Anda di halaman 1dari 39

Teori Organisasi

Perubahan dan Pengembangan Organisasi


Puskesmas Koba

dr. Kevin Sulay Wijaya, Sp.KJ

ARS UNIVERSITY
Struktur Organisasi Puskesmas Koba

ARS UNIVERSITY
Profil Puskesmas
VISI
 Menjadikan Puskesmas Koba Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dengan Tenaga
Profesional Dan Dapat Dijangkau Oleh Seluruh Lapisan Masyarakat

MISI
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan
2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan
3. Meningkatkan disiplin kerja pegawai
4. Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan kesehatan untuk memuaskan
pelanggan
5. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral

ARS UNIVERSITY
Profil Puskesmas
 UPTD Puskesmas Koba terletak di wilayah Kecamatan Koba yang memiliki luas kurang lebih
391,666 km2 dan terbagi menjadi lima (5) Kelurahan dan enam (6) Desa yang terdiri dari
Kelurahan Koba, Kelurahan Padang Mulia, Kelurahan Simpang Perlang, Kelurahan Berok,
Kelurahan Arung Dalam, Desa Nibung, Desa Guntung, Desa Terentang III, Desa Penyak, Desa
Kurau, Desa Kurau Barat.
 Puskesmas Koba telah terakreditasi tahun 2015.
 Lokasi Puskesmas ini sangat strategis dan dapat dijangkau oleh akses kendaraan roda dua maupun
roda empat.
 Berdasarkan data estimasi BPS, Jumlah Penduduk Kecamatan Koba tahun 2019 adalah sebesar
40.069 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 20.661 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 19.408 jiwa yang tersebar di 11 (sebelas) desa/kelurahan.

ARS UNIVERSITY
Profil Puskesmas
o Tingkat pendidikan dan tingkat pekerjaan penduduknya masih belum ada data
o Tingkat kepercayaan penduduk terhadap pengobatan alternatif masih tinggi, khususnya masalah penyakit jiwa,
masih banyak yang memercayai bahwa gangguan tersebut berasal dari gangguan roh jahat dan lebih banyak
membawa berobat ke paranormal
o Puskesmas memiliki 66 orang personel yang terdiri atas:
o Kepala Puskesmas (dokter umum)
o Kepala tata usaha 1 orang
o Dokter umum 3 orang (2 orang PNS dan 1 orang PTT)
o Perawat 16 orang, Bidan 15 orang, perawat gigi 2 orang
o kefarmasian 3 orang, nutrisionis 1 orang, tenaga kesehatan lingkungan 1 orang, tenaga kesehatan masyarakat 3
orang, staf administrasi 3 orang, analis laboratorium 2 orang.
o Beberapa petugas memiliki tugas rangkap (3 atau lebih jabatan)
o Petugas penanggung jawab keswa merupakan perawat yang sekaligus juga melakukan pelayanan di Puskesmas
ARS UNIVERSITY
Layanan Keswa Puskesmas
 Puskesmas Koba belum memiliki kebijakan pelayanan keswa dari Bupati
Bangka Tengah
 Kebijakan kepala puskesmas, yakni Surat Keputusan untuk penanggungjawab
program keswa, yang dipercayakan kepada Rion Ari sandi sejak 1 Juni 2018
 Sebagian besar pasien ODGJ belum ada yang punya BPJS, bila tidak
mempunyai BPJS tetapi ber-KTP bangka tengah akan digratiskan, apabila tidak
memiliki KTP Bangka Tengah akan dikenakan biaya Rp. 7.000,00 dan obat
diberikana selama 1 bulan
 Kegiatan layanan keswa hanya dilakukan oleh 1 petugas yaitu perawat yang
sekaligus sebagai pemegang program keswa
 Semua nakes di Puskesmas belum pernah mendapat pelatihan tentang pelayanan
keswa (hanya PJ)
 Puskesmas Koba memberikan layanan keswa berupa kegiatan dalam Gedung
dan luar Gedung

