Anda di halaman 1dari 16

DWITUNGGAL DALAM SEJARAH

 Dwitunggal dan “tujuh kata” pancasila


 Nama Indonesia dan ideologinya
 Penggali pancasila, Soekarno atau Yamin ?
PROLOG
• Kemerdekaan negara republik Indonesia, tidak lepas dari perjuangan para pejuang.
Kemerdekaan ini diraih dengan darah, keringat dan air mata. Jutaan nyawa hilang, ribuan
timbunan kepala manusia, harta, benda, sanak saudara mati dan menghilang. Sehingga
benarlah kata-kata Soekarno bahwa jangan sekali-kali lupakan sejarah.
• Terdapat banyak pejuang dan pahlawan yang telah gugur, diantara para pejuang dan
pahlawan itu nama Soekarno-Hatta akan selalu dikenang. Meskipun jalan perjuangan
mereka berdua tidak selalu mengangkat senjata namun setiap kata yang dikeluarkan mereka
lewat tulisan maupun lisan telah berhasil menjaga api perjuangan pada waktu itu. Bahkan,
dari peran mereka berdua pancasila bisa disepakati sebagai asas negara.
DWITUNGGAL DAN “TUJUH KATA”
PANCASILA
Nama lain dari sepasang pejuang kemerdekaan Soekarno-Hatta adalah Dwitunggal. Semboyan
ini disematkan kepada mereka berdua karena mereka memiliki cita-cita yang sama yaitu
mencapai satu titik kemerdekaan repubelik Indonesia.

“Fakta unik dari Dwitunggal yaitu kerjasama antara keduanya berjalan lancar tanpa
sekalipun pernah bertemu. Soekarno muda sering menuliskan pujiannya kepada Hatta yang
masih studi di Belanda, begitupun Hatta yang sejak lama telah mendengar nama Soekarno
muda yang karismatik, kemampuan menggalang massa melalui keahlian berorasi di luar
ukuran biasa” (Walentina Waluyanti De Jonge, 2015).
AWAL CERITA “TUJUH KATA”
Pada mulanya sila pertama pancasila berbunyi:
“Kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
Setelah dibacakan pada sidang BPUPKI, sila pertama mendapatkan respon yang panjang dari
pemeluk agama selain Islam. Respon ini, dipelopori oleh Latuharhary.

DI sini peran Dwitunggal dimulai


Soekarno fokus pada pembentukan Piagam Jakarta dan UUD sedangkan Hatta pada pagi hari
18 Agustus 1945 bertugas melakukan persuasif kepada tokoh-tokoh kelompok Islam agar
menerima penghapusan “tujuh kata”
LANJUTAN
Hatta bertemu dengan Teuku Hasan, Wachid Hasjim, Kasman, dan Ki Bagus Hadikoesoemo.

Teuku Hasan adalah orang pertama yang berhasil digait oleh Hatta untuk menyetujui
penghapusan “tujug kata, disusul oleh Kasman.

Teuku Hasan dan Kasman kemudian berupaya melakukan persuasi lanjutan kepada Ki Bagus,
akhirnya Ki Bagus pun menerima dan selanjutnya “tujuh kata” dihapuskan dari sila pertama
Pancasila dan Piagam Jakarta pada 18 Agustus 1945.
NAMA INDONESIA DAN
IDEOLOGINYA
Pada sekitar tahun 1912 nama Indonesia belum populer. Hal ini terlihat dari motto
besar Indische Partij yang didirikan oleh tiga serangkai Setia Boedi, Ki Hadjar
Dewantara, dr Tjipto Mangoenkoesoemo yakni “Hindia keluar dari Holland”

Baru pada tahun 1922 ketika Soekarno berpidato dan menyebut nama Indonesia,
kemudian ditentang dan disuruh berhenti oleh tentara Belanda.
DARIMANA NAMA INDONESIA ?
Adams (1967) Dalam karyanya mengatakan bahwa Soekarno pernah bercerita kepadanya
tentang asal muasal nama Indonesia.

Nama Indonesia berasal dari ahli purbakala berkebangsaan Jerman, Jordan. Beliau adalah
dosen yang pada saat itu mengajar di Belanda. Karena negara ini terdiri dari gugusan pulau-
pulau maka Jordan menyebutnya sebagai Nesos (bahasa Yunani) yang berarti pulau-pulau, dan
karena jaraknya yang tidak jauh dari India maka disebut sebagai Indusnesos yang pada
akhirnya menjadi kata Indonesia. (Walentina W. De Jonge, 2015).
LANJUTAN
• Selain Indusnesos terdapat sejumlah nama lain yang pernah disematkan untuk Indonesia.
Misalnya pada catatan M. Hatta menyebutkan bahwa orang yang pertamakali menyebut
nama Indonesia adalah James Logan dalam karyanya The Indian Archipelego and Eastern
Asia (1847-1859).

