Anda di halaman 1dari 46

ARITMIA

DISUSUN OLEH:
Deassy Chaliza Tambunan (71180891093)

DOKTER PEMBIMBING:
DEFINISI

irama yang berasal dari


nodus Sinoatrial (SA),
Irama jantung teratur, frekuensi 60-100
kali per menit dan dengan
normal hantaran tak mengalami
hambatan pada tingkat
manapun
Aritmia
Irama yang tidak teratur
Irama yang berasal sekalipun ia berasal dari
bukan dari nodus SA nodus SA, misalnya
sinus aritmia.

Frekuensi kurang dari 60


kali per menit (sinus Terdapatnya hambatan
bradikardia) atau lebih impuls supra atau intra
dari 100 kali per menit ventrikular.
(sinus takikardia)
• Nodus SA merupakan fokus irama jantung yang paling
dominan, sehingga pada umumnya irama jantung adalah
irama sinus.

• Bila nodus SA tidak dapat lagi mendominasi fokus


lainnya, maka irama jantung akan ditentukan oleh fokus
lainnya itu, fokus irama jantung ini menjadi dasar dari
klasifikasi aritmia
ETIOLOGI ARITMIA
Irama abnormal dari pacu Pergeseran pacu jantung
jantung dari nodus sinus ke
bagian lain dari jantung.

Blok pada tempat-tempat


Jalur hantaran impuls
yang berbeda sewktu
yang abnormal melalui
menghantarkan impuls
jantung
melalui jantung.
Obat- obatan terutama kelas IA Gangguan
dan IC keseimbangan elektrolit

Gagal jantung FAKTOR


kongestif Tirotoksikosis
PENCETUS

Gangguan ventilasi,
Kelainan jantung yang
infeksi, anemia,
artimogenik,
hipotensi
MEKANISME
1. Pengaruh persarafan autonom mempengaruhi frekuensi
jantung.
2. Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama
jantung diambil alih yang lain
3. Fokus yang lain lebih aktif dari nodus SA
4. Nodus SA membentuk impus akan tetapi tidak dapat
keluar (sinus arrest) atau mengalami hambatan dalam
perjalanannya keluar nodus SA (SA Block).
5. Terjadi hambatan perjalanan impuls sesudah kelar
nodus SA
6. melalui mekanisme reentry
Mekanisme takiaritmia tergantung dari
peran ion- ion:

1. Automaticity
Gangguan automaticity yaitu terdapat aktivitas
pacemaker otomatis lain pada miokard selain
nodus SA yang disebabkan depolarisasi parsial
pada resting membrane.
2. Triggered activity
Triggered activity dapat disebabakan oleh early after
depolarization yang terjadi pada fase 2 dan fase 3
potensial aksi atau pada after deporalisasi terlambat
(delayed).

3. Re-entry
Re-entry adalah keadaan dimana impuls kembali
menstimulasi jaringan yang sudah terdepolarisasi melalui
mekanisme sirkuit, blok unidirectional dalam konduksi,
perlambatan konduksi dalam sirkuit serta ada extra beat
sebagai pemicu terjadinya mekanisme reentry.
KLASIFIKASI
I. Aritmia Formasi (pembentukan) Impuls
A. Gangguan formasi sinus impuls (sinus node dysfunction)
1. Sinus takikardi
2. Sinus bradikardi
3. Sinus aritmia
4. Henti Sinus

B. Gangguan formasi impuls ektopik


5. Atrium
a) Kontraksi atrium prematur (ekstarsistol)
b) Reentrant takikardi atrium
c) Takikardi atrium dengan blok AV
d) Atrial flutter
e) Atrial fibrilasi
f) Atrial ekstrasistol
g) Wandering atrial pacu jantung
h) Takikardi atrium multifokus

2) A-V junctional
a) Kompleks junctional prematur
b) A-V irama junctional
c) Paroxysmal takikardi supraventrikular

3) Ventrikel
a) Ventrikel Ekstrasistol
b) Rhtym Idioventricular
c) Ventrikel takikardi
d) Ventrikel fibrilasi
II. Aritmia Formasi (pembentukan) Impuls
A. Sinoatrial Block (Sinus Exit Block)
B. AV Nodal Block
1. Tingkat pertama (PR Interval > 0,20 detik)
2. Tingkat kedua
a) Mobitz I
b) Mobitz II
c) Fixed high grade
3. Tingkat ketiga atau blok jantung komplit
C. Blok Intraventrikular
1. Blok berkas cabang kanan
2. Blok berkas cabang kiri
3. Blok tirfasikular
4. Blok intraventrikular non spesifik
D. Pre eksitasi ventrikular

III. Irama Alat Pacu Jantung


• Kriteria sinus takikardi:
Adanya irama sinus
Setiap QRS didahului oleh identik P dengan
gelombang P sinus yang normal
Denyut Jantung 100-160 kali/menit
• Kriteria sinus bradikardi:
Adanya irama sinus
Setiap QRS didahului oleh identik P dengan
gelombang P sinus yang normal
Denyut Jantung <60 kali/menit
• Kriteria sinus aritmia:
Adanya irama sinus
Interval PP bervariasi lebih dari 10 persen atau 120
msecs atau 3 kotak kecil
Phasic, terlihat bentuk nonfasik dan ventrikular fasik
• Kriteria untuk henti sinus:
Sebuah irama sinus terganggu oleh perpanjangan siklus
P-P secara tiba-tiba.
Durasi panjang interval P-P bervariasi dan bukan
seluruh nomor kelipatan siklus sinus dasar, dan interval
terpendek tersebut biasanya sedikit kurang siklus sinus.
• Kriteria Kompleks Atrial Prematur
Laju : biasanya 60-100x/menit, bisa saja
lambat, jika lebih dari 100x/menit
disebut takikardia atrial.
Irama : bisa ireguler.
Gel. P : ukuran, bentuk, arah bisa berubah dari
beat to beat.
Interval PR : bervariasi
Durasi QRS : 0,10 detik atau kurang, kecuali ada
perlambatan konduksi intraventrikel.
• Kriteria Supraventrikular Takikardi (SVT)
Laju : 100-250x/menit.
Irama : reguler.
Gel. P : kadang gelombang P tumpang tindih
dengan gelombang T dan disebut
gelombang P'.
Durasi QRS: 0,10 detik atau kurang, kecuali ada
perlambatan konduksi intraventrikel.
• Kriteria Atrial flutter :
Laju : laju atrial 250-450x/menit.
Irama : irama atrial teratur tetapi irama ventrikel
bisa teratur atau tidak bergantung
konduksi atau blok atrioventrikular.
Gel. P : tidak bisa diidentifikasi dan berbentuk
gigi gergaji (sawtooth appearance).
Interval PR : tidak bisa diukur.
• Kriteria Atrial Fibrilasi :
Laju :laju atrial 400-600x/menit, laju ventrikel
bervariasi.
Irama :irama ventrikel tidak teratur (jarak R-R
ireguler)
Gel. P :tak dapat diidentifikasi, garis baseline
bergelombang.
Durasi QRS :0,10 detik atau kurang, kecuali ada
perlambatan konduksi intraventrikel
• kriteria Sindrom Wolf Parkinson White (WPW)
Laju : laju atrial 60-100x/menit.
Irama : teratur.
Interval PR : kurang dari 0,22 detik.
Durasi QRS : lebih dari 0,12 detik dan dijumpai
gelombang Delta pada kompleks QRS.
• Kriteria Prematur Junctional Complexes (PJC)
Sebuah supraventricular QRS kompleks dini
Didahului oleh gelombang P retrograde, berhasil, atau
superimposes pada kompleks QRS
• Kriteria irama junctional atrioventrikular:
Sebuah hasil reguler kompleks QRS supraventrikular
pada tingkat 40 sampai 60 kali/menit
Gambaran gelombang P yang inversi (junctional letak
atas), P yang hilang (letak tengah) ataupun P retrograde
yang muncul setelah komplek QRS (letak bawah).
• Kriteria ventrikel atau kompleks (PVC):
 Sebuah kompleks QRS prematur atau bentuk ventrikel,
umumnya
 memiliki lebar > 120 msec
 Eksitasi retrograde atrium mungkin atau tidak mungkin terjadi
 Diinterpolasi, unifokal, dan terlihat bentuk-bentuk multifokal.

a) PVC tipe uniformis atau multiformis


denyutan dari lokasi yang sama dan bentuk sama disebut
uniformis dan jika bentuknya berbeda disebut multiformis
b) PVC Tipe “R on T”
Gelombang R dari PVC jatuh pada gelombang T denyutan
sebelumnya.

c) PVC tipe berpasangan (couplets)


