seringkali Sumber: menampilkan
menimbulkan aksi-aksi
Drs. Abd. Rachman Assegaf, M. Ag
instan solution kekerasan
Penyebab Eksternal Anak Menjadi
Bully (Hasil Penelitian Gentile & Bushman)
1. Kecenderungan permusuhan
Merasa dimusuhi akan membuat anak merasa dendam dan
ingin membalasnya.

2. Kurang perhatian
Mencari perhatian dan pujian dari orang lain, salah satunya
pujian pada kekuatan dan popularitas mereka di luar
rumah.

3. Bias Gender
Simbolisasi laki-laki harus kuat dan tak kalah saat
berkelahi, menjadi image kuat pada anak laki-laki sehingga
harus mendapatkan pengakuan dengan tindakan yang
cenderung agresif secara fisik.
Penyebab Eksternal Anak Menjadi
Bully (Hasil Penelitian Gentile & Bushman)
4. Riwayat korban kekerasan
Pernah mengalami kekerasan akan 'balas dendam' pada
temannya di luar rumah.

5. Riwayat berkelahi
Membuktikan kekuatan bisa menjadikan seseorang
ketagihan, dan senang karena memperoleh pujian oleh
banyak orang.

6. Ekspos kekerasan dari media


Televisi, video game, dan film banyak menyuguhkan
adegan kekerasan, atau perang, tanpa arahan orang tua
menyebabkan 80 persen membuat perilaku anak menjadi
negatif dan terinspirasi untuk melakukannya.
Ciri-Ciri Bully (Ubaydillah, AN):
• Suka mendominasi anak lain. 
• Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan
apa yang diinginkan.
• Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain. 
• Hanya peduli pada kesenangannya sendiri, dan tak
mau peduli dengan perasaan anak lain.
• Cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau
orang dewasa tidak ada di sekitar mereka.
• Memandang yang lebih lemah sebagai sasaran. 
• Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
• Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan
atau masa bodoh terhadap akibat dari
perbuatannya. 
• Haus perhatian
Ciri-Ciri Sasaran Bully
(Ubaydillah, AN):
Anak baru, termuda, paling kecil di sekolah, pernah
mengalami trauma, sering menghindar karena takut,
penurut karena cemas, kurang percaya diri, takut dibenci,
ingin menyenangkan, perilakunya dianggap mengganggu,
tidak mau berkelahi, suka mengalah, pemalu,
menyembunyikan perasaannya, pendiam, tidak mau
menarik perhatian, paling miskin atau paling kaya, ras
atau etnisnya dipandang rendah, orientasi gender atau
seksualnya dipandang rendah, agamanya dipandang
rendah, cerdas, berbakat, memiliki kelebihan, tidak
memedulikan status sosial, tidak berkompromi dengan
norma-norma, siap mendemontrasikan emosinya setiap
waktu, gemuk, kurus, pendek, jangkung, memakai kawat
gigi, kacamata, berjerawat, memiliki masalah kondisi kulit,
memiliki kecacatan fisik, keterbelakangan mental, berada
di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib
buruk)
Strategi Pencegahan:
Membicarakannya
• Membahas bullying dengan anak-anak dan
anggota keluarga.  
• Mengkonsultasikan secara bijaksana dengan
pihak sekolah untuk mengatasi masalah bullying
mulai dari tingkat staf hingga guru sekolah.

Hilangkan umpan
• Uang makan/jajan dan Handphone/gadget
menjadi incaran para bully.
• Biasakan menyiapkan bekal makan siang pada
anak, dan tidak membawa umpan ke sekolah.
Strategi Pencegahan:
Selalu bersama teman untuk keselamatan.
• Anak harus berteman lebih dari satu, karena para bully
senang menindas anak yang sendirian. 

Tetap tenang dan lanjutkan


• Anak harus berusaha tenang, mengabaikan komentar
yang menyakitkan, melanjutkan perjalanan, karena para
bully akan senang jika takut, dan akan menghindar dari
anak yang lebih berani.
Jangan mencoba untuk melawan sendiri
• Anak baiknya jangan melawan sendiri karena tidak akan
membawa hasil yang baik.
• Laporkan kepada orang paling dekat disekitar atau
pejabat sekolah, guru, dan pihak lainnya.
Respon Sekolah:
Membuat daftar bagaimana menghadapi bully:

