Anda di halaman 1dari 71

BAB XI

KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Sumber : Baldric, et al (2019)


A. PENGERTIAN KEPUTUSAN INVESTASI
MODAL
• Sistem produksi baru, pabrik baru, peralatan baru, serta pengembangan
produk baru merupakan contoh aset dan proyek untuk kategori ini.
• Keputusan untuk memiliki komitmen jangka panjang di atas merupakan
contoh keputusan investasi modal (capital investment decision).
Perolehan aset jangka panjang biasanya melibatkan pengeluaran dana
dalam jumlah besar, yang sering kali disebut dengan pengeluaran modal
(capital outlay).
• Estimasi arus kas proyek dan penggunaan arus kas untuk menilai
kelayakan suatu proyek merupakan langkah penting dalam pembuatan
keputusan investasi modal.
B. JENIS JENIS KEPUTUSAN INVESTASI
MODAL

• Keputusan investasi modal berkaitan dengan proses perencanaan,


penetapan tujuan dan prioritas, pengaturan pendanaan, serta
penggunaan kriteria tertentu untuk pemilihan aset jangka panjang.

• Keputusan investasi modal yang buruk akan dapat menimbulkan


terjadinya bencana. Sebagai contoh, kesalahan investasi atau tidak
melakukan investasi dalam otomatisasi pabrik ketika pesaing lain
melakukan hal serupa dapat mengakibatkan kerugian besar pada pangsa
pasar karena ketidakmampuan perusahaan untuk bersaing dengan
perusahaan lain dalam hal kualitas, biaya, dan waktu pengiriman.
• Proses pembuatan keputusan investasi modal sering kali disebut sebagai
penganggaran modal (capital budgeting). Terdapat dua jenis proyek
penganggaran modal yang dapat dipertimbangkan.
• Pertama, proyek independen (independent project) adalah proyek yang
apabila diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap arus kas
proyek lainnya.
• Kedua, proyek penganggaran modal yang mensyaratkan perusahaan
untuk memilih salah satu di antara alternatif yang saling meniadakan
yang menyediakan jasa dasar yang serupa. Penerimaan salah satu opsi
atau pilihan akan menghalangi penerimaan proyek lainnya. Jadi, proyek
yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive project) adalah proyek
yang apabila diterima akan menghalangi penerimaan proyek lainnya
• Keputusan investasi modal berkaitan dengan masalah investasi dalam
aset modal jangka panjang. Kecuali tanah, aset yang lain harus mengalami
depresiasi selama umur manfaatnya dan investasi awal akan mengalami
penurunan nilai ketika aset tersebut digunakan. Pada umumnya, investasi
modal yang tepat akan menghasilkan penerimaan kembali modal awal
sepanjang umurnya dan pada saat yang sama akan menghasilkan
pengembalian (return) yang cukup atas investasi awal.

• Keputusan membuat penilaian ini, seorang manajer akan dapat


memutuskan akseptabilitas proyek-proyek yang independen dan
membandingkan proyek yang saling meniadakan (mutually exclusive
projects) berdasarkan keunggulan ekonomisnya
• Apakah yang dimaksud dengan pengembalian yang layak? Secara umum
telah disepakati bahwa setiap proyek baru harus dapat menutup biaya
kesempatan (opportunity cost) dari dana yang diinvestasikan. Sebagai
contoh, apabila perusahaan memperoleh dana dari pasar uang (bank)
dengan bunga 11 persen dan menginvestasikannya dalam suatu proyek
baru, maka proyek baru tersebut harus dapat memberikan pengembalian
sedikitnya atau di atas 11 persen (pengembalian yang seharusnya
dibayarkan dari penggunaan uang yang diperoleh di pasar uang).

• Pada realitasnya, dana untuk investasi sering kali berasal dari sumber
yang berbeda—masing-masing memiliki biaya kesempatan yang berbeda.
Pengembalian yang harus dihasilkan merupakan bauran biaya
kesempatan dari berbagai sumber yang berbeda. Jadi, misalnya apabila
perusahaan menggunakan dua sumber berbeda, yang satu dengan biaya
kesempatan 9 persen dan yang lain dengan biaya kesempatan 11 persen,
maka akan menghasilkan pengembalian antara 9 persen dan 11 persen,
tergantung pada jumlah relatif dana yang diperoleh dari setiap sumber.
Selain
• Dalam membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus
mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai risiko investasi, dan
mempertimbangkan dampak proyek tersebut terhadap laba perusahaan.
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang manajer adalah
mengestimasi arus kas. Estimasi atau proyeksi harus dibuat untuk beberapa
tahun ke depan dan peramalan merupakan hal yang sulit diperkirakan
dengan ilmu apa pun.
• Para manajer harus menetapkan tujuan dan prioritas investasi modal.
Mereka juga harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar untuk
penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Dalam bab ini akan
dibahas empat metode dasar untuk membantu para manajer dalam
membuat keputusan menerima atau menolak investasi yang potensial.
Metode-metode tersebut mencakup pendekatan nondiskonto maupun
diskonto (dua metode akan dibahas untuk setiap pendekatan).
C. MODEL MODEL NONDISKONTO
• Model dasar keputusan investasi modal dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori
utama, yaitu: model nondiskonto dan model diskonto. Model nondiskonto (non-
discounting model) mengabaikan nilai waktu uang (time value of money), sementara
model diskonto (discounting model) mempertimbangkan nilai waktu uang secara
eksplisit. Meskipun model nondiskonto memiliki kelemahan dibandingkan model
diskonto karena mengabaikan nilai waktu uang, tetapi banyak perusahaan yang
masih menggunakan model tersebut dalam pembuatan keputusan investasi modal.

