IMUNISASI RV
DI
INDONESIA
PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN POST NEONATAL (29 HARI – 11 BULAN) PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA (12-59 BULAN)
DI INDONESIA TAHUN 2020 DI INDONESIA TAHUN 2020
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2021
9,8% kematian pada bayi (<12 bulan) dan 4,55% kematian pada anak balita (12-59 bulan) di Indonesia disebabkan oleh
Diare.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan prevalensi diare pada balita 9,8% (Balitbangkes, 2021).
Penelitian Balitbangkes, Kemenkes RI juga menyatakan bahwa 5,5% kematian bayi 29 hari - 11 bulan disebabkan oleh
diare (Sample Registration System (SRS) Tahun 2018.
BEBAN PENYAKIT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
ROTAVIRUS
2021
• WHO merekomendasikan untuk melakukan
pemberian imunisasi Rotavirus (RV) pada
bayi ke dalam program imunisasi nasional
pada semua negara, terutama di negara-
negara dengan tingkat kematian terkait
Rotavirus Gastroenteritis (RVGE) yang tinggi.
• Sampai tahun 2021 terdapat 114 negara
telah memasukkan imunisasi RV ke dalam
national immunization program (NIP)
• Pemberian imunisasi RV harus menjadi
bagian dari strategi komprehensif
pengendalian penyakit diare.
Dampak Pemberian Imunisasi
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
RV
• Hasil dari penelitian yang dilaksanakan
di Meksiko dan Brazil tahun 2021
diketahui terjadinya penurunan angka
kematian balita karena diare sebesar
46% di Meksiko dan 22% di Brazil setelah
dilaksanakan program imunisasi RV.
• Pemberian vaksin rotavirus di US
menunjukkan penurunan kasus diare
yang signifikan sejak RV digunakan
tahun 2006, dengan mencegah 40.000
sampai 50.000 kasus diare balita yang
dirawat inap (CDC)
DINAS
REKOMENDASI ITAGI
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DASAR PELAKSANAAN
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
PELAKSANAAN IMUNISASI RV
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
2022 2023
Vaksin Rotavac
Alasan pemilihan vaksin Rotavac:
Jenis vaksin ORV116E
• Bentuk liquid, frozen, tidak
Serotipe G9P[11] memerlukan pelarutan
• Penyimpanan sama seperti vaksin
Jumlah dosis 3 kali (0,5 ml )
OPV
Cara pemberian Oral (tetes) • Jumlah dosis yang diberikan lebih
kecil (0,5 ml)
Jadwal pemberian 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
• Multidosis lebih efisien dalam
Kemasan Multi doses (5 dosis per vial) penyimpanan di VR
Sediaan Liquid, Frozen • Telah memenuhi PQ WHO
Tingkat Prov/Kab/Kota = - 200C
Penyimpanan Tingkat Puskesmas = 2 – 8 0C selama 6 bulan
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
BARAT
2022
PULAU KAB/KOTA PULAU KAB/KOTA
Kota Palembang Kota Makassar
SUMATERA Kota Medan Kota Manado
SULAWESI
Kab Belitung Kab Minahasa Utara
Kota Bandung Kab Gorontalo
JAWA Kab Banyumas Kota Ambon
MALUKU
Kab. Sidoarjo Kab Halmahera Selatan
Kota Denpasar Kota Jayapura
BALI – NUSA
TENGGARA Kota Mataram PAPUA Kab Marauke
Kota Kupang Kab Manokwari
Kota Samarinda
KALIMANTAN Kab Kutai Kartanegara Total 18 Provinsi dan 21 Kab/Kota
Kab Tapin
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
IMUNISASI LANJUTAN
SKRINING Td PADA WUS HARUS MELALUI
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & LANJUTAN PADA BADUTA
N
• Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat Diare dengan mengintegrasikan
pemberian imunisasi RV ke dalam strategi penanggulangan diare
• Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional terbukti
efektif
• Vaksin baru (PCV dan RV) menjadi indikator Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2022 – 2024
• Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk menyukseskan
introduksi vaksin-vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
TERIMA KASIH
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
SURVEILANS JAPANESE ENCEPHALITIS
DI INDONESIA
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
Untuk RS Sentinel pengembangan, pengiriman spesimen melalui RS Sentinel terdekat yang telah
ada sebelumnya atau diatur oleh B/BTKLPP regional terkait.
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
WILAYAH SENTINEL SURVEILANS JAPANESE ENCEPHALITIS
DI INDONESIA
PE KASUS JE
• Host perantara seperti babi, hewan/ternak lainnya, peternakan
unggas yang berdekatan dengan kasus. SURVEILANS KASUS
• Pengumpulan jentik dan nyamuk dewasa, mengidentifikasi JE
spesies nyamuk dan kepadatan nyamuk.
• Apakah ada riwayat KLB JE sebelumnya di lokasi investigasi.
• Menganalisis dan melaporkan distribusi dan faktor resiko yang
berhubungan dengan KLB. PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI
29
SURVEILANS JE DI INDONESIA
LABORATORIUM PEMERIKSA
B/BTKLPP
TES KONFIRMASI
BKPK
AKREDITASI
LABORATORIUM REGIONAL
WHO SEAR
30
DEFINISI KASUS
ACUTE ENCEPHALITIS SYNDROME
Acute Encephalitis Syndrome (AES) adalah keadaan seseorang pada semua golongan umur yang
secara mendadak menunjukkan gejala demam dan perubahan status mental, termasuk confusion
(bingung), disorientasi, koma, atau kesulitan bicara, dan/atau adanya kejang (tidak termasuk kejang
demam sederhana) disertai gejala awal meningkatnya iritabilitas, somnolen (mengantuk), atau
tingkah laku abnormal yang lebih menonjol dibandingkan dengan penyakit demam lainnya
TARGET :
SEMUA KASUS
AES DAPAT
DIPERIKSA
31
• Tidak termasuk meningitis
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
KALIMANTAN
BARAT
• CSF
Pengambilan : Saat pasien MRS (5-14 hari onset
penyakit )
HASIL POSITIF JE TIDAK PERLU DIKONFIRMASI DENGAN PEMERIKSAAN
ELISA DENGUE
KLASIFIKASI KASUS
33
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
TERIMA KASIH