Anda di halaman 1dari 10

ALIRAN POSITISIVISME

KELOMPOK 2
SEJARAH POSITIVISME
• Hume ( 1711-1776) dan Kant
( 1724-1804)
• Saint Simon (sekitar 1825)
• Francis Bacon yang hidup di
sekitar abad ke-17
• Course de Philosophie
Phositive, Kursus tentang
Filsafat Positif ( ), Auguste
Comte
0
PENGERTIAN POSITIVISME
• Positivisme berasal dari kata
“positif”. Kata positif disini sama
artinya dengan faktual, yaitu apa
yang berdasarkan fakta-fakta
• Positivisme adalah suatu aliran
filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisik

0
PERKEMBANGAN POSITIVISME
• Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme yaitu:
• Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi
(positivisme sosial dan evolusioner), walaupun perhatiannya juga diberikan
pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika
yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P.
Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
• Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal
pada tahun an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius (positivisme
kritis). Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek
nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam
Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang
psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
• Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina
dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain
(positivisme logis). Serta kelompok yang turut berpengaruh pada
perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin.
Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran sepertiatomisme logis,
positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga
ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah
dan lain-lain.
0
CIRI CIRI POSITIVISME
• Objektif/bebas nilai.
• Fenomenalisme, bahwa realitas terdiri dari impresi-
impresi.
• Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang
mewakili realitas partikularlah yang nyata.
• Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta
yang dapat diamati.
• Naturalisme, tesis tentang keteraturan peristiwa-
peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan
supranatural (adikodrati). Alam semesta memiliki
strukturnya sendiri dan mengasalkan strukturnya
sendiri.
• Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan
dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk
menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis).
Alam semesta diibaratkan sebagai giant clock work
(Syaebani, 2008). 0
METODE FILSAFAT POSITIVISME

Menurut Koento Wibisono (1983: 39) fil
safat positivi-sme menggunakan
metode pengamatan, percobaan dan
per­bandingan, kecuali dalam
menghadapi gejala dalam fisika
sosial, digunakan metode sejarah.

0
FUNGSI FILSAFAT POSITIVISME
• 1.    Perkembangan yang diberi konotasi
sebagai kemajuan memberikan makna
bahwa positivisme telah mempertebal
optimism
• 2. Kemajuan dalam bidang fisik telah
menimbulkan berba­gai  dalam segi
kehidupan.
• 3. Dengan adanya penekanan dari filsafat
positivisme terhadap segi rasional ilmiah,
maka berfungsi pula kemampuannya untuk
menerangkan kenyataan, sedemikian rupa
sehingga keyakinannya akan kebenaran
semakin terbuka (Adi, 2012). 0
KELEBIHAN &KELEMAHAN POSITIVISME
A. Kelebihan positiviesme
• Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional,
sehingga kadar dari faham ini jauh lebih tinggi dari pada
kedua faham tersebut.
• Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka
akan menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia
akan mempu menjelaskan realitas kehidupan tidak secara
spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi
mutlak, teratur dan valid.
• Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang
akan didorong untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam
artian tidak hanya terbatas menghimpun fakta, tetapi juga
meramalkan masa depannya.
• Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan
disektor fisik dan teknologi.
• Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik
pada epistemology ataupun keyakinan ontologik yang
dipergunakan sebagai dasar pemikirannya.
0
B. KELEMAHAN POSITIVISME
• Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai
akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini
dikarenakan manusia tereduksi ke dalam pengertian fisik-biologik.
• Akibat dari ketidakpercayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji
kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya manusia yang
nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka. Padahal
yang demikian itu didalam ajaran Agama adalah benar kebenarannya dan
keberadaannya. Hal ini ditandai pada saat paham positivistik berkembang pada
abad ke 19, jumlah orang yang tidak percaya kepada agama semakin meningkat.
• Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak
dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic
semua hal itu dinafikan.
• Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat
menemukan pengetahuan yang valid.
• Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang
dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung
kepada panca indera. Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia
adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal
yang nampak saja, padahal banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan bahan
kajian.
• Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi
yang optimis, tetapi juga terkesan lincar – seakan setiap tahapan sejarah evolusi
merupakan batu pijakan untuk mencapai tahapan berikutnya, untuk kemudian
bermuara pada puncak yang digambarkan sebagai masyarakat positivistic
(Diningrat, 2010)
0
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai