Anda di halaman 1dari 19

KODE ETIK

POLISI
Rhama Wisnu Wardhana,S.H.,M.H.
MASALAH-MASALAH PROFESI
HUKUM
• Kualitas pengetahuan profesional hukum;
• Terjadi penyalahgunaan profesi hukum;
• Kecenderungan profesi hukum menjadi kegiatan
bisnis;
• Penurunan kesadaran dan kepedulian sosial;
• Kontinuasi sistem yang sudah usang.

Mochtar Kusumaatmadja, "pendidikan ketrampilan


teknis tanpa disertai pendidikan tanggung jawab
professional dan etika adalah berbahaya.
SUBYEK PROFESI HUKUM
• Hakim
• Jaksa
• Advokat
• Polisi
• Notaris
Kepolisian

Rastra Sewakottama (abdi utama nusa dan


bangsa)
•  Perisai  bermakna pelindung rakyat dan negara.
•  Tiang dan nyala obor  bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga
bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.
•  Pancaran obor  yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus
1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan
sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
•  Tangkai padi dan kapas  menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29
daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29
September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
•  3 Bintang  di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning
adalah warna legendaris Polri.
•  Warna hitam  adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak
goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat
selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

•    
Sejarah
Bhayangkara

Velds Politie - Stands Politie - Cultuur Politie -


Bestuurs Politie

Djawatan Kepolisian Negara


Tugas
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah:
• memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat;
• menegakkan hukum; dan
• memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Wewenang
• menerima laporan dan/atau pengaduan;
• membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban
umum;
• mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
• mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa;
• mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;
• melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan;
• melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
• mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
• mencari keterangan dan barang bukti;
• menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
• mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
masyarakat;
• memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan
instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
• menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Fungsi & Tujuan
• Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)

Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan


keamanan dan penertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
• Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)

Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya


keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat
serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak
Azasi Manusia.
PERATURAN DISIPLIN
• Pasal 27 UU No. 2 tahun 2002
(1) Untuk membina persatuan dan kesatuan
serta meningkatkan semangat kerja dan moril,
diadakan peraturan disiplin anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai peraturan disiplin
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
KODE ETIK
• Pasal 34 UU No. 2 tahun 2002
(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia terikat pada Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat
menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.
• Peraturan Pemerintah No.2 tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia (“PP 2/2003”).
• Perkapolri No. 14 tahun 2011 tentang Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia (“Perkapolri 14/2011”).
 
PELANGGARAN PERATURAN DISIPLIN
• Pasal 1 (4) PP 2/2003, Pelanggaran Peraturan
Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang melanggar peraturan disiplin.
• Pasal 7 PP 2/2003, Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang ternyata melakukan
pelanggaran Peraturan Disiplin Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia dijatuhi
sanksi berupa tindakan disiplin dan/atau
hukuman disiplin.
SANKSI
• Pasal 8 PP 2/2003:
(1) Tindakan disiplin berupa teguran lisan dan/atau tindakan fisik.
(2) Tindakan disiplin dalam ayat (1) tidak menghapus kewenangan Ankum untuk
menjatuhkan Hukuman Disiplin.
• Pasal 9 PP 2/2003:
Hukuman disiplin berupa:
a. teguran tertulis;
b. penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;
c. penundaan kenaikan gaji berkala;
d. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun;
e. mutasi yang bersifat demosi;
f.  pembebasan dari jabatan;
g. penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu) hari.
PENJATUHAN HUKUMAN
• Pasal 14 PP 2/2003:
(1) Penjatuhan tindakan disiplin dilaksanakan
seketika dan langsung pada saat diketahuinya
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam
sidang disiplin.
(3) Penentuan penyelesaian pelanggaran Peraturan
Disiplin melalui sidang disiplin merupakan
kewenangan Ankum.
RUANG LINGKUP KODE ETIK PROFESI POLRI

Pasal 4 Perkapolri 14/2011 :


• Etika Kenegaraan;
• Etika Kelembagaan;
• Etika Kemasyarakatan; dan
• Etika Kepribadian.
• Etika Kenegaraan : sikap moral Anggota Polri terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan kebhinekatunggalikaan.
• Etika Kelembagaan : sikap moral Anggota Polri terhadap institusi yang
menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir
batin dari semua insan Bhayangkara dengan segala martabat dan
kehormatannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata
dan Catur Prasetya.
• Etika Kemasyarakatan : sikap moral Anggota Polri yang senantiasa
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum
serta melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan
mengindahkan kearifan lokal dalam budaya Indonesia.
• Etika Kepribadian : sikap perilaku perseorangan Anggota Polri dalam
kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
SANKSI
» Perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
» kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan Sidang KKEP
dan/atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan pihak yang dirugikan;
» kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian, kejiwaan,
keagamaan dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu dan
paling lama 1 (satu) bulan;
» dipindahtugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun;
» dipindahtugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun;
» dipindahtugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun; dan/atau
» PTDH sebagai anggota Polri.
Pemberhentian anggota Polri dari Dinas
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pemberhentian Dengan Hormat (PDH) apabila :


a. mencapai batas usia pensiun;
b. pertimbangan khusus untuk kepentingan dinas;
c. tidak memenuhi syarat jasmani dan/atau rohani;
d. gugur, tewas, meninggal dunia atau hilang dalam
tugas.

Anda mungkin juga menyukai