• Ada juga Prof dari Jerman Adolf Bastian yang menulis buku Indonesian oder die Inseln des
Malayaschen Archipelago (1884-1889)
LANJUTAN
• Ada juga nama-nama lain seperti:
a) Nama Hindia oleh Vasco da Gama dari Portugis
b) Nederlandsch Oost Indie/Nederlandsch Indie (Hindia-Belanda) nama ini digunakan orang
Belanda
c) Insulinde artinya pulau Hindia disebutkan oleh Multatuli
d) Nusantara atau Dwipanatara yang disebutkan dalam kitab Negarakertagama
e) The Malay Archipelago oleh Alferd Russel Wallace 1869.
f) Hindia-Timur oleh Muhammadiyah 1912
g) Indonesia Verbond van Studeren (1917) Mahasiswa Indonesia di Belanda
MENGAPA INDONESIA ?
Hatta (1954) menuliskan “Hindia Belanda tak boleh tetap menjadi namanya, karena perkataan
ini menyatakan tanda tidak merdeka”.

Artinya, terdapat dimensi politik kemerdekaan yang terjadi pada waktu itu. Ketika namanya
tetap Hindia-Belanda maka memiliki arti tanah-tanah jajahan sehingga pilihannya adalah
menghapus dan menggantikan namanya menjadi Indonesia.
Hatta bahkan mengatakan bahwa nama Indonesia lebih tepat untuk digunakan sebagai
propaganda kemerdekaan di seluruh tanah air dan luar negeri.

1912 (tiga serangkai) Ketika semboyan “Hindia lepas dari Holland” yang pada
perkembangannya menjadi frasa “Indonesia Merdeka”
PENCETUS PANCASILA
“Maaf, beribu maaf ! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato
mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan paduka
tuan ketua yang mulia, yang diminta oleh paduka tuan ketua yang mulia
ialah, dalam bahasa Belanda philosofische grondslag daripada Indonesia
merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya
didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi”
(Soekarno sidang BPUPKI 1 Juni 1945)
LANJUTAN
Pada perkembangan dinamika politik, tepatnya pada era orde baru, polemik tentang pencetus
pancasila terjadi. Siapakah pencetus Pancasila ? Soekarno atau Yamin ?

Pada 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidatonya tentang rumusan dasar ideologi negara
yang ia sebut sebagai Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti prinsip/asas.

Selesai pidota Soekarno, Yamin ditugaskan ketua BPUPKI (Radjiman) untuk menuliskan
kembali uraian-uraian yang disampaikan oleh Soekarno.
LANJUTAN
S.K Trimurti salah satu tokoh pejuang mengatakan bahwa
“Ini bukan soal bung Yamin atau bung Karno. Ini adalah masalah kebenaran sejarah,
menurut apa yang sebenarnya terjadi”

Pada pidato bung karno 1951 di UGM ketika beliau dinobatkan sebagai Doctor Honoris Causa
ilmu Hukum, Soekarno menyampaikan bahwa
“Pancasila yang tuan promotor sebutkan sebagai jasa saya itu, bukanlah jasa saya, oleh
karena saya, dalam hal Pancasila itu, sekedarlah menjadi “perumus” daripada perasaan-
perasaan yang telah terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia. Saya sekedar menjadi
“pengutara” daripada keinginan-keinganan dan isi jiwa bangsa Indonesia turun-temurun”.
(Soekarno 1951 UGM)
LANJUTAN
• Artinya nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai ke-Indonesiaan yang selama ini
terkandung dalam kehidupan masyarakat tentang kemanusiaan, gotong-royong,
permufakatan, keadilan dan ketuhanan.

• Soekarno sebagai perumus Pancasila 1 Juni 1945


• Yamin adalah orang yang menuliskan rumusan pancasila dari pidato Soekarno
REFERENSI

Adams, Cindy. (1967). “Sukarno Een Autobiografe Uit de Mond van de President”. S-Gravenhage: N.V
Uitgeverij W. Van Hoeve
Hatta Mohammad (1954). “Kumpulan Karangan IV”. Djakarta-Amsterdam-Surabaja: Penerbitan dan
Balai Buku Indonesia.
Walentina. W de Jonge (2015). “Soekarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan”. Galang Pustaka,
Yogyakarta.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai