Anda di halaman 1dari 54

Pertemuan 2

Organisasi Nirlaba dan


Akuntansi Syariah
Suatu Pengantar

Aziz Budi Setiawan


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Pertemuan 2

Akuntansi Syariah
Suatu Pengantar

Aziz Budi Setiawan


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Mukaddimah
• Akuntansi Syariah telah menjadi wacana yang
cukup menarik sejak sekitar tahun 1980-an.
Banyak pihak, baik teoritis maupun praktisi
terlibat dalam diskusi yang serius dan mendalam
perihal bidang studi yang masih dianggap baru
ini. Dari berbagai perdebatan yang telah dan
masih berlangsung itu, muncul banyak
pertanyaan yang menarik dan bahkan mungkin
menggelisahkan banyak pihak, baik yang
menyangkut aspek ontologisnya,
epistemologisnya, metologis maupun
aksiologisnya. Tidak sedikit pula orang
mempermasalahkan aspek praktisnya, mulai dari
aspek format sampai kepada isinya.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 3
Faktor Pemicu
• Kehadiran wacana akuntaansi syariah
tampaknya lebih banyak dipicu oleh
keberadaan [kembali] berbagai lembaga
keuangan yang mencoba membangun
dirinya berdasarkan syariah Islamiyah.
Kemunculan lembaga keuangan syariah
pun merupakan konsekuensi logis dari
kesadaran banyak pihak untuk kembali ke
khittah, yakni dasar landasan Islam yang
bersifat sempurna dan komprehensif dan
diterapkan secara menyeluruh.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 4
Isu dalam Perkembangan Akuntansi
Dalam konteks perkembangan akuntansi ini, misalnya muncul beberapa issu,
diantaranya :
• Pertama, akuntansi diyakini sebagai sebuah cabang ilmu yang socially constructed. Ini bermakna
bahwa konstruksi ilmu akuntansi sangat dipengaruhi oleh perkembangan sosial. Semakin maju
tingkat sosial sebuah masyarakat, maka semakin maju akuntansi yang berkembang dalam
masyarakat itu, dan sebaliknya.
• Kedua, interaksi akuntansi dan kapitalisme yang sangat intim dan saling menunjang, seperti yang
diungkapkan oleh Sobart [1924] dan didukung oleh Winjum [1971]. Sobart sangat menyakini bahwa
perkembangan kapitalisme yang saat ini sudah merambahi hampir semua negara di muka bumi ini
sangat dibantu oleh akuntansi dan sebaliknya pun demikian. Tegasnya, menurut Sobart [1924] :
One cannot imagine shat capitalism would be without double-entry book-keeping: the two
phenomena are connected as intimately as form ans content. One cannot say whether capitalism
created double-entry book keeping as a toll in its expansion; or perhaps, conversely, double-entry
bookkeeping created capitalism.
• Ketiga, perkembangan akuntansi secara metodologis yang berubah-rubah dari induktif ke deduktif.
Metodologi penelitiaan yang diaplikasikan dalam pengembangan akuntansi ternyata ikut
mempengaruhi wujud akuntansi itu. Pada awalnya, ketika Paton, Littleton, Sander dan kawan-
kawan memotori penelitian akuntansi di awal abad ke-20 yang lalu, ada nuansa kental pendekatan
induktif. Dominasi pendekatan induktif ini memuncak atau memasuki masa kejayaan pada era
tahun 1960-an sampai dengan tahun 1970-an, dengan lahirnya banyak teori yang cukup
menumental, seperti dihasilkan oleh Chambers dan kawan-kawan. Namun, gebrakan yang
dilakukan oleh Watts dan Zimmerman yang sangat kuat membela pendekatan deduktif–positivisme
berhasil merubah gerakan penelitian akuntansi yang kini menjadi mainstream. Akibatnya, wujud
keilmuan akuntansi ikut berubah menjadi [selalu] empirical based, hanya bersikap deskriptif dan
seterusnya.
• Dari ketiga issue tersebut di atas, dapat dilihat bahwa akuntansi berkembang
sedemikian rupa, yang bilamana diambil atau diterapkan begitu saja dalam lembaga
yang dirancang sesuai dengan syariah akan menjadi pertanyaan besar : apakah
memang sesuai dalam arti yang sesungguhnya?

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 5
Akuntansi Alternatif
• Pertanyaan di atas telah menggelisahkan banyak
pihak dan sekaligus memicu banyak diskusi,
perdebatan ilmiah dan bahkan pengkajian dan
penelitian, baik secara individual maupun secara
kelembagaan. Ini terjadi di berbagai negara baik
yang memiliki banyak ummat Islam seperti
Indonesia, Malaysia dan negara-negara Timur
Tengah (Bahrain, Sudan, Yaman dan lain
sebagainya) ataupun di negara-negara yang
memiliki ummat Islam sangat terbatas atau tidak
signifikan, seperti Jepang, Australia dan lain
sebagainya.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 6
Review Pengertian Akuntansi
• Akuntansi seringkali dikatakan sebagai bahasa bisnis (language of business). Akuntansi merupakan bahasa yang
memberikan informasi keuangan dan hal-hal lain yang terkait dengannya kepada pihak yang berkepentigan dengan
institusi atau lembaga tersebut. Akuntansi berperan penting dalam merumuskan dan menyajikan teknik
pengumpulan data serta bahasa komunikasi bermotif ekonomi bagi perorangan maupun lembaga.[1] Akuntansi saat
ini telah ditempatkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan usaha baik yang bertujuan
mencari keuntungan maupun untuk kepentingan sosial.
• Ditinjau dari bahasa, akuntansi (accountancy) merupakan kata benda yang artinya pembukuan.[2] Akuntansi akar
kata dari akun (account) yang berarti perkiraan atau rekening. Akuntansi dapat juga berarti catatan transaksi
historis di bawah kontrak atau perjanjian. Account dipakai juga sebagai istilah dalam kegiatan pembukuan yang
termuat dalam istilah akuntansi seperti aktiva, utang, penghasilan, dan pengeluaran.[3] Pengertian lainnya, kata
account adalah istilah untuk menunjukkan posisi keuangan dalam laporan keuangan suatu organisasi yang
disajikan melalui sistem pencatatan transaksi keuangan.[4]
• Perdefinisi, American Accounting Association (AAA) yang menyebutkan definisi akuntansi sebagai proses
mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.[5]
• Sedangkan dalam Statement Accounting Principle Board (SAPB) No. 4 disebutkan bahwa:
– “Akuntansi adalah aktifitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di
antara berbagai alternatif tindakan”.[6]
• Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa akuntansi baik sebagai ilmu maupun praktek merupakan kegiatan
pencatatan, pengelompokan, dan penyusunan kegiatan-kegiatan dalam suatu entitas baik berupa transaksi historis
maupun sistem tertentu yang bernilai ekonomi untuk selanjutnya dilaporkan dalam susunan atau format tertentu
menurut Standar Akuntansi yang berlaku umum sebagai informasi bagi pihak yang berkepentingan dengan
pelaporan akuntansi tersebut.

[1] Marianus Sinaga, Prinsip-prinsip Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 1988, hlm. 2.


[2] John M. Echols dan Hassan Shadely, Kamus Bahasa Inggris, Gramedia Press, Jakarta, April 2001, hlm. 7.
[3] John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, Gramedia, Jakarta, April 2001, hlm. 4.
[4] Christopher Pass dan Bryan Lowess, Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi II, Erlangga Press, Jakarta, April 1994, hlm. 4.
[5] Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, Salemba Empat, Jakarta, 2003, hlm. 90
[6] Jay M. Smith, Jr., K. Fred Skousen, Akuntansi Intermediate, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1987, hlm. 3.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 7
Adakah Akuntansi dalam Islam

• Benarkah Akuntansi ada dalam Islam ?


Atau apakah Islam mengatur masalah
Akuntansi ? Atau bagaimana pandangan
Islam terhadap akuntansi ?
• Keberadaan Akuntansi Islam (Akuntansi
Syariah ) ini tentu masih banyak
dipertanyakan orang. Sama halnya seperti
pertanyaan, apakah ada yang namanya
ekonomi Islam?

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 8
Adakah Akuntansi dalam Islam
• Dalam Islam akuntansi (to account) dikenal dengan nama
Ilmu Hisab (ilmu hitung) atau dikenal juga dengan istilah
Muhasabah, sedangankan akuntansi dalam literatur
konvensional dikenal dengan istilah to account yang
artinya menghitung atau mengklasifikasikan. Kedua istilah
di atas mempunyai akar kata yang sama yaitu berasal dari
kata hasaba, dan bermakna menghitung dan menimbang
semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai dengan
apa yang tercatat dan terdaftar. Tapi kata hisab juga
mempunyai arti lain dalam bahasa, yaitu merupakan akar
dari kata kerja hasaba, yang berarti mengkalkulasikan dan
mendata. Menghisab sesuatu juga bisa berarti mendatanya,
menyusunnya, dan mengkalkulasikannya. [1]

[1] Dadang Romansyah, Islamisasi Akuntansi, Jakarta: Jurnal STEI SEBI, 2007.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 9
Dasar Akuntansi Syari’ah (1/3)
• Allah SWT pencipta manusia dan makhluk lainnya, dan Allah juga yang menurunkan
aturan hidup bagi manusia dalam bentuk wahyu yakni Al Qur’anul Kariem sebagai
penyempurna dari kitab suci sebelumnya. Dan Al Qur’an sebagai pedoman utama hidup
ini tidak sekedar memuat ketentuan menjalankan ibadah ritual, tetapi juga memuat
ketentuan dalam kegiatan muamalah seperti kegiatan ekonomi.
• Akuntansi dalam perspektif Islam merupakan bidang non-ibadah khusus atau bidang
muamalah yang berbeda dari hukum-hukum ibadah yang menjadi ketetapan mutlak dari
Allah SWT dan RasulNya, seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Akuntansi sebagai
cabang ilmu dan kegiatan ekonomi secara umum di dalam Islam diberikan ketentuan
dan porsi yang sama kedudukannya dengan ketentuan muamalah lainnya seperti
bisnis, interaksi sosial, mencari nafkah dan sebagainya.
• Islam juga telah cukup memberikan perhatian tentang bagaimana seharusnya
memahami dan menjalankan praktek akuntansi sebagaimana praktek muamalah lainnya
dalam suatu entitas agar tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT. Islam telah
menempatkan akuntansi sebagai bagian muamalah yang bertujuan untuk mendapatkan
ridha Allah SWT.
• Jika kita ingin mengetahui akuntansi dalam perspektif Islam, maka langkah terbaik
adalah melihat kembali pedoman pokok yang digunakan dalam agama Islam yakni Al
Qur’an dan Hadist. Mengkaji isi kandungan Al Qur’an dan hadist lebih teliti maka kita
akan menemui ayat-ayat maupun hadist yang mengisyaratkan bahwa Islam membahas
juga ilmu akuntansi.[1]

[1] Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Wattamwil, Jakarta: Mizan, 1999. hlm. 59.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 10
Dasar Akuntansi Syari’ah (2/3)
• Dalam Al Qur’an, beberapa ayat yang mengisyaratkan ilmu akuntansi
antara lain di Surah Al Baqarah (2) ayat 282, Allah SWT berfirman:                            
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu                              
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka                              
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia berkata kepada                                  
Allah rabbnya, dan janganlah ia mengurangai sedikit pun dari
utangnya. Jika orang yang berutang itu lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka                            
hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tak                                
ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dari dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka maka seorang lagi mengingatkannya.Janganlah saksi-saksi                                 
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar                            
sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi
Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamaalahmu itu), kecuali                          
jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.                                
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual – beli dan janganlah penulis
dan saksi saling menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan                              
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”       

• Ayat ini menjelaskan tata cara utang piutang, tentang bagaimana seharusnya tindakan orang yang berutang dan orang yang
memberi piutang. Inti dari ayat tersebut adalah muamalah yang dilakukan tidak secara tunai maka wajib bagi kedua pihak
terutama pemberi utang untuk mencatat dan mempersaksikan dengan beberapa orang saksi yang jujur serta terpercaya.
Kemudian hasil catatan tersebut dibacakan atau dipublikasikan kepada kedua belah pihak serta yang berkepentingan dalam
muamalah tersebut. Penegasan tersebut cukup jelas menekankan pihak yang bermuamalah untuk senantiasa menuliskan
transaksi yang dilakukan dan hendaknya ia seorang yang ahli atau terampil dibidangnya, dengan kata lain ia orang yang
menguasai ilmu akuntansi (pencatatan).
• Ayat tersebut dapat ditafsirkan dalam konteks akuntansi, utamanya berkaitan dengan oraganisasi atau teori akuntansi.
Akuntansi menurut Islam memiliki bentuk yang sarat dengan nilai keadilan, kebenaran, dan pertanggung jawaban. Hal ini penting
dikarenakan informasi akuntansi memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, dan tindakan
yang dilakukan pengguna informasi akuntansi.[1]
[1]Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 10.
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 11
Dasar Akuntansi Syari’ah (3/3)
• Dalam ayat lain yang sesuai dengan pengertian
muhasabah adalah dalam Allah SWT berfirman:

 ...                         ...
“… Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu … (Al Baqarah : 284)

• Allah SWT berfirman:


• ”...sesungguhnya Allah selalu memperhitungkan
segala sesuatu.” (An Nisaa: 86)                …

• Dalam hadist juga ditemukan praktek akuntansi Rasulullah SAW yakni pencatatan [1]. Seperti dalam
hadist yang diriwayatkan ad-Dahhak, ia berkata: “Setelah Rasulullah menjual, lalu Rasulullah
mencatat (menulis).” Riwayat lain dari Al Miqdam bin Ma’ad bahwa Rasulullah menepuk kedua
bahunya dan berkata: “Berbahagialah engkau hai Qudaim. Kalau engkau mati, sedangkan engkau
tidak sebagai Pangeran, tidak juga sebagai Penulis (katiban), dan tidak pula sebagai Petugas yang
mengurusi kebutuhan orang banyak”.
• Para ulama fiqih mengatakan bahwa lafal katiban dalam hadist di atas adalah orang yang profesinya
mencatat dan mendata semua usaha. Secara tegas hadist tersebut memberitahukan tentang profesi
menyusun dan menghitung (akuntansi). Pernyataan ini lebih ditegaskan lagi dalam hadist lain yang
menjelaskan adanya seorang sahabat yang diamanahkan oleh Rasulullah SAW mengurusi zakat
suatu kelompok suku. Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Bahwa Ibnu Al Lutaibah
ditugaskan oleh Rasulullah Saw untuk mengurusi zakat Bani Tamim. Setelah ia datang kepada
Rasulullah dan menghitungnya, lalu berkata,’Ini adalah milik kalian dan ini adalah hadiah yang
diberikan kepada saya.”
• [1]DR. Hussein Syahatah, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001, hlm. 39.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 12
Sejarah Ekonomi dan Akuntansi Syari’ah (1/4)
• Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi saat ini tidak terlepas dari peran dan konstribusi ilmuan dan pemikir
Islam pada masa kejayaan Islam yang dikenal dengan The Golden Age of Islam (era keemasan Islam) bertahan
selama 700 tahun hingga kejatuhan Khilafah Islamiyah pada tahun 1924 di Turki.
• Dalam kajian sejarah pemikiran ekonomi dunia terjadi ‘penghilangan’ fakta-fakta sejarah, dimana andil pemikir-
pemikir muslim tertutupi. Joseph Schumpeter (1954) dalam bukunya History of Economic Analysis menyatakan
adanya great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, rentang antara Aristoteles (367-322 SM)
sampai dengan St. Thomas Aquinas (1225-1274 M). Masa ini bersamaan dengan akhir masa keemasan Graceo Roma
di abad ke-8 Masehi, dimana sangat sedikit sekali ditemukan pemikiran dan teori ekonomi yg signifikan dihasilkan,
bahkan masa ini berjalan hingga abad ke-13. Selama kurang lebih lima abad tersebut, tidak begitu banyak teori dan
karya ekonomi yg dihasilkan oleh para pemikir di dunia barat. Bila diteliti lebih dalam, ternyata pada saat tersebut
adalah masa kegelapan dunia barat (dark age) terhadap dunia keilmuan dan sains. Pada saat itu pengaruh gereja
sangatlah kental terasa, dimana mereka membatasi para ahli dan ilmuwan untuk menghasilkan karya ilmiah,
termasuk karya di bidang ekonomi (Karim, 2003).
• Di sisi lain, ternyata abad kegelapan yang dialami oleh dunia barat justru berbanding terbalik dengan perkembangan
keilmuan pada dunia Islam. Pada masa tersebut adalah masa keemasan umat Islam, dimana banyak para ilmuwan
muslim berhasil memberikan karya-karya ilmiah yang signifikan, salah satunya dalam perkembangan ilmu ekonomi.
Banyak ilmuwan muslim yang menulis, meneliti, dan menghasilkan teori-teori ekonomi yang hasilnya hingga
sekarang masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan.
• Pada masa kekhalifahan, pemerintah Islam waktu itu sangat mendukung kegiatan-kegiatan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan dukungan sarana pendidikan serta financial bagi guru-guru dan para ilmuan
waktu itu. Sehingga masa terebut banyak melahirkan pemikir-pemikir muslim terkenal pada bidang dan ilmu
masing-masing, seperti Ibnu Sina (981 – 1037 M) yang dikenal dengan Bapak Kedokteran Modern dengan bukunya
yang terkenal dan sampai sekarang dijadikan pedoman para calon dan dokter di dunia yakni Al Qanun atau The
Canon dalam versi Inggris. Al Kindi (809 – 866 M) seorang filsuf dan pakar ilmu hitung (eksakta) serta kedokteran,
Jabir Ibnu Hayyan (721 – 815 M) filsuf penemu ilmu kimia, Al Khawarizmi (770 – 840 M) penemu algoritma sebagai
dasar perumusan tehnik komputer dan seorang astronom,[1] Abu Yusuf (731 – 798 M) seorang pakar ekonomi dan
lain-lain.
• Beberapa ilmuwan muslim yang berhasil menghasilkan karya fenomenal dalam teori ekonomi diantaranya adalah
Ibnu Taimiyyah, Ibnu Rushd, Ibnu Khaldun, al-Ghazali, dan masih banyak lagi. Pada masa kejayaan Islam ini, para
mahasiswa Eropa berbondong-bondong belajar ke negeri muslim. Mereka menjadi inspirator dan pelopor
pencerahan Eropa setelah mengambil ide-ide dari negeri muslim. St. Thomas Aquinas misalnya, pemikiran
ekonominya banyak bertentangan dengan dogma gereja sehingga para sejarawan menduga dia telah mengambil
ide-ide itu dari ekonom muslim.

[1] Hery Sucipto, Eksiklopedi Tokoh Islam, Jakarta: Mizan, 2003, hlm. ix

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 13
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 14
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 15
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 16
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 17
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 18
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 19
Sejarah Ekonomi & Akuntansi Syari’ah (2/4)
• Menurut Karim (2003), proses ‘pengambilan ide’ terjadi dalam berbagai bentuk. Pada abad ke-11
dan ke-12, sejumlah pemikir Barat seperti Constantine The African, Adelard of Bath melakukan
perjalanan ke Timur Tengah. Mereka belajar bahasa Arab dan melakukan studi serta membawa
ilmu-ilmu baru ke Eropa. Leonardo Fibonacci atau Leonardo of Pisa belajar di Bougie, Aljazair pada
abad ke-12, ia juga belajar matematika dan aritmatika al-Khawarizmi (780-850 M) dan sekembalinya
dari sana menulis buku Liber Abaci pada tahun 1202. Raymond Lily (1223-1315 M) telah melakukan
perjalanan kenegara-negara Arab, mendirikan lima universitas yang mengajarkan bahasa Arab
sehingga banyak yang menerjemahkan karya-karya pemikir muslim. Diantara para penerjemah itu
antara lain; Constantine The African, Adelard of Bath, Michael Scot, Herman The German, Dominic
Gundislavi, John of Sevile, Plato of Tivoli, William of Luna, Robert Chester, Gerrard of Cremona,
Theodorus of Antioch, Alfred Sareshel, Berenger of Valancia, dan Mathew of Aquasparta. Selain itu
ada penerjemah-penerjemah yahudi diantaranya Jacob of Anatolio, Jacob ben Macher, Ibn Tibbon,
Kaloynmus ben Kalonymus, Moses ben Solomon of Solon, Shem Tob ben Isaac of Tortosa,
Solomon ibn Ayyub, Todros Todrosi, Zerahiah Gracian, Faraj bin Salim, dan Yaqub ben Abbon
Marie. Adapun pandangan ekonomi dari pemikir muslim yang diterjemahkan diantaranya adalah
karya al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, al-Khawarizmi, Ibnu Haitham, Ibnu
Hazm, Jabir Ibnu Hayan, Ibnu Bajja, dan ar-Razi (Karim, 2002).
• Beberapa pemikiran ekonom muslim yang ‘dicuri’ tanpa pernah disebut sumber kutipannya; Teori
Pareto Optimum yang diambil dari Najul Balaqhah karya Imam Ali, beberapa bab Ihya Ulumuddin
karya al-Ghazali disalin oleh Bar Hebraeus (pendeta Syriac Jacobite Church), Gresham Law dan
Oresme Treatise dari kitab Ibnu Taimiyah, bab dalam buku al-Ghazali (Tahafut Al Falasifa, Maqasid
Falasifa, Al Munqid, Misykat al Anwar dan Ihya) banyak disalin Raymond Martini Pendeta Gereja
Spanyol Ordo Domincian, banyak bab dari al-Farabi yang disalin St. Thomas Aquinas dan karya
Abu Ubaid, Al-Amwal diduga merupakan pemberi inspirasi bagi The Wealth of Nations-nya Adam
Smith
• Sejarah telah membuktikan bahwa para pemikir muslim banyak yang menjadi penemu, peletak
dasar dan pengembang berbagai bidang ilmu. Dari filsafat, matematika, astronomi, ilmu optik,
biologi, kedokteran, sejarah, sosiologi, psikologi, pedagogi, sastra dan juga ekonomi. Para pemikir
muslim tidak melakukan pengkotak-kotakan ilmu seperti yang dilakukan para pemikir saat ini yang
lebih memfokuskan satu disiplin. Sehingga mereka adalah pemikir interdisipliner yang menguasai
berbagai bidang ilmu.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 20
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)
• Demikian halnya ilmu akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu ekonomi, kontribusi ilmuan muslim cukup
berperan dalam peletakan dasar aplikasi ilmu akuntansi secara umum. Akuntansi secara umum dengan
sistem double entry bookkeeping[2] (pembukuan ganda) yang diklaim oleh pihak barat secara khusus
tumbuh dan berkembang di Eropa sesungguhnya merupakan kekeliruan yang menafikkan peran signifikan
pakar dan ilmuan muslim.
• Vangermeersch memandang bahwa tempat tumbuhnya sistem pembukuan ganda (double-entry
bookkeeping) masih diperdebatkan.[3] Peneliti akuntansi secara umum masih meragukan bahwa tumbuh
dan berkembangnya sistem tersebut berawal dari Italia dengan ditemukannya buku berjudul “Summa de
Arithmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang ditulis oleh sorang pendeta Itali bernama
Luca Pacioli pada tahun 1494. Dalam buku ini memuat beberapa topik, di antaranya satu bab tentang sistem
pencatatan sisi-sisi transaksi yang akhirnya dipahami sebagai sistem pembukuan ganda (double entry
bookkeeping) dengan judul bab “Particular de Computies et Scripturis” atau “Detail of Accounting and
Recording” dalam bahasa Inggris, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya rincian dalam
perhitungan dan pencatatan.[4]
• Sesungguhnya sebelum Luca Pacioli memaparkan konsep akuntansi tersebut, jauh sebelumnya yakni
tahun 765 H/ 1363 M telah ditemukan sebuah manuskrip yang memuat tentang akuntansi dan sistem
akuntansi di Negara Islam. Manuskrip ini ditulis oleh seorang penulis muslim bernama Abdullah bin
Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, tulisan tersebut berjudul “Risalah Falakiyah Kitab as Siyaqat”, dan
membuktikan bahwa ilmu akuntansi telah berkembang di masa kejayaan Islam, 131 tahun sebelum Luca
Pacioli menerbitkan bukunya tersebut.[5] Manuskrip tersebut sebagaimana dikatakan oleh penulisnya
bahwa ia dalam menyusun tulisannya merujuk kepada kitab-kitab yang telah diterbitkan sebelumnya yang
banyak membahas tentang aplikasi akuntansi yang berkembang masa itu.

[2] Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid, Akuntansi Syariah, Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan Dalam Masyarakat Islam, LPFE, Jakarta, 2004, hlm. 20
[3] Ibid, hlm. 21
[4] Ibid, hlm. 11
[5] Ibid, hlm. 25

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 21
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 22
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 23
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 24
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 25
Sejarah Akuntansi Syari’ah (3/4)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 26
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 27
Sejarah Akuntansi Syari’ah (4/4)
• Al Mazindarani dalam tulisannya juga mejelaskan sistem akuntansi yang popular saat itu, dan
pelaksananaan akuntansi yang khusus bagi setiap akuntansi. Beliau juga memaparkan macam-
macam buku akuntansi yang wajib digunakan dalam mencatat transaksi keuangan dan metode
menangani kekurangan dan kelebihan yakni dengan metode penyetaraan (persamaan akuntansi). [7]
• Menurut Al Mazindarani, sistem-sistem akuntansi yang populer pada saat itu antara lain Akuntansi
Bangunan, Akuntansi Pertanian, Akuntansi Perdagangan, Akuntansi Pembuatan Uang, dan Akuntansi
Pemeliharaan Binatang. Al Mazindarani juga menjelaskan pelaksanaan pembukuan yang popular
saat itu dan kewajiban dalam penyusunan laporan pembukuan, antara lain beliau menulis:”Ketika
menyiapkan laporan atau mencatat di buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, Bismillahir
rahmanir rahim”, dan Luca Pacioli dalam bukunya setelah 131 tahun kemudian menulis, “… harus
dimulai dengan ungkapan Bismillah”.[8]
• Dalam perjalanan sejarah ketika Negara Islam masih tegak, kegiatan ekonomi dari berbagai segi
mulai dari usaha yang berkembang di masyarakat, dan usaha ekonomi yang dijalankan Pemerintah
sudah menggunakan metode pencatatan yang cukup sistematis dan terarah.
• Perkembangan akuntansi di masa itu telah sampai kepada penyiapan laporan keuangan. Di antara
format laporan keuangan yang terkenal saat itu adalah Al Khitamah dan Al Khitamatul Jami’ah. Al
Khitamah adalah laporan keuangan yang dibuat tiap akhir bulan. Laporan ini memuat pemasukan dan
pengeluaran yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya dan juga memuat saldo bulanan. [9]
• Sedangkan Al Khitamatul Jami’ah adalah laporan keuangan yang dibuat akuntan untuk dilaporkan
kepada pejabat yang lebih tinggi, dan bila laporan tersebut disetujui maka laporan keuangan itu
disebut Al Muwafaqah, sedangkan bila laporan tersebut tidak disetujui dikarenakan terdapat
perbedaan maka Al Khitamatul Jami’ah tersebut dinamakan Muhasabah.[10]
• Jadi dapat disimpulkan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu akuntansi moderen saat ini
merupakan kontribusi ilmuan dan pemikir muslim yang telah ada sejak abad ke 11, jauh sebelum
dipopulerkan oleh Luca Pacioli pada abad ke 13. Setelah berakhirnya masa Daulah Islamiyah,
sebagian besar kitab-kitab dan manuskrip karangan ilmuan muslim musnah karena perang.

[7] Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid, Akuntansi Syariah, Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan Dalam Masyarakat Islam, LPFE, Jakarta, 2004, hlm. 25
[8] Ibid, hlm. 26
[9] Ibid, hlm. 27
[10] Ibid, hlm. 27 – 28
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 28
Pengertian Akuntansi Syari’ah (1/1)
• Akuntansi syariah yang dimaksud di sini adalah merujuk pada akuntansi yang dikenalkan dan
dikembangkan di dunia Islam. Jadi akuntansi syariah adalah akuntansi yang sesuai syariat Islam,
yakni akuntansi menurut aturan syariat dalam hal landasan berfikir, merumuskan, dan
menjalankannya sesuai Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
• Menurut Dr. Husein Syahatah (2001: 43-44), dalam pengertian bahasa Arab, akuntansi disebut
muhasabah. Kata muhasabah mengandung dua pengertian, sebagaimana dirangkum dari akar kata
dan rangkaiannya dalam Al Qur’an, hadist-hadist, dan pendapat ahli fikih. Pertama, muhasabah
dengan makna al musa-alah artinya perhitungan, dan al-munaqasyah artinya perdebatan. Proses
musa-alah bermakna umum yang artinya perhitungan yang dapat dilakukan oleh manusia atau
malaikat dalam bentuk lain, dan oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Kedua, muhasabah
bermakna pembukuan/ pencatatan keuangan seperti yang telah dijalankan di masa pemerintahan
Islam. Muhasabah kerap juga dimaknai sebagai upaya intropeksi diri dari perbuatan masa lalu dan
berusaha mencari kekurangan dan kesalahan pribadi untuk selanjutnya diperbaiki di masa datang.
Muhasabah akar katanya hasaba, merupakan kata kerja yang menunjukkan adanya interaksi
seseorang dengan orang lain.[4]
• Hasaba berarti menghitung, dalam Al Qur’an disebutkan kata hisab dengan makna yang sama
dengan hasaba. Seperti contoh dalam Al Qur’an surah At Thalaaq ayat 8, artinya:
– “Dan berapalah banyaknya (penduduk) suatu negeri yang mendurhakai perintah Tuhannya dan
rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras dan Kami azab
mereka dengan azab yang mengerikan”.
• Menurut Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap (2003: 51), pengertian hasaba atau akuntansi dalam bahasa
Arab ini menggambarkan fungsi akuntansi pada masa peradaban Islam. Pada masa itu, selain
mencatat kekayaan material, perkembangan ekonomi dan perhitungan kuantitatif, hasaba juga
diartikan sebagai perhitungan atas moralitas, etika, aktifitas sosial, dan budaya yang bersifat
kualitatif.
• Jadi akuntansi menurut Islam lebih luas makna dan cakupannya, tidak saja terkait masalah kegiatan
mengidentifikasi, menghitung dan melaporkan aspek keuangan berupa data kuantitatif, tetapi juga
membahas perhitungan bersifat kualitatif dengan cakupan luas di dunia hingga yaumil akhir.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 29
Prinsip-Prinsip Akuntansi Syari’ah (1/2)
• Akuntansi syariah memiliki prinsip sebagai pijakan dasar dalam merumuskan, menetapkan, dan
menerapkan kebijakan-kebijakan teknis dalam kegiatan akuntansi.
• Akuntansi syariah secara umum diatur dan diarahkan oleh ketentuan syariat. Dengan demikian
prinsip-prinsip dasar akuntansi syariah merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan
Sunnah yang selanjutnya dirumuskan dalam konsep penyusunan prinsip-prinsip dasar akuntansi
syariah.
• Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid (2004: 167), merumuskan ada empat prinsip dasar akuntansi syariah,
yakni:
– Prinsip legitimasi muamalat. Maksudnya adalah bahwa dalam menjalankan fungsi dan peran
akuntansi hendaknya memperhatikan legalitas hukum muamalat yang dijalankan baik dalam
transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, maupun keputusan-keputusan harus sesuai dengan
ketentuan hukum muamalat dalam syariat Islam.
– Prinsip syakhsiyyah i’tibariyyah (badan hukum), berarti prinsip yang mengatur aspek
kepemilikan dalam modal usaha yang terdiri dari milik pribadi dan kepemilikan dalam bentuk
kerjasama (syirkah). Kejelasan prinsip ini berdampak pada aspek pengakuan modal dan
kedudukan hak dan kewajiban pribadi, dan hak kepemilikan sosial dari kekayaan entitas, serta
bentuk badan hukum dari usaha yang dijalankan. Kejelasan prinsip ini berdampak pula pada
jenis akuntansi yang diterapkan.
– Prinsip istimrariyah (kontinuitas), yaitu prinsip yang menegaskan keberadaan suatu entitas
akan terus menjalankan kegiatannya hingga waktu yang tidak ditentukan. Dalam akuntansi
konvensional prinsip ini dikenal dengan istilah going concern.
– Prinsip muqabalah (dibandingkan), menjelaskan adanya hubungan sebab akibat antara proses
akuntansi dengan kegiatan muamalah yang dijalankan. Termasuk juga sebab akibat yang
ditimbulkan dari suatu transaksi terhadap pencatatan dan demikian sebaliknya. Dalam
akuntansi konvensional diistilahkan sebagai prinsip matching atau prinsip dapat dibandingkan
antara recording (pencatatan), accounting (perhitungan) dengan kondisi masa lalu selama
perjalanan entitas tersebut.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 30
Prinsip-Prinsip Akuntansi Syari’ah (2/2)
• Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan yang dikembangkan
dalam rumusan akuntansi keuangan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution) berupa konsep dasar dalam merumuskan
standar akuntansi syariah di masing-masing negara, yakni “Statement of Financial
Accounting (SFA)” yang di Indonesia diterjemahkan sebagai Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), dan “Financial Accounting
Standars (FAS)” yang di Indonesia dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Internasional telah
dirumuskan Prinsip Umum Akuntansi Syariah atau diistilahkan sebagai “Generally
Accepted Sharia Accounting Principles (GASAP)” sebagai alternatif dari prinsip umum
akuntansi yang telah ada yakni “Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)”.
• Dalam GASAP memuat tiga landasan umum akuntansi yakni Landasan Syariah,
Landasan Konseptual, dan Landasan Operasional. Landasan Syariah berdasarkan Al
Qur’an, As Sunnah, dan Fatwa Syariah. Kemudian Landasan Konseptual berdasarkan
Konsep dan Prinsip Akuntansi Syariah, Konsep dan Prinsip Umum Akuntansi
Konvensional, dan Landasan Operasional mencakup PSAK yang berlaku umum,
Standar Akuntansi Keuangan Internasional disesuaikan, Peraturan Pemerintah,
pendapat para ahli dan kebiasaan umum yang relevan.

[2] DSAK Merancang House of GASAP, Media Akuntansi, Edisi 49/XII, IAI, Jakarta, September 2005, hlm. 19-20

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 31
Kondisi Praktek dan Teori Akuntansi Sekarang
Yang dominan dalam praktek saat ini adalah sistem ekonomi kapitalis, yang menerapkan
ideologi kapitalis kemudian dari sistem dan dasar ekonomi kapitalis ini lahirlah akuntansi
kapitalis sebagai penopang ide-ide ekonomi kapitalis.

MASYARAKAT KAPITALIS

IDEOLOGI KAPITALIS

EKONOMI KAPITALIS

TEORI AKUNTANSI KAPITALIS

PRAKTEK AKUNTANSI KAPITALIS

Sumber : Sofyan Syafri Harahap, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, hal. 202
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 32
Result of Incongruency Between Economic
System and Accounting System

Sumber : DR. Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, ”Islamic Accounting – A Primer” 2001
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 33
Problem Akuntansi Konvensional
• Menurut Ahyar Adnan (2005) beberapa konsep dan nilai mendasar akutansi konvensional saat ini
adalah bersipat kontradiksi bagi masyarakat Islam. Sebab secara mendasar hal tersebut
berhubungan dengan bunga atau riba. Riba adalah sesuatu yang di haramkan. Di samping itu, ada
beberapa unsur yang masuk dalam kategori gharar. Banyak isu lain, sebagaimana yang diharapkan
oleh para akuntan Muslim. Demikian pula Dewan Pengawas Syariah yang sacara efektif mengontrol
mekanisme akutansi.
• Setidkanya terdapat tiga gambaran kontradiktif menurut pandangan Islam, yaitu:
– Pertama, akuntansi konvensional didasari oleh penolakan agama dan metafisika serta
menempatkan negara sebagai kekuatan yang berkuasa. Hal ini berkebalikan dengan konsep
Islam. Bagi seorang muslim, syariah meruapakan suatu kekuatan petunjuk yang
mengarahkan seluruh aspek kehidupan manusia dan mempertanggungjawabkan secara
penuh kepada Tuhan. Selanjutnya konsep syariah ini berhubungan dengan hal yang
berbentuk ibadah dan berkah kepada dan dari Allah SWT.
– Kedua, kepercayaan dan nilai dasar akuntasi konvensional yang berdasarkan pada konsep
kepentingan prribadi tanpa memperdulikan kepentingan sosial;
– Ketiga, akuntansi konvensional mempercayai bahwa manusia tidak memiliki konsepsi inheren
mengenai keadilan tetapi manusia memiliki sifat pengambil peluang.
• Ketiga pandangan diatas menunjukkan, bahwa konsep akuntansi konvensional cenderung melihat
hanya menusia sebagai homo economicus. Dalam Islam, manusia tidak hanya dikenal sebagai
homo economicus tetapi juga sebagai homo ethicus dan homo religius. Berdasarkan ketiga
keterbatasan diatas, maka perlu dipikirkan paradigma akuntansi alternatif yang mengandung aspek
baik tehnik maupun sosial dengan berdasarkan pada rasionalitas dengan mempertimbangkan
agama. Selanjutnya, paradigma alterrnatif ini harus juga dapat mengakomodasikan keseimbangan
antara kepentingan pribadi maupun kepentingan sosial. Bagi seorang Muslim, syariah menjadi
paradigma yang cocok untuk pengembangan akuntansi syariah, yang dapat menyatukan seluruh
aspek kehidupan manusia, sebagai prinsip-prinsip dasarnya.

• Adnan, M. Akhyar, [2005] ”Akuntansi Syariah : Arah, Prospek dan Tantangannya”, UII Press Yogyakarta.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 34
Struktur Teori Konseptual Akuntansi Syari’ah
Dapat disimpulkan bahwa akuntansi Islam berawal dari konsep
ekonomi berlandaskan Islam yang membutuhkan kegiatan TAUHID
pencatatan dan pelaporan hasil usaha. Untuk itu (ALLAH)
perkembangan dan kelahiran kerangka konsep teori
akuntansi Islam seperti ditunjukkan dalam struktur di bawah
ini.[1]

QUR’AN (KAULIYAH) DAN FENOMENA SOSIAL/ ALAM


HADIST (KAUNIYAH)

Tujuan Muamalat (amar ma’ruf


nahi munkar, keadilan dan
kebenaran)

Mashlahat sosial, kerjasama,


menghapuskan riba’, mendorong
berzakat, menghindari
pemborosan

POSTULAT DAN PRINSIP


DASAR AKUNTANSI
ISLAM
Gambar 2.1: Struktur teori konseptual
akuntansi Islam.
STANDAR AKUNTANSI
ISLAM

[1] Sofyan Syafri Harahap, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Jakarta: Pustaka Quantum, 2001, hlm. 220
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 35
Struktur dan Sumber Konsep Akuntansi

Kalau kita ingin mendapatkan konsep Akuntansi Islam maka sesuai dengan mode kolonial yang
dikemukakan oleh Gambling dan Karim (1989) maka mestinya konsep akuntansi Islam itu lahir dari
proses yang saling berhubungan antara masyarakat Islam yang menerapkan sistem ekonomi Islam,
kemudian mereka pasti menerapkan akuntansi Islam

KONSEP DAN SISTEM


AKUNTANSI ISLAM
Mengacu pada

SISTEM
EKONOMI ISLAM
Mengacu pada

SISTEM
SOSIAL ISLAM
Mengacu pada

IDIOLOGI ISLAM
(TAUHID)

Sumber : Sofyan Syafri Harahap, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, hal. 202
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 36
Perbedaan Postulat Akuntansi Konvensional dan
Akuntansi Syariah menurut Hannifa dan Hudaib (2001)
Postulat/
No. Akuntansi Konvensional Akuntansi Islam
Prinsip

Pemisahan antara bisnis dan Entitas didasarkan pada pembagian


1. Entity pemilik laba, firm tidak memiliki kewajiban
terpisah

Bisnis terus beroperasi sampai Kelangsungan usaha tergantung pada


Going
2. tercapai tujuan dan semua asset kontrak persetujuan antar pihak yang
Concern terjual terlibat dalam kegiatan bagi hasil

Akuntansi tidak dapat menunggu Tahun Hijriyah untuk perhitungan


sampai akhir klehidupan zakat terkecuali untuk sector pertanian
3. Period perusahaan untuk mengukur berdasarkan musim panen
sukses kehidupan perusahaan

Pengukuran nilai moneter Kuantitas atau harga pasar untuk


4. Unit termak, barang pertanian dan emas
untuk memenuhi kewajiban zakat

Untuk tujuan pengambilan Untuk menununjukkan pemenuhan


Full
5. keputusan kewajiban kepada Allah, sosial dan
Disclosure individu

Kepercayaan terhadap pengukuran Seperti sifat Rahman, yaitu kesadarawn


yaitu bebas dari bias subyektif bahwa kita memenuhi semua kewajiban
6. Objectivity keuangan dan non keuangan untuk
keridhaan Allah

Berkaitan dengan kepentignan Berkaitan dengan pengukuran yang adil


7. Materialism informasi terhadap pengambilan dan pemenuhan kewajiban kepada
keputusan Allah, sosial dan individu

Catat dan laporkan secara Mencatat dan melaporakan secara


8. Consistency konsisten sesuai GAAP konsisten berdsarkan prinsip syariah

Memilih teknik akuntansi yang Memilih teknik akuntansi yang paling


paling memberikan pengaruh kecil menguntungkan masyarakat, misalnya
9. Conservatism terhadap pemilik memilih angka yang paling besar untuk
pembayaran zakat

Sumber: Sofyan Syafri Harahap, 2001, hal. 226


Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 37
Perkembangan Akuntansi Syari’ah

• Sebetulnya dapat dicatat dua tingkatan


perkembangan akuntansi syariah. Pertama, di
tingkat tertentu yakni perbankan yang
dioperasikan sesuai dengan syariah, dan kedua
pada tingkat yang lebih umum, tidak terbatas
pada lembaga keuangan syariah saja.
• Pada tingkatan pertama, akuntansi selain
memang sangat mendesak untuk kebutuhan yang
tidak dapat ditunda lagi, telah mengalami
kemajuan yang cukup pesat.
• Disisi lain, untuk kebutuhan yang lebih luas,
yakni industri di luar perbankan syariah, serta
untuk lembaga Nirlaba Islami perkembangan
masih terbatas pada wacana konseptual dan
belum mewujud dalam standar baku (PSAK Zakat
masih dalam proses).