ARS UNIVERSITY
Layanan Keswa Puskesmas
 Kegiatan Dalam Gedung Kegiatan dalam gedung dalam upaya kesehatan jiwa antara lain penyuluhan,
penemuan, pengobatan dan rujukan pasien.
 Kegiatan Luar Gedung Melakukan penyuluhan saat posyandu, Puskesmas keliling, Safari kesehatan dan
pertemuan lintas sektoral. Mendata dan kunjungan rumah pada kasus kelainan jiwa atau yang di pasung.
Melakukan rujukan ke PPK II dan III bagi pasien gangguan jiwa yang akan kontrol maupun pasien yang
memiliki indikasi untuk dirawat inap
 Layanan keswa dalam Gedung hanya dilakukan oleh dokter umum yang ada di puskesmas
 Jumlah pasien ODGJ di Puskesmas Koba sebesar 78 orang
 Bekerjasama dengan sektor Dinas Sosial (Pekerja Sosial Masyarakat/PSM), Polsek, namun belum ada
kerjasama dengan sektor/institusi pendidikan, sektor perumahan, babinsa, tenaga kesehatan tradisional,
organisasi keagamaan maupun panti-panti
 Puskesmas telah bekerjasama secara lintas sektor dengan Dinas Sosial, termasuk kerjasama penanganan pasien
ODGJ tak dikenal dan dukungan pengurusan kepemilikan BPJS bagi pasien ODGJ
 Di Puskesmas Koba belum ada program dan layanan manajemen disabilitas fisik/sosial/okupasional untuk
ODGJ
ARS UNIVERSITY
Layanan Keswa Puskesmas
 Di dalam puskesmas sendiri telah ada kerjasama lintas unit berupa layanan Klinik Terpadu yang terdiri dari pelayanan
Penyakit Tidak Menular, Promosi Kesehatan, Lansia dan Jiwa
 Belum ada kerjasama yang melibatkan pasien ODGJ dan keluarganya
 Belum ada kerjasama dengan media dalam penyelenggaraan keswa
 Menurut data register pasien jiwa selama 1 tahun terakhir, pasien ODGJ di wilayah kerja Puskesmas yakni 41 orang dengan
25 ODGJ rutin berobat ke PKM dengan diagnosis terbanyak yakni skizofrenia
 16 ODGJ lainnya, sebagian berobat ke RSJ dan sebagian belum mau berobat
 Pemeriksaan ODGJ masih dilakukan di klinik umum, dan rekam medisnya belum dibuat khusus, masih menyatu dengan
rekam medis umum, tetapi sudah ada kartu berobat khusus untuk ODGJ (kartu biru)
 Pencatatan ODGJ di buku registrasi khusus belum ada
 Jika ada ODGJ berobat, nakes keswa akan diberitahu oleh tim BP
 Obat yang tersedia belum sesuai dengan Formularium Nasional
 Sudah ada obat khusus untuk manajemen pasien jiwa yang gaduh gelisah tetapi Nakes belum mengetahui prosedurnya
 Home visit tidak rutin dilakukan, hanya dilakukan apabila ada pasien yang tidak stabil, putus obat atau pasien baru (ada 3
kasus pemasungan)

ARS UNIVERSITY
No
Identifikasi Masalah Topik Masalah
1 Regulasi dan Kebijakan
 a. Apakah terdapat regulasi/peraturan yang bisa digunakan untuk mendukung program/layanan kesehatan jiwa di wilayah kerja
puskesmas?
b. Apakah Dinkes/tempat layanan kesehatan jiwa tsb memiliki kebijakan di bidang kesehatan jiwa yang masih berlaku?
2 Pembiayaan
 a. Apakah Dinkes/tempat layanan keswa tsb memiliki anggaran khusus untuk program kesehatan jiwa?
b. Apakah orang dengan gangguan jiwa memiliki pembiayaan untuk mengakses layanan kesehatan jiwa?
3 Kolaborasi
 a. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki kerjasama dengan sektor lain untuk menyelenggarakan program kesehatan jiwa?
b. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki kerjasama (melibatkan) orang dengan gangguan jiwa dan keluarganya dalam
penyelenggaraan program kesehatan jiwa?
c. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki kerjasama (melibatkan) media dalam penyelenggaraan program kesehatan jiwa?
4 Upaya Kesehatan Jiwa
 a. Apakah Puskesmas telah menyelenggarakan layanan kesehatan jiwa?
b. Apakah semua RSUD di wilayah kerja saya telah menyelenggarakan layanan kesehatan jiwa?
c. Apakah saya memiliki RSJ di wilayah kerja?
d. Apakah sistem rujukan berjalan 2 arah di wilayah kerja saya?
e. Apakah upaya kesehatan jiwa baik preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif telah dilaksanakan di tempat layanan keswa tsb?
f. Apakah masyarakat telah berpartisipasi dalam upaya kesehatan jiwa?
 g. Apakah sektor lain juga terlibat dan berpartisipasi dalam upaya kesehatan jiwa?
h. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki program manajemen disabilitas fisik, sosial, dan okupasional untuk ODGJ/penyintas
pemasungan?

