Anda di halaman 1dari 90

FILSAFAT HUKUM

Oleh
Prof. Dr. Pasolang Pasapan, SH., MH.

Pertemuan I: Filsafat, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum


Filsafat :
Filsafat atau Philosophia :mencari kebijakan,
mencari pengetahuan

Ciri- Ciri Filsafat


1. bertahan terhadap diskusi kritis
(mengesampingkan kebijaksanaan
dalam arti umum)
2. methode khas filsafat: dialektika
mengkritik pendapat yang
sudah ada/sudah diterima
3. berusaha mencapai realitas yang sesungguhnya

(hakikat sesuatu – kebenaran sejati)


4. mengetahui tujuan realitas
misalnya, memahami manusia -> tujuan
ideal manusia
5. ingin tahu bagaimana seharusnya manusia
hidup
->berusaha mengerti dan mencari yang ideal
=> Tidak menunjuk kepada manfaat praktis- tetapi
yang ideal bermakna bagi manusia
Filsafat Hukum & Ilmu Hukum
FH : bukan cabang Ilmu Hukum (IH)
tetapi cabang Filsafat
FH : Esensi Hukum, apa itu hukum
->hukum gejala universal pengalaman manusia
->Quid ius : mengenai esensi (hakikat hukum)
IH : Quid yuris : hukum sebagai sistem yang berlaku
di suatu negara /wilayah tertentu
misalnya : SH.Romawi, SH.Inggris, SH. Indonesia
FH : memberi tekanan pada substansi atau materi hukum
misalnya : keadilan , kebenaran
IH : memberi tekanan pada forma atau tentukan hukum
Jadi FH menggumuli pokok
1. FH. Berusaha menjawab pertanyaan :
dimensi normatif hukum
misalnya : apakah putusan hakim dapat
disebut adil atau benar?
Di sini Filsafat Hukum membedah hukum
dan praktik hukum
->apakah tindakan, atau jenis tindakan
benar dari sisi hukum?
->apakah wajib menaati hukum?
->apakah dasar untuk menuntut kewajiban
menaati hukum?
FH. Menaruh perhatian pada pertanyaan
yang sifatnya analitis;
berusaha mencari kejelasan konsep
dasar dalam hukum
->apakah itu hukum?
->apakah itu keadilan?
->apakah itu kebenaran?
Pert II Tugas,Tujuan,dan Pendekatan serta
Manfaat FH
1. Tugas FH (Filsuf) adalah memperhatikan
setiap pandangan Hukum secara Analitis,dan Kritis
Artinya apakah pandangan itu dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional atau tidak ?
Apakah asumsi dan implikasi setiap pandangan
hukum ?
Jadi FH berusaha memberi pertanggungjawaban
rasional (rational account)
2. Tujuan FH
Sehubungan dengan tugas FH tersebut Murhpy & Colleman
berpandangan bahwa :
> Tujuan FH adalah mengartikulasi & mempertahankan
standar kritik rasional serta menjebak kegelapan
yang menyelubungi praktik hukum ;
> Ketika praktik itu mulai dipersoalkan tidak dalam kaitan
yang bersifat publik dan objektif, melainkan dalam kaitan
dengan perasaan, dogma, kepercayaan, dan konvensi yang
tidak
teruji
3. Pendekatan analitis – kritis FH
Pendekatan ini penting dalam hukum karena :
a. Pendekatan analitis – kritis membantu kita untuk
memahami system hukum dan tujuan hukum
b. pendekatan analitis – kritis menjadi tantangan
bagi penguasa, pembuat, dan penegak hukum
untuk menguji dan mempertanggungjawabkan
tindakan sehari hari
 Refleksi kritis hukum atas dasar analitis-kritis
itu sangat penting karena :
a. refleksi kritis terhadap hukum memberi
manfaat bagi masyarakat terhadap tegaknya
kepentingan umum (tertib sosial ) ;
prakondisi bagi pelaksanaan hak dan
perwujudan kepentingan warga negara.
b. Refleksi kritis terhadap hukum penting
untuk mengontrol kesewenang-wenangan
penguasa
4. Manfaat FH
Menurut Darmodihardjo,manfaat FH dapat ditarik
dari sifat-sifat filsafat :
a. Filsafat bersifat menyeluruh dalam
(berpikir holistik)
FH bermanfaat menuntun mereka
yang belajar FH untuk berwawasan luas
dan terbuka ;
menghargai pendapat, pemikirian, dan
pendirian orang lain.
Itu sebabnya dipelajari aliran-aliran hukum
b. Filsafat bersifat mendasar
Kita diajak untuk berpikir kritis dan radikal
Mereka yang mempelajari FH diajak untuk
memahami Hukum tidak dalam arti Hukum positif
semata
Kalau demikian seseorang tidak akan mampu
memanfaatkan dan mengembangkan hukum
secara baik
c. Filsafat bersifat spekualatif
FH mengajak orang yang belajar FH
untuk berpikir inovatif, selalu mencari
sesuatu yang baru ke arah yang lebih baik.
Oleh sebab itu hukum dapat di arahkan dan
dikembangkan dengan baik ke arah yang
dicita-citakan
d. Filsafat bersifat reflektif –kritis
dengan sifat ini FH bermanfaat membimbing kita
menganalisis masalah-masalah hukum secara
rasional dan mempertanyakan jawaban itu secara
terus-menerus
Jawaban tidak hanya gejala-gejala yang tampak,
tetapi nilai-nilai yang ada di balik gejala itu
Analisis nilai akan membuat kita menjadi bijaksana

dalam menghadapi masalah-masalah konkret.