Terdapat dua PVC berurutan, jika lebih dari tiga PVC sekaligus
disebut salvo/run VT.
d) PVC Tipe Bigeminal
Satu PVC di antara dua kompleks QRS normal.

e) PVC Tipe Trigeminal


Satu PVC di antara tiga kompleks QRS normal.

f) PVC Tipe Quadrigeminal


Satu PVC di antara empat kompleks QRS normal.
• Kriteria Accelerated Idioventricular Rhytm:
Laju : 41-100x menit.
Irama : reguler.
Gel. P : Tidak ada
Durasi QRS : >0.12 detik, arah gelombang T berlawanan
dengan kompleks QRS.
• Kriteria Ventrikel Takikardi (VT):
Keadaan ini ditandai dengan lebih dari tiga PVC berurutan
dengan laju lebih dari 100x/menit

a) VT Tipe Monomorfik
Kompleks QRS dari VT dengan bentuk dan amplitudo yang
sama berasal dari fokus tunggal atau jalur re-entry.
b) VT Tipe Polimorfik
Kompleks QRS tidak sama, terdapat beberapa fokus jalur
yang berbeda.
timbul pada interval QT yang memanjang disebut Torsade
de pointes.
• Kriteria Ventrikel Fibrilasi (VF):
terdiri dari VF kasar (coarse) dan VF halus (fine)
 Laju : Tidak dapat ditentukan
 Irama : Kacau
 Gel. P : Tidak ada
 Durasi QRS : Tidak ada
• Kriteria Asistol:
Pada asistol sama sekali tidak ada aktivitas listrik
ventrikel.
• Kriteria Blok Sinoatrial:
Adanya periodik dari gelombang P
a) Tipe I (Wenckebach): pemendekan progresif interval
PP diikuti oleh bersama P-P siklus yang lebih pendek
daripada jumlah dari dua interval PP berturut-turut.
b) Tipe II: Interval P-P panjang kelipatan seluruh
jumlah pasti konstan P terpendek ~ P interval.
• Kriteria Blok Atrioventrikular (Blok AV) :
A. Blok AV derajat I
Laju : sesuai irama sinus atau kecepatan atrial.
Irama : biasanya teratur.
Gelombang P : normal.
Durasi QRS : biasanya normal.
Interval PR : konstan dan lebih dari 0,20 detik.
B. Blok AV derajat II
1) Blok AV derajat II tipe 1 (Mobitz I atau Wenckebach)
Laju : laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
Irama : irama ventrikel ireguler.
Gelombang P : bentuk normal, beberapa gelombang P
tidak diikuti kompleks QRS.
Durasi QRS : biasanya normal.
Interval PR : tidak konstan,semakin lama semakin
memanjang.
2) Blok AV derajat II tipe 2 (Mobitz II)
 Laju : laju ventrikel lebih lambat.
 Irama : irama ventrikel ireguler.
 Gelombang P : bentuk normal dan beberapa gelombang P
tidak diikuti kompleks QRS (ada QRS
missing).
 Durasi QRS : biasanya melebar karena blok pada cabang
berkas.
 Interval PR : konstan.
C. Blok AV derajat III (blok AV total/komplit)
 Laju: laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
 Irama: teratur, tidak ada hubungan antara irama atrial dan ventrikel.
 Gelombang P : normal.
 Durasi QRS : bergantung lokasi escape pacemaker, durasi QRS
normal bila irama dari junctional dan melebar bila terdapat
ventricular escape rhythm.
 Interval PR : tidak ada.
• Kriteria Blok cabang berkas kanan (Right Bundle Branch
Block/RBBB):
 Pola RSR' di sadapan aVR dan VI.
 Gelombang S lebar (durasi >0,04 detik) dan tumpul (slurred)
di sadapan I, aVL, V5, dan V6.
 Durasi kompleks QRS >0,12 detik (blok komplit) atau antara
0,10-0,12 detik (blok tidak komplit).
 Pola RBBB sering dijumpai pada pasien stenosis mitral, defek
septum atrial, IMA serta bisa juga suatu variasi normal.
• Kriteria Left Bundle Branch Block/LBBB:
Kompleks QRS lebar dan bertakik (berbentuk huruf M)
di sadapan I, aVL, V5 dan V6.
Tidak dijumpai gelombang Q di sadapan I, V5, dan V6.
Kadang disertai depresi segmen ST dan gelombang T
inversi. di sadapan I, aVL, V5, dan V6.
Durasi kompleks QRS >0,12 detik (blok komplit) atau
antara 0,10-0,12 detik (blok tidak komplit).
Diagnosis Aritmia
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti:
1. Electrocardiogram (EKG)
yang perlu dinilai :
Irama jantung (rhythm)
Frekuensi (heart rate)
Sumbu jantung (axis),
Tanda hipertrofi,
Iskemia/infrak
2. Ambulatory Monitors
a) Holter monitor
Merekam ritme jantung secara kontinu selama
24 jam.
b) Transtelephonic monitor
Monitor kecil di jari atau pergelangan tangan.
ritme jantung pasien dikirim melalui line telepon ke
dokter.
c) Transtelephonic monitor with a memory loop
Rekorder kecil yang portable dapat dipakai terus-
menerus
3. Strest Test
Sebuah tes untuk merekam aritmia yang muncul atau
memburuk dengan latihan.

