DISUSUN OLEH:
Deassy Chaliza Tambunan (71180891093)
DOKTER PEMBIMBING:
DEFINISI
Gangguan ventilasi,
Kelainan jantung yang
infeksi, anemia,
artimogenik,
hipotensi
MEKANISME
1. Pengaruh persarafan autonom mempengaruhi frekuensi
jantung.
2. Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama
jantung diambil alih yang lain
3. Fokus yang lain lebih aktif dari nodus SA
4. Nodus SA membentuk impus akan tetapi tidak dapat
keluar (sinus arrest) atau mengalami hambatan dalam
perjalanannya keluar nodus SA (SA Block).
5. Terjadi hambatan perjalanan impuls sesudah kelar
nodus SA
6. melalui mekanisme reentry
Mekanisme takiaritmia tergantung dari
peran ion- ion:
1. Automaticity
Gangguan automaticity yaitu terdapat aktivitas
pacemaker otomatis lain pada miokard selain
nodus SA yang disebabkan depolarisasi parsial
pada resting membrane.
2. Triggered activity
Triggered activity dapat disebabakan oleh early after
depolarization yang terjadi pada fase 2 dan fase 3
potensial aksi atau pada after deporalisasi terlambat
(delayed).
3. Re-entry
Re-entry adalah keadaan dimana impuls kembali
menstimulasi jaringan yang sudah terdepolarisasi melalui
mekanisme sirkuit, blok unidirectional dalam konduksi,
perlambatan konduksi dalam sirkuit serta ada extra beat
sebagai pemicu terjadinya mekanisme reentry.
KLASIFIKASI
I. Aritmia Formasi (pembentukan) Impuls
A. Gangguan formasi sinus impuls (sinus node dysfunction)
1. Sinus takikardi
2. Sinus bradikardi
3. Sinus aritmia
4. Henti Sinus
2) A-V junctional
a) Kompleks junctional prematur
b) A-V irama junctional
c) Paroxysmal takikardi supraventrikular
3) Ventrikel
a) Ventrikel Ekstrasistol
b) Rhtym Idioventricular
c) Ventrikel takikardi
d) Ventrikel fibrilasi
II. Aritmia Formasi (pembentukan) Impuls
A. Sinoatrial Block (Sinus Exit Block)
B. AV Nodal Block
1. Tingkat pertama (PR Interval > 0,20 detik)
2. Tingkat kedua
a) Mobitz I
b) Mobitz II
c) Fixed high grade
3. Tingkat ketiga atau blok jantung komplit
C. Blok Intraventrikular
1. Blok berkas cabang kanan
2. Blok berkas cabang kiri
3. Blok tirfasikular
4. Blok intraventrikular non spesifik
D. Pre eksitasi ventrikular
a) VT Tipe Monomorfik
Kompleks QRS dari VT dengan bentuk dan amplitudo yang
sama berasal dari fokus tunggal atau jalur re-entry.
b) VT Tipe Polimorfik
Kompleks QRS tidak sama, terdapat beberapa fokus jalur
yang berbeda.
timbul pada interval QT yang memanjang disebut Torsade
de pointes.
• Kriteria Ventrikel Fibrilasi (VF):
terdiri dari VF kasar (coarse) dan VF halus (fine)
Laju : Tidak dapat ditentukan
Irama : Kacau
Gel. P : Tidak ada
Durasi QRS : Tidak ada
• Kriteria Asistol:
Pada asistol sama sekali tidak ada aktivitas listrik
ventrikel.
• Kriteria Blok Sinoatrial:
Adanya periodik dari gelombang P
a) Tipe I (Wenckebach): pemendekan progresif interval
PP diikuti oleh bersama P-P siklus yang lebih pendek
daripada jumlah dari dua interval PP berturut-turut.
b) Tipe II: Interval P-P panjang kelipatan seluruh
jumlah pasti konstan P terpendek ~ P interval.
• Kriteria Blok Atrioventrikular (Blok AV) :
A. Blok AV derajat I
Laju : sesuai irama sinus atau kecepatan atrial.
Irama : biasanya teratur.
Gelombang P : normal.
Durasi QRS : biasanya normal.
Interval PR : konstan dan lebih dari 0,20 detik.
B. Blok AV derajat II
1) Blok AV derajat II tipe 1 (Mobitz I atau Wenckebach)
Laju : laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
Irama : irama ventrikel ireguler.
Gelombang P : bentuk normal, beberapa gelombang P
tidak diikuti kompleks QRS.
Durasi QRS : biasanya normal.
Interval PR : tidak konstan,semakin lama semakin
memanjang.
2) Blok AV derajat II tipe 2 (Mobitz II)
Laju : laju ventrikel lebih lambat.
Irama : irama ventrikel ireguler.
Gelombang P : bentuk normal dan beberapa gelombang P
tidak diikuti kompleks QRS (ada QRS
missing).
Durasi QRS : biasanya melebar karena blok pada cabang
berkas.
Interval PR : konstan.
C. Blok AV derajat III (blok AV total/komplit)
Laju: laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
Irama: teratur, tidak ada hubungan antara irama atrial dan ventrikel.
Gelombang P : normal.
Durasi QRS : bergantung lokasi escape pacemaker, durasi QRS
normal bila irama dari junctional dan melebar bila terdapat
ventricular escape rhythm.
Interval PR : tidak ada.
• Kriteria Blok cabang berkas kanan (Right Bundle Branch
Block/RBBB):
Pola RSR' di sadapan aVR dan VI.
Gelombang S lebar (durasi >0,04 detik) dan tumpul (slurred)
di sadapan I, aVL, V5, dan V6.
Durasi kompleks QRS >0,12 detik (blok komplit) atau antara
0,10-0,12 detik (blok tidak komplit).
Pola RBBB sering dijumpai pada pasien stenosis mitral, defek
septum atrial, IMA serta bisa juga suatu variasi normal.
• Kriteria Left Bundle Branch Block/LBBB:
Kompleks QRS lebar dan bertakik (berbentuk huruf M)
di sadapan I, aVL, V5 dan V6.
Tidak dijumpai gelombang Q di sadapan I, V5, dan V6.
Kadang disertai depresi segmen ST dan gelombang T
inversi. di sadapan I, aVL, V5, dan V6.
Durasi kompleks QRS >0,12 detik (blok komplit) atau
antara 0,10-0,12 detik (blok tidak komplit).
Diagnosis Aritmia
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti:
1. Electrocardiogram (EKG)
yang perlu dinilai :
Irama jantung (rhythm)
Frekuensi (heart rate)
Sumbu jantung (axis),
Tanda hipertrofi,
Iskemia/infrak
2. Ambulatory Monitors
a) Holter monitor
Merekam ritme jantung secara kontinu selama
24 jam.
b) Transtelephonic monitor
Monitor kecil di jari atau pergelangan tangan.
ritme jantung pasien dikirim melalui line telepon ke
dokter.
c) Transtelephonic monitor with a memory loop
Rekorder kecil yang portable dapat dipakai terus-
menerus
3. Strest Test
Sebuah tes untuk merekam aritmia yang muncul atau
memburuk dengan latihan.
4. Echokardiogram
Alat ultrasound untuk melihat jantung, menentukan
jika ada kelainan otot atau katup jantung yang
menyebabkan aritmia.
5. Cardiac Catheterization
Dengan menggunakan local anestesi, kateter
dimasukan melalui pembuluh darah dan diarahkan dengan
mesin x-ray.
6. Electrophysiology Study
dapat mengevaluasi sistem konduksi jantung. Kateter
dimasukan untuk merekam aktivitas elektrik jantung.
7. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat memicu terjadinya disritmia.