Catatan :

 Aliran-aliran dalam FH
1. Hukum Kodrat
2. Positivisme Hukum
3. Utilitarisme
4. Historisme
5. Sosiological Jurisprudence
6. Realisme Hukum
7. Freirechtslehre
Pert III
TAHAP PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HUKUM/ I. ZAMAN YUNANI
KUNO
• Salah satu persoalan pokok dalam pemikiran hukum adalah :
Apakah hukum itu ?

• Para pemikir hukum berusaha menggali makna hukum

• Tidak terlepas dari konteks sosial – politik di mana mereka


merumuskan pemikiran tentang hukum

• Tahap perkembangan/sejarah pemikiran hukum dari waktu ke


waktu perlu diketahui dalam konteks sosial-politik yang beragam

di mana hukum dimengerti dan dirumuskan


I. Zaman Yunani Kuno
A. SOFISME
• Sejarah pemikiran hukum dimulai oleh Filsuf besar (ternama)
sejak zaman yunani (awal abad ke-4 SM)
• Tokoh yang terkenal a.l : Zenophon , Protagoras
• Topik penalaran Filsafat Hukum :
- Politik (kekuasaan)
- Hukum dan tatanan sosial
- Kewajiban atau tanggung jawab
- Keadilan
- Kepentingan
*Kaum sofis menegaskan disfungsi (garis pembeda) antara alam (physis) dan
konvensi (nomos)

•Hukum termasuk konvensi (nomos)

• Sifat dasar hukum sebagai norma atau peraturan ciptaan manusia

• Memiliki kekuatan berlaku hanya untuk kepentingan manusia

• Hukum merupakan kesepakatan , ciptaan manusia

• Hukum berlaku sebagai perangkat normatif yang menjamin kepentingan warga negara
* Kaum sofis belum membedakan secara tegas : hukum – agama – moralitas –

kebiasaan – keadilan

•Tetapi usaha merumuskan hukum telah dilakukan

• Zenophon : tak seorangpun pantas mendapatkan pujian kecuali ia mengerti apa itu hukum

• Pengetahuan akan hukum memberi status sosial tersendiri bagi seseorang

• Hukum ditempatkan pada posisi sentral dalam relasi sosial

• Hukum berfungsi berkaitan masalah kejahatan

• Hukum juga menjadi norma pemberian penghargaan


* Jadi kaum sofis menghargai hukum

- Karena pertimbangan praktis

- hukum memiliki manfaat praktis dalam relasi sosial


B. Plato dan Aristoteles

* Plato 427 – 347 SM :

•Plato menegaskan : menegakkan keadilan menjadi tujuan Negara

•Hukum menempati posisi sentral dalam politik

•Diskusi plato dengan Socrates , Glaucon, dll menekankan pentingnya membedakan yang

adil dengan yang tidak adil

•Keadilan merupakan ideal yang bernilai dalam dirinya sendiri

•Bertindak adil adalah perbuatan yang baik, tanpa harus dikaitkan untung atau rugi
* Menolak uu yang diskriminatif berarti membela keadilan

• dilakukan tanpa bertanya apakah subjek mendapat manfaat


praktis dari itu
• keadilan merupakan nilai yang harus dibela

• keadilan hendaknya menjadi untuk manusia

• orang baik adalah orang yang mampu berbuat adil


* Dalam buku : Republic , Plato menyebut Negara , The City of Justice

•Plato membagi masyarakat ( Kelompok Pemimpin , Ksatria , Petani dan Pedagang

(1) Pemimpin : - bertugas memimpin Negara


- memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan
- untuk memimpin Negara secara adil
(2) Ksatria : - jauhkan diri milik pribadi
- tidak boleh punya isteri dan anak
- hanya diberikan hal tertentu menunjang tugas profesionalnya
(3) Petani dan Pedagang : - bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seluruh masyarakat
- kelompok ini tidak dibei peluang menjadi pemimpin
- menjalankan tugas dengan baik

* Keadilan ditegakkan apabila ketiga kelompok menjalankan tugas pokoknya


* Guna menegakkan keadilan :

• Penting sikap ilmu hukum bagi anak muda

• Melalui pendidikan Gymnatium

• Diperkenalkan keadilan melalui disiplin mematuhi


hukum dalam …………
* Bagi Plato
•Keadilan harus diartikulasi dalam norma hukum

•Hukum penting karena fungsinya : menjamin kebebasan dan


keteraturan

•Dalam undang-undang harus ada preambule yang memuat basis


filosofis tujuan dan arah dari hukum

•Penting agar hukum ditaati karena tujuan idealnya : bukan hanya


karena paksaan
ARISTOTELES ( 384 – 322 SM )

