Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN POSITIVISME

OLEH:

KELOMPOK 2

PROGARAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat taufiq dan hidayah-Nya, Penulis dapat

menyelesaikan penulisan makalah dengan judul Aliran Positivisme , sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi tugas pada program studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mega

Buana Palopo. Terima kasih yang terkira kepada Allah SWT, yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk mampu menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena

itu, penulis sangat menanti saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih

baik.

Palopo, Januari 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................3
BAB I .................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................6
BAB III ............................................................................................................................................. 12
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu hukum terdapat aliran-aliran hukum, aliran hukum positivisme, aliran

hukum emperisme. Aliran-aliran tersebut masih dipelajari sebagai dasar teori dalam

mempelajari ilmu hukum Dalam praktik hukum aliran hukum prositivisme terutama dalam

penegakan hukum masih digunakan. Hakim dalam memutuskan perkara berdasarkan

berdasarkan hukum tertulis sebagai rezim positivisme.

Dalam realitasnya tesis positivisme ada dua macam yaitu tesis positivisme

segresasional dan tesis positivism amalgamamasional. Tesis segresasional adalah

pemisahan antara dua dunia, hukum dalam pengertian exist dan hukum dalam pengertian

non exsist. Hukum yang exis adalah hukum dianalogikan dengan hukum positif, maka

hukum yang tidak eksis bukanlah hukum positif. Hukum yang eksis adalah hukum yang

sungguh-sungguh ada atau berlaku (positif) dalam ruang dan waktu tertentu. Hukum

dituangkan dalam suatu bentuk konkrit (bentuk tertulis). Karena itu “hukum positif

(tertulis) menemukan bentuknya sebagai “teks-teks yang tertulis. Hukum positif yang keras

masih banyak di gunakan karena hukumnya tertulis, pasti, dan jelas, sehingga tidak

menimbulkan potensi sengketa tentang legalitasnya. Bentuk dari hukum ini adalah aturan

perundang- undangan, adanya Yurisprudensi, merupakan perjanjian yang telah disepakati

sebagai konsensus.

Positivisme yang kedua adalah positif lunak atau positif amalgamasional adalah

suatu penolakan terhadap segregasi analitik yaitu hukum positivis keras. Positivisme ini
adanya tradisi pengakuan terhadap keseluruhan komponen hukum tertulis dan keseluruhan

komponen tidak tertulis sebagai hukum positif. Tesis ini berusaha mengungkap pandangan

kefilsafatan tentang hukum dalam cara-cara yang lebih luas. Tesis ini mengusahakan ius

positum (hukum positif), dengan memisahkan mana hukum positif mana hukum alam.

Positif dalam amalgamasional berintikan asumsi- asumsi fundamental tertentu, yang

keseluruhannya diasumsikan sebagai hal yang sudah benar dengan sendirinya, tidak

memerlukan pengujian atau verifikasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dirumuskan yaitu:

1. Apakah Defenisi Dari Aliran Positivisme?

2. Apa saja prinsip dari aliran positivisme?

3. Apa ciri – ciri dari aliran positivisme?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui defenisi, Prinsip, ciri - ciri

serta jenis - jenis dari aliran positivisme


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Aliran Positivisme

Positivisme adalah aliran yang sejak awal abad 19 amat mempengaruhi banyak

pemikiran di berbagai bidang ilmu tentang kehidupan manusia, terutama dalam kajian

bidang hukum. Dalam perkembangannya ilmu hukum mengklaim dirinya sebagai ilmu

pengetahuan tentang kehidupan dan perilaku warga masyarakat (yang semestinya tertib

mengikuti norma- norma kausalitas). Maka kaum positivisme ini mencoba menuliskan

kausalitas-kausalitas dalam bentuk perundang- undangan. Legal-positivism memandang

perlu untuk memisahkan secara tegas antara hukum dan moral. Hukum. bercirikan

rasionalistik, teknosentrik, dan universal. Dalam kaca mata positivisme tidak ada hukum

kecuali perintah penguasa, bahkan aliran positivis legalisme menganggap bahwa hukum

identik dengan undang- undang. Hukum dipahami dalam perpektif yang rasional dan logik.

Keadilan hukum bersifat formal dan procedural.

Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar

hanya berasal dari ilmu alam dan tidak berkaitan dengan metafisika. Dalam bidang ilmu

sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan

erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte

pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami

dunia dengan berdasarkan sains. Menurut Comte, teori sains dapat disusun mulai dari

tingkat yang sederhana dan universal yang selanjutnya sampai kepada tahapan yang lebih

kompleks dan terbatas. Susunan tingkatan ini dapat terus dikembangkan sehingga masing-
masing sains yang baru akan tergantung pada tahap sebelumnya. Penganut paham

positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan

ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan,

demikian juga alam.

Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat

bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai

suatu realitas. Ini berarti, yang disebut sebagai positif bertentangan dengan sesuatu yang

hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari sesuatu yang hanya merupakan

konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan

bahwa pengertian positivisme secara terminologi berarti suatu paham yang dalam

"pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar

terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.

B. Prinsip Aliran Positivisme

Sebenarnya pertentangan antara idealis versus materialis, metafisis versus positivis,

ontologis versus empiris, telah berlangsung cukup lama. Artinya kemunculan positivisme

ini mengiringi kemunculan filsafat. Positivisme sama tuanya dengan filsafat. Meskipun

demikian, positivisme baru berkembang pesat pada abad ke-19 ketika empirisme

mendominasi pemikiran. Positivisme lahir dan berkembang di bawah naungan empirisme,

artinya antara empirisme dan positivisme tidak dapat dipisahkan. Pesatnya perkembangan

positivismen terjadi setelah menangnya gerakan sekularisasi, yang berupaya memisahkan

secara tegas antara urusan politik (negara) dengan urusan Gereja (agama), dan bersamaan

dengan runtuhnya kewibawaan gereja, yang menawarkan basis pemikiran transendental.


Oleh karena itu, wajar jika positivisme menolak secara tegas hal-hal yang bersifat

transenden, karena mereka tidak lagi percaya kepada doktrin Gereja. Sebagaimana yang

pernah dikemukakan oleh B.M. Oliver sebagai berikut :

“Tibalah saatnya bahwa setelah berhasil menghancurkan basis religius untuk

kesusilaan, maka sains berkewajiban untuk memberikan sebuah basis rasional baru

untuk tingkah laku manusia, sebuah kode etik yang berkenaan dengan kepentingan-

kepentingan manusia di atas dunia, bukan kepentingan-kepentingan manusia di

akhirat”.

Pernyataan tersebut di atas adalah merupakan ungkapan yang mempertegas, bahwa

empirisme-positivisme mengabaikan masalah moralitas transendental. Wilayah metafisika

dan hakikat menjadi obyek pemikiran filsafat melalui kontemplasi-spekulasi, yang tidak

dapat didekati dengan indera-indera kaum positivis. Oleh karena itu sebagai akibatnya

positivisme hanya bersandar pada prinsip-prinsip berikut ini:

Hanya apa yang tampil dalam pengalaman dapat disebut benar. Prinsip ini diambil dari

filsafat empirisme Locke dan Hume.

a. Hanya apa yang sungguh-sungguh dapat dipastikan sebagai kenyataan dapat

dipastikan sebagai kenyataan dapat disebut benar. Itu berarti tidak semua pengalaman

dapat disebut benar, tetapi hanya pengalaman yang mendapati kenyataan.

b. Hanya melalui ilmu-ilmu pengetahuan dapat ditentukan apakah sesuatu yang dialami

merupakan sungguh- sungguh suatu kenyataan.


Oleh karena itu, semua kebenaran didapati melalui ilmu-ilmu pengetahuan, maka tugas

filsafat tidak lain dari pada mengumpulkan dan mengatur hasil penyelidikan ilmu-ilmu

pengetahuan. Secara lebih lengkap, prinsip-prinsip aliran positivisme dikemukakan oleh

Arief Sidharta, sebagai berikut:

a. Hanya ilmu yang dapat memberikan pengetahuan yang syah.

b. Hanya fakta yang dapat menjadi obyek pengetahuan.

c. Metode filsafat tidak berbeda dari metode ilmu.

d. Tugas filsafat adalah menemukan asas umum yang

berlaku bagi semua ilmu dan menggunakan asas-asas ini sebagai pedoman bagi

perilaku manusia dan menjadi landasan bagi organisasi sosial.

e. Semua interpretasi tentang dunia harus didasarkan semata-mata atas pengalaman

(empiris-verifikatif).

f. Bertitik tolak pada ilmu-ilmu alam.

g. Berusaha memperoleh suatu pandangan tunggal tentang dunia fenomena, baik

dunia fisik maupun dunia manusia, melalui aplikasi metode-metode dan perluasan

jangkauan hasil-hasil ilmu alam.

