• Pada realitasnya, dana untuk investasi sering kali berasal dari sumber
yang berbeda—masing-masing memiliki biaya kesempatan yang berbeda.
Pengembalian yang harus dihasilkan merupakan bauran biaya
kesempatan dari berbagai sumber yang berbeda. Jadi, misalnya apabila
perusahaan menggunakan dua sumber berbeda, yang satu dengan biaya
kesempatan 9 persen dan yang lain dengan biaya kesempatan 11 persen,
maka akan menghasilkan pengembalian antara 9 persen dan 11 persen,
tergantung pada jumlah relatif dana yang diperoleh dari setiap sumber.
Selain
• Dalam membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus
mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai risiko investasi, dan
mempertimbangkan dampak proyek tersebut terhadap laba perusahaan.
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang manajer adalah
mengestimasi arus kas. Estimasi atau proyeksi harus dibuat untuk beberapa
tahun ke depan dan peramalan merupakan hal yang sulit diperkirakan
dengan ilmu apa pun.
• Para manajer harus menetapkan tujuan dan prioritas investasi modal.
Mereka juga harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar untuk
penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Dalam bab ini akan
dibahas empat metode dasar untuk membantu para manajer dalam
membuat keputusan menerima atau menolak investasi yang potensial.
Metode-metode tersebut mencakup pendekatan nondiskonto maupun
diskonto (dua metode akan dibahas untuk setiap pendekatan).
C. MODEL MODEL NONDISKONTO
• Model dasar keputusan investasi modal dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori
utama, yaitu: model nondiskonto dan model diskonto. Model nondiskonto (non-
discounting model) mengabaikan nilai waktu uang (time value of money), sementara
model diskonto (discounting model) mempertimbangkan nilai waktu uang secara
eksplisit. Meskipun model nondiskonto memiliki kelemahan dibandingkan model
diskonto karena mengabaikan nilai waktu uang, tetapi banyak perusahaan yang
masih menggunakan model tersebut dalam pembuatan keputusan investasi modal.
Cara perhitungan laba bersih dan arus kas dapat dirumuskan dalam suatu
formula sederhana sebagai berikut.
AK = LB + D atau LB = AK – D
Keterangan:
AK = Arus kas
LB = Laba bersih
D = Depresiasi
Untuk mengilustrasikan perbedaan perhitungan laba bersih dan arus kas
diasumsikan bahwa :
•Suatu investasi pembelian mesin baru memerlukan pengeluaran awal (initial
outlay) sebesar Rp80.000.000.
•Investasi tersebut menjanjikan penerimaan arus kas total sebesar
Rp120.000.000 selama 5 tahun ke depan (sesuai umur mesin).
•Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung laba bersih dan arus kas
sebagai berikut.
1. Arus kas rata-rata selama lima tahun adalah sebesar Rp24.000.000
(Rp120.000.000 ÷ 5).
2. Depresiasi rata-rata selama lima tahun adalah sebesar Rp16.000.000
(Rp80.000.000 ÷ 5).
3. Laba bersih adalah sebesar Rp8.000.000 yang diperoleh dari hasil
pengurangan depresiasi terhadap arus kas sesuai formula yang
ditunjukkan sebelumnya, atau Rp24.000.000 – Rp16.000.000.
• Investasi dapat didefinisikan sebagai investasi awal atau
sebagai investasi rata-rata.
• Sebagai contoh, I adalah investasi awal, S adalah nilai sisa, dan
diasumsikan bahwa investasi dikonsumsi secara merata, maka
investasi rata-rata dapat didefinisikan sebagai berikut.
• Sering kali kontrak utang mensyaratkan bahwa perusahaan
diharuskan mempertahankan rasio akuntansi keuangan
tertentu yang dapat dipengaruhi oleh laba yang dilaporkan
dan tingkat aset jangka panjang. Dengan demikian, tingkat
pengembalian akuntansi dapat digunakan sebagai ukuran
penyaringan untuk memastikan bahwa setiap investasi baru
tidak akan membawa pengaruh yang bertentangan dengan
rasio tersebut.
• Seorang manajer yang sedang berusaha memaksimalkan
keuntungan pribadi akan memilih investasi yang menghasilkan
laba bersih tertinggi dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
• Tidak seperti metode periode pengembalian, metode tingkat
pengembalian akuntansi benar-benar mempertimbangkan
profitabilitas proyek. Metode tingkat pengembalian akuntansi
memiliki kesamaan dengan metode periode pengembalian,
yaitu keduanya mengabaikan nilai waktu uang.