• Namun demikian, pada kenyataannya penggunaan model diskonto telah meningkat


dalam beberapa tahun terakhir dan hanya sedikit perusahaan yang benar-benar
hanya menggunakan satu model—banyak perusahaan yang menggunakan kedua
model tersebut secara bersamaan.
Metode Periode Pengembalian
• Salah satu jenis model nondiskonto adalah metode periode pengembalian
(payback period). Metode ini mempertimbangkan waktu yang diperlukan
oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Sebagai contoh, seorang dokter gigi melakukan investasi pada seperangkat
alat bor baru seharga Rp160.000.000.
• Arus kas bersih (arus kas masuk dikurangi arus kas keluar) yang dihasilkan
oleh penggunaan peralatan tersebut adalah sebesar Rp80.000.000 per
tahun. Jadi, periode pengembaliannya adalah selama dua tahun
(Rp160.000.000/Rp80.000.000). Apabila arus kas suatu proyek
diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut ini dapat digunakan
untuk menghitung periode pengembalian.
• Apabila arus kas tidak sama jumlahnya, maka periode
pengembalian dihitung dengan cara menambahkan arus
kas tahunan sampai pada waktu ketika investasi awal dapat
diperoleh kembali.
• Apabila pembagian untuk setiap tahun diperlukan, maka
diasumsikan bahwa jumlah arus kas yang terjadi adalah
merata setiap tahun.
Sebagai contoh :
• Sebuah fasilitas baru mesin pencuci mobil memerlukan investasi sebesar
Rp200.000.000
• Memiliki umur lima tahun dengan ekspektasi arus kas bersih tahunan
sebagai berikut: Rp60.000.000, Rp80.000.000, Rp100.000.000,
Rp120.000.000, dan Rp140.000.000.

Dengan demikian, periode pengembalian proyek tersebut adalah 2,6 tahun


yang dihitung sebagai berikut: Rp60.000.000 (1 tahun) + Rp80.000.000 (1
tahun) + Rp60.000.000 (0,6 tahun).

Pada tahun ketiga, ketika hanya diperlukan sebesar Rp60.000.000 untuk


menutup investasi dan dihasilkan arus kas sebesar Rp100.000.000, maka
waktu yang diperlukan untuk memperoleh Rp60.000.000 adalah melalui
pembagian jumlah yang dibutuhkan dengan arus kas tahunan
(Rp60.000.000/Rp100.000.000). Peraga 11.1 berikut ini menjelaskan tentang
analisis di atas.
Analisis Periode Pengembalian:
Arus Kas Tidak Sama
• Salah satu cara untuk menggunakan metode periode
pengembalian adalah dengan menetapkan periode pengembalian
maksimum untuk seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang
melewati batas periode yang ditetapkan.
• Demikian pula, perusahaan dengan arus kas yang lebih berisiko
membutuhkan periode pengembalian yang lebih pendek dari
biasanya. Selain itu, perusahaan yang sedang menghadapi
masalah likuiditas akan lebih tertarik dengan proyek yang periode
pengembaliannya cepat. Pertimbangan kritis lainnya adalah
mengenai keusangan. Pada beberapa industri, risiko keusangan
adalah tinggi. Perusahaan-perusahaan dalam industri seperti ini
akan lebih tertarik dengan pengembalian dana yang cepat.
• Alasan lain yang kurang begitu penting bagi perusahaan
menyangkut masalah pekerjaan. Banyak manajer yang
berwenang membuat keputusan investasi modal akan
memilih investasi dengan periode pengembalian yang
cepat berdasarkan kepentingan pribadi.
• Apabila kinerja seorang manajer diukur dengan
menggunakan kriteria jangka pendek, seperti misalnya laba
bersih (net income), maka kemungkinan ia akan memilih
proyek dengan periode pengembalian yang cepat untuk
menunjukkan peningkatan laba bersih secepat mungkin.
• Periode pengembalian juga dapat digunakan untuk memilih alternatif-
alternatif proyek yang saling meniadakan.
• Menurut pendekatan ini, investasi dengan periode pengembalian
terpendek lebih disukai daripada investasi dengan periode pengembalian
yang lebih panjang.
• Bagaimanapun, penggunaan model periode pengembalian kurang baik
digunakan karena mengandung dua kelemahan utama, yaitu: (1)
mengabaikan kinerja investasi setelah melewati periode pengembalian, dan
(2) mengabaikan nilai waktu uang.
• Kedua kelemahan tersebut dapat diilustrasikan
berikut ini. Diasumsikan bahwa suatu perusahaan
sedang mempertimbangkan investasi dalam dua
jenis sistem yang berbeda—sistem A dan sistem B.
Setiap sistem membutuhkan dana investasi awal
sebesar Rp300.000.000, memiliki umur 5 tahun, dan
memiliki arus kas tahunan sebagai berikut.
Singkatnya, metode periode pengembalian memberi informasi kepada
manajer yang dapat digunakan sebagai berikut.
1. Membantu mengendalikan risiko yang berhubungan dengan
ketidakpastian arus kas di masa depan.
2. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah
likuiditas perusahaan.
3. Membantu mengendalikan risiko keusangan.
4. Membantu mengendalikan pengaruh investasi terhadap ukuran
kinerja.