ARS UNIVERSITY
Identifikasi Masalah
No Topik Masalah
5 Sumber Daya Manusia
 a. Apakah tempat layanan keswa tsb telah memiliki tenaga kesehatan jiwa yang memadai dari segi jumlah?
b. Apakah tempat layanan keswa tsb telah memiliki tenaga kesehatan jiwa yang memadai dari segi
keterampilan?
6 Infrastruktur
 a. Apakah tempat layanan keswa tsb telah memiliki ketersediaan jenis obat yang sesuai dengan
formularium nasional terakhir?
b. Apakah tempat layanan keswa tsb telah memiliki ketersediaan alat/bahan/obat untuk manajemen gaduh
gelisah yang memadai?
7 Sistem Data dan Informasi
a. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki sistem pelaporan dan pencatatan kasus gangguan jiwa?
b. Apakah tempat layanan keswa tsb memiliki sistem pelaporan dan pencatatan kasus pemasungan?

ARS UNIVERSITY
Identifikasi Masalah
1. Kebijakan dan Regulasi (SOP) dari Pimpinan Puskesmas belum ada tersedia secara lengkap
2. Anggaran khusus keswa masih terbatas (Pelatihan, Pendampingan, Home Visit, dan Kebutuhan Obat)
3. Deteksi dini gangguan jiwa belum berjalan (skrining tidak dilakukan di BP)
4. Perencanaan program keswa masih belum sesuai dengan kebutuhan layanan keswa (Pelatihan, Pendampingan, Home Visit, dan Kebutuhan Obat)
5. Sebagian pasien ODGJ masih belum memiliki jaminan kesehatan BPJS karena keterbatasan membayar biaya iuran BPJS
6. Puskesmas belum bekerjasama dengan seluruh sektor pemangku kepentingan, kerjasama baru ada dengan sektor sosial, kepolisian
7. Kerjasama dan keterlibatan pihak Internal Puskesmas belum berjalan baik karena program masing-masing berjalan sendiri, dan tidak pernah di
sinkronkan
8. Belum ada kegiatan yang melibatkan/memberdayakan pasien ODGJ dan keluarganya
9. Penyelenggaran program Keswa belum melibatkan media.
10. Belum ada program manajemen disabilitas fisik/sosial/okupasional untuk rehabilitasi pasien ODGJ
11. Tenaga kesehatan Puskesmas yang terampil dalam pelayanan kesehatan jiwa masih kurang
12. Obat-obatan/alat/bahan yang tersedia masih belum sesuai dengan Formularium Nasional karena perencanaan pengadaan obat keswa belum terencana
dengan baik dan tidak mengikuti formulasi perhitungan kebutuhan
13. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa masih kurang, sehingga masih ada keluarga yang membiarkan ODGJ tidak mendapat pengobatan
medis (pengobatan alternatif)
14. Pencatatan dan pelaporan pasien ODGJ masih kurang rapi sebagai data untuk penanganan pasien yang lebih terintegrasi (masih menyatu dengan
register BP)
15. Stigma dari masyarakat (eskternal) dan pihak petugas puskesmas (internal) cukup besar
16. Proses pemindahan atau transfer ilmu keswa dari PJ Keswa lama ke PJ keswa baru tidak berjalan dan proses ke petugas Kesehatan lainnya juga tidak
berjalan