Prinsip-prinsip aliran positivisme ini selanjutnya mendasarinya kepada sains modern

(sekuler) yang dikembangkan Barat. Sains modern bersandar pada empat premis, yakni:

a. Dunia itu ada.

b. Manusia dapat mengetahui dunia.

c. Manusia mengetahui dunia melalui panca indera, dan


d. Fenomena-fenomena di dunia terkait secara kausalitas (sebab akibat). Secara

metodologis, positivisme meyakini sepenuhnya pada empat dalil ‘keilmuan’, orde,

determinisme, parsimoni, dan empirikal.

C. Ciri – Ciri Aliran Positivisme

Adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh positivisme. Karakteristik inilah

yang mempermudah kita untuk mengklasifikasikan berbagai hal yang erat kaitanya dengan

positivisme. Berikut merupakan ciri ciri atau karakteristik dari positivisme.

• Menolak keras gagasan atau pemikiran yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan yang

sebelumnya tidak dilakukan eksperimen atau penelitian sama sekali.

• Tidak mempercayai berbagai hal yang erat kaitannya dengan tahayul dan mitos mitos

yang sudah lama berkembang.

• Menggunakan berbagai metode ilmiah yang diperuntukkan untuk mengumpulkan dan

membuktikan suatu data yang diperlukan.

• Menempatkan metode ilmiah sebagai syarat mutlak untuk menentukan kebenaran suatu

hal.

• Dalam prosesnya lebih menitik beratkan pada penggunaan logika dan pemikiran dasar

lainnya.

• Indera merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan

data dalam hal ini.

• Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, sains dan

budaya dibedakan menjadi dua hal yang tidak berhubungan satu sama lain.
D. Jenis – Jenis Aliran Positivisme

Adapun beberapa jenis dari positivisme yang telah diklasifikasikan berdasarkan

dengan cara pemahamannya. Berikut merupakan jenis jenis positivisme.

1. Positivisme Logis

Dalam hal ini pemahaman dari positivism lebih ditekankan pada berbagai penjelasan yang

sifatnya ilmiah, dan lebih dapat dijelaskan secara logika.

Oleh karenanya, dalam hal ini lebih dihindari menjawab pertanyaan dengan menggunakan

interpretasi.

2. Positivisme Hukum

Dalam hal ini, positivisme yang dipercaya dibedakan menjadi dua jenis yaitu, antara moral

dan juga hukum. Nyatanya, ketika seorang individu sedang didalam kondisi yang

emosional ia akan dapat mengaburkan berbagai penilaian yan ada.

Sedangkan norma atau hukum merupakan suatu hal yang harus dihormati dan

sifatnya sendiri sangat mengikat semua pribadi.

3. Positivisme Sosial

Suatu paham positivisme yang pola pemikirannya berkembang seiring dengan

perkembangan dari pemikiran setiap manusia, entah diperoleh secara instan ataupun

diperoleh secara bertahap.


BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari aliran positivism adalah aliran yang sejak

awal abad 19 mempengaruhi banyak pemikiran di berbagai bidang ilmu tentang kehidupan

manusia, terutama dalam kajian bidang hukum. Dalam perkembangannya ilmu hukum

mengklaim dirinya sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan dan perilaku warga

masyarakat (yang semestinya tertib mengikuti norma- norma kausalitas). Aliran

Positivisme juga adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar

hanya berasal dari ilmu alam dan tidak berkaitan dengan metafisika. Dapat disimpulkan

bahwa positivisme secara terminologi berarti suatu paham yang dalam "pencapaian

kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala

hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.


DAFTAR PUSTAKA

Haryono 2019, Eksistensi Aliran Positivisme Dalam Ilmu hukum

Johni Najwan, S.H., M.H., Ph. D. 2010, Implikasi Aliran Positivisme Terhadap Pemikiran

Hukum

Wibowo T. Tunardy, S.H., M.Kn. 2020 Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif)

https://jurnalhukum.com/positivisme-hukum/ 20 novomber

https://id.wikipedia.org/wiki/Positivisme

Anda mungkin juga menyukai