•Aristoteles memandang manusia sebagai political animals

•Penting menata hidup manusia

•Pengelolaan polis dengan berpedoman pada konstitusi yang adil ,

manusia akan mencapai kebahagiaan (eudaimonia)

•Hukum harus mendorong manusia mencapai kebaikan dan


kebahagiaan
* Aristoteles memandang hukum sebagai Tatanan atau Tertib ,
hukum yang baik merupakan tatanan yang baik

•Tujuan luhur dari hukum adalah kebahagiaan dan kebaikan


bersama (common good)

• Osi keadilan adalah nilai yang paling utama dalam politik dan
hukum

•Hukum yang adil harus memihak kepada kepentingan semua


orang

•Berarti bertindak adil , baik terarah pada diri sendiri , maupun


orang lain
* Bagi Aristoteles

-Keadilan bukan pertama-tama konsep keadilan

-Tetapi konsep moral yang menjadi jiwa konstitusi

-Individu – individu yang ada dalam polis hendaknya bebas dan


setara dengan kepentingan yang berbeda-beda

-Konstitusi menjamin : kepentingan semua pihak dapat


terakomodasi secara adil
Pert IV
II. ABAD PERTENGAHAN (ABAD V s.d XV)
♠ Hukum pada abad pertengahan bersifat theosentris (berpusat pada Tuhan)

•Tuhan menjadi ukuran semua hal dalam hidup

•Paham hukum tidak bergeser dari keadilan

•Keadilan dipandang sebagai intisari dari hukum yang valid


♠ Tokoh utama : Agustinus (354-430)

● Agustinus terkenal dengan tesisnya :

•Hukum yang tidak adil sama sekali bukan hukum

•Hukum terdiri atas hukum Ilahi (ius divinum) dan hukum manusia (ius humana)

•Hukum kodrat = hukum Ilahi , mis : Kesepuluh Firman / Hukum Musa

•Hukum manusia , ius humana = kebiasaan (custom)

•Termasuk ius humana yaitu dalam Hukum Romawi :


- ius gentium (hukum antar bangsa)
- ius civile (hukum khusus bagi bangsa Romawi)
♠ Dalam dunia Islam

-Hukum kodrat mendapat wujud konkret dalam penetapan prinsip moral dan
adat kebiasaan sejauh tidak bertentangan wahyu Allah (Al-Quran) dan sunnah Nabi

-Peraturan ini berlaku dan mengikat semua umat Islam

-Perumusan hukum lebih berkembang sejak munculnya ilmu Figh

-Hukum dalam Figh seluruhnya didasarkan pada wahyu Allah (Theocentris)

-Mempelajari hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dalam kehidupan bersama

-Tokoh utama a.l : Al-Syafii , Ibnu Sina


▲ Hukum Islam berkembang dan mendapat bentuk definitif pada tahun 900
(Theo Huijbers 44-49)

-Sumber Hukum Islam :

•Al-Quran yang berisi wahyu Allah

•Sunnah (hidup dan ajaran Nabi Muhammad , ditemukan dalam tradisi dan Hadish

•Ijma’ aturan yang disepakati umat Islam

•Kijas (analogi)
* Peraturan dalam Hukum Islam , meliputi :

- Ibadat
- Keluarga
- Warisan
- Milik
- Politik dan Hukum
- dan Negara
* Hukum Islam, membedakan perjanjian dan sifat mengikat dari
hukum :

(1) yang bersifat mewajibkan (harus dilakukan)

(2) yang bersifat dianjurkan

(3) yang bersifat dinasihatkan untuk dihindari

(4) yang bersifat netral


♠ Thomas Aquinas (1224-1274)

Hukum terdiri atas :

(1)Lex eterna (hukum abadi yang dimiliki Tuhan)


(2)Lex naturalis (hukum Tuhan yang diletakkan dalam setiap ciptaan)
(3)Lex divina (hukum Tuhan yang terdapat dalam kitab suci)
(4)Lex humana (hukum positif hasil ciptaan rasio manusia)

Hukum besifat mengikat dan mewajibkan


- Hukum positif dapat diterima sepanjang tidak
bertentangan prinsip moral

- Tujuan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan

- Untuk itu hukum yang mengatur hubungan manusia


harus adil

- Tanpa keadilan , hukum tidak dapat disebut hukum


♠ Tokoh pengikut Aquinas :

Fransisco Suares (1548-1617)

-Hukum bersifat preskriftif & deskriptif

-Hukum dalam arti yang sesungguhnya bersifat preskriptif (mewajibkan

-Osi hukum harus mengikat

-Hukum adalah tindakan dari kehendak baik dan benar dari penguasa
(superior) untuk mewajibkan orang yang dikuasai

-Hukum seperti itu harus stabil dan adil


- Hukum harus dimaklumatkan dengan baik agar
agar memiliki kekuatan berlaku (asas publisitas)
dipenuhisupaya hukum memiliki validitas

- Tuntutan penting hukum yakni prinsip faktisitas


. Hukum harus nyata-nyata berlaku
. Pelanggarannya harus dapat ditindak tegas atau
pasti
♠ Hugo de Groot (Grotius, 1583-1645 )
menekankan hukum antar bangsa (ius gentium) yang mengikat seluruh
bangsa di dunia, → Grotius dipandang sebagai Bapak Hukum Internasional

♠ Jean Bodin (1530-1596)


- menekankan kedaulatan tak terbatas di bawah kendali Hukum Kodrat

- hukum adalah komando dari orang yang berdaulat , meskipun


penguasa tidak boleh melampaui Hukum Kodrat

- Osi hukum harus berlaku secara tegas dan pasti


C. Abad ke-17 s.d Abad ke-19

ᵜ Zaman ini ditandai dengan :

•Munculnya kepercayaan manusia untuk menjawab berbagai


persoalan dengan mengandalkan akal budi

•Rene Descartes (1596-1650) , Filsuf Prancis ini percaya bahwa :


dengan kekuatan akal budi manusia dapat mencapai kebenaran sejati
ᵜ Di Inggris muncul empirisme

-David Hume (1711-1776) & John Locke (1632-1704)

-Empirisme menekankan pentingnya fakta empiris


sebagai pertanggung jawaban ilmiah

-Faktor rasional dan empiris ini mempengaruhi pola pemikiran


-
-Pengaruh empirisme , berpuncak pada :
lahirnya aliran positivisme hukum
ᵜ Pada zaman ini berkembang :

-Semangat keadilan kontraktual


-Hukum dipahami sebagai ciptaan manusia hasil kesepakatan anggota masyarakat
-Untuk mengamankan haknya
-Eksistensi masyarakat tidak ditentukan oleh moral publik yang termanifestasi
dalam bentuk hukum
-Tetapi seluruhnya tergantung pada hukum positif

-→ Thomas Hobbes (1588-1679) & Imanuel Kant (1724-1804)


pemikir yang mendasarkan negara pada hukum positif yang dibangun
atas landasan keadilan kontraktual
ᵜ Thomas Hobbes memandang :

-Hukum sebagai perintah dari yang berdaulat

-Keadilan sama dengan hukum positif

-Hukum positif menjadi norma untuk memulai :


. Apa yang benar dan salah
. Apa yang adil dan tidak adil

-Hobbes memperkenalkan teori kontrak sosial untuk legitimasi


atas penguasa & hukum
ᵜ Dalam state of nature terjadi :

-Homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi manusia lain)


-Bella omnium contra omnes (perang semua lawan semua)

-Akhirnya masyarakat sepakat untuk menyerahkan haknya kepada raja


yang berdaulat mengatur hak secara adil

-Yang diperlukan untuk menegakkan tertib sosial adalah hukum positif

-Bukan kekuatan Illahi (teori H.Kodrat)


ᵜ Imanuel Kant memandang :

-Situasi alami masyarakat : prejuridisial society , masyarakat tanpa hukum

-Hak dan kebebasan senantiasa terancam dalam suasana hukum rimba

-Osi kebebasan individu harus dijamin dengan peraturan hukum yang mengikat
bagi semua pihak

-Itulah awal lahirnya juridicial society masyarakat yang relasi sosialnya diatur
oleh hukum :
. Hasil dari rasio praktis manusia
. Yang berdaulat adalah hukum dan keadilan bukan raja atau penguasa
ᵜ Keadilan akan tercapai apabila :
-Perilaku masyarakat berpedoman pada maxim universal
(baik dalam hukum , maupun etika)

-Bertindaklah sedemikian rupa sehingga maksim yang anda gunakan


dalam kondisi tertentu

-Juga menjadi patokan bagi orang lain untuk bertindak


dalam kondisi yang sama

-Setiap orang berhak mengekspresikan kebebasannya


tetapi tidak boleh melanggar kebebasan orang lain
ᵜ Hukum dan moral melindungi kebebasan
setiap orang

-Dalam kondisi itu hukum disebut adil

-Hukum yang adil merupakan norma untuk bertindak

-Dalam konteks yurisprudensi hukuman hanya dibenarkan


jika tertuduh memang melanggar hukum
ᵜ Akhir Abad ke-19 hingga sekarang

* Zaman ini ditandai lahirnya mazhab historis

•G.W.F Hegel menempatkan hukum dalam dunia Roh Objektif :


dunia sosial-politik , dunia kehidupan etis (the world of ethical life)

•Dunia sosial politik merupakan bentuk Roh

•Sejarah manusia merupakan perjalanan Roh untuk kembali ke dalam


dirinya sebagai Roh Absolut

•Roh itu menjadi antitesis bagi Roh untuk berkembang sebagai Roh Absolut
* Hukum merupakan bagian realitas politik riil atau
tatanan etis yang secara normatif mengarahkan
perilaku manusia

* Oleh karena hukum adalah hasil dialektika Roh


(dunia das sollen) dan dunia sosial politik konkret
(dunia das sein)

