Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Inventory dan Logistic

INVENTORI
Rozita 1961201030
Manajemen Pagi
Semester 8

Dosen Pengampu
Dr. Hj. Rispa Eliza ,ST., MM
SAFETY STOCK
Safety stock (inventori pengaman) digunakan untuk
menjamin proses ketika pengiriman datang terlambat.
Safety stock juga dapat dikatakan sebagai antisipasi fluktuasi
permintaan dan lead time pengiriman inventori dari pemasok

Perusahaan dituntut untuk mengadakan safety stock karena


adanya inventori cadangan untuk mendukung kegiatan
operasional yang bersifat keamanan dan keselamatan kerja.
Posisi safety stock
Beberapa penyebab variasi lead time : keadaan alam, prosedur
administrasi dan pabean, jadwal transportasi terbatas, barang langka di
pasaran.

Beberapa penyebab variasi kebutuhan : forecasting kurang tepat,


perubahan pola konsumsi, bencana alam (meningkatkan kebutuhan obat-
obatan), muncul produk pengganti atau pesaing.

Kerugian akibat stock out adalah konsumen kecewa, proses


terganggu, kehilangan peluang memperoleh keuntungan,
konsumen bisa beralih membeli produk pesaing. Kerugian lainnya
adalah tidak produktifnya modal akibat inventori tidak digunakan,
meningkatkan biaya dan resiko penyimpanan, dan kebutuhan
ruang penyimpanan meningkat.
Ada beberapa metode menghitung safety
stock, yaitu:
1. Metode Konsevatif
2. Metode Persentase
3. Service Level

1. Metode Konsevatif
Rumusnya adalah ROP = (U X L) + SS ROP = (Umax) x (Lmax)
Atau ROP = (Umax) x (Lmax) = 17 x 8
= 136 unit
Dimana :
Pemakaian Rata-rata (U) = 12 unit/hari Safety stock (SS) = ROP - (U X L)
Lead Time Rata-rata (L) = 5 hari = 136 - (12 X
Pemakaian Terbesar (Umax) = 17 unit/hari 5)
Lead Time Terlama (Lmax) = 8 hari = 76 unit
2. Metode Persentase
Persentase ditentukan sebesar 30% dari
kebutuhan.
Safety stock = 30% - (U X L)
= 30% - (12 X 5)
= 18 unit

ROP = (U X L) + Safety Stock


= (12 X 5) + 18
= 78 unit

Penentuan besaran persentase ini harus


didukung oleh pihak manajemen dengan
pendekatan bahwa inventori harus tersedia
untuk kelancaran proses dengan antisipasi
kemungkinan internal dan eksternal perusahaan.
3. Service Level
Ada beberapa ukuran dalam menentukan service level ini, tergantung tujuan dan
kondisi perusahaan. Pada bagian penerimaan telepon, ukuran kinerjanya misalnya :
tingkat penerimaan telepon dengan jumlah dering maksimum tiga kali, tingkat
penyelesaian keluhan per hari, jangka waktu maksimum dalam menyelesaikan sebuah
kasus. Service level ini secara praktis dapat diartikan dalam beberapa definisi sebagai
berikut.

1) Service Level Tipe 1 (SL-1)


Menentukan tingkat safety stock inventori untuk mencapai service level yang
dikehendaki. Metodenya berupa statistical safety stock. Cocok untuk jenis independen
demand dengan volume tinggi dan stabil. Perhitungan ini menggunakan variabel
penyesuaian (safety factor) sebagai berikut :
Safety stock yang harus tersedia = safety factor x standard deviation dari kebutuhan
inventori. Perusahaan bisa menentukan sendiri service level yang diinginkan,
tergantung kebijakan perusahaan atau mengikuti standar industrinya.
Untuk menghitung standard deviation sebagai berikut :
Periode bisa dihitung harian atau
mingguan tergantung kebutuhan
perusahaan. Semakin detail akan
semakin baik
2) Service Level Tipe 2 (SL-2)
Yaitu tingkat frekuensi pemenuhan permintaan konsumen sesuai dengan jumlah yang
diharapakan.