• Periksalah cara bersikap, jangan jalan menunduk


dan gelisah atau tidak percaya diri.
• Berjalanlah secara tegak dan percaya diri.
• Bergabunglah dengan kelompok atau
bertemanlah.
• Jangan membawa barang mahal atau banyak
uang ke sekolah.
• Hindari pelaku bullying, jauhi mereka, pergilah ke
sekolah lebih dulu, ambil jalan lain ke sekolah dan
jangan sendirian.
• Jangan melawan atau marah sehingga membuat
situasi menjadi semakin lebih buruk.
• Cobalah menarik diri dari situasi secara tenang.
• Jangan memberi kesempatan pelaku bullying
untuk mengatur kamu.
Respon Sekolah:
• Jika pelaku tidak mau pergi/mengikuti, abaikan saja dan
menyingkirlah.
• Jangan berdiam diri jika menyaksikan orang lain
mendapat perlakuan bullying.
• Foto/rekam apa yang terjadi secara spesifik (kapan
waktunya, kejadian, dan bukti fisik) dalam media/buku
harian.
• Siapa yang melakukan bullying terhadap kamu,  siapa
saja yang menyaksikan dan apa yang dilakukannya,
dimana terjadi dan berapa kali terjadi.
• Carilah bantuan, jangan takut untuk mengatakan kepada
orang dewasa.
• Bicarakan dengan pihak sekolah untuk mencegah
terjadinya kasus bullying.
Dampak Bullying pada korban (victim):
• Korban bullying kebanyakan dari keluarga atau
sekolah yang overprotective sehingga si anak
tidak dapat mengembangkan secara maksimal
kemampuan untuk memecahkan masalah (coping
skill).
• Dampak psikologis korban bullying seperti
cemas, merasa selalu tidak aman, sangat berhati-
hati, marah, dendam, kesal dan mereka
menunjukkan harga diri yang rendah (low self-
estem), dan yang paling ekstrim selalu ingin
bunuh diri.
• Memiliki interaksi sosial yang rendah dengan
teman-temannya, kadangkala mereka termasuk
anak yang diisolasi oleh teman sebayanya.
• Dampak fisik seperti sering sakit kepala, flu, sakit
dada, dan lain-lain
RENCANA TINDAK LANJUT
Identifikasi anak yang cenderung untuk menjadi korban, untuk
1 menentukan faktor resiko

Identifikasi anak yang cenderung untuk menjadi pelaku bully,


2 untuk mengetahui sistem pembinaan yang akan diterapkan

Identifikasi bentuk-bentuk bullying yang cenderung terjadi di


3 sekolah untuk penentuan pencegahan

Ciptakan lingkungan sekolah yang bebas bullying dengan


4 memperhatikan pemberian sanksi, muatan kurikulum, bermitra
dengan orang tua murid, tokoh masyarakat dan agama.

Membuat kebijakan sekolah yang responsif terhadap kasus


5 bullying
RENCANA TINDAK LANJUT
Membuat kegiatan di sekolah yang dapat menumbuhkan Self-
esteem (harga diri) yang baik, sehingga anak akan bersikap
6 dan berpikir positif, menghargai dirinya sendiri, menghargai
orang lain, percaya diri, optimis, dan berani mengatakan
haknya

Membuat kegiatan positif yang bisa menumbuhkan


7 kebersamaan yang dapat mencegah adanya siswa yang tidak
memiliki teman atau selalu menyendiri.

Mengembangkan keterampilan sosial untuk menghadapi kasus


bullying, baik sebagai sasaran atau sebagai by stander (saksi),
8 dan cara-cara mencari bantuan jika mendapat perlakuan
bullying.
Fisik Verbal Non Verbal Non Verbal Seksual
Langsung Langsung Tidak (Fisik /
Langsung Verbal)
• Memukul, • Mengancam, • Melihat Sinis • Mendiamkan, • Berbuat
• Menampar • Memaki, • Menjulurkan • Mengucilkan, Cabul
• Mendorong, • Mengejek, Lidah • Mengirimkan • Siulan genit
• Meminta Paksa • Merendahkan • Ekpresi Muka Surat Kaleng • Memegang
Barang yang • Mengjhina Jelek • Dicuekin anggota tubuh
bukan miliknya • Menujuk yang tidak
• Meludahi, • Melotot dibenarkan
• Mencakar, • Name Calling • Mencibir • Meretakkan • Mencolek
• Menjambak, • Mempermalukan • Pura-pura tidak persahabatan, • Mengeluarkan
• Menggigit, • Sarkasme tau • Mengabaikan kata-kata jorok
• Menguncikan • Mencela, • M • Apatis • Ekshibisionisme
dalam ruangan, • Menyebarkan • Menarik tali BH
Gosif perempuan
• Menarik
resluiting
celana laki-laki
• Memeras, • Menggunakan • Memasang
• Merusak barang identitas sosial cermin
orang lain dan agama disepatu
• Melempar • Pura-pura
barang menabrak
• Mencekik
Penyebab
• Kurangnya perhatian keluarga
• Lingkungan yang tidak sehat, rawan, cuek, geng, premanisme, konsumtif,
hukum rimba, media yang tidak mendidik
• Pakaian
• IT tidak sehat
• Budaya yang sudah mulai ditinggalkan
• Sering dikucilkan
• Contoh tauladan
• Orang tua supersibuk
• Terlalu dimanja
• Miskin dan kaya
• Pemahaman tentang pengetahuan agama
• Berbuat salah tidak diperhatikan
• Sanksi
• Tekanan dari guru
• Jam kosong disekolah, kekurangan guru bk,
• Tidak tersalur bakat
• Tata tertib tidak jelas,
• Tidak percaya diri
• Membuat kelompok illegal

Anda mungkin juga menyukai