→ Hegel juga dikenal sebagai pelopor mazhab dialektis


dalam sejarah pemikiran hukum
ᵜ Friedrich Karl von Savigny (1779-1861)
secara umum dikenal sebagai Bapak pelopor mazhab historis

-Hukum sebagi refleksi dari nilai etika masyarakat


-Hukum adalah ungkapan semangat masyarakat atau
roh masyarakat (folk spirit)

-Pembuat hukum hanya mengartikulasi kesadaran umum masyarakat


tentang apa yang baik dan tidak baik, yang adil dan tidak adil

-Pembuat hukum menuliskan nilai dan ideal yang hidup dibawah


alam sadar masyarakat
ᵜ Rudolf von Jhering (1818-1892)
terinspirasi dari pandangan von Savogny dan kemudian
mengembangkan mazhab sosiologis

-Hukum tidak dapat dipahami tanpa memahami tujuan


untuk melahirkan hukum

-Studi tentang tujuan dapat ditemukan dalam kehidupan sosial

-Tanpa tujuan sosial hukum sebagai peraturan tidak mungkin ada


Pert V
V . Teori Hukum Kodrat dan VI. Positivisme Hukum

• Dikembangkan oleh Thomas Aquinas (Bapak Teori Hukum Kodrat)

• Apakah hukum :
Thomas Aquinas : hukum adalah peraturan dan ukuran tindakan yang mendorong
untuk melakukan atau mencegah tindakan

• Ukuran bertindak adalah rasio (reason)

• Rasio memerintahkan untuk mencapai tujuan , ke arah hidup yang baik

• Hukum sebagai peraturan merupakan bagian dari rasio


Dua hal yang perlu diperhatikan :

1. Hukum sebagai konsep , yang sumbernya rasio (ciptaan rasio)

2. Hukum dari sisi penerapan


> manusia tidak seharusnya tunduk hanya karena paksaan hukum
> manusia mestinya mematuhi hukum karena hukum dibuat untuk
tujuan tertentu (membela tujuan yang hendak dicapai)
> hukum digunakan untuk mencapai kebahagiaan , happyness (Inggris)
> keteraturan yang baik apabila diarahkan pada common good
> peraturan hukum hanya merupakan hukum apabila diarahkan
untuk kebaikan umum (bonun commune)
Berbagai macam hukum
Thomas Aquinas membagi hukum atas :
1. LEX ETERNA (hukum abadi)
2. LEX NATURALS (hukum kodrat)
3. LEX HUMANA (hukum manusia, hukum positif)
1. Hukum Abadi
• Seluruh universum berada di bawah penyelenggaraan Ilahi
• Rencana pengaturan atas universum oleh Tuhan pada hakikatnya merupakan hukum
• Rasio Tuhan sesuatu yang abadi maka hukumNya pun bersifat abadi (lex eterna)
• Hukum abadi ; diperintahkan Tuhan melalui kitab suci , atau kitab kehidupan (Aquinas)
• Manusia dapat memahami Hukum Abadi dengan dua cara :
a. Manusia di dalam dirinya mempunyai kemampuan untuk mengetahui sesuatu
b. Manusia mengetahui sesuatu dari hasil yang ditimbulkannya
• Hanya orang yang diberkati
- yang memahami esensi Tuhan
- yang memahami hukum abadi
2. Hukum Kodrat
• Manusia karena rasionya memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya dan
mahluk yang lain

• Tetapi manusia tidak dapat lepas dari Tuhan

• Oleh sebab itu manusia dengan rasionya berpartisipasi dalam providensi Ilahi

• Hukum Kodrat dibedakan atas :


> Hukum kodrat yang berlaku bagi manusia disebut Hukum Kodrat
(hukum diterima rasio)
> Hukum yang berlaku bagi makhluk nonrasional disebut Hukum Alam
3. Hukum Manusia
• Hukum kodrat bersifat umum dan tidak perlu pembuktian , dan menjadi landasan manusia
menciptakan hukum-hukumnya

• Hukum – hukum ciptaan manusia disebut Lex Humana

• Hukum manusia diterima secara umum karena secara rasional dapat dipahami manfaatnya

• Apa saja yang berasal dari alam atau kebiasaan hanya berlaku jika sesuai hukum

• Hukum positif (lex humana) hendaknya tetap bersandar pada hukum Ilahi yang
diletakkan Tuhan dalam diri manusia berupa norma moral hukum
VI. Positivisme Hukum
Positivisme hukum , dimaknai sebagai :
1. Positivisme hukum , dimaknai konsep hukum yang mendefinisikan hukum
sebagai komando (Jhon Austin)

2. P-H menandai perkembangan hukum


> yang dipisahkan secara tegas dari moral dan politik
> hukum tidak berurusan dengan hukum ideal tetapi hukum aktual , hukum yang ada
> tekanan studi hukum terletak pada yurisprudensi analitis (Hart)

3. P-H dimaknai sebagai cara berpikir dalam proses judisial


> hakim mendasarkan putusannya pada peraturan hukum yang ada

4. P-H yang menerima cara berpikir bahwa moral dapat dilakukan dengan menunjuk
bukti-bukti faktual atau argumen nasional (Joseph Raz)

5. P-H digunakan pula untuk menunjuk pandangan bahwa hukum yang ada ,
walaupun tidak adil harus dipatuhi
JHON AUSTIN
Dua tugas penting Filsafat Hukum :

1. Melakukan analisis tentang konsep dasar dalam hukum dan struktur hukum
sebagaimana adanya , pertanyaannya :
Apakah hukum , tanggung jawab hukum , hak dan kewajiban hukum , dst
2. Yurisprudensi normatif :
mengevaluasi dan mengkritik hukum yang bertolak dari konsep hukum
sebagaimana seharusnya , pertanyaannya :
- mengapa hukum disebut hukum
- mengapa kita wajib menaati hukum
- apakah basis validitas hukum
Austin menolak pandangan Teori Hukum Kodrat yang melandaskan hukum pada moral :

 Ada pemisahan tegas antara hukum X moral


 Hukum adalah komando (laws and commands)
komando umum dari otoritas politik yang paling tinggi (the supreme political authority)
yang berfungsi mengatur perilaku anggota masyarakat
 Kedaulatan ini dipegang oleh individu atau kelompok individu dengan syarat :
a. Individu/kelompok individu merupakan orang atau kelompok orang yang dipatuhi
oleh segenap anggota masyarakat
b. Individu/kelompok individu yang berdaulat itu tidak patuh pada siapapun
juga diatasnya
Jadi sumber hukum adalah penguasa tertinggi
 Hukum tidak memberi ruang kepada warga masyarakat / penegak hukum untuk
mematuhi atau tidak mematuhi
H.L.A. HART
•Hukum harus dipertanggung jawabkan secara hukum pula
> hukum harus dipahami sebagai sistem peraturan
* Peraturan terdiri atas : peraturan primer dan peraturan sekunder

1. Peraturan Primer :

- Masyarakat secara umum hidup berdasarkan kebiasaan yang lazim ditemukan


dalam tiap komunitas masyarakat
- Kontrol sosial ditentukan oleh kebiasaan yang berlaku dalam tiap komunitas
ini yang disebut peraturan primer
- Peraturan primer sama dengan sopan – santun , etiket , kebiasaan
- a. Tidak ada otoritas
b. Peraturan primer bersifat statis
c. Problem in efisiensi dalam penegakan peraturan primer
2. Peraturan Sekunder

- Peraturan sekunder menegaskan, memperkenalkan ,


membuang peraturan primer

- Peraturan sekunder berfungsi mengatur peraturan primer


secara tegas dan pasti

Tiga peraturan sekunder :


a. Peraturan Pengakuan
b. Peraturan Perubahan
c. Peraturan Penilaian dan Penyelesaian
Peraturan Pengakuan :
> Berfungsi mengatasi ketidakpastian peraturan primer
> Mewajibkan masyarakat untuk mengakui dan mendukungnya

Peraturan Perubahan:
> Mengatasi sifat statis peraturan primer
> Mekanisme otointatif untuk memberlakukan , membedakan atau
mengubah hukum → legislatif

Peraturan Penilaian dan Penyelesaian Konflik :


> Mengatasi sifat in efesiensi dalam peraturan primer
> Pengadilan merupakan badan yang berfungsi mengatasi kebuntuan dalam
peraturan primer
* menetapkan apakah hukum sudah dilanggar atau tidak
* apakah peraturan dipahami atau tidak
Pert VI MORAL DAN HUKUM
A. Norma Sosial

Soerjono Soekanto (GB UI)


Norma Pribadi
1. Agama
2. Kesusilaan Norma Antar Pribadi
3. Kesopanan
4. Hukum
Peter Mahmud Marzuki (GB UNAIR)

1. Agama Aspek batiniah + Aspek pribadi


2. Moral
3. Etika Tingkah laku Aspek lahiriah + Aspek sosial
4. Hukum

Pengaturan terhadap salah satu aspek membawa


implikasi terhadap aspek yang lain
• Moral :
- Moral hadir sebagai petunjuk bagi individu
- Moral menghendaki manusia berbudi pekerti luhur
• Hukum :
- menitik beratkan kepada pengaturan aspek manusia sebagai makhluk sosial
dan aspek lahiriah manusia

Immanuel Kant :
- memisahkan secara tegas antara moral dan hukum

L.J Van Apeldoorm :


- Perbedaan antara hukum dan moral tidak perlu dipertajam
- Karena hukum tidak hanya berkaitan dengan tingkah laku manusia
- dan moral tidak hanya berkenaan dengan keadaan batiniah seseorang
B. Moral sebagai Isi Hukum

Peter Mahmud Marzuki :


• Moral merupakan dasar berpihak hukum
• Hukum harus mencerminkan moral
• tetapi moral dalam hal ini harus berkaitan tingkah laku lahiriah manusia
dalam hidup bermasyarakat

Contoh : hukum melarang zinah antara orang yang terikat perkawinan atau
antara orang yang terikat dalam perkawinan dengan seseorang
yang belum kawin
Dari sudut pandang Hukum Kodrat

- Hukum dan moral tidak dapat dipisahkan


- Hukum harus disesuaikan dengan moralitas masyarakat
(Thomas Aquinas)
- Moral dan hukum pasti berkaitan kondisi sosial yang dapat diterima
oleh masyarakat
- Hukum hendaknya dikembangkan selaras dengan, konsep dan gagasan
masyarakat
- Konsep hukum kodrat tentang nilai moral harus dimasukkan dalam
sistem hukum
Positivisme Hukum

- Umumnya memisahkan hukum dari moral tetapi masih


memberi tempat moral umum dalam hukum

- Di Inggris pada abad pertengahan memberi tempat


pada analitycal jurisprudence

- Hukum tidak hanya dilihat dan diterima sebagaimana adanya


melainkan harus dikritik dari dimensi seharusnya dari norma hukum
H.L.A HART berpandangan :
- Isi minimum (minimum content) hukum bersumber dari moral
- Fakta natural dalam diri manusia yang membuat moral tidak
dapat diberikan dalam pertimbangan hukum
- Fakta natural , antara lain :
• manusia rentan dan mudah terancam bahaya
• manusia kemampuan intelektual dan fisik
• manusia memiliki kesamaan baik (good will)
yang terbatas terhadap yang lain
• manusia memiliki keterbatasan untuk melihat kedepan
dan mengontrol diri
• sumber daya yang dibutuhkan manusia relatif terbatas
Murphy dan Coleman menandaskan

 Masalah sosial yang mengikat perhatian moral


• penurunan tingkat kekerasan
• dan kontrol terhadap kekerasan antar manusia
• distribusi sumber daya (resources)
• prinsip kekayaan dan kepemilikan

 Oleh sebab itu beralasan untuk tidak melepaskan masalah-masalah itu


baik dari sisi moral , maupun hukum
C. Moral dalam Praktik Hukum

∆ Pandangan penganut Realisme Hukum


( Karl Liwelyn , Wiseley Sturges , Morris & Felix Cohen )
- Kritikan mereka terhadap teori ortodoks
• pendekatan yang melihat praktik hukum semata-mata penerapan peraturan
• mereka menekankan pada apa yang dilakukan hakim
• dan memperhatikan dampak keputusan hakim bagi masyarakat luas
• di sinilah pentingnya pertimbangan moral dalam keputusan hakim
• Penganut realisme hukum percaya bahwa norma moral
tidak dapat dilepaskan dari hukum

• Prinsip moral berperan sebagai uji kritis terhadap hukum positif

∆ Ronald Dowrkin (pemikir hukum kontemporer)

• Ronal Dowrkin menerima pandangan dari kaum Realisme Hukum Tersebut


Selanjutnya Dowrkin menegaskan :

• yurisprudensi pertama-tama tidak berurusan dengan


fakta atau strategi hukum
• tetapi dengan masalah moral
• teori moral harus digunakan mengkritisi yurisprudensi
agar berguna untuk masyarakat
• dalam hal terjadi hukum tidak memadai memecahkan persoalan hukum
• hakim dibenarkan menyelesaikan masalah dengan bimbingan
argumen moral-rasional
• dalam hal hukum positif berhadapan kasus berat
> hakim dibenarkan menggunakan pertimbangan moral
Dalam hal hakim membuat hukum baru
(dasar pertimbangan hakim)

• Keputusan dibatasi oleh tradisi hukum


(hakim tidak sewenag-wenang)

• Tetapi keputusan hakim tetap personal & original

• Berarti hukum yang baru merefleksikan moral pribadi (hakim)


dan moral yang terdapat dalam hukum umum

• Moral pribadi dan moralitas hukum umum dapat dipertemukan


dalam putusan dengan argumen prinsip
Catatan :

Menurut Dowrkin ada dua argumen dalam hal hakim mengambil putusan
dengan hukum baru :

(1) Argumen prinsip/argument of principles) karena putusan hakim pada dasarnya


melindungi hak individu atau hak kelompok
mis : anti diskriminasi , menolak penggusuran tanpa kompensasi

(2) Argumen kebijakan (argument of policies) keputusan hakim dapat dipertanggung


jawabkan karena membuatnya bagi kepentingan kolektif masyarakat
mis : hakim memenangkan kebijakan memberi senjata dengan melangkahi
prosedur karena urgensi riil melindungi keamanan nasional
Bagaimana kalau ada keberatan publik atas keputusan hakim :

●Hakim dalam mengambil keputusan (klasik)


a. menerapkan ketentuan yang secara eksplisit ditegakkan oleh hukum yang berlaku
b. menggunakan deskresi independen untuk menemukan hukum

●Dalam hal keputusan yang menemukan hukum seringkali bertentangan dengan


moralitas politik publik

●contoh soal aborsi → euthanasia


Dalam hal demikian , hakim :