ARS UNIVERSITY
Uji Masalah
Bad Performance
High High High
No. Masalah (Performa
Risk Volume Cost
Buruk)
Kebijakan dan Regulasi (SOP) dari Pimpinan
1. √ √
Puskesmas belum ada tersedia secara lengkap
Anggaran khusus keswa masih terbatas (Pelatihan,
2. √ √ √
Pendampingan, Home Visit, dan Kebutuhan Obat)
Deteksi dini gangguan jiwa belum berjalan (skrining
3. √ √ √
tidak dilakukan di BP)
Perencanaan program keswa masih belum sesuai
4. dengan kebutuhan layanan keswa (Pelatihan, √ √ √
Pendampingan, Home Visit, dan Kebutuhan Obat)
Sebagian pasien ODGJ masih belum memiliki jaminan
5. kesehatan BPJS karena keterbatasan membayar biaya √ √ √
iuran BPJS
Puskesmas belum bekerjasama dengan seluruh sektor
6. pemangku kepentingan, kerjasama baru ada dengan √
sektor sosial, kepolisian
ARS UNIVERSITY
Uji Masalah
High High High
No. Masalah Bad Performance
Risk Volume Cost
Kerjasama dan keterlibatan pihak Internal Puskesmas belum
7. berjalan baik karena program masing-masing berjalan sendiri, √ √
dan tidak pernah di sinkronkan
Belum ada kegiatan yang melibatkan/memberdayakan pasien
8. √ √
ODGJ dan keluarganya

9. Penyelenggaran program Keswa belum melibatkan media √ √

Belum ada program manajemen disabilitas


10. √ √
fisik/sosial/okupasional untuk rehabilitasi pasien ODGJ
Tenaga kesehatan Puskesmas yang terampil dalam
11. √ √ √ √
pelayanan kesehatan jiwa masih kurang

Obat-obatan/alat/bahan yang tersedia masih belum sesuai


dengan Formularium Nasional karena perencanaan
12. √ √ √ √
pengadaan obat keswa belum terencana dengan baik dan
tidak mengikuti formulasi perhitungan kebutuhan
ARS UNIVERSITY
Uji Masalah
High High High
No. Masalah Bad Performance
Risk Volume Cost
Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa masih
kurang, sehingga masih ada keluarga yang membiarkan
13. √ √    √
ODGJ tidak mendapat pengobatan medis (pengobatan
alternatif)
Pencatatan dan pelaporan pasien ODGJ masih kurang
14. rapi sebagai data untuk penanganan pasien yang lebih √   √
terintegrasi (masih menyatu dengan register BP)
Stigma dari masyarakat (eskternal) dan pihak petugas
15. √ √
puskesmas (internal) cukup besar
Proses pemindahan atau transfer ilmu keswa dari PJ
16. Keswa lama ke PJ keswa baru tidak berjalan dan proses √ √
ke petugas Kesehatan lainnya juga tidak berjalan

ARS UNIVERSITY
Penilaian Masalah
Standa Uku
No Masalah Dampak Frek Vol Solusi Skandal Jumlah
r r
Tenaga kesehatan
Puskesmas yang terampil
1. dalam pelayanan 5 5 5 5 5 5 5 35
kesehatan jiwa masih
kurang
Obat-obatan/alat/bahan
yang tersedia masih belum
sesuai dengan
Formularium Nasional
karena perencanaan
2. 5 5 5 5 5 5 5 35
pengadaan obat keswa
belum terencana dengan
baik dan tidak mengikuti
formulasi perhitungan
kebutuhan

ARS UNIVERSITY
Penilaian Masalah
Dampak Frek Vol Stand Sol Ukur Skandal
No Masalah Jumlah
(x10) (x8) (x9) (x7) (x8) (x6) (x5)
Tenaga kesehatan
Puskesmas yang terampil
1. dalam pelayanan 50 40 45 35 40 30 25 265
kesehatan jiwa masih
kurang
Obat-obatan/alat/bahan
yang tersedia masih belum
sesuai dengan
Formularium Nasional
karena perencanaan
2. 50 40 45 35 40 30 25 265
pengadaan obat keswa
belum terencana dengan
baik dan tidak mengikuti
formulasi perhitungan
kebutuhan