• Selain itu, metode periode pengembalian juga memiliki kelebihan,


yaitu sederhana perhitungannya dan mudah untuk diaplikasikan.
Namun, metode periode pengembalian mengandung kelemahan
signifikan, yaitu mengabaikan kinerja investasi setelah melewati
periode pengembalian dan nilai waktu uang. Meskipun perhitungan
periode pengembalian mungkin bermanfaat bagi seorang manajer,
tetapi hanya mengandalkan pada hal itu saja dalam keputusan
investasi modal akan kurang bijaksana.
Metode Tingkat Pengembalian Akuntansi

• Tingkat pengembalian akuntansi (accounting rate of return) merupakan


model nondiskonto kedua yang lazim digunakan. Tingkat pengembalian
akuntansi mengukur kelayakan suatu proyek dengan menggunakan laba,
bukan arus kas proyek. Tingkat pengembalian akuntansi dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Laba tidak ekuivalen dengan arus kas karena adanya faktor akrual dan
penangguhan (deferral) yang digunakan dalam perhitungannya. Laba rata-
rata dari suatu proyek diperoleh dengan cara menjumlahkan laba bersih
setiap tahun selama umur proyek, dan kemudian membagi laba bersih total
tersebut dengan jumlah tahun. Laba bersih rata-rata suatu proyek dapat
ditaksir dengan cara mengurangkan depresiasi rata-rata dari arus kas rata-
rata. Apabila semua pendapatan yang diperoleh dalam satu periode
dikumpulkan dan depresiasi merupakan satu-satunya biaya nonkas, maka
taksiran yang dibuat tersebut adalah tepat.

Cara perhitungan laba bersih dan arus kas dapat dirumuskan dalam suatu
formula sederhana sebagai berikut.
AK = LB + D atau LB = AK – D
Keterangan:
AK = Arus kas
LB = Laba bersih
D = Depresiasi
Untuk mengilustrasikan perbedaan perhitungan laba bersih dan arus kas
diasumsikan bahwa :
•Suatu investasi pembelian mesin baru memerlukan pengeluaran awal (initial
outlay) sebesar Rp80.000.000.
•Investasi tersebut menjanjikan penerimaan arus kas total sebesar
Rp120.000.000 selama 5 tahun ke depan (sesuai umur mesin).
•Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung laba bersih dan arus kas
sebagai berikut.
1. Arus kas rata-rata selama lima tahun adalah sebesar Rp24.000.000
(Rp120.000.000 ÷ 5).
2. Depresiasi rata-rata selama lima tahun adalah sebesar Rp16.000.000
(Rp80.000.000 ÷ 5).
3. Laba bersih adalah sebesar Rp8.000.000 yang diperoleh dari hasil
pengurangan depresiasi terhadap arus kas sesuai formula yang
ditunjukkan sebelumnya, atau Rp24.000.000 – Rp16.000.000.
• Investasi dapat didefinisikan sebagai investasi awal atau
sebagai investasi rata-rata.
• Sebagai contoh, I adalah investasi awal, S adalah nilai sisa, dan
diasumsikan bahwa investasi dikonsumsi secara merata, maka
investasi rata-rata dapat didefinisikan sebagai berikut.
• Sering kali kontrak utang mensyaratkan bahwa perusahaan
diharuskan mempertahankan rasio akuntansi keuangan
tertentu yang dapat dipengaruhi oleh laba yang dilaporkan
dan tingkat aset jangka panjang. Dengan demikian, tingkat
pengembalian akuntansi dapat digunakan sebagai ukuran
penyaringan untuk memastikan bahwa setiap investasi baru
tidak akan membawa pengaruh yang bertentangan dengan
rasio tersebut.
• Seorang manajer yang sedang berusaha memaksimalkan
keuntungan pribadi akan memilih investasi yang menghasilkan
laba bersih tertinggi dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
• Tidak seperti metode periode pengembalian, metode tingkat
pengembalian akuntansi benar-benar mempertimbangkan
profitabilitas proyek. Metode tingkat pengembalian akuntansi
memiliki kesamaan dengan metode periode pengembalian,
yaitu keduanya mengabaikan nilai waktu uang.
• Model diskonto menggunakan arus kas yang didiskontokan
(discounted cash flow), yaitu dengan cara arus kas masa
depan dinyatakan dalam nilai sekarang. Penggunaan model
diskonto memerlukan pemahaman tentang konsep nilai
sekarang (present value concept)
D. MODEL-MODEL DISKONTO
• Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai
waktu uang dan memasukkan konsep diskonto arus kas
masuk dan arus kas keluar.
• Dua model diskonto akan dibahas, yaitu metode NPV (net
present value—nilai sekarang bersih) dan metode IRR
(internal rate of return—tingkat pengembalian internal).
• Metode NPV akan dibahas terlebih dahulu, sedangkan
metode IRR akan dibahas pada bagian berikutnya.
Metode NPV (Net Present Value)
• NPV (net present value—nilai sekarang bersih) merupakan selisih antara
nilai sekarang arus kas masuk dan nilai sekarang arus kas keluar yang
berhubungan dengan suatu proyek. Persamaan 1 berikut ini dapat
menjelaskan tentang definisi NPV.
• NPV digunakan untuk mengukur kinerja atau kelayakan suatu investasi. Apabila
NPV suatu proyek adalah positif, hal itu berarti terjadi peningkatan kekayaan. Bagi
suatu perusahaan, hal ini berarti bahwa besarnya nilai positif NPV mengukur
terjadinya peningkatan nilai perusahaan yang dihasilkan dari suatu investasi.
Dalam menggunakan metode NPV, tingkat pengembalian yang disyaratkan
(required rate of return) harus didefinisikan. Tingkat pengembalian yang
disyaratkan merupakan tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima.
Tingkat pengembalian minimum yang diterima juga disebut sebagai tingkat
diskonto (discount rate), hurdle rate, dan biaya modal (cost of capital).

• Apabila NPV positif, hal tersebut menandakan bahwa: (1) investasi awal telah
tertutup, (2) tingkat pengembalian yang disyaratkan telah berhasil dipenuhi, dan
(3) tingkat pengembalian yang melebihi butir (1) dan (2) telah diterima. Jadi,
apabila NPV lebih besar daripada nol, maka dapat disimpulkan bahwa investasi
menguntungkan dan investasi dapat diterima. Apabila NPV sama dengan nol,
maka pengambil keputusan dapat menerima atau menolak investasi tersebut.
Analisis Arus Kas dan NPV
Metode IRR(Internal Rate of Return)

• Model diskonto lainnya adalah metode IRR (internal rate of return—tingkat pengembalian
internal). IRR didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menentukan nilai sekarang dari arus
kas masuk proyek sama dengan nilai sekarang dari biaya proyek tersebut. Dengan kata lain,
IRR adalah tingkat bunga yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol. Persamaan 2
berikut ini dapat digunakan untuk menentukan IRR proyek.
• Segera setelah IRR suatu proyek dihitung, IRR tersebut kemudian
dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan
perusahaan (firm’s required rate of return).
• Apabila IRR lebih besar daripada tingkat pengembalian yang
disyaratkan, maka proyek tersebut dapat diterima; apabila IRR
sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan, maka proyek
dapat diterima atau ditolak; dan apabila IRR lebih kecil daripada
tingkat pengembalian yang disyaratkan, maka proyek ditolak.
E. PASCA AUDIT PROYEK MODAL
• Salah satu elemen kunci dalam proses investasi modal adalah
analisis lebih lanjut terhadap proyek modal segera setelah proyek
diimplementasikan. Analisis ini disebut sebagai pasca-audit (post-
audit).
• Pasca-audit membandingkan antara manfaat sesungguhnya
dengan manfaat yang diestimasi dan biaya operasi sesungguhnya
dengan biaya operasi yang diestimasi.
• Pasca-audit mengevaluasi hasil keseluruhan investasi dan
mengusulkan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Kasus berikut
ini mengilustrasikan tentang kegunaan aktivitas pasca-audit.
Keputusan Awal Proyek
• Batara Kresna dan Dewi Kunti sedang mendiskusikan masalah
menjengkelkan yang terjadi pada proses produksi converter kit. Kresna
dan Kunti bekerja di PT Srikandi Motor yang memiliki spesialisasi dalam
memproduksi produk-produk peralatan kendaraan. Perusahaan tersebut
memiliki tiga divisi, yaitu: divisi produk umum, divisi monitoring, dan divisi
produk khusus.
• Kresna dan Kunti bertugas di divisi produk umum—Kresna sebagai
manajer produksi dan Kunti sebagai manajer pemasaran. Divisi produk
umum menghasilkan converter kit dengan lima ukuran berbeda.
• Dalam suatu tahapan proses produksi, converter kit dimasukkan ke dalam
tabung dan direkatkan dengan menggunakan lem epoksi. Menurut Kunti,
penggunaan lem epoksi merupakan sumber masalah yang dihadapi
perusahaan.
• Pada banyak kasus, lem epoksi tidak bekerja dengan baik. Tingkat
penolakan pelanggan sangat tinggi dan divisi pemasaran menerima
banyak keluhan dari pelanggannya. Tindakan perbaikan diperlukan untuk
menghindari hilangnya penjualan.
• Dengan patri induksi, converter kit dimasukkan ke dalam tabung dan generator
digunakan untuk memanaskan converter kit. Generator bekerja dengan prinsip-
prinsip yang sama seperti pada microwave oven. Ketika converter kit memanas,
plastik meleleh dan converter kit akan terkunci dengan rapat.
• Penggunaan patri induksi membutuhkan investasi generator dan alat-alat terkait
lainnya. Sesuai pertimbangan manajer divisi produk umum, investasi tersebut perlu
dilakukan karena akan terjadi penghematan sehubungan dengan penggunaan sistem
yang baru tersebut.
• Patri induksi menjanjikan pengurangan biaya bahan baku, yaitu mengeliminasi
kebutuhan untuk membeli atau menggunakan lem epoksi. Penghematan biaya
tenaga kerja langsung juga diharapkan akan terjadi karena proses pematrian lebih
terotomatisasi dibandingkan dengan proses pengeleman epoksi. Sumber
penghematan proses ini adalah terhapusnya biaya pembersihan harian dan
terjadinya penurunan tingkat penolakan pelanggan. Kresna membuat suatu analisis
formal yang menunjukkan bahwa sistem pematrian lebih unggul daripada sistem
pengeleman epoksi. Penggunaan sistem patri tersebut akhirnya disetujui oleh kantor
pusat
Evaluasi Setelah Proyek Berjalan
• Kunti menyampaikan kepada Kresna tentang kepuasannya terhadap penggunaan
sistem patri induksi converter kit tersebut. Sejak sistem pemrosesan baru
tersebut diimplementasikan, perusahaan terbebas dari keluhan pelanggan,
karena converter kit yang dihasilkan dapat melekat dengan baik.
• Namun, berdasarkan hasil pasca-audit yang dilakukan oleh departemen audit
internal ternyata ditemukan bahwa pengimplementasian sistem baru tersebut
telah menimbulkan masalah yang belum pernah diperkirakan sebelumnya.
Masalah pertama adalah generator mengganggu operasi peralatan lainnya.
Untuk menghilangkan gangguan tersebut, perusahaan mencoba untuk
menggunakan alat penyaring. Selain itu juga ditemukan bahwa petugas
pemeliharaan tidak tahu cara untuk merawat alat baru tersebut
• Auditor internal melihat bahwa banyak penghematan yang
diprediksi akan terjadi apabila perusahaan memproduksi converter
kit dengan lem epoksi.
• Oleh karena itu, auditor internal merekomendasikan agar
mempertimbangkan kembali kemungkinan penggunaan lem epoksi.
Auditor internal merekomendasi agar NPV digunakan untuk
membantu menganalisis permasalahan tersebut.
• Berdasarkan perhitungan NPV diketahui bahwa penggunaan sistem
pematrian tidak lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan penggunaan sistem lem epoksi. Kesimpulan tersebut
didukung oleh fakta bahwa proses lem epoksi lebih sederhana.
Selain itu, auditor juga menyatakan bahwa penggunaan lem epoksi
juga dapat diotomatisasi.
• Berdasarkan penjelasan di atas, Kunti meminta kepada Kresna
untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut. Kunti dan
Kresna menyadari bahwa untuk memecahkan permasalahan
tersebut bukan hal yang mudah
Manfaat Pasca-Audit
• Dalam kasus pembuatan keputusan produksi converter kit dengan
sistem patri, beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan antara
lain adalah: keluhan pelanggan menurun, penolakan pelanggan
berkurang, dan biaya bahan baku serta tenaga kerja langsung
berkurang.
• Namun, apabila keputusan tersebut dilaksanakan akan memerlukan
jumlah investasi yang besar karena selain membeli generator,
perusahaan juga harus membeli peralatan penyaring yang secara
keseluruhan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penurunan
biaya operasi, penurunan biaya pemeliharaan, dan bahkan terjadi
peningkatan kompleksitas proses.
• Perusahaan yang melakukan pasca-audit terhadap proyek
modal mendapatkan beberapa manfaat. Pertama, dengan
mengevaluasi profitabilitas, pasca-audit menjamin bahwa
sumber daya digunakan secara bijaksana. Jika proyek modal
tersebut dijalankan, perusahaan memerlukan dana
tambahan dan perhatian ekstra.
• Manfaat kedua pasca-audit adalah dampaknya terhadap
perilaku manajer. Pasca-audit menyediakan umpan balik
kepada manajer yang dapat membantunya memperbaiki
pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Pada
masa yang akan datang, Kresna perlu mempertimbangkan
lebih dari satu alternatif sebelum membuat keputusan
investasi.
F. PROYEK – PROYEK SALING MENIADAKAN

