Anda di halaman 1dari 34

MK.

Manajemen Konflik Sosial


“PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL”

Dr. Herlina JR Saragih, M.Si., CIQnR.,


CIQaR.
Definisi
Konflik sosial, adalah perseturuan
dan/atau benturan fisik dengan
kekerasan antara dua kelompok
masyarakat atau dampak luas yang
mengakibatkan ketidak amanan dan
disintegrasi sosial sehingga
mengganggu stabilitas nasional dan
menghambat pembangunan nasional.

Penanganan, Pencegahan, Penghentian, Pemulihan Pascakonflik, Pengungsi,


Status Keadaan Konflik, Satuan Tugas Penyelesaian Konflik, Pemerintah, DPR,
Pemda, DPRD, TNI, Kepolisian, Pranata Adat, Pranata Sosial, APBN, APBD.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB I Pasal 1)
Asas Penanganan Konflik
 Kemanusiaan, Hak Asasi Manusia
 Kebangsaan, Kekeluargaan
 Kebineka Tunggal Ikaan
 Keadilan, Kesetaraan Gender,
 Ketertiban dan kepastian Hukum
 Keberlanjutan, Kearifan Lokal
 Tanggung Jawab Negara, Partisifasi
 Tidak Memihak, Tidak Membeda-bedakan

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 2)


Tujuan Penanganan Konflik
 Menciptakan kehidupan yang aman
 Memelihara kondisi damai
 Meningatkan tenggang rasa dan tolernasi
 Memelihara keberlangsungan pemerintah
 Melindungi jiwa, harta benda, sarana umum
 Memulihkan fisik sarana & masyarakatnya.

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 3)


Ruang Lingkup Penanganan Konflik
 Pencegahan Konflik
 Penghentian Konflik
 Pemulihan Pascakonflik

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 4)


Sumber Konflik
 Politik
 Ekonomi
 Sosial Budaya
 Antar Umat Beragama, Suku, Etnis
 Masyarakat dengan Pelaku Usaha
 Distribusi Sumber
Daya Alam yang tidak
seimbang

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 5)


Pencegahan Konflik
Penegahan dilakukan : Pememerintah, Pemda &
Masyarakat
 Memelihara kondisi damai dlm masyarakat
 Kembangkan sistem penyelesaian perselisihan
secara damai
 Membangun sistem peringatan dini

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 6)


Kondisi damai dlm masyarakat wajib bagi
setiap orang
 Sikap toleransi dan saling menghormati
 Perbedaan suku, bahasa dan adat istiadat
 Harkat dan Martabat
 Mengakui persamaan derajat
 Mengembangkan persatuan Indonesia
 Menghargai pendapat dan kebebasan
Penyelesaian perselisihan dlm masyarakat
secara damai dan musyawarah mufakat.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 7,8)
Meredam Potensi Konflik
 Memperhatikan aspirasi masyarakat;
 Pemerintahan yang baik;
 Mengintensifkan dialog;
 Menegakkan hukum tanpa disriminasi;
 Membangun Karakter
 Nilai Pancasila dan Kearifan Lokal;
 Membangun kemitraan.

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 9)


Membangun Sistem Peringatan Dini
Membangun sistem perigatan dini untuk
mencegah konflik di daerah, mencegah perluasan
konflik yang sedang terjadi. Pemerintah dan
Pemda melalui media komunikasi.
 Penelitian & pemetaan wilayah Konflik;
 Penyampaian data konflik secara akurat;
 Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan;
 Pemanfaatan modal sosial;
 Pemanfaatan fungsi intelijen.

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 10,11)


Penghentian Konflik :
 Penghentian kekerasan fisik;
 Penetapan status keadaan konflik
 Tindakan darurat penyelamatan
 Bantuan atau pengerahan TNI
Dikoordinasian dan dikendalikan oleh Polri,
melibatkan tokoh agama, masyarakat, tokoh
adat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 12, 13)
Penetapan Status Keadaan Konflik
Keadaan konflik ditetapkan apabila konflik tidak
dapat dikendalikan oleh Polri dan terganggungnya
fungsi pemerintahan.
 Skala Kabupaten/Kota : dampak hanya pada
tingkat Kabupaten /Kota (ditetapkan oleh
Bupati/Wali Kota)
 Skala Provinsi : dampak hanya pada tingkat
Provinsi (ditetapkan oleh DPRD Provinsi)
 Skala Nasional : dampak hanya pada tingkat
Nasional (ditetapkan oleh Presiden berkonsultasi
dgn Pimpinan DPR)
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 14,15)
Tindakan dalam Keadaan Konflik
Skala Kabupaten/Kota : Pembatasan dan
penutupan kawasan konflik, pembatasan
diluar rumah dan kawasan konflik, pelarangan
memasuki area konflik.
Skala Provinsi : Penutupan kawasan konflik
sementara, pembatasan orang di luar rumah,
pelarangan memasuki kawasan konflik.
Skala Nasional : Penutupan kawasan konflik
sementara, pembatasan orang di luar rumah,
pelarangan memasuki kawasan konflik.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 26, 27, 28)
Jangka Waktu Status Keadaan Konflik
Berdasarkan Evaluasi masing-masing skala
dapat memperpanjang jangka waktu status
keadaan konflik paling lama 30 (tiga puluh)
hari setelah dikonsultasikan oleh masing
masing Pimpinan.
Dalam hal keadaan konflik dapat ditanggulangi
sebelum batas waktu yang ditentukan
pimpinan masing-masing skala dapat
mencabut penetapan status keadaan konflik.
Penyelamatan dan Pelindungan Korban
Pemerintah dan Pemda melakukan tindakan
penyelamatan darurat.
 Evakuasi, identifikasi secara tepat;
 Pemenuhan dasar korban/pengungsi
 Perlindungan
 Sterilisasi tempat yang rawan
 Penyelamatan sarana dan prasarana vital
 Penegakan hukum
 Pengaturan mobilitas
 Penyelamatan harta benda
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 32)
Prinsip Penegakan Hukum, dalam Penanganan Konflik Sosial :

1. Asas Legalitas  semua tindakan penegak hukum hrs bersumber dr hukum


yg tertulis & menempatkan supremasi hukum.
2. Asas perlakuan yang sama di depan hukum (equality before the law) 
setiap orang mempunyai kedudukan yg sama depan hukum, mendpt
perlindungan yg sama oleh hukum (equal protection on the law), & perlakuan
keadilan yg sama (equal justice under the law).
3. Asas praduga tdk bersalah (presumption of innosence)  bahwa setiap
orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, &/ dihadapkan di muka
sidang, wajib dianggap tdk bersalah sampai adanya putusan pengadilan yg
menyatakan kesalahannya & memperoleh kekuatan hukum yg tetap.
4. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, & penyitaan hanya dilakukan
berdasarkan perintah tertulis pejabat yg diberi wewenang oleh UU & hanya
dlm hal serta dgn cara yg diatur dgn UU.
5. Peradilan wajib dilakukan dgn cepat, sederhana, & biaya ringan serta
bebas, jujur, & tidak memihak, serta hrs diterapkan scr konsekuen dlm seluruh
tingkat peradilan.
6. Prinsip keseimbangan, yakni bahwa dlm setiap penegakan hukum hrs
berlandaskan prinsip keseimbangan yg serasi antara perlindungan thdp harkat
& martabat manusia dgn perlindungan thdp kepentingan & ketertiban
masyarakat.
7. Setiap orang yg tersangkut perkara, wajib diberi
kesempatan bantuan hukum yg semata-mata diberikan
utk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.
8. Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan
penangkapan &/ penahanan, selain wajib diberikan
dakwaan & dasar hukum apa yg didakwakan
kepadanya, jg wajib diberitahukan haknya termasuk hak
utk menghubungi & meminta bantuan hukum dr
Penasehat Hukum.
9. Prinsip pembatasan penahan.
10. Asas pemberian ganti rugi & rehabilitasi sbg akibat
tindakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, &
penyitaan yg tdk sesuai dgn hukum.
11. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka utk
umum, kecuali dlm hal yg diatur dlm UU.
12. Pengawasan pelaksaaan Putusan Pengadilan dlm
perkara pidana dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri
yg bersangkutan.
Penggunaan Kekuatan TNI
 Bantuan konflik skala Kabupaten/Kota,
bupati/walikota meminta bantuan TNI kepada
Pemerintah.
 Bantuan konflik skala Provinsi, Gubernur
dapat meminta bantuan TNI kepada
Pemerintah.
 Bantuan konflik skala Nasional, Presiden
berwenang mengerahkan kekuatan TNI
Semuanya sesuai ketentuan peraturan
perundangan dan dikoordinasikan oleh Polri.
Mekanisme Penggunaan Kekuatan TNI
Konflik Skala Konflik Skala
Konflik Skala Nasional
Kabupaten/Kota Provinsi