• hakim mengambil keputusan dengan moralitas lembaganya


untuk mengkritik moralitas politik publik

• hakim tidak boleh tunduk pada pendapat masyarakat umum

• hakim harus tetap kritis terhadap pandangan umum

• hakim harus berani mengambil keputusan yang diyakininya tepat dan adil
Pert VII HUKUM DAN KEKUASAAN

Carl Joachim Friedrich


•Kekuasaan sangat penting dalam setiap tatanan hukum dan masyarakat

•Sebuah tatanan tidak dapat berfungsi tanpa kekuasaan

•Tatanan tidak dapat dibangun hanya berdasar kekuasaan

•Hubungan antara hukum dan politik menimbulkan problema kekuasaan


Aristoteles : Hukum itu adil apabila membolehkan pribadi mengembangkan
kapasitas dalam masyarakat)

•Pemahaman yang keliru pada demokrasi dapat mengaburkan pandangan ini


Demokrasi akan berbahaya apabila :

•Dipandang bukan tatanan konstitusi


•Melainkan suatu utopia anarki
•Atau aturan mayortitas

Kita mengenal pula :

•Tatanan otoriter atau Negara otoriter


•Yang menandakan tatanan yang buruk dan tiranik
•Pemerintahan diktator yang tidak mempunyai otoritas (kewibawaan)
Auctoritas (otoritas) , menurut Momsen
•Secara umum bermakna sebuah perkembangan

•Perkembangan ini , secara politik berarti konfirmasi kehendak rakyat oleh sebuah
senatusconsultum (konsul tertua)

•Dalam tradisi hukum Inggris dan Amerika otoritas ini diberkan kepada hakim ;
orang yang tau banyak tentang hukum dan menguasai pemikiran artifisial hukum
hingga tingkatan tertinggi

•Dengan assimilasi melalui konfirmasi hakim dan kecocokannya dengan prinsip


hukum adat, undang-undang yang dikehendaki itu - absah
Dalam praktik kekuasaan Negara , diketahui :

1. Kedaulatan Tuhan
- Raja sebagai keturunan Dewa
- Atau Raja yang dikehendaki Tuhan
- Kekuasaan Raja dikehendaki oleh Tuhan

2. Kedaulatan Raja
- Kekuasaan Raja yang paling mutlak
- Raja mengatasi hukum
- Raja dapat menyimpang dari hukum
> tirani kekuasaan
3. Kedaulatan Negara
- pengembangan kedaulatan Raja
- Tirani dan diktator
- Kekuasaan mutlak dari Kepala Negara
- Raja tidak dibatasi oleh hukum

4. Kedaulatan Hukum (Grotius , Krable , Immanuel Kant)


- Hukum sebagai panglima (supremasi hukum)
- Hukum menjadi dasar kekuasaan-penguasa

5. Kedaulatan Rakyat (demokrasi)


- kedaulatan ditangan rakyat
- pemerintah menjalankan kekuasaan atas dasar kehendak rakyat
- konstiitusi Negara memuat HAM
▲ Pada umumnya negara-negara di dunia tidak hanya menjalankan
satu kedaulatan Indonesia , menurut Ismail Suni
- Kedaulatan Tuhan
- Kedaulatan Rakyat
- Kedaulatan Hukum

▲ Aspek Nasional dari persoalan kekuasaan diabaikan di kalangan positivis


- positivisme berpandangan bahwa hukum dapat dilandaskan pada
tindakan kehendak semata
- pengaruh dari pandangan Hobbes & Rousseau bahwa tindakan kehendak
penguasa sebagai tindakan kehendak penguasa
- dalam hal ini kedua penulis mencampur adukkan kekuatan dengan legitimasi
▲ Perlu tegas dibedakan antara :
- kekuasaan
- otoritas hukum
- legalitas
- dan legitimasi
Kekuasaan dan pemaksaan dibangun dengan mengacu pada ranah alami
Otoritas hukum dibangun di atas norma-norma antar pribadi (transpersonal)

▲ Kedua ranah ini tidak dapat dipisahkan terjadi transisi dari yang satu ke yang lain
* kekuasaan memberi peluang lebih besar :
- untuk mengemukakan yang dianggap benar lebih meyakinkan
- akses ke sarana komunikasi lebih besar
- dapat membujuk dengan penjelasan masuk akal

* otoritas hukum dengan otoritas orang yang meningkatkan peluang untuk dapat
dijalankan atau diberlakukan
Otoritas hukum bersandar pada kemasukakalannya , keadilannya
* legalitas konstitusi , undang-undang atau keputusan bersandar pada
kesesuaiannya dengan hukum positif
* dan legitimasinya bersandar pada kebenarannya

Otoritas penguasa atau raja


* merupakan persoalan kepantasan yakni kemampuan mereka untuk mewujudkan :
nilai-nilai, gagasan untuk keyakinan anggota masyarakat
* legalitas mereka merupakan persoalan Hukum Positif
* legitimasi mereka merupakan persoalan kebenaran dan keadilan
Pert VIII MID TEST
• Tugas dan makalah dari Pert I s.d Pert VII

Anda mungkin juga menyukai