• Kebanyakan keputusan investasi modal berkaitan dengan


proyek-proyek yang bersifat saling meniadakan (mutual
eksklusif).
• Bagaimana analisis NPV dan IRR digunakan untuk memilih
di antara proyek-proyek yang saling meniadakan
merupakan pertanyaan yang menarik.
• Pertanyaan yang lebih menarik lagi adalah tentang
pertimbangan apakah NPV dan IRR memiliki perbedaan
kemampuan dalam membantu manajer membuat
keputusan yang dapat memaksimalkan kekayaan pada saat
muncul berbagai alternatif yang saling meniadakan. Sebagai
Perbandingan NPV dan IRR
• Jika NPV lebih besar daripada nol dan jika IRR juga lebih besar daripada tingkat
pengembalian yang disyaratkan, maka kedua model tersebut mengisyaratkan
keputusan yang tepat. Namun, untuk proyek yang saling meniadakan, kedua
metode dapat menghasilkan hasil berbeda. Secara intuitif, diyakini bahwa untuk
proyek yang saling meniadakan, proyek yang memiliki NPV tertinggi atau IRR
tertinggi seharusnya dipilih. Apabila kemungkinan terjadi bahwa kedua metode
menghasilkan proyek yang saling meniadakan dengan ranking berbeda, maka
metode yang secara konsisten menghasilkan proyek dengan manfaat maksimal
yang akan lebih dipilih.

• NPV berbeda dengan IRR dalam dua hal. Pertama, NPV mengasumsikan bahwa
setiap arus kas masuk diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang
disyaratkan, sementara metode IRR mengasumsikan bahwa setiap arus kas masuk
diinvestasikan kembali pada IRR yang dihitung.

• Kedua, metode NPV mengukur profitabilitas dalam nilai absolut, sementara


metode IRR mengukur profitabilitas dalam nilai relatif.
• Suatu proyek independen akan diterima jika NPV-nya positif. Proyek-proyek yang
saling meniadakan yang dipilih adalah proyek dengan NPV terbesar. Ada tiga tahap
dalam memilih proyek terbaik di antara beberapa proyek-proyek yang saling
meniadakan, yaitu: (1) menilai pola arus kas untuk setiap proyek, (2) menghitung
NPV setiap proyek, dan (3) mengidentifikasi proyek dengan NPV terbesar.