• Model diskonto menggunakan arus kas yang didiskontokan
(discounted cash flow), yaitu dengan cara arus kas masa
depan dinyatakan dalam nilai sekarang. Penggunaan model
diskonto memerlukan pemahaman tentang konsep nilai
sekarang (present value concept)
D. MODEL-MODEL DISKONTO
• Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai
waktu uang dan memasukkan konsep diskonto arus kas
masuk dan arus kas keluar.
• Dua model diskonto akan dibahas, yaitu metode NPV (net
present value—nilai sekarang bersih) dan metode IRR
(internal rate of return—tingkat pengembalian internal).
• Metode NPV akan dibahas terlebih dahulu, sedangkan
metode IRR akan dibahas pada bagian berikutnya.
Metode NPV (Net Present Value)
• NPV (net present value—nilai sekarang bersih) merupakan selisih antara
nilai sekarang arus kas masuk dan nilai sekarang arus kas keluar yang
berhubungan dengan suatu proyek. Persamaan 1 berikut ini dapat
menjelaskan tentang definisi NPV.
• NPV digunakan untuk mengukur kinerja atau kelayakan suatu investasi. Apabila
NPV suatu proyek adalah positif, hal itu berarti terjadi peningkatan kekayaan. Bagi
suatu perusahaan, hal ini berarti bahwa besarnya nilai positif NPV mengukur
terjadinya peningkatan nilai perusahaan yang dihasilkan dari suatu investasi.
Dalam menggunakan metode NPV, tingkat pengembalian yang disyaratkan
(required rate of return) harus didefinisikan. Tingkat pengembalian yang
disyaratkan merupakan tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima.
Tingkat pengembalian minimum yang diterima juga disebut sebagai tingkat
diskonto (discount rate), hurdle rate, dan biaya modal (cost of capital).
• Apabila NPV positif, hal tersebut menandakan bahwa: (1) investasi awal telah
tertutup, (2) tingkat pengembalian yang disyaratkan telah berhasil dipenuhi, dan
(3) tingkat pengembalian yang melebihi butir (1) dan (2) telah diterima. Jadi,
apabila NPV lebih besar daripada nol, maka dapat disimpulkan bahwa investasi
menguntungkan dan investasi dapat diterima. Apabila NPV sama dengan nol,
maka pengambil keputusan dapat menerima atau menolak investasi tersebut.
Analisis Arus Kas dan NPV
Metode IRR(Internal Rate of Return)
• Model diskonto lainnya adalah metode IRR (internal rate of return—tingkat pengembalian
internal). IRR didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menentukan nilai sekarang dari arus
kas masuk proyek sama dengan nilai sekarang dari biaya proyek tersebut. Dengan kata lain,
IRR adalah tingkat bunga yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol. Persamaan 2
berikut ini dapat digunakan untuk menentukan IRR proyek.
• Segera setelah IRR suatu proyek dihitung, IRR tersebut kemudian
dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan
perusahaan (firm’s required rate of return).
• Apabila IRR lebih besar daripada tingkat pengembalian yang
disyaratkan, maka proyek tersebut dapat diterima; apabila IRR
sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan, maka proyek
dapat diterima atau ditolak; dan apabila IRR lebih kecil daripada
tingkat pengembalian yang disyaratkan, maka proyek ditolak.
E. PASCA AUDIT PROYEK MODAL
• Salah satu elemen kunci dalam proses investasi modal adalah
analisis lebih lanjut terhadap proyek modal segera setelah proyek
diimplementasikan. Analisis ini disebut sebagai pasca-audit (post-
audit).
• Pasca-audit membandingkan antara manfaat sesungguhnya
dengan manfaat yang diestimasi dan biaya operasi sesungguhnya
dengan biaya operasi yang diestimasi.
• Pasca-audit mengevaluasi hasil keseluruhan investasi dan
mengusulkan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Kasus berikut
ini mengilustrasikan tentang kegunaan aktivitas pasca-audit.
Keputusan Awal Proyek
• Batara Kresna dan Dewi Kunti sedang mendiskusikan masalah
menjengkelkan yang terjadi pada proses produksi converter kit. Kresna
dan Kunti bekerja di PT Srikandi Motor yang memiliki spesialisasi dalam
memproduksi produk-produk peralatan kendaraan. Perusahaan tersebut
memiliki tiga divisi, yaitu: divisi produk umum, divisi monitoring, dan divisi
produk khusus.
• Kresna dan Kunti bertugas di divisi produk umum—Kresna sebagai
manajer produksi dan Kunti sebagai manajer pemasaran. Divisi produk
umum menghasilkan converter kit dengan lima ukuran berbeda.
