Anda di halaman 1dari 18

Penatalaksanaan Pada

Penyakit-Penyakit yang
Lazim Terjadi
DOSEN PENGAMPU:
Dr.dr Prambudi Rukmono, SpA(K)
DISUSUN OLEH:

1. Dira Meilia 2115301051


2. Widhia Intan Lestari 2115301086
3. Aisyah Amalia Putri 2115301095
Hardjasasmita

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
Table of contents
01 Hiperbiliru Kejang
02
binemia Demam
Tetanus
03 Neonaturiu
04 Diare
m
05 Malnutri
si
Pengertian Hiperbilirubinemia
Bilirubin adalah pigmen kristal tetrapiol berwarna
jingga kuning yang merupakan bentuk akhir dari
pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi yang terjadi di sistem retikulo
endothelial.
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum
bilirubin dalam darah sehingga melebihi nilai
normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat
mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama
setelah kelahiran.
Terbagi:
1.Etiologi
Etiologi,
Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan
produksi bilirubin karena tingginya jumlah sel
darah merah, dimana sel darah merah
mengalami pemecahan sel yang lebih cepat.
Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat
disebabkan karena penurunan uptake
dalam hati, penurunan konjugasi oleh hati, dan
peningkatan sirkulasi enterohepatik
● Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari
eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin
2.Patofisiologi indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan
cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem
retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui
sirkulasi yang akan berikatan dengan traktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang
albumin. Neonatus mempunyai kapasitas belum sempurna, karna belum terdapat
ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin
bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin
karena konsentrasi albumin yang rendah dan
kapasitas ikatan molar yang kurang. tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang
Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga
dapat memasuki susunan syaraf pusat dan bilirubin terus bersirkulasi
bersifat toksi
3.Klasifikasi Hiperbilirubinemia

-Hiperbilirubinemia Patologis
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan
-Hiperbilirubinemia Fisiologis ikterus pada bayi baru lahir akan muncul dalam 24
jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pada
Hiperbilirubinemia fisiologis pada hiperbilirubinemia patologis kadar serum bilirubin
total akan meningkat lebih dari 5 mg/dL per hari.
bayi baru lahir tidak muncul pada
Pada bayi cukup bulan, kadar serum bilirubin akan
24 jam pertama setelah bayi meningkat sebanyak 12 mg/dL sedangkan pada bayi
dilahirkan. Biasanya pada kurang bulan (premature) kadar serum bilirubin total
hiperbilirubinemia fisiologis akan meningkat hingga 15 mg/dL. Ikterus biasanya
berlangsung kurang lebih satu minggu pada bayi
peningkatan kadar bilirubin total
cukup bulan dan lebih dari dua minggu pada bayi
tidak lebih dari 5mg/dL per hari. kurang bulan
4.Manifetasi Klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi baru lahir
tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau
lebih (Mansjoer, 2013). Hiperbilirubinemia merupakan penimbunan bilirubin
indirek pada kulit sehingga menimbulkan warna kuning atau jingga. Pada
hiperbilirubinemia direk 
bisanya dapat menimbulkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor

Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia


apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :
Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat penumpukan
bilirubin.
Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg/dL
pada neonatus kurang bulan.
Ikterik yang disertai proses hemolisis.
5. Komplikasi

Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik,


berkurangnya gerakan bayi, dan reflek hisap
yang buruk.
Fase intermediate, ditandai dengan moderate
stupor, iritabilitas, dan peningkatan tonus
(retrocollis dan opisthotonus) yang disertai
demam.
Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam
atau koma, peningkatan tonus, tidak mampu
makan, high-pitch cry, dan kadang kejang.
6.Penatalaksaaan Terapeutik
Pemberian Fenobarbit
Ftototerapi
antibiotik al

Tranfusi
Tukar
Kejang
Demam
02
Pengertian 
Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ektrakranium ( = di luar rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul
pada suhu badan yang tinggi ( demam ). Demamnya sendiri dapat disebabkan
oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi. Demam yang
disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang demam.
(Price S.A 2000).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. 
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan
kejang demam menurut Lumban Tobing (2005) : 

● Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi


saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
● Efek produk toksik daripada mikroorganisme
● Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal
oleh infeksi.
● Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
● Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang
ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik
sepintas.
Terbagi menjadi :
-Patifisiologi, Pada demam,
kenaikan suhu 10 C akan
mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 -15 Penatalaksanaan:
% dan kebutuhan O2 -Penatalaksanaan Medis
meningkat 20 % -Penatalaksanaan Keperawatan
-Pemeriksaan Diagnostik
3. Tetanus Neonatrium Defenisi
Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani, ditandai dengan peningkatan kekakuan umum dan kejangkejang otot rangka.
Patpfisiologi
Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani, bakteri bersifat obligat anaerob.
Bakteri ini terdapat di mana-mana, mampu bertahan di berbagai lingkungan ekstrim dalam
periode lama karena sporanya sangat kuat.
Gejala
Periode inkubasi tetanus antara 3-21 hari (rata-rata 7 hari). Pada 80-90% penderita, gejala
muncul 1-2 minggu setelah terinfeksi. Selang waktu sejak munculnya gejala pertama sampai
terjadinya spasme pertama disebut periode onset.
Diagnosis
Diagnosis tetanus adalah murni diagnosis klinis berdasarkan riwayat penyakit dan temuan
saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan fi sik dapat dilakukan uji spatula, dilakukan dengan
menyentuh dinding posterior faring menggunakan alat dengan ujung yang lembut dan steril.
Hasil tes positif jika terjadi kontraksi rahang involunter (menggigit spatula) dan hasil negatif
berupa refl eks muntah.
4. DIARE
Diare masih menempati urutan ketiga sebagai
penyebab kematian terbanyak untuk anak-anak
dibawah lima tahun. diperkirakan sebanyak 800.000
kematian dibawah lima tahun disebabkan oleh diare
pada tahun 2010, yang merupakan 11% dari total
kematian dibawah lima tahun. dengan sekitar 80%
kematian ini terjadi di Afrika dan Asia tenggara.
Hingga saat ini, Diare masih menempati posisi ke-3
dengan jumlah kasus terbanyaks.
Terbagi
Menjadi:

...

-Epidemiologi Diare
-Klasifikasi Diare
-Etiopatologenesis
-Manifestasi Klinis
-Penunjang
-Penatalaksaan
5.Malnutrisi
● Pengertian Berat Badan Kurang
Berat badan kurang adalah kondisi di mana berat badan kurang sampai 60 % dari berat
badan normal ,biasanya di sebabkan karena kekurangan zat gizi
● Pengertian Zat Gizi
Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009). 
● Pengertian Gizi
Gizi (Nutrion) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
matabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi (Supariasa, 2012).
Terbagi menjadi:
1. ETIOLOGI
2. PATAFISIOLOGI
3. MANIFES KLINIS
(MARAMUS,KWASIORKOR,MARAS
MUS- KWASIORKOR)

Anda mungkin juga menyukai