Bupati / Wali Kota Gubernur Presiden

Pemerintah Pimpinan DPR

TNI

Dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan


operundang-undangan
Pemulihan Pascakonflik
Permerintah & Pemda wajib lakukan pemulihan pascakonflik
secara terencana, perpadu, berkelanjutan & terukur.
Pemulihan meliputi :
 Rekonsilitasi (Perundingan, pemberian restitusi, pemaafan) oleh
Pranata Adat/Sosial
 Rehabilitasi (Pemulihan psikologis, kondisi sosial, pemulihan
ekonomi, budaya, keamanan, perbaikan, kesejahteraan
masyarakat)
 Rekonstruksi (pemulihan pelayanan, penyediaan akses
pendidikan, perbaikan sarana, fasilitas pelayanan, perbaikan
tempat ibadah).

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 36)


Kelembagaan & Mekanisme selesaikan
Konflik
Penyelesaian konflik terdiri atas Pemerintah,
Pemda, Pranata Adat, Pranata Sosial serta
Satuan Tugas Penyelesaian konflik.
 Mengedepankan Pranata Adat/Pranata Sosial
 Mengakui hasil penyelesaian konflik
 Memiliki kekuatan yang mengikat

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB VI Pasal 40)


Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial
Lembaga Ad Hoc dibentuk oleh Pemerintah atau
Pemda dalam hal :
a. Tidak ada Pranata Adat/sosial di daerah konflik
b. Tidak berfungsinya pranata Adat/sosial di
daerah konflik
c. Tidak berjalannya mekanisme musyawarah
d. Tidak terapainya kesepakatan
e. Telah ditetapkan status keadaan konflik

(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 42)


Tugas dan Fungsi Penyelesai Konflik
Sosial
Melalui musyawarah pada kelompok yang terlibat dan jika tidak
tercapai dapat dilakukan melalui Pengadilan
Fungsi :
 Pencarian fakta, data atau informasi
 Koordinasi untuk memberikan perlindungan kepada korban,
saksi, pelapor
 Perumusan opsi mempertimbangkan kepentingan pihak yang
berkonflik.
 Perumusan kesepakatan
 Merekonstruksi, penyampaian rekomendasi kepada Pemerintah.
 Penyampaian laporan akhir
pelaksanaan tugas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial Kabupaten / Kota
(Pasal 47)

Unsur Pemerintah Daerah Unsur Masyarakat

- Tokoh Agama
- Bupati / Wali Kota -Tokoh Adat
- Ketua DPRD Kab / Kota -Tokoh Masyarakat
- Instansi Pemerintah -Pegiat Perdamaian

- Kepala Kepolisian Resor -Wakil Pihak yang berkonflik

- Komandan Distrik Militer (harus memperhatikan


keterwakilan sekurang-kurangnya
- Kepala Kejaksaan Negeri
30%)

Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial berhenti /diberhentikan


karena : masa tugas berakhir, penggantian personel, meninggal dunia,
mengundurkan diri, melakukan tindakan yang bertentangan
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial Provinsi
(Pasal 48)

Unsur Pemerintah Daerah Unsur Masyarakat

- Tokoh Agama
- Gubernur -Tokoh Adat
- Ketua DPRD Provinsi -Tokoh Masyarakat
- Instansi Pemerintah -Pegiat Perdamaian

- Kepala Kepolisian Daerah -Wakil Pihak yang berkonflik

- Panglima Daerah Militer (harus memperhatikan


keterwakilan sekurang-kurangnya
- Kepala Kejaksaan Tinggi
30%)

Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial unsur masyarakat harus


mempertimbangkan ketokohan, integritas, dan moralitas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Nasional
(Pasal 49)
Unsur Pemerintah Daerah Unsur Masyarakat

- Kementerian yang membidangi - Tokoh Agama

urusan Politik, Hukum, -Tokoh Adat

Keamanan, Dalam Negeri, -Tokoh Masyarakat


pertahanan, Keuangan Negara, -Pegiat Perdamaian
Kesehatan, Sosial, Agama. -Wakil Pihak yang berkonflik
- Polri, TNI, Kejaksaan Agung, (harus memperhatikan
Badan Nasional Penanggulangan keterwakilan sekurang-
Bencana, KOMNASHAM. kurangnya 30%)
Peran Serta Masyarakat dan Pendanaan
(Pasal 52 s/d 58)

 Pembiayaan
 Bantuan Teknis
 Penyediaan Kebutuhan Dasar
Pendanaan konflik digunakan untuk mencegah
konflik, penghentian konflik dan pemulihan
pascakonflik. Pendanaan menjadi tanggung jawab
Pemda dialokasikan pada APBN / APBD melalui
kementerian/lembaga sesuai tugas dan fungsinya dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan kerengka
acuan kegiatan rehabilitasi serta RAB (Rencana
Anggaran Biaya)
Ketentuan Peralihan (Pasal 59)
Semua program dan kegiatan yang
berkaitan dengan penanganan konflik yang
telah berlangsung sebelum ditetapkannya
Undang-undang ini dapat terus
dilaksanakan sampai dengan berakhirnya
program dan kegiatan tersebut.
Perlu Peran Masyarakat Cegah Konflik
Sosial
Masyarakat perlu memahami Kembali Pancasila
sebagai dasar negara
4 Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika
Masyarakat perlu memahami wawasan
kebangsaan
Konflik dapat diredam melalui peran keluarga
Mewaspadai ancaman budaya asing dan
teknologi terbaru.
Bagaimana menghindari konflik
sosial di tengah pluralisme?
Menghindar.
Terkadang, seseorang akan merasa tidak
ada manfaatnya apabila terus melanjutkan
konflik dengan individu atau kelompok
lainnya. Salah satu kemungkinan adalah ia
tahu bahwa dirinya tidak akan menang
dalam konflik sosial tersebut. Maka dari itu
menghindar adalah salah satu jalan untuk
mencegah konflik.
Bagaimana menghindari konflik
sosial di tengah pluralisme?
Menyesuaikan pada keinginan pihak lain
Konflik bisa menyebabkan keretakan hubungan
antarindividu atau antarkelompok, namun ada
orang-orang yang lebih suka perdamaian. Ia
khawatir apabila konflik berlanjut, seseorang
akan terluka dan hal itu akan menghancurkan
hubungan pribadi dengan orang tersebut. Maka
dari itu lebih baik memilih untuk
mengorbankan kepentingan pribadi demi
menjaga keharmonisan hubungan. 
Bagaimana menghindari konflik
sosial di tengah pluralisme?
Tawar-Menawar
Ini adalah cara yang paling ideal untuk
menyelesaikan konflik sosial yang terjadi.
Kedua belah pihak saling bertemu untuk
melakukan tawar-menawar dalam penyelesaian
konflik. Dalam proses tawar-menawar, individu
akan mengorbankan sebagian tujuannya dan
meminta lawan konflik mengorbankan
sebagian tujuannya juga sehingga keadilan bisa
diterima oleh kedua belah pihak.
Bagaimana menghindari konflik
sosial di tengah pluralisme?
Kolaborasi
Selain tawar-menawar, konflik sosial juga bisa
diselesaikan dengan cara kolaborasi. Kolaborasi
memandang konflik sebagai masalah yang harus
diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara
untuk mengurangi ketegangan kedua belah pihak.
Berusahalah memulai sebuah pembicaraan yang
dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah
dan mencari pemecahan yang bisa diselesaikan
dengan cara kolaborasi dua pihak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai