Anda di halaman 1dari 8

Aspek Akuntansi UUS

(bahan diskusi kajian bulanan MES)


Rabu, 29 Maret 2006

Oleh : Achmad Baraba


Beberapa catatan penting
 Unit usaha syariah merupakan unit usaha dari suatu bank
konvensional yang dijalankan berdasarkan prinsip bank syariah
dan oleh karenanya secara operasional harus dilakukan secara
terpisah dalam bentuk pemisahan dengan bank konvensional
sebagai induknya (diperlakukan seolah-olah seperti anak
perusahaan) karena prinsip syariah tidak memperkenankan
adanya percampuran antara bank syariah dengan bank non
syariah.
 Sesuai dengan ketentuan BI bank yang ingin mendirikan cabang
syariah harus menyisihkan dana (“modal”) minimal sebesar Rp
2 miliar untuk jabotabek dan Rp. 1 miliyar untuk luar jabotabek.
Lanjutan…..
 Dana tsb. Akan dipergunakan untuk investasi, pengeluaran pra
operasi dan modal kerja awal.
 Seluruh beban operasional unit usaha syariah harus ditanggung
oleh unit usaha syariah (tidak boleh langsung dibebankan pada
induk) dan jika tidak mencukupi maka subsidi oleh induk harus
diperlakukan sebagai tambahan “modal” sehingga performance
dan akuntabilitas unit syariah dapat dipertanggungjawabkan
baik secara bisnis maupun secara syariah.
 Sebagai contoh jika UUS/KCS menempati gedung/ruangan yang
menjadi satu dengan induk nya maka harus secara akuntansi
dilakukan cost allocation sebanding dengan gedung / ruangan
yang dipakai oleh UUS/KCS.
Lanjutan…..

 Tidak dibenarkan adanya subsidi terselubung dan


alasan penggunaan fasilitas induk konvensional untuk
efisiensi UUS jelas-jelas akan mengaburkan
keberadaan UUS sebagi suatu system perbankan yang
mempunyai filosofi yang berbeda dengan bank
konvensional.
 Office channeling harus dipandang sebagai UUS
melakukan outsourcing pelayanan dan system kepada
cabang konvensional sehingga harus ada perhitungan
nya (internal transfer pricing), jika tidak maka
performance UUS akan bias krn mengandung subsidi
terselubung.
lanjutan

 Tidak diperkenankan adanya perhitungan transfer pricing atas


dana yang disisihkan dari induk Bank Konvensional dengan
UUS/KCS, sebagaimana perhitungan kantor pusat konvensional
dengan cabang konvensional nya. Kontra prestasi dari UUS
pada induk konvensional adalah dalam bentuk hasil akhir atau
kontribusi laba UUS/KCS pada induk konvensional setelah
konsolidasi.
 Pada setiap akhir periode dilakukan konsolidasi laporan
keuangan unit usaha syariah dengan induk konvensional nya
karena secara legal unit usaha syariah bukan unit yang terpisah.
 Proses konsolidasi akan menunjukkan akun-akun yang secara
langsung dapat dikonsolidasi tetapi untuk akun-akun tertentu
yang spesifik bank syariah harus disajikan secara tersendiri
(unconsolidated account).
lanjutan

 Untuk kepentingan publikasi disarankan agar penampilan


laporan keuangan konsolidasi menunjukkan adanya lajur khusus
yang menggambarkan adanya unit usaha syariah sehingga
pembaca atau pihak yang berkepentingan dapat secara
langsung mengetahui performance dari unit usaha syariah yang
ada pada bank konvensional tersebut.
 Contoh akun yang dapat dikonsolidasi misalnya aktiva tetap
sedang contoh akun yang tidak dapat dikonsolidasi misalnya
pembiayaan, giro wadiah , tabungan dan deposito mudharabah
Proses konsolidasi

KCS UUS
Kantor Pusat
(konvensional)
KCS

KCS BI
Contoh laporan konsolidasi
AKUN UUS KONV. KONS.

Kas xxx xxx xxx


Giro pada BI ---- xxx xxx
Giro wadiah pada BI xxx ---- xxx
Giro pada bank lain xxx xxx xxx
Giro wadiah pd bank
lain xxx ---- xxx
Kredit ---- xxx xxx
Piutang Murabahah xxx ---- xxx
Pembiayaan Mdrb xxx ---- xxx
Aktiva Tetap xxx xxx xxx
Giro ---- xxx xxx
Giro Wadiah xxx ---- xxx
Deposito ---- xxx xxx
Deposito Mdrbh xxx ---- xxx

Anda mungkin juga menyukai