4. Echokardiogram
Alat ultrasound untuk melihat jantung, menentukan
jika ada kelainan otot atau katup jantung yang
menyebabkan aritmia.

5. Cardiac Catheterization
Dengan menggunakan local anestesi, kateter
dimasukan melalui pembuluh darah dan diarahkan dengan
mesin x-ray.
6. Electrophysiology Study
dapat mengevaluasi sistem konduksi jantung. Kateter
dimasukan untuk merekam aktivitas elektrik jantung.

7. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat memicu terjadinya disritmia.

8. Pemeriksaan Hormon Tiroid


Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan gangguan irama jantung atau disritmia.

9. Riwayat penggunaan obat- obatan


Penatalaksanaan
Tabel 2.2 Klasifikasi Obat Anti Aritmia Sesuadi Dengan Mekanisme Tindakan5

Kelas I : Kanal Natrium Blocker


IA : Quinidin, Prokainamid, Disopiramid
IB : Lidokain, Fenitoin
IC : Flekainid

Kelas II : Beta blocker Adrenergik


Propanolol
Kelas III : Kanal Kalium Blocker
Amiodaron
Sotalol

Kelas IV : Kanal Kalsium Blocker


Verapamil
Unclassified Anti Arrhytnics
Digoksin
Adenosin
Tabel 2.3 Farmakologi Klinis obat anti-aritmia5

Klasifi Indikasi Regimen,dosis


Obat generik Waktu paruh Rute eliminasi
kasi umum Yang disarankan

IA Qinidin SC&V 200-400 mg 6-7 jam Hati, metabolit


bisulfat Q 8-12 jam PO inaktif
(kinidin)

IB Lidokain V 50-100mg 15 menit dosis Hati hingga


(xylocard) IV loading 2-4 pertama 2 hari metabolit
mg/menit Drips dengan drips inaktif

IB Propafenn SV 150-300 mg PO 6 jam Hati, metabolit


(rytmoco) aktif

IC Flekaind SV 50-150 mg PO 20 jam 75% hati,


(tamboc r) 25% ginjal
II Propranolol SV & V 80-640 mg/hari 3-6 jam Hati
(inderal) PO

II Esmolol( brevi SV 500-1000mg/menit 15 menit Hati


bloc) IV

III Amiodaron SV & V Penggunaan: 200 - 30-60 hari Hati, deiodinisasi


(cordarone) 400 mg PO metabolik aktif
Hati

III Sotalol SV & V 160-320 BID/TID 8 jam  


(sotalex)

IV Verapamil SV 2,5-10 mg IV 15 menit (IV) 2 Hati hingga


(isoptin) 80-160 mg PO jam (PO) metabolit inaktif

IV Diltiazem SV 30-120 mg PO 4 jam Hati, metabolit


(dilzem) inaktif Ginjal

Tidak Digoksin SV 0,125-0,25 mg PO Jam sampai hari  


ada (lanoxin)
kelas
KESIMPULAN
• Aritmia variasi di luar irama normal jantung berupa kelainan
pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan
aktivasi, dengan atau tanpa penyakit jantung struktural.

• Aritmia dapat terjadi karena gangguan irama-konduksi


jantung, pergeseran pacu jantung, blok sewaktu
menghantarkan impuls, dan jalur hantaran impuls yang
abnormal.

• Penentuan aritmia secara dengan rekaman elektrokardiogram

Anda mungkin juga menyukai