ARS UNIVERSITY
Penilaian Masalah
No Masalah Urgency Seriousness Growth Jumlah

Tenaga kesehatan Puskesmas yang


1. terampil dalam pelayanan kesehatan 5 5 5 15
jiwa masih kurang

Obat-obatan/alat/bahan yang tersedia


masih belum sesuai dengan
Formularium Nasional karena
2. perencanaan pengadaan obat keswa 5 5 5 15
belum terencana dengan baik dan tidak
mengikuti formulasi perhitungan
kebutuhan

ARS UNIVERSITY
o Menurut Kriteria urgency (yang paling mendesak/gawat), seriousness (yang
paling berisiko jika tidak dilakukan) dan growth (bila ditangani maka
memberikan dampak yang paling besar).
o Maka prioritas pengembangan organisasi yang dibahas adalah
o “Tenaga kesehatan Puskesmas yang terampil dalam pelayanan kesehatan
jiwa masih kurang”
o Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan lebih dipilih karena
apabila pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang masih kurang
dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam penggunaan obat-obatan/alat/bahan
yang tersedia walau sudah disesuaikan dengan Formularium Nasional

ARS UNIVERSITY
ANALISIS AKAR MASALAH MENGGUNAKAN POHON MASALAH
Performa PKM Permintaan obat Performa Dinkes DUP ↑ Ketidakpatuhan Morbiditas &
Agresivitas ↑ Biaya ↑ Kekambuhan ↑
buruk tidak sesuai buruk   minum obat ↑ mortalitas↑
   

Pengobatan tidak Treatment Gap


Cakupan rendah optimal tinggi
 

Tenaga kesehatan Puskesmas yang terampil dalam pelayanan


kesehatan jiwa masih kurang

Pengetahuan dan Kurangnya komitmen


Keterampilan kurang pemangku kebijakan Stigma Nakes thd ODGJ

Pelatihan Keswa Keterbatasan Pemenuhan SDM Petugas kurang


Dinkes Tidak mengetahui Pengetahuan Keswa bukan Nakes kurang Petugas keswa
pada Nakes Waktu Pelayanan keswa belum pengetahuan
kurang peduli regulasi Keswa Kurang Prioritas empati tidak diperhatikan
belum merata Keswa pritoritas

Apresiasi
Keswa bukan Nakes tidak Edukasi Pengetahuan petugas keswa
Dana keswa Pimpinan tidak Keswa tidak Sosialisasi
Prioritas berminat pada dan Keswa kurang kurang
terbatas memahami menguntungkan Keswa kurang
Keswa Sosialisasi
regulasi  
Pelatihan kurang Anggapan Keswa bukan
Keswa bukan keswa Kepedulian <  Nakes kurang
kurang dan Nakes keswa hanya prioritas percaya diri
Prioritas kurang inovasi memiliki urusan
Monev kurang Belum pernah
Belum tugas Stigma besar kesehatan Tidak minat
Tidak mengikuti Proses transfer
mengetahui rangkap terhadap
mengetahui pelatihan pengetahuan
metode lain regulasi Keswa Tidak Keswa Keswa kurang
mengetahui  
ARS UNIVERSITY
regulasi Keswa  
Metode Pengembangan
Metode pengembangan organisasi dengan Metode
Pengembangan Keterampilan & sikap (pengetahuan) yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan nakes tentang
Keswa :

“Seminar dan Pedampingan Pelayanan Kesehatan


Jiwa bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Koba”

ARS UNIVERSITY
Proposal Program

“Seminar dan Pedampingan Pelayanan


Kesehatan Jiwa bagi Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Koba”

ARS UNIVERSITY
Latar belakang
Indonesia saat ini gangguan jiwa menduduki nomor 2 terbesar penyebab beban disabilitas akibat penyakit berdasarkan
YLD (years lived with disability). Selain itu, masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan dampak sosial antara
lain :
Meningkatnya angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di masyarakat umum
Bunuh diri
Penyalahgunaan napza (narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya),
Masalah dalam perkawinan dan pekerjaan
Masalah di pendidikan, dan mengurangi produktivitas secara signifikan.
Hal-hal ini perlu diantisipasi, mengingat WHO mengestimasikan depresi akan menjadi peringkat ke-2 penyebab beban
akibat penyakit di dunia (global) setelah jantung pada tahun 2020, dan menjadi peringkat pertama pada tahun 2030.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif, dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

ARS UNIVERSITY
Latar belakang
Penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa di layanan primer berdasarkan Peta Strategis adalah puskesmas
yang memiliki tenaga kesehatan terlatih kesehatan jiwa, melaksanakan upaya promotif kesehatan jiwa dan
preventif terkait kesehatan jiwa, serta melaksanakan deteksi dini, penegakan diagnosis, penatalaksanaan
awal dan pengelolaan rujukan balik kasus gangguan jiwa. Layanan tersebut dilakukan dengan
memperhatikan komorbiditas fisik dan jiwa.
Layanan kesehatan primer di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai ujung tombak layanan
kesehatan di masyarakat memiliki peran yang sangat penting. FKTP diharapkan berperan dalam
penyediaan layanan kesehatan jiwa yang terpadu dengan layanan kesehatan umum. Penyediaan layanan
kesehatan jiwa di FKTP harus tetap dijalankan untuk memenuhi hak dan kebutuhan masyarakat.
Terbatasnya sumber daya kesehatan terlatih jiwa merupakan salah satu masalah yang perlu diatasi. Untuk
itu perlu peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di layanan primer (FKTP) di samping supervisi dari
tenaga profesional kesehatan jiwa. Peningkatan kapasitas tersebut berupa Pelatihan bagi Dokter Umum
dengan metode praktis tentang Penatalaksanaan Kasus Gangguan Jiwa yang sering Ditemui di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

ARS UNIVERSITY
Latar belakang
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Koba yaitu : 40.069 jiwa
Prevalensi (permil) Rumah Tangga dengan ART Gangguan Jiwa Skizofrenia/Psikosis menurut
perhitungan Data Riskesdas 2018 di Kabupaten Bangka Tengah sebesar 9‰ atau 498 orang
Berdasarkan perhitungan Data Riskesdas 2018 tersebut menunjukkan prevalensi gangguan jiwa
Skizofrenia/Psikosis di Puskesmas Koba diperkirakan mencapai sekitar 361 orang
Sedangkan menurut data register pasien jiwa di wilayah kerja Puskesmas Koba selama 1 tahun
terakhir berjumlah 78 orang dengan 48 ODGJ rutin berobat ke PKM dengan diagnosis terbanyak
yakni skizofrenia, 16 ODGJ lainnya, sebagian berobat ke RSJ dan sebagian belum mau berobat.

ARS UNIVERSITY
Latar belakang
Hal ini menunjukkan bahwa hanya 13% pasien gangguan jiwa yang mendapatkan
pengobatan. Kesenjangan pengobatan tersebut antara lain disebabkan adanya hambatan
dalam akses layanan kesehatan jiwa. Kesenjangan ini dapat menimbulkan masalah
kesehatan jiwa cukup besar.
Saat ini, Puskesmas Koba sudah melaksanakan program kesehatan jiwa, namun tenaga
kesehatan yang ada masih belum terampil dalam pelayanan kesehatan jiwa termasuk
deteksi dini gangguan jiwa dan tatalaksana farmakologis ODGJ masih tidak sesuai

ARS UNIVERSITY
Latar belakang…
Agar terampilnya nakes dalam melakukan Kesehatan jiwa (deteksi dini, penegakan
diagnosis dan tatalaksana awal) maka perlu dilakukan dua kegiatan yakni:
a. Pendampingan kepada tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) mengenai
deteksi dini, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan awal gangguan jiwa
Dengan adanya peningkatan keterampilan yang dimiliki oleh nakes maka deteksi
dini, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan awal dapat diaplikasikan sehingga
dampak-dampak buruk dari gangguan jiwa dapat diminimalisir dan kualitas hidup
masyarakat ditingkatkan menjadi lebih produktif