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 38
Implementasi Akuntansi Syari’ah
• Bagaimana dengan akuntansi syariah yang sifatnya lebih luas,
atau tidak terbatas pada perbankan atau lembaga keuangan
syariah saja? Persoalan implementasi pada bagian ini tampaknya
jauh lebih serius. Mengapa? Karena :
1. Pertama: wacana akuntaansi syariah yang ada masih dalam
tahapan yang sangat awal dan ideal. Para pakar masih bergulat
pada tataran filosofis yang rumit dan jauh dari realitas.
2. Kedua: tidak mudah memasukkan nilai-nilai trasendental kepada
jenis usaha yang tidak eksplisit menyatakan komitmennya pada
syariah.
3. Ketiga: kuatnya budaya kapitalisme dalam masyarakat.
4. Keempat : sifat bisnis non-perbankan syariah yang sangat variatif,
dari sisi sifat usaha, maupun kompleksitasnya. Ditambah dengan
berkembangnya lembaga Nirlaba sepertio LPZ dan Lembaga
Wakaf misalnya.
5. Kelima: sudah menjadi rahasia umum bahwa akuntansi tidak
pernah lepas dari praktik politik dalam konteks bisnis. Sehingga
selalu saja perjuangan sebuah standar harus menghadapi lika-liku
yang tidak ringan.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 39
Pertemuan 2

Organisasi Nirlaba
Suatu Pengantar

Aziz Budi Setiawan


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Kategorisasi Lembaga

Lembaga yang ada dapat dikategorikan berdasarkan


sumber dana (sources of funding) menjadi[1]:
1) Lembaga komersial  dibiayai oleh laba atau
keuntungan dari kegiatannya. Contoh; perusahaan.
2) Lembaga pemerintahan  dibiayai oleh masyarakat
melalui pajak dan restitusi
3) Lembaga nirlaba  dibiayai oleh masyarakat melalui
donasi atau sumbangan

[1] Kategorisasi menurur Rosenbaum dalam: Kotler. P, Andreasen A. R. 1996, Strategic


Marketing for Nonprofit Organization, pp: 15-17.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 41
Lembaga Nirlaba ???

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 42
Lembaga Nirlaba  Lembaga atau
kumpulan individu yang bekerjasama
untuk tujuan tertentu, dan dalam
aktivitas tidak berorientasi pada
pemupukan laba atau kekayaan
semata.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 43
Banyak fenomena Lembaga Nirlaba
memiliki unit usaha berbentuk
Perseroan Terbatas (PT):
1. Pencarian laba untuk mensupport
lembaga dan memudahkan aktivitas.
2. Moral Hazard untuk kepentingan pribadi
(kamulfase oportunis)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 44
Kategorisasi Lembaga Nirlaba

Khusus untuk lembaga nirlaba, Henry Hansmann[1]


membagi dalam beberapa jenis:
• Lembaga nirlaba donasi  mengandalkan
pendapatanya dari sumbangan
• Lembaga nirlaba komersial  pendapatan berasal
dari anggota berupa charge dari pemakaian hartanya
• Lemabaga nirlaba mutual dikelola oleh para
anggota yang juga sebagai pengguna jasa dari
lembaga
• Lembaga nirlaba entrepreneurial  dikelola oleh
professional yang diberi gaji khusus

Penggolongan lain: Lembaga penyalur dana (grant


making), lembaga penerima dana dari donor,
lembaga advokasi dan fasilitator.
[1] Kategorisasi dalam: Kotler. P, Andreasen A. R. 1996, Strategic Marketing for Nonprofit Organization .

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 45
Pengkategorian Lain
Pengkategorian lain (Priyono, 1992)[1] tentang lembaga
nirlaba di Indonesia:
1) Lembaga keagamaan, seperti: NU, Muhammadiyah,
Hidayatullah, Persis, IKADI dll.
2) Organisasi kesejahteraan sosial, seperti: Badan
Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Nasional
(BKKKS), Dewan Nasional Indonesia untuk
Kesejahteraan Sosial (DNIKS).
3) Organisasi kemasyarakatan, seperti; LP3ES, FBR,
dll.
4) Lembaga Swadaya Masyarakat, seperti; yayasan-
yayasan amal dan filantropis, asosiasi kepentingan
khusus (MES, IAEI), koperasi, dsb.

[1] Dalam Salusu, J., 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik
dan Organisasi non-Profit. Pp: 30-32 (Grasindo, Jakarta).

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 46
PARTAI POLITIK ???

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 47
Perbedaan mendasar Akuntansi Komersial
dan Akuntansi Lembaga Nirlaba

PERUSAHAAN L. NIRLABA

Modal atau saham dari shareholder dalam dikenal dengan aktiva bersih (aktiva bersih
kekayaan bentuk kas atau aktiva lain. terikat, terikat sementara, tidak
terikat).
Keuntungan Dapat dibagi dalam bentuk dividen. Tidak dibolehkan untuk dibagi.

Pendapatan pendapatan usaha dan pendapatan (a) pendapatan tanpa pembatasan


lain atau tidak terikat: contoh 
hasil investasi, dari unit usaha,
dari sumbangan tdk mengikat,
penjualan aset.
(b) Pendapatan dengan pembatasan
permanen; contoh grant untuk
proyek tertentu
(c) Pendapatan degan pembatasan
temporer; contoh  sisa dana
proyek.

Biaya Biaya langsung dan tidak langsung Harus dikategorikan sesuai dengan jenis
dari produksi atau jasa pendapatanya (biaya program dan
biaya support)

Pahala Nainggolan (2005), Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Jogjakarta: USC-Satunama, Pp. 4-7.
Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 48
Arus Keuangan
Arus Kuangan Pendapatan
• Pelayanan Program
• Pendapatan dari sumbangan
• Pendapatan dari Grant/Hibah
• Pendapatan dari bunga, royalti, dividend dsb.
• Pendapatan dari iuran anggota
• Pendapatan dari Usaha Komersial
Arus Keuangan Biaya
• Distribusi biaya tidak langsung
• Biaya dari sumber pendapatan

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 49
Akuntansi dan Informasi
Keuangan
1) Manual Prosedur Keuangan
2) Sistem akuntansi (bagan
perkiraan, buku besar dan jurnal)
3) Chart of Account (COA)
4) Buku Besar
5) Proses pembuatan laporan
keuangan

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 50
Pelaporan dan Analisa Laporan

Laporan Eksternal
• Laporan posisi keuangan
• Laporan aktivitas
• Laporan arus kas
• Catatan atas laporan keuangan
Laporan untuk Pihak Intern
Analisa Atas laporan Keuangan
• Analisa pembandingan
• Analisa Rasio
• Analisa Break Event

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 51
Problem lembaga nirlaba
1) Masih relatif baru
2) tergantung donor dan minim
partisipasi individu
3) hukum yang kurang memadai
4) kapasitas lembaga

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 52
Manfaat manajemen keuangan dan
akuntansi ini:
1) efektifitas pencapaian misi
2) efisiensi penggunaan sumberdaya
3) pengamanan aset publik
4) pengembangan sumber dana
mandiri

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 53
Wallahu’alam bishawab
Jazakumullah Khoiron Katsiraa

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 54

Anda mungkin juga menyukai