SL-2 =

Jumlah permintaan yang tidak terkirim kepada konsumen disebut sebagai backorder.
Tergantung konsumen, apakah backorder ini bisa dipenuhi pemasok pada periode
berikutnya ataukah tidak bisa. Jika tidak, maka ada kemungkinan konsumen membeli
kebutuhannya dari perusahaan lain. Akibatnya, pemasukan yang seharusnya diperoleh
perusahaan diterima oleh perusahaan lain.
ANALISIS PARETO
Diperlukan sebuah metode untuk mengklasifikasikan tingkat kepentingan nilai
inventori perusahaan supaya kontrol dapat dilakukan secara efisien. Metode yang
dipakai adalah metode ABC yang mengklasifikasikan inventori berdasarkan nilainya.
Jenis inventori dengan nilai paling tinggi tentu harus dikelola dan diaudit lebih ketat,
karena kehilangan satu unit saja akan memberi pengaruh yang besar terhadap
keuangan perusahaan.
Langkah-langkah dalam menjalankan konsep ABC, yaitu:
1. Mengumpulkan semua jenis inventori, beserta jumlah pemakaian per tahun, dan
harga per unitnya. Kemudian menjumlahkan total nilai untuk tiap jenis inventori.
Jika juimlahnya terlalu banyak, maka inventori bisa dikelompokkan per divisi di
dalam perusahaan.
2. Mengurutkan nilai inventori dari nilai total terbesar ke nilai yang terkecil, lalu
menghitung nilai akumulasinya.
3. Mengklasifikasikan nilai inventori
Dengan mengetahui klasifikasi inventori, maka perusahaan bisa mengatur sumber
daya secara leih efesien untuk menerapkan metode penambahan atau pengisian ulang
inventori, memonitor dan mengontrol inventori untuk setiap kelas pareto
KONTROL DAN AUDIT
Inventori perlu dikontrol dan diaudit secara berkala sesuai
tingkat kepentingan inventori. Tujuannya adalah memastkan
jumlah dan jenis inventori di gudang sesuai dengan di
catatan, serta menjamin kualitas inventori.
Berikut adalah metode kontrol dan audit, yaitu :
1. Periodic
Dilaksanakan sekali dalam setahun atau sekali dalam sekian bulan. Kontrol
dilakukan terhadap semua jenis inventori. Tujuannya untuk melakukan verifikasi
terhadap nilai keuangan yang termasuk dalam inventori perusahaan.
Ciri-ciri dari pelaksanaan sistem periodic ini adalah :
a. Semua inventori dihitung
b. Selang waktu dilaksanakannya kontrol adalah sama
c. Proses operasi atau produksi dihentikan selama pelaksanaan kontrol
d. Munculnya kesalahan atau perbedaan antara jumlah pencatatan inventori
disistem dengan kondisi di lapangan.
e. Sulit melakukan perbaikan akibat perbedaan pencatatan, karena kontrol
dilaksanakan dalam selang waktu yang lama sehingga kesalahan sudah
diakumulasi
f. Jika dikontrol dalam jangka waktu bulanan akan meningkatkan resiko rusak
dan kadaluarsa.
2. Cycle counting
Dilaksanakan terus menerus sepanjang tahun dengan selang waktu yang lebih pendek,
misalnya mingguan. Beberapa jenis inventori bahkan dikontrol secara harian. Cycle counting
ini dilaksanakan oleh karyawan yang ahli. Tujuannya adalah mencari penyebab dan solusi
atas kesalahan terhadap inventori perusahaan, dan mencegah supaya penyebab yang sama
tidak terulang lagi.
Ciri-ciri dari pelaksanaan sistem cycle counting adalah :
a. Dilaksanakan tanpa selang waktu yang sama, tapi frekuensinya lebih sering
b. Proses operasi atau produksi dapat terus dijalankan, sementara ada tim khusus yang
melaksanakan kontrol dan audit
c. Tingkat kesalahan relatif kecil karena kontrol dilaksanakan lebih sering dan begitu
ditemukan kesalahan dapat langsung dicari solusi
d. Semakin sering inventori dikontrol menunjukkan semakin penting inventori tersebut bagi
kelangsungan operasi perusahaan

Anda mungkin juga menyukai