ARS UNIVERSITY
Kegiatan Pendampingan bagi tenaga Kesehatan
2.1 Tujuan Umum
Meningkatnya keterampilan Tenaga Kesehatan (dokter, perawat dan bidan) di
Puskesmas Koba
 2.2 Tujuan Khusus
 Meningkatkan keterampilan deteksi dini psikotik bagi Dokter, Perawat dan Bidan
 Meningkatkan keterampilan penegakkan diagnosis psikotik bagi Dokter, Perawat
dan Bidan
 Meningkatkan keterampilan penatalaksanaan awal psikotik bagi Dokter, Perawat
dan Bidan

ARS UNIVERSITY
Sasaran
a. Kegiatan Pendampingan bagi tenaga Kesehatan
1. Kepala Puskesmas (1 orang)
2. Kepala Tata Usaha (1 orang)
3. Dokter (3 orang)
4. Perawat (8 orang)
5. Bidan (15 orang)
6. Administrasi (2 orang)
7. Farmasi (2 orang)

ARS UNIVERSITY
Waktu dan Tempat

Kegiatan seminar dan pendampingan ini akan dilaksanakan pada :


◦ Hari/tanggal : Desember 2022
◦ Waktu : 08.00 – 16.00 (detail dapat dilihat di Jadwal Acara)
◦ Tempat : Aula lantai 2 dan Balai Pengobatan Puskesmas Koba

ARS UNIVERSITY
Persiapan Program
Pembentukan struktur panitia
Merancang susunan acara (tupoksi)
Pembuatan daftar hadir, kuesioner pre-test/post-test, survei
kepuasaan, materi, daftar tilik
Pembuatan surat ijin penggunaan aula puskesmas
Pembuatan Surat Tugas Kepala Puskesmas untuk penunjukan peserta
Persiapan pengadaan materi seminar dan pendampingan, kesiapan
tempat
Menentukan pasien psikotik yang akan diminta hadir

ARS UNIVERSITY
Evaluasi Persiapan Program
Follow up surat ijin tempat pelaksanaan dan kesiapan tempat
Follow up surat tugas untuk penunjukkan peserta dan sudah
disebarkan
Follow up jumlah peserta yang akan hadir, materi seminar,
pendampingan, pasien yang akan hadir, dan audio visual yg
akan digunakan

ARS UNIVERSITY
Fase Persiapan Fase Pelaksanaan Fase Penutupan
- Rapat pembentukan panitia - Persiapan tempat, - Monev
dan membuat job audio-visual - Pelaporan
description masing-masing - Administrasi (daftar - Dokumentasi
seksi hadir, lembar pre-post
- Menyusun susunan acara test)
- Menentukan waktu dan - Materi
lokasi pelaksanaan - Narasumber
- Menyusun Anggaran - Dokumentasi
- Mengajukan surat tugas  
Kepala PKM
- Menentukan narasumber
dan jumlah peserta yang
hadir

ARS UNIVERSITY
Struktur panitia
Pembimbing : dr. Samsul bahri
Ketua : dr. Kevin
Sekretaris : dr. Tomi Fernando
Bendahara : Royana, SKM
Seksi Ilmiah : dr. Kevin
Seksi Acara : Rion Ari Sandi, Amd.Kep
Seksi Dokumentasi & Perlengkapan : Fikri

ARS UNIVERSITY
Jadwal Acara Kegiatan Seminar
Waktu Acara Penanggungjawab
08.00 – 08.30 Registrasi peserta Sie Acara
Sambutan oleh ketua panitia dr. Kevin
08.30 – 08.40
Sambutan dan doa pembukaan oleh Kapus PKM Koba Dr. Samsul Bahri

Pre-test
08.40 – 09.00 Sie Acara
Penjelasan Acara seminar dan pendampingan
09.00 – 09.30 Gambaran Kondisi Keswa di Indonesia RSJ
09.30 – 10.00 Strategi Penguatan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Indonesia RSJ
10.00 – 10.30 Strategi Wawancara Psikiatri RSJ
10.30 – 10.50 Deteksi Dini Gangguan Jiwa RSJ
11.00 – 11.30 Sesi tanya jawab dr. Kevin
11.30 – 12.30 Ishoma
12.30 - 14.00 Role play deteksi dini gangguan jiwa RSJ
14.00 – 14.15 Post-test Sie Acara
Resume dr. Kevin
14.15 – 15.00
Briefing untuk kegiatan besok Sie Acara

ARS UNIVERSITY
Jadwal acara Kegiatan Pendampingan
Waktu Acara Penanggungjawab

08.00 – 08.15 Pre-test Sie Acara

08.15 – 10.15 Penegakan diagnosis (gangguan psikotik) RSJ, dr. Kevin

10.15 – 12.15 Tatalaksana gangguan jiwa (gangguan psikotik) RSJ, dr. Kevin

12.15 – 13.00 Ishoma RSJ, dr. Kevin

13.00 – 15.00 Pendampingan PKM Koba di balai pengobatan

15.00 – 15.30 Evaluasi, Tanya jawab dan resume kegiatan hari ini dr. Kevin

15.30 – 15.45 Post-test Sie Acara


Penutupan oleh Kapus PKM Koba dr. Samsul Bahri
15.45 – 16.00 Foto bersama narasumber, panitia, peserta Sie Dokumentasi
ARS UNIVERSITY
Anggaran kegiatan
Seksi Pengeluaran Rincian Jumlah (Rp)
Sekretariat ATK 64 x @ Rp. 5.000,00 Rp. 160.000,00
Surat undangan & Sertifikat Peserta 32 x @ Rp. 3.000,00 Rp. 96.000,00
Penggandaan Materi Pelatihan 32 x @ Rp. 5.000,00 Rp. 160.000,00
Acara
Narasumber (2 orang) 4 x @ Rp. 500.000,00 Rp. 2.000.000,00

Konsumsi Konsumsi Rapat Panitia 7 x @ Rp. 10.000,00 Rp. 70.000,00


Makan Siang 64 x @ Rp. 20.000,00 Rp. 1.280.000,00
Transportasi 3 Pasien dan 3
pendamping 6 x @ Rp. 100.000,00 Rp. 600.000,00
Transport ODGJ
Transport Narasumber (2 orang) 4 x @ Rp. 100.000,00 Rp. 400.000,00

Biaya tak terduga 10% Rp. 476.000,00

ARS UNIVERSITY TOTAL Rp. 5.242.000,00


Pemantauan dan evaluasi
Kegiatan Pendampingan bagi tenaga Kesehatan
 Pemantauan yang dilakukan adalah daftar hadir, perkembangan kesiapan materi dan
narasumber, kesiapan soal pre/post-test, daftar tilik, survei kepuasan oleh ketua panitia

Evaluasi kegiatan
◦ Keterampilan nakes meningkat dalam deteksi dini, penegakkan diagnosis dan
tatalaksana awal gangguan jiwa (psikotik) yang dilihat dari nilai pre/post-test dan
daftar tilik
◦ Peserta dianggap lulus apabila nilai post-test ≥ 70 dan nilai praktek lapangan (daftar
tilik ≥ 70

ARS UNIVERSITY
Pemantauan dan evaluasi
 Indikator output
90 % peserta menyatakan puas atau sangat puas dengan kegiatan yang dilakukan (survei kepuasaan)
85 % peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai penutupan (daftar hadir)
 
 Indikator outcome
 Jangka pendek: 90 % peserta pendampingan meningkat keterampilan dalam deteksi dini, penegakkan
diagnosis dan tatalaksana awal gangguan jiwa (psikotik)  
 Jangka menengah:
1. Jumlah pasien poli umum yang di deteksi gangguan jiwa sebanyak 10% dari kunjungan rata-rata pasien
poli umum pada saat pendampingan 3 bulan lagi.
2. Materi tentang kesehatan jiwa telah masuk menjadi program rutin di promosi kesehatan puskesmas.
3. 85% ODGJ yang berobat di puskesmas mendapatkan diagnosa dan tatalaksana yang tepat pada
kunjungan pendampingan 3 bulan lagi.

ARS UNIVERSITY
Terima Kasih
ARS UNIVERSITY

Anda mungkin juga menyukai