• NPV mengukur dampak proyek yang saling meniadakan berdasarkan nilai


perusahaan, maka pemilihan suatu proyek berdasarkan NPV yang terbesar adalah
konsisten dengan tujuan maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham. Di pihak
lain, IRR tidak konsisten dalam menghasilkan pilihan yang memaksimalkan
kesejahteraan. IRR sebagai suatu ukuran profitabilitas relatif memiliki kelebihan
untuk mengukur dengan akurat tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan
secara internal.
CONTOH SOAL
• PT Indraprasta memutuskan untuk memasarkan suatu produk mainan yang
memungkinkan bagi seorang pemain untuk memperlihatkan dan
mengembangkan pengetahuan geografinya. Melihat ketertarikan banyak
pelanggan terhadap produk tersebut, perusahaan yakin bahwa produk
tersebut akan sukses. Departemen pemasaran memilih peta dunia sebagai
nama produk mainan tersebut. Dua desain berbeda menjadi bahan
pertimbangan. Desain B lebih rumit daripada desain A dan akan
memerlukan investasi serta biaya operasi tahunan yang lebih besar, tetapi
juga akan menghasilkan pendapatan tahunan yang lebih besar. Proyeksi
pendapatan tahunan, biaya tahunan, pengeluaran modal, dan umur proyek
untuk setiap desain (arus kas setelah pajak) adalah sebagai berikut.
• Perusahaan harus memutuskan desain yang akan
dipilih. Diasumsikan bahwa biaya modal untuk
perusahaan adalah 12 persen.
• Desain A memerlukan pengeluaran awal sebesar Rp360.000.000 dan
memiliki arus kas masuk tahunan bersih sebesar Rp120.000.000
(pendapatan sebesar Rp358.920.000 dikurangi biaya sebesar
Rp238.920.000). Desain B dengan pengeluaran awal sebesar
Rp420.000.000, memiliki arus kas masuk tahunan bersih sebesar
Rp140.000.000 (Rp478.560.000 – Rp338.560.000). Berdasarkan informasi
di atas, pola arus kas setiap proyek dapat dijelaskan dan NPV dapat
dihitung. Analisis tersebut disajikan pada Peraga 11.3. Berdasarkan analisis
NPV, desain B adalah lebih menguntungkan yang ditunjukkan dengan nilai
NPV yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan harus memilih desain B
daripada desain A.
• Hal yang menarik adalah bahwa desain A dan desain B
memiliki tingkat pengembalian internal yang sama. Seperti
diilustrasikan pada Peraga 11.3, kedua desain memiliki
faktor diskonto sebesar 3,000. Tabel 2 dengan mudah
terlihat bahwa faktor diskonto sebesar 3,000 dan umur
proyek selama 5 tahun menghasilkan IRR sekitar 20 persen.
Meskipun kedua proyek memiliki IRR sebesar 20 persen,
tetapi perusahaan sebaiknya tidak mempertimbangkan
bahwa kedua desain sama baiknya. Analisis tersebut
menunjukkan bahwa desain B memberikan NPV terbesar
sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang
melebihi desain A. Desain B seharusnya menjadi pilihan.
Ilustrasi ini menunjukkan keunggulan konseptual NPV
dibandingkan IRR untuk analisis proyek-proyek yang saling
meniadakan.
• Pola Arus Kas
Investasi Modal dan Masalah Etika
•Keputusan investasi modal sering kali menawarkan godaan besar yang dapat
menimbulkan terjadinya interpretasi secara salah. Antarmanajer divisi sering kali juga
harus bersaing untuk memperoleh sumber daya modal yang langka. Terjadinya
persaingan tersebut, timbul godaan untuk melakukan perilaku yang tidak baik.
Manajer secara sengaja membuat perkiraan yang berlebihan atas arus kas masuk
dan perkiraan yang terlalu rendah atas arus kas keluar, sehingga suatu proyek
mungkin memiliki NPV atau IRR yang meragukan dan perlu dibuktikan.

•Para manajer perlu menyadari bahwa bagaimana tujuan dicapai merupakan hal yang
penting (bahkan mungkin lebih penting) dibandingkan pencapaian tujuan itu sendiri.
Selanjutnya, sistem evaluasi kinerja perusahaan harus terstruktur sehingga sistem
pemberian imbalan tidak menyediakan insentif bagi perilaku yang tidak etis.
G. PERHITUNGAN DAN PENYELESAIAN
ARUS KAS
• Satu langkah penting dalam analisis investasi modal adalah
menentukan pola arus kas untuk setiap proyek yang dipertimbangkan.
Perhitungan arus kas merupakan langkah kritis dalam suatu proses
investasi modal.
• Kesalahan estimasi dapat mengakibatkan keputusan yang keliru, tanpa
memerhatikan model keputusan yang digunakan.
• Ada dua langkah yang diperlukan untuk menghitung arus kas, yaitu: (1)
peramalan pendapatan, biaya, dan pengeluaran modal; dan (2)
penyesuaian arus kas bruto terhadap pengaruh inflasi dan pajak.
• Peramalan arus kas secara teknis diperlukan dan metodologinya pada
umumnya dipelajari secara khusus dalam bidang penelitian pemasaran,
ilmu manajemen, dan statistik.
Penyesuaian Peramalan terhadap Inflasi

• Di Indonesia, inflasi secara relatif adalah dalam tingkatan


sedang dan kebutuhan untuk menyesuaikan arus kas bukan
merupakan hal yang penting. Namun, bagi perusahaan
yang beroperasi pada lingkungan internasional, inflasi dapat
menjadi sangat tinggi di
• beberapa negara tertentu dan pengaruhnya terhadap
keputusan investasi modal dapat menjadi sangat penting.
Jadi, sangat penting untuk mengetahui cara menyesuaikan
model penganggaran modal atas pengaruh inflasi, terutama jika
melihat fakta bahwa banyak perusahaan membuat keputusan
investasi modal dalam beberapa lingkungan nasional yang
berbeda.

Dalam suatu lingkungan yang mengalami inflasi, pasar


keuangan akan bereaksi terhadap kenaikan biaya modal untuk
mencerminkan terjadinya inflasi. Oleh karena itu, biaya modal
terdiri atas dua unsur berikut ini.
1. Tingkat riil.
2. Unsur inflasi (investor meminta bayaran lebih sebagai
kompensasi atas hilangnya daya beli rupiah atau mata uang
lokal).
Dampak Inflasi terhadapa Investasi Modal
Konversi Arus Kas Bruto Menjadi Arus Kas
Setelah Pajak