• Dalam suatu tahapan proses produksi, converter kit dimasukkan ke dalam
tabung dan direkatkan dengan menggunakan lem epoksi. Menurut Kunti,
penggunaan lem epoksi merupakan sumber masalah yang dihadapi
perusahaan.
• Pada banyak kasus, lem epoksi tidak bekerja dengan baik. Tingkat
penolakan pelanggan sangat tinggi dan divisi pemasaran menerima
banyak keluhan dari pelanggannya. Tindakan perbaikan diperlukan untuk
menghindari hilangnya penjualan.
• Dengan patri induksi, converter kit dimasukkan ke dalam tabung dan generator
digunakan untuk memanaskan converter kit. Generator bekerja dengan prinsip-
prinsip yang sama seperti pada microwave oven. Ketika converter kit memanas,
plastik meleleh dan converter kit akan terkunci dengan rapat.
• Penggunaan patri induksi membutuhkan investasi generator dan alat-alat terkait
lainnya. Sesuai pertimbangan manajer divisi produk umum, investasi tersebut perlu
dilakukan karena akan terjadi penghematan sehubungan dengan penggunaan sistem
yang baru tersebut.
• Patri induksi menjanjikan pengurangan biaya bahan baku, yaitu mengeliminasi
kebutuhan untuk membeli atau menggunakan lem epoksi. Penghematan biaya
tenaga kerja langsung juga diharapkan akan terjadi karena proses pematrian lebih
terotomatisasi dibandingkan dengan proses pengeleman epoksi. Sumber
penghematan proses ini adalah terhapusnya biaya pembersihan harian dan
terjadinya penurunan tingkat penolakan pelanggan. Kresna membuat suatu analisis
formal yang menunjukkan bahwa sistem pematrian lebih unggul daripada sistem
pengeleman epoksi. Penggunaan sistem patri tersebut akhirnya disetujui oleh kantor
pusat
Evaluasi Setelah Proyek Berjalan
• Kunti menyampaikan kepada Kresna tentang kepuasannya terhadap penggunaan
sistem patri induksi converter kit tersebut. Sejak sistem pemrosesan baru
tersebut diimplementasikan, perusahaan terbebas dari keluhan pelanggan,
karena converter kit yang dihasilkan dapat melekat dengan baik.
• Namun, berdasarkan hasil pasca-audit yang dilakukan oleh departemen audit
internal ternyata ditemukan bahwa pengimplementasian sistem baru tersebut
telah menimbulkan masalah yang belum pernah diperkirakan sebelumnya.
Masalah pertama adalah generator mengganggu operasi peralatan lainnya.
Untuk menghilangkan gangguan tersebut, perusahaan mencoba untuk
menggunakan alat penyaring. Selain itu juga ditemukan bahwa petugas
pemeliharaan tidak tahu cara untuk merawat alat baru tersebut
• Auditor internal melihat bahwa banyak penghematan yang
diprediksi akan terjadi apabila perusahaan memproduksi converter
kit dengan lem epoksi.
• Oleh karena itu, auditor internal merekomendasikan agar
mempertimbangkan kembali kemungkinan penggunaan lem epoksi.
Auditor internal merekomendasi agar NPV digunakan untuk
membantu menganalisis permasalahan tersebut.
• Berdasarkan perhitungan NPV diketahui bahwa penggunaan sistem
pematrian tidak lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan penggunaan sistem lem epoksi. Kesimpulan tersebut
didukung oleh fakta bahwa proses lem epoksi lebih sederhana.
Selain itu, auditor juga menyatakan bahwa penggunaan lem epoksi
juga dapat diotomatisasi.
• Berdasarkan penjelasan di atas, Kunti meminta kepada Kresna
untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut. Kunti dan
Kresna menyadari bahwa untuk memecahkan permasalahan
tersebut bukan hal yang mudah
Manfaat Pasca-Audit
• Dalam kasus pembuatan keputusan produksi converter kit dengan
sistem patri, beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan antara
lain adalah: keluhan pelanggan menurun, penolakan pelanggan
berkurang, dan biaya bahan baku serta tenaga kerja langsung
berkurang.
• Namun, apabila keputusan tersebut dilaksanakan akan memerlukan
jumlah investasi yang besar karena selain membeli generator,
perusahaan juga harus membeli peralatan penyaring yang secara
keseluruhan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penurunan
biaya operasi, penurunan biaya pemeliharaan, dan bahkan terjadi
peningkatan kompleksitas proses.
• Perusahaan yang melakukan pasca-audit terhadap proyek
modal mendapatkan beberapa manfaat. Pertama, dengan
mengevaluasi profitabilitas, pasca-audit menjamin bahwa
sumber daya digunakan secara bijaksana. Jika proyek modal
tersebut dijalankan, perusahaan memerlukan dana
tambahan dan perhatian ekstra.
