terdekat ialah sebagai calon yang kuat menjadi jarang juga kepemimpinan kepala madrasah
pengganti kepemimpinan pesantren. Adapun estafet
maupun sekolah ialah perempuan.
kepemimpinannya ialah dari-ke: pendiri-anak-
menantu-cucu-santri senior. Dengan makna bahwa
ahli waris 1 adalah anak laki-laki pendiri pondok
pesantren dengan kriteria tertentu.
Contohnya, di pesantren- Sedangkan pada sekolahan,
pesantren besar di Jawa dalam kebijakan terkait gender lebih
Kebijakan terkait gender di pembatasan hubungan gender general dan luwes. Dimana
ranah pesantren masih diterapakan secara ketat, namun tidak ada pemisahan antara
dipetakkan menjadi dua. terdapat kelonggaran dalam laki-laki dan perempuan
Yaitu ranah perempuan dan bidang pendidikan antara guru secara ketat.
pria dan wanita (ustadz dan
laki-laki. Hal ini didasarkan Selain itu, dalam konteks
ustadzah) terhadap santri. Seperti
pada hukum dalam Quran, sekolah, ada beberapa
guru pria dan wanita dapat duduk
24:30-31.Yang dimaksudkan dan berkomunikasi langsung
sekolahan yang memang
agar tidak ada kontak mata (bercengkrama) bersama di mengalami pengelompokan
secara disengaja oleh laki- dalam kantor yang sama, serta antar gender namun hal itu
laki dan perempuan dengan guru pria diperbolehkan terjadi secara organik. Sebagai
tujuan menghindari zina. mengajar santri wanita namun contoh pada Sekolah
guru wanita tidak diperbolehkan Menengah Kejuruan yang
mengajar santri pria ekosistem di dalamnya
terbentuk secara organic.
Berbeda di madrasah, Serta ada pula madrasah
madrasah ini menggunakan yang dalam
serupa media hybrid dalam perkembangannya
proses pendidikannya. berangsur-angsur
mengubah kebijakannya
Madrasah sendiri tetap dan mendekati pesantren
menerapkan pembelajaran dengan pemisahan ruang
seperti sekolah negeri pada kelas antara laki-laki dan
umumnya (jika madrasah perempuan.
negeri). Serta di struktur
organisasinya, madrasah
juga serupa sekolah, namun
dengan istilah yang berbeda
Pertama, pesantren salafi dimaknai sebagai • Pesantren Khalafi, adalah jenis pesantren yang mulai
pesantren tradisional yang tetap menerima hal-hal baru dengan tetap mempertahankan
tradisi lama yang baik. Pesantren jenis ini
mempertahankan kitab-kitab klasik serta memberikan pelajaran-pelajaran umum di madrasah
mengapresiasi budaya setempat. dan membuka sekolah-sekolah di lingkungan
pesantren. Meski begitu, Pesantren Khalafi tetap
Kedua, pesantren salafi dimaknai sebagai mempertahankan tradisi, seperti pengajaran kitab-
pesantren yang secara konsisten mengikuti kitab klasik.
ajaran ulama generasi sahabat, tabi’in, tabi’at • Sedangkan dalam Pesantren Modern, sama sekali
tabi’in yang memiliki kecenderungan pada telah meninggalkan tradisi salaf. Pesantren modern
telah meninggalkan kitab-kitab Islam klasik, namun
penafsiran teks secara normatif dan lebih menekankan pada pemahaman Bahasa Arab dan
tidak/kurang mengapresiasi budaya setempat. Inggris untuk kepentingan praktis. Pengajarannya
mirip dengan pendidikan formal pada umumnya,
pesantren salafi juga mengacu pada pengajaran namun tetap dengan corak keislaman yang khas
kitab-kitab klasik sebagai intinya.
Tradisi Ndalem
Dalam usaha konstruksi sosial gender di pesantren, peran kiai dan nyai sangat berpengaruh sekali
dalam penerapan nilai moral pondok, dan tradisi-tradisi yang berada di dalamnya salah satunya dalam
tradisi ndalem yang di praktekkan di dalam lingkungan pondok pesantren.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam konstruksi sosial gender di pesantren
khususnya pada tradisi ndalem ialah sebagai berikut:
- Norma dan hirarki sosial yang terdapat di pesantren seperti struktur kekuasaan yang di dominasi
oleh laki-laki yakni kiai.
- Doktrin “barokah” kiai yang akan didapatkan santri dengan cara mengabdi kepada kiai
Akses
Partisipasi