• Apabila diasumsikan bahwa arus kas bruto sudah


disesuaikan dengan inflasi yang diprediksi dengan tingkat
akurasi tertentu, maka selanjutnya analis harus
menyesuaikan arus kas tersebut untuk tujuan pajak. Untuk
menganalisis pengaruh pajak, arus kas biasanya dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu: (1) arus kas keluar awal yang
diperlukan untuk mendapatkan aset proyek, dan (2) arus
kas masuk yang dihasilkan selama umur proyek. Arus kas
keluar dan arus kas masuk yang disesuaikan dengan
pengaruh pajak disebut arus kas keluar bersih dan arus kas
masuk bersih.
• Arus Kas Setelah Pajak: Tahun 0. Arus kas keluar bersih pada tahun
0 (pengeluaran kas awal) adalah selisih antara biaya awal proyek
dengan setiap arus kas masuk yang secara langsung berhubungan
dengan biaya awal proyek. Biaya bruto proyek terdiri atas beberapa
hal, seperti biaya tanah, biaya peralatan (termasuk transportasi dan
instalasi), pajak atas keuntungan penjualan aset, dan kenaikan
modal kerja. Arus kas masuk yang terjadi pada waktu awal proyek,
meliputi penghematan pajak dari penjualan aset, kas dari penjualan
aset, dan keuntungan pajak lainnya.
• Depresiasi dikurangkan dari pendapatan dalam perhitungan laba
kena pajak, tetapi pada saat perolehan tidak ada biaya depresiasi
yang dihitung. Jadi, depresiasi tidak relevan pada tahun 0. Implikasi
pajak pada saat perolehan aset berhubungan dengan pengakuan
laba atau rugi atas penjualan aset.
• Keuntungan penjualan aset menghasilkan pajak tambahan
sehingga mengurangi kas yang diterima dari penjualan aset
lama. Di pihak lain, kerugian merupakan biaya nonkas yang
mengurangi laba kena pajak sehingga menghasilkan
penghematan pajak; akibatnya penerimaan kas dari penjualan
aset lama meningkat sebesar penghematan pajak.

• Perhatikan contoh berikut ini. PT Chantika menggunakan dua


jenis mesin (mesin A dan mesin B) untuk memproduksi salah
satu produknya. Manajemen ingin mengetahui investasi
bersih yang diperlukan untuk mendapatkan mesin baru
tersebut. Jika mesin baru diperoleh, mesin yang lama akan
dijual.
• Investasi bersih dapat ditentukan dengan menghitung penerimaan bersih
dari penjualan mesin lama dan mengurangkan penerimaan tersebut dari
biaya perolehan mesin baru. Penerimaan bersih ditentukan dengan
memperhitungkan dampak pajak terhadap penjualan dan penyesuaian
terhadap penerimaan bruto yang terjadi.
• Dampak pajak dapat dinilai dengan mengurangkan nilai
buku dari harga jual. Apabila selisihnya positif, maka
perusahaan mengalami keuntungan dan akan terkena
pajak. Uang yang diterima dari penjualan akan dikurangi
dengan sejumlah pajak.
• Di pihak lain, apabila selisihnya negatif, perusahaan akan
mengalami kerugian nonkas. Kerugian nonkas ini memiliki
implikasi terhadap kas.
• Kerugian tersebut dapat dikurangkan dari pendapatan dan
sebagai akibatnya dapat melindungi pendapatan kena
pajak, sehingga pajak dapat dihemat. Jadi, kerugian
menghasilkan arus kas masuk yang sama dengan pajak yang
dihemat.
• Sebagai ilustrasi, perhatikan pengaruh pajak dari penjualan
mesin A dan mesin B yang disajikan pada Peraga 11.5.
Dijualnya kedua mesin tersebut, perusahaan akan
menerima penerimaan bersih (net proceed).
• Berdasarkan penerimaan bersih tersebut, investasi bersih
dapat dihitung sebagai berikut.
Pengaruh Pajak dari Penjualan Mesin A dan Mesin B
• Arus Kas Setelah Pajak: Umur Proyek. Di samping menentukan
pengeluaran tunai awal, manajer juga harus mengestimasi arus kas
setelah pajak tahunan yang diharapkan selama
• umur proyek. Jika proyek menghasilkan pendapatan, maka sumber utama
arus kas adalah dari aktivitas operasional. Arus kas masuk operasional
dapat diperkirakan dari laporan laba rugi proyek. Arus kas setelah pajak
tahunan merupakan jumlah dari laba proyek setelah pajak dan biaya
nonkas. Jika dinyatakan dalam rumus sederhana, maka perhitungan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
• Diasumsikan bahwa perusahaan berencana untuk membuat
suatu produk baru yang memerlukan peralatan baru senilai
Rp800.000.000. Produk baru tersebut diharapkan akan
meningkatkan pendapatan tahunan perusahaan sebesar
Rp600.000.000. Biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya
operasi kas lainnya adalah sebesar Rp250.000.000 per tahun.
Peralatan baru memiliki umur manfaat selama 4 tahun dan
akan didepresiasi atas dasar metode garis lurus. Mesin tersebut
tidak akan memiliki nilai sisa pada akhir tahun keempat.
Laporan laba rugi untuk proyek ini adalah sebagai berikut.
• Pendekatan laba untuk menentukan arus kas operasi dapat dipecah kembali
untuk menilai pengaruh arus kas setelah pajak dari setiap kategori pada
laporan laba rugi. Pendekatan dekomposisi (decomposition) menghitung arus
kas operasi dengan menghitung arus kas setelah pajak untuk masing-masing
item dalam laporan laba rugi.
• AK = (1 − Tarif pajak) × Pendapatan kas − (1 − Tarif pajak) × Biaya kas + (Tarif
pajak) × Biaya nonkas
• Bagian pertama, (1 − Tarif pajak) × Pendapatan kas, menggambarkan arus kas
masuk setelah pajak dari pendapatan kas.
• Perusahaan berharap dapat memperoleh Rp450.000.000 dari pendapatan yang
diterima: (1 − Tarif pajak) × Pendapatan = 0,75 × Rp600.000.000 =
Rp450.000.000. Pendapatan setelah pajak merupakan jumlah kas
sesungguhnya setelah pajak yang tersedia dari aktivitas penjualan perusahaan.
• Bagian kedua, − (1 − Tarif pajak) × Biaya kas, adalah arus kas
keluar setelah pajak dari biaya operasi kas. Oleh karena biaya
kas dapat dikurangkan dari pendapatan untuk mendapatkan
laba kena pajak, maka pengaruhnya adalah untuk melindungi
pendapatan dari pajak. Akibat dari perlindungan ini adalah
menghemat pajak dan untuk mengurangi arus kas keluar
sesungguhnya yang berkaitan dengan pengeluaran.
• Salah satu karakteristik dari dekomposisi adalah kemampuannya
untuk menghitung arus kas setelah pajak dalam suatu format
spreadsheet. Format tersebut menekankan pada dampak arus kas
dari masing-masing item dan memudahkan penggunaan paket
software spreadsheet. Format spreadsheet diperoleh dengan
membuat empat kolom, satu untuk masing-masing ketiga kategori
arus kas dan satu lagi untuk arus kas total setelah pajak, yaitu
jumlah dari ketiga kategori.