• Manfaat kedua pasca-audit adalah dampaknya terhadap
perilaku manajer. Pasca-audit menyediakan umpan balik
kepada manajer yang dapat membantunya memperbaiki
pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Pada
masa yang akan datang, Kresna perlu mempertimbangkan
lebih dari satu alternatif sebelum membuat keputusan
investasi.
F. PROYEK – PROYEK SALING MENIADAKAN
• NPV berbeda dengan IRR dalam dua hal. Pertama, NPV mengasumsikan bahwa
setiap arus kas masuk diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang
disyaratkan, sementara metode IRR mengasumsikan bahwa setiap arus kas masuk
diinvestasikan kembali pada IRR yang dihitung.
•Para manajer perlu menyadari bahwa bagaimana tujuan dicapai merupakan hal yang
penting (bahkan mungkin lebih penting) dibandingkan pencapaian tujuan itu sendiri.
Selanjutnya, sistem evaluasi kinerja perusahaan harus terstruktur sehingga sistem
pemberian imbalan tidak menyediakan insentif bagi perilaku yang tidak etis.
G. PERHITUNGAN DAN PENYELESAIAN
ARUS KAS
• Satu langkah penting dalam analisis investasi modal adalah
menentukan pola arus kas untuk setiap proyek yang dipertimbangkan.
Perhitungan arus kas merupakan langkah kritis dalam suatu proses
investasi modal.
• Kesalahan estimasi dapat mengakibatkan keputusan yang keliru, tanpa
memerhatikan model keputusan yang digunakan.
• Ada dua langkah yang diperlukan untuk menghitung arus kas, yaitu: (1)
peramalan pendapatan, biaya, dan pengeluaran modal; dan (2)
penyesuaian arus kas bruto terhadap pengaruh inflasi dan pajak.
• Peramalan arus kas secara teknis diperlukan dan metodologinya pada
umumnya dipelajari secara khusus dalam bidang penelitian pemasaran,
ilmu manajemen, dan statistik.
Penyesuaian Peramalan terhadap Inflasi
Latihan 11.2
PT Kresna mengeluarkan saham senilai Rp300.000.000. Saham menghasilkan
dividen senilai Rp15.000.000 per tahun. Perusahaan memiliki utang bank sebesar
Rp450.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 10 persen. Berdasarkan data di
atas, hitunglah berapa besarnya biaya modal (cost of capital) perusahaan?
Latihan 11.3
Suatu proyek memerlukan investasi sebesar Rp90.000.000 untuk membeli peralatan.
Arus kas masuk tahunan sebesar Rp15.000.000 diharapkan akan diterima selama 10
tahun yang akan datang. Tidak ada nilai sisa (salvage value) yang diharapkan.
Berdasarkan data yang tersedia, apabila arus kas masuk tahunan terjadi setiap tahun,
hitunglah berapa periode pengembalian (payback period) untuk proyek tersebut?
Latihan 11.4
PT Paramitha sedang mempertimbangkan pembelian peralatan produksi yang biaya
perolehannya sebesar Rp800.000.000. Peralatan tersebut diekspektasi akan
menghasilkan arus kas masuk tahunan sebesar Rp250.000.000. Peralatan tersebut
diekspektasi akan dapat dimanfaatkan selama 5 tahun tanpa nilai sisa. Biaya modal
perusahaan sebesar 14 persen.
Pertanyaan
a. Hitunglah periode pengembalian!
b. Apabila biaya depresiasi adalah sebesar Rp190.000.000 per tahun, hitunglah
accounting rate of return berdasarkan rata-rata investasi!
Latihan 11.5
Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan suatu proyek
yang memerlukan investasi sebesar Rp100.000.000. Proyek
akan menghasilkan arus kas masuk tahunan (annual cash
inflows) sebesar Rp26.500.000 per tahun untuk 5 tahun yang
akan datang. Berdasarkan data tersebut, hitunglah berapa
besarnya internal rate of return (IRR) proyek tersebut?
Latihan 11.6
PT Osela sedang mempertimbangkan suatu proyek investasi modal
yang memerlukan dana sebesar Rp600.000.000, dan proyek
tersebut diperkirakan akan berjalan selama 4 tahun.
Berikut ini adalah arus kas tahunan yang diperkirakan terjadi
selama umur proyek.
Pertanyaan
a. a. Hitunglah periode pengembalian proyek!
b. b. Hitunglah net present value (NPV) proyek, apabila digunakan
discount rate sebesar 6 persen!