• Karakteristik kedua dekomposisi adalah kemampuannya untuk


menghitung dampak kas setelah pajak atas dasar item per item.
Sebagai contoh, diasumsikan bahwa suatu perusahaan sedang
mempertimbangkan suatu proyek dan tidak yakin dengan metode
depresiasi yang akan digunakan. Dalam menghitung penghematan
pajak yang dihasilkan pada setiap metode depresiasi, perusahaan
dengan cepat akan dapat memilih metode yang paling diinginkan.
Untuk tujuan pajak, sesuai Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
96/PMK.03/2009 tentang Jenis-Jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok
Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Depresiasi, disebutkan
bahwa harta berwujud (aktiva tetap) dikelompokkan ke dalam empat
kelompok, yaitu Kelompok I, Kelompok II, Kelompok III, dan Kelompok IV.

Selanjutnya dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dijelaskan


sebagai berikut.
1. Untuk aktiva Kelompok I sampai dengan Kelompok IV didepresiasi dengan
memakai metode garis lurus (straight line method) atau metode saldo
menurun (decline balance method).
2. Untuk aktiva kelompok bangunan harus didepresiasi dengan metode garis
lurus.
3. Penggunaan metode depresiasi tersebut harus dilakukan secara taat asas.
4. Masa manfaat dan tarif depresiasi aktiva untuk masing-masing kelompok
telah ditetapkan sebagai berikut.
• Contoh penggunaan metode garis lurus.
• Sebuah gedung dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000 dan
memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Berdasarkan data tersebut, maka
besarnya biaya depresiasigedung untuk setiap tahun adalah sebesar
Rp5.000.000 (Rp100.000.000/20)
• Contoh penggunaan metode saldo menurun.
• Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2000 dengan
harga perolehan sebesar Rp150.000.000. Masa manfaat mesin tersebut
adalah 4 tahun (tarif depresiasi 50%). Berdasarkan data tersebut, maka
perhitungan depresiasinya adalah sebagai berikut.
LATIHAN
Latihan 11.1
Hitunglah berapa nilai tunai (present value) dari uang sejumlah Rp8.000.000 yang
diterima setiap tahun selama 10 tahun dengan tingkat pengembalian (return)
sebesar 16 persen?

Latihan 11.2
PT Kresna mengeluarkan saham senilai Rp300.000.000. Saham menghasilkan
dividen senilai Rp15.000.000 per tahun. Perusahaan memiliki utang bank sebesar
Rp450.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 10 persen. Berdasarkan data di
atas, hitunglah berapa besarnya biaya modal (cost of capital) perusahaan?
Latihan 11.3
Suatu proyek memerlukan investasi sebesar Rp90.000.000 untuk membeli peralatan.
Arus kas masuk tahunan sebesar Rp15.000.000 diharapkan akan diterima selama 10
tahun yang akan datang. Tidak ada nilai sisa (salvage value) yang diharapkan.
Berdasarkan data yang tersedia, apabila arus kas masuk tahunan terjadi setiap tahun,
hitunglah berapa periode pengembalian (payback period) untuk proyek tersebut?

Latihan 11.4
PT Paramitha sedang mempertimbangkan pembelian peralatan produksi yang biaya
perolehannya sebesar Rp800.000.000. Peralatan tersebut diekspektasi akan
menghasilkan arus kas masuk tahunan sebesar Rp250.000.000. Peralatan tersebut
diekspektasi akan dapat dimanfaatkan selama 5 tahun tanpa nilai sisa. Biaya modal
perusahaan sebesar 14 persen.
Pertanyaan
a. Hitunglah periode pengembalian!
b. Apabila biaya depresiasi adalah sebesar Rp190.000.000 per tahun, hitunglah
accounting rate of return berdasarkan rata-rata investasi!
Latihan 11.5
Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan suatu proyek
yang memerlukan investasi sebesar Rp100.000.000. Proyek
akan menghasilkan arus kas masuk tahunan (annual cash
inflows) sebesar Rp26.500.000 per tahun untuk 5 tahun yang
akan datang. Berdasarkan data tersebut, hitunglah berapa
besarnya internal rate of return (IRR) proyek tersebut?
Latihan 11.6
PT Osela sedang mempertimbangkan suatu proyek investasi modal
yang memerlukan dana sebesar Rp600.000.000, dan proyek
tersebut diperkirakan akan berjalan selama 4 tahun.
Berikut ini adalah arus kas tahunan yang diperkirakan terjadi
selama umur proyek.

Pertanyaan
a. a. Hitunglah periode pengembalian proyek!
b. b. Hitunglah net present value (NPV) proyek, apabila digunakan
discount rate sebesar 6 persen!

Anda mungkin juga menyukai